ANGGOTA:
1. AGUS LIDAR
2. NURAJI
3. NAZARIAH
4. NANDA IDUL FITRAH
5. NISFUA NABILLA
Jadi untuk melakukan validasi metode analisis maka syarat pertama adalah
prosedur tetap metode analisisnya sudah ada terlebih dahulu. Prosedur tetap ini dibuat
oleh bagian QC (Quality Control) atau bagian pengembangan metode analisis RnD
(Research and Development). Metode ini dibuat dengan :
Validasi metode analisis dilakukan idealnya pada semua metode analisis yang
digunakan untuk pemeriksaan. Metode analisis ini diaplikasikan baik pada metode
analisis untuk produk jadi, bahan baku dan produk antara. Metode analisis ini juga
diaplikasikan pada pemeriksaan mikrobiologi.
Terdapat parameter-parameter dalam validasi metode analisis (VMA) baik dari versi
USP (united States Pharmacopeia) dan ICH (International Conference on
Harmonization), berikut perbedaanya:
1 Presisi / Precision ✓ ✓
2 Akurasi / Accuration ✓ ✓
5 Spesifitas / Specifity ✓ ✓
7 Linearitas / Linearity – ✓
8 Kekasaran / Ruggedness ✓ –
9 Ketahanan / Robustness ✓ ✓
1. Akurasi / Accuracy
Akurasi diukur dengan melakukan “spiking” dari matriks sampel dengan konsentrasi
analit standar dan menganalisis sampel menggunakan metode yang divalidasi. Pada
prosedur dan dilakukan perhitungan akurasi (% recovery juga) akan bervariasi dari
satu matriks ke matriks lainnya. Untuk mendokumentasikan akurasi, ICH
merekomendasikan pengumpulan data dari 9 kali penetapan kadar dengan 3
konsentrasi yang berbeda (misal 3 konsentrasi dengan 3 kali replikasi). Data harus
dilaporkan sebagai persentase perolehan kembali. Akurasi dinyatakan sebagai
presentase (%) perolehan kembali (recovery). Ketepatan metode analisis dihitung dari
bersarnya rata-rata kadar yang diperoleh dari serangkaian pengukuran dibandingakn
dengan kadar sebenarnya.
Terdapat lima metode dalam penentuan akurasi dari metode analisis yaitu:
Menggunakan metode analisis untuk penentuan kadar analit dalam bahan
baku aktif yang telah diketahui kadar kemurniannya
Bahan baku aktif atau cemaran dalam jumlah yang diketahui. Jumlah
diketahui ditambahkan dalam plasebo. Cara ini untuk penerapan kadar baku
aktif/cemaran dalam produk obat
Verifikasi akutas metode dapat dilakukan dengan penambahan standar adisi
dalam jumlah tertentu pada produk obat yang telah diketahui kadarnya. Ini
dilakukan bila plasebo tidak dapat diperoleh.
Menambahkan cemran dalam jumlah tertentu yang telah diketahui ke dalam
produk obat. Metode analis ini digunakan untuk penerapan kadar cemaran
dalam bahan baku aktif dan produk obat
Membandingkan dua metode analisis untuk mengetahui ekivalensinya. Ini
dilakukan dengan cara membandingkan hasil yang diperoleh dari metode
analisis yang divalidasi terhadapa hasil yang diperoleh dari metode analis
yang valid. Metode analisis ini digunakan untuk penetapan kadar bahan baku
aktif dalam bahan baku aktif, produk obat dan penetapan kadar cemaran.
2. Presisi /Precision
Dalam ICH dibagi spesifitas menjadi 2 kategori yaitu uji identifikasi dan uji
kemurnian. Uji identifikasi ditunjukkan dengan kemampuan metode analisis
membedakan antar senyawa yang mempunyai stuktur molekul yang mirip. Uji
kemurnian ditunjukkan oleh adanya daya pisah 2 senyawa yang berdekatan (dalam
kromatografi). Senyawa-senyawa tersebut merupakan komponen utama atau
komponen aktif suatu pengotor. Jika dalam suatu uji terdapat pengorot maka metode
uji seharusnya tidak terpengaruh.
Batas deteksi adalah kuantitas terkecil dari analit yang dapat dideteksi dan
tidak perlu sampai ditentukan nilainya secara kuantitatif. Pendekatan instrumental
dan non instrumental dapat digunakan, seperti :
Evaluasivisual
Evaluasi ini digunakan untuk metode analisis non instumental, tapi dapat juga
untuk metode analisis instumental. Batas deteksi ditentukan dengan
melakukan analisis terhadap sampel yang diketahui konsentrasinya dan
menetapkan kadar terendah yang dapat dideteksi dengan baik.
Singan to noise ratio, rasio signal dengan noise
Pendekatan ini diterapkan pada metode analisi yang memberikan baseline
noise. Penentuan signal to noise dilakukan dengan membandingkan
pengukuran signal sampel yang diketahui mengandung analit dalam
konsentrasi rendah dan blanko, kemudian dapat ditetapkan konsentrasi
minimum analit yang dapat dideteksi dengan baik. Rasio signal to noise sama
dengan 3 atau 2 : 1 umumnya dianggap dapat diterima untuk memperkirakan
batas deteksi.
Standar Deviasi dari respon terhadap slope (tingkat kemiringan)
Standar Deviasi dari blanko
Mengukur beberapa respon dari larutan blanko dan hitung simpangan baku
dari respon.
Kurva kalibrasi
Kurva kalibrasi dibuat dengan contoh yang mempunyai rentang di sekitar
batas deteksi. Residu simpangan baku (residual standard deviation) atau
simpangan baku dari y-intercepts dari garis regresi adalah σ (simpangan baku)
LOD merupakan batas uji yang secara spesifik menyatakan apakah analit di atas
atau di bawah nilai tertentu. Rasio noise dengan signal untuk LOD harus 1 banding 3.
Kurva Kalibrasi
Kurva kalibrasi dibuat dengan contoh yang mempunyai rentang di sekitar
batas deteksi. Residu simpangan baku (residual standard deviation) atau
simpangan baku dari y-intercepts dari garis regresi.
Evaluasi visual
Ini digunakan untuk metode analisis non instumental, akan tetapi juga dapat
digunkan untuk metode analisis instumental. Batas Kuantifikasi ditentukan
dengan melakukan analisis terhadap sampel yang diketahui konsentrasinya
dan menetapkan kadar terendah analit yanf dapat ditentukan secara kuantitatif
dengan akurasi dan preseisi yang dapat diterima
6. Kisaran (Range)
Kisaran adalah konsentrasi terendah dan tertinggi yang mana suatu metode
analisis menunjukkan akurasi, presisi dan linearitas yang mencukupi. Kisaran
konsentrasi yang diuji tergantung pada jenis metodenya. Kisaran diukur
menggunakan baku dengan kisaran 25. 50, 75, 100, 125 dan 150% dari konsentrasi
analit yang diharapkan. Kisaran konsentrasi adalah kisaran dimana linearitas
dilakukan.
7. Kekasaran (Ruggedness)
9. Kesesuaian Sistem
Seorang analis harus memastikan bahwa sistem pengujian yang dilakukan
setiap haru memberikan data yang dapat diterima. Dalam USP parameter-
parameternya untuk mennetukan kesesuaian sistem antara lain:
Metode analisis untuk menentukan eksipien dan atau bahan aktif obat dan
pengawet dalam produk jadi.
Pengujian Kategori 2
Pengujian Kategori 3
Untuk pengujian kategori 1, evaluasi nilai LOD dan LOQ tidak begitu penting
karena komponen utama atau bahan aktif pada umumnya berada dalam jumlah yang
besar. Pengujian kategori 2 dapat dibagi lagi menjadi 2 sub kategori, yaitu analisis
kuantitatif dan uji batas. Jika yang diharapkan adalah informasi kuantitatifnya maka
parameter LOD tidak begitu penting, tetapi parameter yang lain dibutuhkan. Keadaan
yang berlawanan berlaku untuk uji batas, karena informasi kuantitatifnya tidak
dibutuhkan, maka pengukuran LOD, spesifisitas, dan kekasaran sudah mencukupi.
Karakteristik validasi menurut ICH dan jenis prosedur analisisnya dapat dilihat pada
tabel berikut :
Sample uji
sampel ini diuji untuk memberikan presisi dan interferensi yang dihitung setiap
kali dilakukan pengujian. Hasil pengujian akan menghasilkan penyimpangan dari
hasil presisi sampel yang diuji secara rutin. Sampel rutin yang digunakan adalah
sampel yang biasa digunakan dalam pengujian
Spking Material
Spiking material digunakan untuk melihat working range suatu sampel yang
memiliki konsentrasi dibawah limit deteksi dari instument. Ini tidak harus
dilakukan pada semua metode, hanya metode tertentu yang memang di dalamnya
mengharuskan untuk adanya spiking material. Spiking dilakukan jika kadar dalam
sampel dibawah limit deteksinya.
Incured Material
Incured material adalah penggunaan sampel yang tidak mengandung analit.
Standar
Standar atau CRM (Certified Reference Material) digunakan berdasarkan
kebutuhan.
Blanko
Blanko digunakan untuk menjadi kontrol chart dalam pengujian. Blanko ada 2
yaitu blako sampel dan blanko reagen. Blanko sampel adalah sampel murni tanpa
danya analit. Blanko sampel dibuat dengan cara dilakukan pengenceran sebanyak-
banyaknya hingga analit hilang. Blanko reagen adalah blanko yang didalamnya
hanya ada pereaksi dilakukan dalam pengujian tersebut.
Statistika
Ilmu statistika digunakan untuk menghitung dan menetapkan parameter
keberterimaan. Statistika dasar yang dihitung adalah rata-rata, RSD, % RSD, uji T
dan Uji F.
Metode analisis harus dipelihara sehingga selalu dalam keadaan tervalidasi selama
digunakan rutin dalam pengujian. Revalidasi metode analisis dari sebuah prosedur
pengujian dilakukan bila terdapat perubahan-perubahan antara lain:
Setelah prosedur analisis termasuk metode kompendial telah berhasil divalidasi dan
dimplementasikan maka prosedur harus mengikuti siklus hidup dari produk. Trend
analisis kinerja dari metode analisis secara periodik dan kontinus harus dievaluasi
untuk melihat perlunya dioptimasi. Selama siklus hidup dari produk, informasi baru
dan kajian risiko mutu harus dilakukan.
Metode analisis pengujian dibuat oleh bagian RnD kemudian dilakukan transfer
metode analisis ke bagian Laboratorium QC di industri farmasi. Selama transfer
metode analisis, dokumen dan bukti harus terdokumentasi dengan baik. Bukti harus
menujukkan performa metode analisis tidak berbeda antar lab RnD dan lab QC.
Secara umum, ini dibutikan dengan membandingkan hasil pengujian yang didapat
oleh analis di lab RnD dengan analis pada lab QC dimana metode ini ditransfer.
Kedua hasil pengujian di Rnd vs Lab QC harus dibandingkan dengan metode statistik
dimana hasilnya harus berada pada range yang telah ditentukan. Semua kegiatan dan
bukti transfer metode dituangkan dalam protokol dan laporan transfer metode
analisis.
Mengenal Sistem Tata Udara HVAC (Heating Ventilanting Air Conditioning) di
Pabrik Farmasi
Sistem pengaturan udara (AHU) merupakan unit terpenting yang beroperasi untuk
menghasilkan udara udara bersih ke ruanga produksi, dimana temperatur RH, jumlah
partikel, jumlah mikroba, pola aliran udara, dan perputaran udara dapat terkontrol
dengan baik. AHU dilengkapi dengan baik. AHU dilengkapi dengan filter yang
digabungkan dengan AC. Khusus untuk ruang steril digabungkan dengan HEPA
filter. Dalam AHU diperhatikan tentang:
Alat untuk mengontrol suhu (temperatur) dan kelembapan (RH) udara yang
akan didistribusikan ke ruang produksi dimaksudkan agar dapat menghasilkan output
udara sesuai spesifikasi ruangan yang telah ditetapkan. Proses udara yang dilakukan
dengan cara mengalirkan udara yang berasal dari campuran udara baluk dan udara
luar melalui kisi-kisi evaporator yang bersuhu rendah. Proses tersebut menyebabkan
terjadinya kontak antar udara dan permukaan kisi evaporator yang akan menghasilkan
udara dengan suhu yang lebih rendah, proses ini juga akan menyebabkan jalur yang
berada dalam uap air yang terdapat dalam udara ikut berpindah ke kisi evaporator
sehingga uap air akan mengalami kondensasi menyebabkan udara yang keluar dari
evaporator, berkurang.
Filter
Filter untuk kontrol jumlah partikel dan mikro organisme yang dapat
mengkontaminasi udara yang masuk ke ruangan produksi. Bagian filter terbagi
menjadi 3, yaitu :
Bagian dari AHU yang berfungasi saluran tertutup tempat mengalirnya udara
yang menghubungkan blower dan ruang produksi terdiri dari saluran udara yang
masuk (Ducting Supply) dan saluran udara yang keluar dari ruang produksi (Ducting
Return) yang masuk kembali ke AHU
Tujuan penggunaan grill adalah sebagai pintu hisap atau keluar udara, untuk
pengendalian jumlah aliran udara serta memperkecil tingkat kebisingan akibat aliran
udara.
Refrigerant Unit (AC)
AC merupakan peralatan yang dipakai untuk mengendalikan temperatur udara
ruang dan kelembapan udara ruang. Dalam AC terdapat bagian chilling, yang
merupakan alat untuk mendinginkan udara sebelum masuk ke dalam ruang produksi.
Chilling dapat menurunkan suhu sekaligus kelembapan dari udara dengan bantuan
heater.
Dust Collector
Setiap ruangan produksi dilengkapi dengan dust collector unit sehingga sistem
sirkulasi udara dapat menyaring partikel, terutama debu dalam ruangan selalu
dipertahankan steril dari konaminasi yang dapat mempengaruhi kestabilan suatu
produk.
Dumper
Dumper merupakan bagian dari ducting, yang mengatur jumlah udara yang
dipindahkan ke dalam ruang produksi.
Sistem HVAC yang biasa diterapkan adalah sistem udara full fresh air dan sistem
resirkulasi. Pada dasarnya ada 3 kategori untuk sistem tata udara, yakni sistem
udara full fresh air, sistem resirkulasi, dan sistem ekstraksi.
Gambar Alur sistem Sistem full fresh air
Sistem ini menyuplai udara luar yang sudah diolah hingga memenuhi persyaratan
kondisi suatu ruangan. Kemudian diekstrak dan dibuang ke atmosfer. Sistem ini
digunakan pada fasilitas yang menangani produk/pelarut beracun untuk mencegah
udara tercemar disirkulasikan kembali.
SISTEM RESIRKULASI
Titik tempat ekstraksi diletakkan sedekat mungkin dengan sumber keluarnya debu.
Dapat digunakan ventilasi setempat atau tudung penangkap debu yang sesuai. Contoh
aplikasi sistem adalah Area: ruangan, gloves boxes, atau lemari yang dilengkapi
dengan tudung buangan. Demikian pengenalan dan gambaran umum sistem tata udara
di pabrik farmasi.