Nama : Agnes Padia Wulansari NIM : J3L118063 PJP : Dr. Dra. Sri Mulijani, MS. Asisten : Yohanna Amalia, A. Md.
RESUME MATERI VALIDASI METODE ANALISIS, PRESISI,
DAN LIMIT DETEKSI (LOD) validasi metode analisis merupakan suatu proses penilaian terhadap parameter analitik tertentu berdasarkan percobaan laboratorium untuk membuktikan bahwa parameter tersebut memenuhi syarat untuk tujuan penggunaannya. Validasi metode analisis ini bertujuan untuk mendapatkan Suatu hasil analisis yang absah atau valid, dapat dipercaya, dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan hasil analisis ini dapat menunjukkan kesesuaian dengan tujuan pengujian. Proses validasi metode analisis dapat dilakukan sekurang-kurangnya melalui empat tahapan utama yaitu; 1. Validasi perangkat lunak, yakni menggunakan perangkat lunak yang telah divalidasi dan sistem yang telah dikualifikasi; 2. Validasi perangkat keras; 3. Validasi metode; dan 4. Kesesuaian sistem. Tahapan validasi metode analisis dilakukan dalam dua bagian besar yaitu; 1. Tahap Persiapan, meliputi a Kalibrasi instrumen dan alat-alat gelas yang digunakan dalam proses validasi b Penyiapan bahan acuan baku dan matriks sediaan (plasebo) c Uji kesesuaian sistem untuk metode kromatografi 2. Tahap validasi, meliputi a. Spesifitas, yang merupakan kemampuan untuk menguji secara akurat dan spesifik suatu analit dengan adanya komponen lain dalam matriks sampel seperti adanya pengotor, hasil degradasi, dan komponen matriks. b. Linieritas dan rentang Linieritasmerupakan kemampuan metode analisis untuk menunjukan respon/hasil uji secara langsung atau melalui transformasi matematika yang jelas, proporsional terhadap konsentrasi analit dalam sampel dan dalam rentang konsentrasi yang digunakan. Berdasarkan FDA-CDER, sampel dikatakan linier jika nilai r2=0.999 dan menurut ICH, sampel dikatakan linier dan rentang jika koefisien korelasinya 0.998. Rentang konsentrasi adalah interval atau batas antara batas terendah dan batas tertinggi konsentrasi analit yang dapat dibuktikan dengan metode analisa dengan hasil presisi, akurasi, dan linearitas yang dapat diterima. Rentang metode dapat diuji dengan melakukan verifikasi yang menghasilkan data yang memperlihatkan presisi, akurasi dan linieritas yang dapat diterima, baik pada konsentrasi terendah dan tertinggi maupun pada konsentrasi lain sesuai dengan rentang sesuai dengan tujen metode analisi. Menurut FDA-CDER, sampel dikatakan linier dan rentang jika nilai r2=0.999. c. Batas deteksi Batas Deteksi merupakan konsentrasi terendah analit dalam sampel yang masih dapat terdeteksi, tetapi tidak perlu ditetapkan secara kuantitatif dalam kondisi percobaan yang telah dinyatakan Pada metode instrumen, batas deteksi ini dinyatakan sebagai konsentrasi analit pada saat ratio signal-noise (S/N= 3) atau mengukur besamya respon instrumen dari larutan blangko dan menghitung simpangan bakunya. Batas deteksi ini dapat dihitung melalui persamaan, BD
dengan SD adalah simpangan baku blangko, dan b adalah kemiringan garis
regresi. d. Batas kuantitasi Batas Kuantitasi merupakan konsentrasi terendah analit didalam sampel yang dapat ditentukan dengan presisi dan akurasi yang dapat diterima dalam kondisi percobaan yang ditetapkan. Pada metode instrumen, batas kuantitasi ini dapat dinyatakan dengan mengukur besarnya respon latar belakang analisis dengan cara menganalisis sejumlah larutan blanko sampel dan menghitung simpangan bakunya. Simpangan baku dikalikan dengan faktor (10/b) yang merupakan batas kuantitasi, adapun batas kuantitasi ini dapat dinyatakan dalam persamaan, BK dengan SD adalah simpangan baku blangko, dan b adalah kemiringan garis regresi. e. Akurasi Akurasi merupakan tingkat kedekatan hasil pengujian dengan metode yang sedang divalidasi dengan nilai yang sebenarnya atau nilai yang dinyatakan benar. Akurasi ini ditentukan dengan empat cara sebagai persen perolehan kembali (% recovery). Adapun empat cara tersebut adalah, 1. Analisis kadar analit dengan metode yang divalidasi terhadap sampel yang telah diketahui kadarnya. 2. Analisis kadar analit yang ditambahkan kedalam matriks sampel yang dianalisis (spiked method), yang dapat dinyatakan dalam persamaan: % Recovery = (Ch - Cb)/Cs x 100 % Dengan Ch adalah kadar analit yang dihitung dari metode yang divalidasi, Cb adalah kadar tanpa analit (blangko), dan Cs adalah kadar analit teoritis. 3. Jika matriks dan eksipien tidak tersedia, maka akurasi dinyatakan dengan persen perolehan kembali kadar analit yang ditambahkan pada produk jadi yang sudah mengandung analit (Standard addition method). 4. Membandingkan hasil analisis analit dengan metode yang divalidasi terhadap hasil dengan metode baku (Cara grafik). f. Presisi Presisi atau keseksamaan adalah tingkat kesesualan diantara hasil analisis individual jika prosedur dilakukan berulang kali terhadap sampel ganda atau beberapa sampel yang homogen. Presisi dapat dinyatakan sebagai simpangan baku relatif (SBR) atau koefisien variasi (KV). Presisi metode dapat dinyatakan dengan tiga jenis penetapan yaitu repeatabilitas (keterulangan), presisi antara dan reproduksibilitas. 1. Repeatability (keterulangan), merupakan kemampuan metode untuk memberikan hasil analisis yang sama untuk beberapa sampel yang kadarnya sama. 2. Presisi (Ruggedness) antara adalah pengukuran kinerja metode di mana sampel-sampel diuji dan dibandingkan menggunakan tenaga analis berbeda, peralatan berbeda atau hari berbeda. 3. Reproduksibilitas (ketertinuan) merupakan presisi yang terakhir dan tuntas. Diuji dengan cara menyiapkan sampel yang homogen dan stabil, lalu diuji oleh beberapa laboratorium (studi kolaboratif). Hal ini akan memperlihatkan adanya galat acak yang disebabkan sampel dan laboratorium, serta adanya galat sistemik yang belum tuntas dikoreksi. Penentuan presisi atau keseksamaan validasi metode analisis dapat ditentukan dengan nilai simpangan baku relatif (SBR) atau Relatif Standard Deviation (RSD) yang dapat dihitung dengan persamaan: ∑ ̅ RSD dengan SD √ ̅ dengan x adalah rata-rata dari jumlah data terhadap n pengukuran. g. Robustness (Ketegaran) Robustness merupakan ukuran kemampuan metode untuk tak terpengaruh dan bertahan terhadap pengaruh kecil. Tapi dilakukan dengan sengaja dengan membuat variasi dalam faktor metode yang memberikan indikasi reliabilitas metode normal pada pengujian. Contoh perubahan atau variasi parameter metode analisis adalah stabilitas larutan contoh dan waktu ekstraksi contoh. Bila pengukuran peka terhadap variasi kondisi analisis maka kondisi tersebut harus dikendalikan atau harus berhati-hati terhadap kondisi tersebut. Kesesuaian sistem harus ditetapkan pada evaluasi robustness untuk menjamin keabsahan metode analisis tetap terpelihara ketika digunakan.