Anda di halaman 1dari 19

BAB I.

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Berdasarkan pada Peraturan Badan POM Nomor 34 Tahun 2018, obat


adalah bahan atau panduan bahan yang digunakan dalam rangka penetapan
diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, dan peningkatan kesehatan
bagi manusia. Untuk memastikan keberhasilan pengobatan, suatu obat harus
memiliki kualitas yang baik. Kualitas obat yang kurang baik akan
menyebabkan terhambatnya proses penyembuhan penyakit. Selain itu, kadar
dari obat harus dipastikan tetap berada pada rentang spesifikasi atau batas
aman yang telah ditetapkan. Obat yang berkualitas baik adalah obat yang
berkhasiat (efficacy), aman (safety), dan berkualitas (quality). Ketiga hal
tersebut dapat tercapai dengan melakukan pengawasan mutu selama proses
produksi berlangsung. Proses pengawasan mutu obat dilakukan dengan
serangkaian pengujian kualitatif dan kuantitatif baik pada bahan awal yang
digunakan, produk antara, produk ruahan serta produk jadi dari obat yang
dihasilkan.

Setiap metode yang digunakan dalam pengujian obat harus mampu


mendapatkan hasil terpercaya, karena itulah perlu adanya proses verifikasi
ataupun validasi sebelum metode tersebut digunakan untuk pengujian
rutin. Validasi metode analisismerupakan suatu tindakan penilaian terhadappar
ameter tertentu, berdasarkan percobaanlaboratorium untuk membuktikan bahw
a parameter tersebut memenuhi persyaratan untukpenggunaannya. Dengan kat
a
lain tujuan darivalidasi metode analisis adalah untukmengkonfirmasi atau mem
astikan metode analisisyang dipakai sesuai untuk peruntukannya. Beberapapar
ameter analisis yang harus dipertimbangkandalam validasi metode analisis diur
aikan dan didefenisikan sebagaimana cara penentuannya. Adapun parameter-
parameter tersebut antara lain adalah akurasi (kecermatan), presisi (keseksama
an), selektifitas, linieritas dan rentang, batas deteksi dan
batas kuantitas, ketangguhan metode, kekuatanmetode. Apabila parameter-
parameter ini dapatdipertanggungjawabkan maka suatu metode analisisdapat di
katakan valid dan dapat digunakan untukanalisis rutin.

Paracetamol dalam bentuk tablet sudah banyakdigunakan sebagai bahan akti
f dalam sediaanfarmasi. Zat ini terutama banyak digunakan karenaaktivitas ana
lgetik dan antipiretiknya.
Salah satupersyaratan mutu suatu obat salah satunya adalahpenetapan kadar zat 
aktif suatu obat. Penetapankadar paracetamol
di skala industri lebih selektif, sehingga dapat digunakan untuk keperluan rutin
pada bagain quality control
(QC). Beberapa metodepenentuan kadar paracetamol dengan teknikpemisahan 
sudah pernah dilakukan antara lain dengan menggunakan KLT, KLT
dan sitometer, HPLC dan GC. Selain itu, penentuan paracetamol
yang lainnya yaitu dengan menggunakan metodespektrofotometri UV.
1.2 Tujuan

Melalui proses pembuatan makalah ini penyusun diharapkan mampu


melakukan validasi metoda analisa terhadap metode penentuan kadar
parasetamol dalam tablet.

II. Tinjauan pustaka

Validasi Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), validasi adalah


pengesahan atau pengujian kebenaran atas sesuatu. istilah Validasi pertama
kali dicetuskan oleh Dr. Bernard T. Loftus, Direktur Food and Drug
Administration (FDA) Amerika Serikat pada akhir tahun 1970-an, sebagai
bagian penting dari upaya untuk meningkatkan mutu produk industri farmasi.
Hal ini dilatar belakangi adanya berbagai masalah mutu yang timbul pada saat
itu yang mana masalah-masalah tersebut tidak terdeteksi dari pengujian rutin
yang dilaksanakan oleh industri farmasi yang bersangkutan. Selanjutnya,
Validasi juga diadopsi oleh negara-negara yang tergabung dalam
Pharmaceutical Inspection Co-operation/Scheme (PIC/S), Uni Eropa (EU) dan
World Health Organization (WHO). Bahkan, Validasi merupakan aspek kritis
(substantial aspect) dalam penilaian kualitas industri farmasi yang
bersangkutan.
Validasi diartikan sebagai suatu tindakan pembuktian dengan cara yang
sesuai bahwa tiap bahan, proses, prosedur, kegiatan, sistem, perlengkapan atau
mekanisme yang digunakan dalam produksi dan pengawasan akan senantiasa
mencapai hasil yang diinginkan.
Dari definisi-definisi tersebut tersebut di atas membawa pengertian, bahwa :
 Validasi adalah suatu tindakan pembuktian, artinya validasi merupakan
suatu pekerjaan “dokumentasi”.
 Tata cara atau metode pembuktian tersebut harus dengan “cara yang
sesuai”, artinya proses pembuktian tersebut ada tata cara atau metodenya,
sesuai dengan prosedur yang tercantum dalam CPOB.
 “Obyek” pembuktian adalah tiap-tiap bahan, proses, prosedur, kegiatan,
sistem, perlengkapan atau mekanisme yang digunakan dalam produksi dan
pengawasan mutu (ruang lingkup).
 Sasaran/target dari pelaksanaan validasi ini adalah bahwa seluruh obyek
pengujian tersebut akan senantiasa mencapai hasil yang diinginkan secara
terus menerus (konsisten).

1. Jenis-jenis Validasi

1. Kualifikasi Mesin, Peralatan dan Sarana Penunjang, terdiri dari :


2. Validasi Metode Analisa
3. Validasi Proses Produksi,
4. Validasi Proses Pengemasan
5. Validasi Pembersihan (Cleaning Validation)

2. Validasi metode analisis


Metode analisis diklasifikasikan dalam 3 kategori,yaitu:
a. Kategori I
Metode analisis yang digunakan untuk penetapan kadar komponen
utamadalam bahan baku obat dan sediaan obat jadi atau bahan aktif
lainnya sepertipengawet
b. Kategori II
Metode analisis yang digunakan untuk penetapan cemaran dalam
bahan bakuobat atau hasil degradasinya dalam sediaan obat jadi.
c. Kategori III
Metode analisis yang digunakan untuk penetapan kinerja dan kualitas
sediaanjadi, seperti uji disolusi dan uji pelepasan obat.

Validasi metode analisis dilakukan idealnya pada semua metode analisis yang
digunakan untuk pemeriksaan. Metode analisis ini diaplikasikan baik pada metode
analisis untuk produk jadi, bahan baku dan produk antara. Metode analisis ini juga
diaplikasikan pada pemeriksaan mikrobiologi.  

3. Parameter Validasi Metode Analisis

Terdapat parameter-parameter dalam validasi metode analisis (VMA) baik


dari versi USP (united States Pharmacopeia) dan ICH (International Conference
on Harmonization), berikut perbedaanya :
Parameter-parameter
validasi metode analisis
(VMA) adalah
parameter uji yaitu:

1. Spesifitas
Spesifitas
merupakan
kemampuan
untuk mengukur
analit yang dituju
secara tepat
dengan adanya
komponen – komponen lain dalam matriks sampel seperti ketidakmurnian,
produk degradasi, dan komponen matrik. Spesifisitas ditunjukkan dengan
adanya perbedaan nyata antara resolusi antara dua puncak yang
berdampingan dan kemurnian tiap puncak dalam kromatogram.Untuk
instrument HPLC adalah Rs:1,2-1,5. Untuk instrument spektofotometer
UV/VIS adalah jarak antara dua puncak yang berdampingan dengan
resolution factor (Rf) > 2,5.
2. Presisi atau Ketelitian
Presisi adalah ukuran kedekatan hasil analisis diperoleh dari
serangkaian pengukuran ulangan dari ukuran yang sama. Hal ini
mencerminkan keselahan acak yang terjadi dalam sebuah metode.Nilainya
ditunjukkan dengan simpangan baku relatif (Relative Standar Deviation)
atau RSD dari sejumlah sampel yang berbeda signigikan secara statistic.
Terdapat tiga kategori dalam pengujian nilai presisi, yaitu:
 Keterulangan, nilai ini ditentukan dengan menggunakan minimum 9
penentuan dalam rentang penggunaan metode analisis (misalnya 3
konsentrasi/3 replikasi)
 Presisi antara, merupakan perbedaam antar analis dengan sumbern
reagen dan hari yang berbeda
 Reprodusibilitas, didapatkan dengan menggunakan beberapa
laboratorium untuk validasi metode analisis. Ini dilakukan dengan
tujuan mengetahui lingkungan yang berbeda terhadap kinerja metode
analisis.
Pengujian presisi pada saat awal validasi metode seringkali hanya
menggunakan
parameter yang pertama, yaitu keterulangan dan presisi antara.
Reprodusibilitas biasanya dilakukan ketika akan melakukan uji banding
antar laboratorium.
Persyaratan RSD sebagai berikut ini:

3. Akurasi
atau

Ketepatan
Akurasi atau ketepatan merupakan kemampuan suatu metode
analisa untuk memperoleh nilai yang sebenarnya (ketepatan
pengukuran).Akurasi merupakan ketelitian metode analisis atau kedekatan
antara nilai terukur dengan nilai yang diterima baik nilai konvensi, nilai
sebenarnya, atau nilai rujukan.Akurasi merupakan tingkat keyakinan hasil
pengujian dengan hasil sebenarnya. Akurasi harus dilakukan pada range
spesifik pada prosedur pengujian.
Akurasi diukur sebagai banyaknya analit yang diperoleh kembali
pada suatu pengukuran dengan melakukan spiking pada suatu
sampel.Untuk pengujian senyawa obat, akurasi diperbolehkan dengan
membandingkan hasil pengukuran dengan bahan rujukan standar.

Terdapat lima metode dalam penentuan akurasi dari metode


analisis yaitu:
 Menggunakan metode analisis untuk penentuan kadar analit dalam
bahan baku aktif yang telah diketahui kadar kemurniannya
 Bahan baku aktif atau cemaran dalam jumlah yang diketahui. Jumlah
diketahui ditambahkan dalam plasebo. Cara ini untuk penerapan kadar
baku aktif/cemaran dalam produk obat
 Verifikasi akutas metode dapat dilakukan dengan penambahan standar
adisi dalam jumlah tertentu pada produk obat yang telah diketahui
kadarnya. Ini dilakukan bila plasebo tidak dapat diperoleh.
 Menambahkan cemran dalam jumlah tertentu yang telah diketahui ke
dalam produk obat. Metode analis ini digunakan untuk penerapan
kadar cemaran dalam bahan baku aktif dan produk obat
 Membandingkan dua metode analisis untuk mengetahui
ekivalensinya. Ini dilakukan dengan cara membandingkan hasil yang
diperoleh dari metode analisis yang divalidasi terhadapa hasil yang
diperoleh dari metode analis yang valid. Metode analisis ini digunakan
untuk penetapan kadar bahan baku aktif dalam bahan baku aktif,
produk obat dan penetapan kadar cemaran.
4. Linieritas
Linieritas menunjukkan kemampuan suatu metode analisis untuk
memperoleh hasil pengujian yang sesuai dengan konsentrasi analit yang
terdapat pada sampel pada kisaran konsentrasi tertentu.Rentang dapat
dilakukan dengan cara membuat kurva kalibrasi dari beberapa set larutan
standart yang telah diketahui konsentrasinya (Ermer dan Miller, 2005).
Linieritas dapat diukur dengan melakukan pengukuran tunggal pada
konsentrasi yang berbeda – beda. Data yang diperoleh selanjutnya
diproses dengan metode kuadrat terkecil, untuk selanjutnya dapat
ditentukan nilai kemiringan (slope), intersep, dan koefisien korelasinya.
Linieritas dapat dilihat melalui kurva kalibrasi yang menunjukkan
hubungan antara respon dengan konsentrasi analit pada beberapa seri
larutan baku. Dari kurva kalibrasi ini kemudian akan ditemukan regresi
linearnya yang berupa persamaan y=bx+a, dimana x adalah konsentrasi, y
adalah respon, a adalah intersep y yang sebenarnya dan b adalah slope
yang sebenarnya. Tujuan dari dibuatnya regresi ini adalah untuk
menentukan estimasi terbaik untuk slope dan intersep y sehingga akan
mengurangi residual error, yaitu perbedaan nilai hasil percobaan dengan
nilai yang diprediksi melalui persamaan regresi linear
5. Kisaran
Kisaran adalah konsentrasi terendah dan tertinggi yang mana suatu
metode analisis menunjukkan akurasi, presisi dan linearitas yang
mencukupi.Kisaran konsentrasi yang diuji tergantung pada jenis
metodenya. Kisaran diukur menggunakan baku dengan kisaran 25. 50, 75,
100, 125 dan 150% dari konsentrasi analit yang diharapkan.Kisaran
konsentrasi adalah kisaran dimana linearitas dilakukan.
6. Batas Deteksi / Limit Of Detection (LOD)
Batas deteksi adalah kuantitas terkecil dari analit yang dapat
dideteksi dan tidak perlu sampai ditentukan nilainya secara kuantitatif.
Pendekatan instrumental dan non instrumental dapat digunakan, seperti :
 Evaluasi visual
Evaluasi ini digunakan untuk metode analisis non instumental, tapi
dapat juga untuk metode analisis instumental. Batas deteksi ditentukan
dengan melakukan analisis terhadap sampel yang diketahui
konsentrasinya dan menetapkan kadar terendah yang dapat dideteksi
dengan baik.
 Singan to noise ratio, rasio signal dengan noise
Pendekatan ini diterapkan pada metode analisi yang memberikan
baseline noise. Penentuan signal to noise dilakukan dengan
membandingkan pengukuran signal sampel yang diketahui
mengandung analit dalam konsentrasi rendah dan blanko, kemudian
dapat ditetapkan konsentrasi minimum analit yang dapat dideteksi
dengan baik. Rasio signal to noise sama dengan 3 atau 2 : 1 umumnya
dianggap dapat diterima untuk memperkirakan batas deteksi.
 Standar Deviasi dari respon terhadap slope (tingkat kemiringan)
 Standar Deviasi dari blanko
Mengukur beberapa respon dari larutan blanko dan hitung simpangan
baku dari respon.
 Kurva kalibrasi
Kurva kalibrasi dibuat dengan contoh yang mempunyai rentang di
sekitar batas deteksi. Residu simpangan baku (residual standard
deviation) atau simpangan baku dari y-intercepts dari garis regresi
adalah σ (simpangan baku)

LOD merupakan batas uji yang secara spesifik menyatakan apakah


analit di atas atau di bawah nilai tertentu.Rasio noise dengan signal untuk
LOD harus 1 banding 3.

7. Batas Kuantifikasi (Limit Of Quantitation) / LOQ


Batas kuantifikasi adalah konsentrasi terendah dimana instument
dapat mendeteksi dan mengkuantifikasi.Batas kuantifikasi merupakan
jumlah konsentrasi analit paling kecil yang masih dapat diukur dengan
akurat (tepat) dan presisi (teliti) yang dapat diterima pada kondisi
operasional metode yang digunakan. Perbandingan noise terhadap signal
adalah 1 : 10. Pendekatan LOQ adalah prosedur instrumental dan non
instrumental yang didasarkan pada:
 Evaluasi visual
Ini digunakan untuk metode analisis non instumental, akan tetapi juga
dapat digunkan untuk metode analisis instumental. Batas Kuantifikasi
ditentukan dengan melakukan analisis terhadap sampel yang diketahui
konsentrasinya dan menetapkan kadar terendah analit yanf dapat
ditentukan secara kuantitatif dengan akurasi dan preseisi yang dapat
diterima
 Signal to noise ratio, perbandingan noise dengan signal
Pendekatan ini hanya dapat digunakan pada metode analisis yang
memberikan baseline noise. Penentuan rasio signal terhadap noise
dilakukan dengan membandingkan signal yang diukur dari sampel
yang mempunyai konsentrasi analit yang rendah dan blankonya,
kemudian ditentukan konsentrasi terendah analit yang dapat
ditetapkan secara kuantitatif dengan baik, umumnya pada rasio signal
terhadap noise 10:1.
 Standar Deviasi dari respon dengan slope (kemiringan)
 Standar Deviasi dari blanko
Mengukur beberapa respon dari larutan blanko dan hirung simpangan
baku dari respon.
 Kurva Kalibrasi
Kurva kalibrasi dibuat dengan contoh yang mempunyai rentang di
sekitar batas deteksi. Residu simpangan baku (residual standard
deviation) atau simpangan baku dari y-intercepts dari garis regresi
adalah adalah σ (simpangan baku).

8. Kekasaran (Ruggedness)

Kekasaran merupakan tingkat reprodusibilitas hasil yang diperoleh


dibawah kondisi yang bermacam-macam.Ini ditunjukkan sebagai %
RSD.Kondisi-kondisi ini meliputi laboratorium, analisis, alat, reagen, dan
waktu percobaan yang berbeda.

9. Ketahanan (Robustness) /Ketegaran


Ketahanan merupakan kapsitas suatu metode analisi untuk tidak
terpengaruh oleh variasi-variasi kecil dalam parameter metode analisis.
Contoh variasi-variasi kecil dalam pengujian dengan HPLC antara lain :
pH fase gerak, suhu, tekanan, stabilitas, konsentrasi buffer, flow rate, suhu
kolom dan lain-lain.
10. Kesesuaian Sistem
Dalam USP parameter-parameternya untuk mennetukan kesesuaian
sistem antara lain:
 Jumlah lempeng teori (N)
 Tailing factor
 Kapasitas
 Nilai RSD tinggi puncak
 Luas puncak dari serangkaian injeksi

Elemen-elemen Data yang dibutuhkan untuk Uji Validasi baik USP


maupun ICH
keduanya menerangkan bahwa tidak selamanya parameter untuk
mengevaluasivalidasi
metode perlu diuji. USP membagi metode-metode analisis ke dalam
kategori yang terpisah, yaitu :
1. Penentuan kuantitatif komponen-komponen utama atau bahan aktif.
2. Penentuan pengotor (impurities) atau produk-produk hasil
degradasi.
3. Penentuan karakteristik-karakteristik kinerja
4. Pengujian identifikasi

6. Analisia Kuantitatif

a. Pengertian Analisis Kimia Kuantitatif


Analisis kimia kuantitatif adalah suatu rangkaian pekerjaan analisis kimia
yang bertujuan untuk mengetahui jumlah suatu unsur atau senyawa dalam
suatu sampel yang kita analisis. Atau pengertian analisis kimia kuantitatif
yaitu suatu pekerjaan yang dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
kadar senyawa dalam sampel, bisa berupa satuan dalam mol atau bisa juga
persentase dalam gram.
Analisa kuantitatif menggunakan instrument
1. Volumetri
Analisis Volumetri adalah analisis kuantitatif dengan mengukur
volume dimana zat yang diselidiki (sampel) direaksikan dengan larutan
baku (standar) yang konsensentrasinya telah diketahui secara teliti dan
reaksinya berlangsung secara kuantitatif. Larutan baku tiap liternya
berisi sejumlah berat ekivalen senyawa baku sedangkan berat atau
kadar sampel yang diselidiki dihitung dari volume larutan dan
kesetaraan kimianya, kesetaraan kimia dapat diketahui dari persamaan
reaksinya.
Berdasarkan Reaksi kimia dibagi atas 4 jenis :
 Reaksi Asam basa (Netralisasi). Penetapan kadar ini
berdasarkan pada perpindahan proton dari zat yang bersifat
asam atau basa baik dalam lingkungan air ataupun lingkungan
bebas air (Titrasi bebas air)
 Reaksi oksidasi-reduksi (redoks). Dasar yang digunakan adalah
perpindahan elektron. Yang termasuk dalam tirasi ini adalah :
iodo/iodimetri, bromo/bromatometri, iodatometri,
permanganometri, serimetri.
 Reaksi pengendapan (presipitasi). Penetapan kadar berdasarkan
pada terjadinya endapan yang sukar larut. Contohnya adalah
argentometri
 Reaksi pembentukan kompleks, dasar yang digunakan adalah
terjadinya reaksi antara zat pengompleks organik dengan ion
logam dengan menghasilkan senyawa kompleks yang mantap
metode ini disebut juga kompleksometri.

2. Gravimetri
Analisis gravimetri merupakan salah satu metode analisis kuantitatif
yang berdasarkan pada pengukuran massa atau berat. Tahap awal
analisis gravimetri adalah pemisahan komponen yang ingin diketahui
dari komponen-komponen lain yang terdapat dalam suatu sampel
kemudian dilakukan pengendapan. Pengukuran dalam metode
gravimetri adalah dengan penimbangan, banyaknya komponen yang
dianalisis ditentukan dari hubungan antara berat sampel yang hendak
dianalisis, massa atom relatif, massa molekul relatif dan berat endapan
hasil reaksi.

3. Spektrofotometri
Pengertian spektrofotometri adalah metode pengukuran kuantitatif
yang didasarkan pada pengukuran absorbsi atau penyerapan radiasi
gelombong elektromagnetik tertentu. Spektrofotometer merupakan
gabungan dari istilah spektrometer dan fotometer. Spektrometer adalah
alat yang menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang
gelombang tertentu, sedangkan fotometer adalah alat yang dapat
mengukur intensitas cahaya yang diserap atau ditransmisikan. Kedua
fungsi alat ini digabungkan dalam satu instrumen yang disebut dengan
spektrofotometer yaitu instrumen yang digunakan untuk mengukur
energi relatif yang diserap atau diteruskan. Energi dapat berasal dari
cahaya pada panjang gelombang tertentu. Dalam pengukurannya
banyaknya cahaya yang diserap dapat ditentukkan melalui hukum
Lambert-Beer. Hukum Beer: “Absorbansi radiasi monokromatik
berbanding lurus dengan konsentrasi suatu zat dalam larutan.”

4. KCKT/HPLC
KCKT adalah suatu metoda analisa kuantitatif dan kualitatif dengan
memisahkan suatu senyawa menggunakan fase gerak berupa cairan
yang dialirkan dengan tekanan tinggi melalui kolom sebagai fase
diamnya. Prinsip dasar dari KCKT yakni memisahkan setiap
komponen dalam sample untuk selanjutnya diidentifikasi (kualitatif)
dan dihitung berapa konsentrasi dari masing-masing komponen
tersebut (kuantitatif).

7. Analisa Kualitatif
Analisis Kualitatif merupakan metode analisis kimia yang digunakan
untuk mengenali atau mengidentifikasi suatu unsur atau senyawa kimia
(anion atau kation) yang terdapat dalam sebuah sampel berdasarkan
sifat kimia dan fisikanya. Analisis kualitatif menggunakan dua macam
uji, yaitu reaksi kering dan reaksibasah. Reaksi kering dapat digunakan
pada zat padatdan reaksi basah untuk zat dalam larutan. Kebanyakan
reaksi kering yang diuraikan digunakan untuk analisis semimikro
dengan hanya modifikasi kecil.
a. Reaksi Kering
Beberapa logam mempunyai warna nyala yang spesifik sehingga
dapat dilakukan uji warna nyala sebagai salah satu cara identifikasi
kation dengan reaksi kering. Untuk uji reaksi kering metode yang
sering dilakukan adalah:
 Reaksi nyala dengan kawat nikrom: Sedikit zat dilarutkan
kedalam HCL P. Diatas kaca arloji kemudian dicelupkan
kedalamnya, kawat nikrom yang bermata kecil yang telah
bersih kemudian dibakar diatas nyala oksidasi.
 Reaksi nyala beilstein: Kawat tembaga yang telah bersih
dipijarkan diatas nyala oksida sampai nyala hijau hilang.
Apabila ada halogen maka nyala yang terjadi berwarna
hijau.
 Reaksi nyala untuk borat: Dengan cawan porselin sedikit
zat padat ditambahkan asam sulfat pekat dan beberapa tetes
methanol, kemudian dinyalakan ditempat gelap. Apabila
ada borat akan timbul warna hijau.
b. Reaksi basah merupakan jenis identifikasi zat secara kualitatif yang
sering digunakan pada umumnya Senyawa NO3 hanya membentuk
cincin coklat jika direaksikan dengan senyawa Fero sulfatdan
H2SO4. Lain halnya dengan senyawa borat yang jika ditambahkan
metanol kemudian dipanaskan dengan nyala api,maka
menghasilkan uap atau asap berwarna hijau.
Analisis kualitatif berdasarkan sifat kimia melibatkan beberapa
reaksi dimana hukum kesetimbangan massa sangat berguna untuk
menentukan ke arah mana reaksi berjalan. Contoh Reaksi redoks,
reaksi asam-basa, kompleks, dan reaksi pengendapan.Sedangkan
analisis berdasarkan sifat fisikanya dapat diamati langsung secara
organoleptis, seperti bau, warna, terbentuknya gelembung gas atau
pun endapan yangmerupakan informasi awal yang berguna untuk
analisis selanjutnya.
c. Reaksi Pengendapan
Kenaikan suhu umumnya dapat memperbesar kelarutan endapan
kecuali pada beberapa endapan, seperti kalsium sulfat, berlaku
sebaliknya. Perbedaan kelarutan karena suhu ini dapat digunakan
sebagai dasar pemisahan kation. Misalnya, pemisahan kation Ag,
Hg(I), dan Pb dapatdilakukan dengan mengendapkan ketiganya
sebagai garam klorida, kemudian memisahkan Pb dari Ag dan
Hg(I) dengan memberikan air panas.Kenaikan suhuakan
memperbesar kelarutan Pb sehingga endapan tersebut larut
sedangkan kedua kation lainnya tidak.
d. Reaksi Asam-Basa
Asam secara sederhana didefinisikan sebagai zat yang bila
dilarutkan dalam air mengalami disosiasi dengan pembentukan ion
hidrogen., sedangkan basa mengalami disosiasi dengan
pembentukan ion hidroksil. Asam atau pun basa yang mengalami
disosiasi sempurna merupakan asam atau basa kuat, misalnya HCI,
HNO3, NaOH dan KOH. Sebaliknya bila asam atau basa hanya
terdisosiasi sebagian maka disebut asam atau basa lemah, misalnya
asam asetat, H₂S dan amonium hidroksida. Dalamanalisa kualitatif
HS digunakan untuk mengendapkan sejumlah kation
menjadigaram sulfidanya.
e. Reaksi Redoks
Banyak reaksi oksidasi dan reduksi yang digunakan untuk analisa
kualitatif, baik sebagai pengoksidasi atau pun pereduksi. Contoh
penggunaan Reaksi redoks dalamanalisis kualitatif.
f. Reaksi Pembentukan Kompleks
Dalam pelaksanaan analisis kualitatif anorganik banyak digunakan
reaksi-reaksi yangmelibatkan pembentukan ion kompleks. Suatu
ion atau molekul kompleks terdiri dari satu atom pusat dan
sejumlah ligan yang terikat dengan atom pusat tersebut.

Paracetamol

Parasetamol mengandung tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari
102,0% C8H9NO2, dihitung terhadap zat kering. Pemeriannya berupa serbuk
hablur, putih, tidak berbau, rasa sedikit pahit. Kelarutan paracetamol larut dalam
air mendidih dan dalam natrium hidroksida 1 N, mudah larut dalam etanol. Wadah
dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya. Simpan pada
suhu ruang, terlindung dari kelembapan dan panas.

Identifikasi:
 Spektrum serapan inframerah zat yang didispersikan dalam kalium
bromida P menunjukkan maksimum hanya pada bilangan gelombang yang
sama seperti pada Parasetamol BPFI.
 Waktu retensi puncak utama kromatogram. Larutan uji sesuai dengan
Larutan baku seperti diperoleh pada Penetapan kadar.

Parasetamol merupakan salah satu obat analgetik - antipiretik yang juga


memiliki aktivitas yang mampu menekan fungsi sistem saraf pusat secara selektif
dan relatif aman dengan penggunaan dosis terap. Efek analgesik parasetamol sama
dengan salisilat yaitu menghilangkan atau mengurangi rasa nyeri ringan sampai
sedang, serta dapat menurunkan suhu tubuh dengan mekanisme yang diduga
berdasarkan efek sentral seperti salisilat. Parasetamol tidak digunakan untuk
antireumatik karena efek anti-inflamasinya sangat lemah. Mekanisme kerjanya
menghambat biosintesis PG yang lemah. Efek iritasi, erosi dan perdarahan
lambung tidak terlihat pada kedua obat ini, demikian juga gangguan pernapasan
dan keseimbangan asam basa. Mula kerjanya cepat dan lama kerjanya 5 jam atau
kurang.

Penggunaan paracetamol dalam dosis yang berlebihan dan dalam jangka


waktu yang lama dapat mengakibatkan kerusakan hati. Efek samping paracetamol
jika dibanding fenasetin lainnya lebih ringan khususnya tidak nefrotoksis, tidak
menimbulkan euforia dan ketergantungan psikis.

Resorpsi Paracetamol dari usus cepat dan praktis tuntas, secara rektal lebih
lambat. Parasetamol di diabsorpsi cepat dan sempurna melulai saluran cerna.
konsentrasi paling tinggi dalam plasma di capai dalam waktu ½ jam dan masa
paruh plasma antara 1-3 jam. Obat ini tersebrar di seluruh tubuh Parasetamol 25%
terikat oleh plasma protein, dan di metabolisme oleh enzim mikrosom hati.
Sebagian parasetamol di konjugasi (80%) dengan asam glukoronat dari sebagian
kecil lainnya dengan aam sulfat. Selain itu obat ini juga dapat mengalami
hidroksilasi. Hasil dari metabolit hidroksilasi ini dapat menimbulkan
methemoglobinemia dan hemolisis eritrosit. Parsetamol ini di eksresi melalui
ginjal, dan sebagian kecil sebagai parasetamol (3%) dan sebagian besar dalam
bentuk terkonjugasi.

Dewasa Nyeri atau demam: Oral, rektal: 325-650 mg setiap 4-6 jam atau 1000 mg
3-4 kali / hari; tidak melebihi 4 g / hari

TABLET PARASETAMOL Tablet Asetaminofen (FI VI 2020)


Paracetamol Tablets Tablet Parasetamol mengandung Parasetamol C8H9NO2,
tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada
etiket.

Baku pembanding Parasetamol BPFI; tidak boleh dikeringkan. Simpan dalam


wadah tertutup rapat, terlindung cahaya.

Identifikasi

a. Waktu retensi puncak utama kromatogram Larutan uji sesuai dengan


Larutan baku seperti yang diperoleh pada Penetapan kadar.
b. Triturat sejumlah serbuk tablet setara dengan lebih kurang 50 mg
parasetamol dengan 50 mL metanol P, saring: filtrat memenuhi uji
Identifikasi secara kromatografi lapis tipis , gunakan fase gerak campuran
diklorometan P-metanol P (4:1).
Disolusi

Media disolusi: 900 mL Dapar fosfat pH 5,8.


Alat tipe 2: 50 rpm.
Waktu: 30 menit.
Prosedur Lakukan penetapan jumlah C8H9NO2 yang terlarut dengan
mengukur serapan alikot, jika perlu encerkan dengan Media disolusi dan serapan
larutan baku Parasetamol BPFI dalam media yang sama pada panjang gelombang
serapan maksimum lebih kurang 243 nm.
Toleransi Dalam waktu 30 menit harus larut tidak kurang dari 80% (Q)
C8H9NO2 dari jumlah yang tertera pada etiket.
Untuk tablet kunyah

Media disolusi: 900 mL


Dapar fosfat pH 5,8.
Alat tipe 2: 75 rpm.
Waktu: 45 menit.
Prosedur Lakukan penetapan jumlah C8H9NO2 yang terlarut dengan
mengukur serapan alikot, jika perlu encerkan dengan Media disolusi dan serapan
larutan baku Parasetamol BPFI dalam media yang sama pada panjang gelombang
serapan maksimum lebih kurang 243 nm.
Toleransi Dalam waktu 45 menit harus larut tidak kurang dari 75% (Q)
C8H9NO2 dari jumlah yang tertera pada etiket.

Keseragaman sediaan Memenuhi syarat.

4-Aminofenol Memenuhi syarat. Lakukan penetapan seperti tertera pada 4-


Aminofenol dalam Sediaan Parasetamol .

Penetapan kadar
a. Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi seperti
yang tertera pada Kromatografi .
b. Fase gerak Buat campuran air-metanol P (3:1), saring dan awaudarakan.
Jika perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti yang
tertera pada Kromatografi .
c. Larutan baku Timbang saksama sejumlah Parasetamol BPFI, larutkan
dalam Fase gerak hingga kadar lebih kurang 0,01 mg per mL.
d. Larutan uji persediaan Timbang dan serbukkan tidak kurang dari 20 tablet.
Timbang saksama sejumlah serbuk tablet setara dengan lebih kurang 100
mg parasetamol, masukkan ke dalam labu tentukur 200-mL, tambahkan
lebih kurang 100 mL Fase gerak, kocok selama 10 menit menggunakan
pengocok mekanik, sonikasi selama 5 menit. Encerkan dengan Fase gerak
sampai tanda. Kadar larutan lebih kurang 0,5 mg per mL.
e. Larutan uji Pipet sejumlah Larutan uji persediaan encerkan dengan Fase
gerak hingga kadar lebih kurang 0,01 mg per mL. Saring larutan melalui
penyaring dengan porositas 0,5 m atau lebih halus, buang 10 mL filtrat
pertama. Gunakan larutan jernih sebagai Larutan uji.
f. Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja tinggi dilengkapi dengan
detektor 243 nm dan kolom 3,9 mm × 30 cm berisi bahan pengisi L1. Laju
alir lebih kurang 1,5 mL per menit. Lakukan kromatografi terhadap
Larutan baku, rekam kromatogram seperti yang tertera pada Prosedur:
efisiensi kolom tidak kurang dari 1000 lempeng teoritis; faktor ikutan
tidak lebih dari 2 dan simpangan baku rrelatif pada penyuntikan ulang
tidak lebih dari 2,0%
g. Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume sama (lebih kurang
10 µL) Larutan baku dan Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung jumlah dalam mg,
parasetamol, C8H9NO2 dalam serbuk tablet yang digunakan dengan
rumus:
(Error: Reference source not found (Error:
Reference source not found 100
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak Larutan uji dan Larutan
baku; CS adalah kadar Parasetamol BPFI dalam mg per mL Larutan baku;
CU adalah kadar parasetamol dalam mg per mL Larutan uji berdasarkan
jumlah yang tertera pada etiket.

Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat dan pada suhu ruang
terkendali.

Penandaan Jika pada etiket tertera tablet kunyah, kunyah sebelum ditelan.
III. PROSEDUR KERJA

PENETAPAN KADAR PARASETAMOL TABLET

A. Alat dan Bahan


Alat : Spektrofotometri UV, timbangan Analitik, spatel, kertas perkamen,
labu ukur
Bahan : parasetamol BPFI, Tablet parasetamol, aqua dest
Referensi : FI Ed. IV

B. Pengumpulan data dan informasi (FI Ed IV)


 Tablet parasetamol mengandung parasetamol (C8H9NO2) tidak kurang
dari 90,0 % dan tidak boleh lebih dari 110% dari jumlah yang tertera pada
etiket.
 Serapan panjang gelombang maksimum parasetamol menurut FI Ed IV
243 nm
C. Prosedur Kerja
Pembuatan deret larutan standar parasetamol BPFI
 Buatlah larutan induk 100 ppm dengan menimbang seksama 25 mg
parasetamol BPFI, kemudian masukkan dalam labu ukur 250 ml,
tambahkan 2 ml etanol 95 % dan 8 ml aquadest, gocok sampai
parasetamol BPFI semuanya larut, setelah larut, tambahkan aquadest
tambah tanda batas, kocok homogen.
 Buatlah deretan larutan standar parasetamol BPFI dengan konsentrasi (4,
6,8,10,12) ppm dengan cara memipet larutan induk 100 ppm masing-
masing sebanyak 4 ml, 6 ml, 8 ml, 10 ml,dan 12 ml, kemudian masukkan
masing masing ke dalam labu ukur 100 ml, tambahkan aquadest sampai
tanda batas.
 Ambillah salah satu konsentrasi untuk ditentukan serapan panjang
gelombang maksimumnya.
 Kemudian ukur absorban pada masing-masing larutan standar tersebut
pada serapan panjang gelombang maksimum tersebut.
 Hitunglah persamaan regresi liniernya y= a+bx

Penetapan kadar parasetamol pada tablet parasetamol

 Ambil 20 tablet parasetamol kemudian masukkan ke dalam lumpang,


gerus homogen, kemudian timbang 100 mg serbuk parasetamol dengan
seksama lalu larutkan dalam labu ukur 250 ml, tambahkan 5 ml etanol
96% dan 10 ml aquadest, gocok sampai serbuk parasetamol serbuk larut
sempurna, lalu tambahkan air sampai tanda batas, kocok hingga homogen.
 Pipet 1 ml larutan tersebut masukkan ke dalam labu ukur 100 ml
tambahkan dengan air sampai tanda batas, kocok homogen.
 Ukur absorban sampel tersebut pada panjang gelombang maksimum
parasetamol.

D. Data dan Perhitungan


Validasi
Metode
Analisa
Penetapan
Kadar
Parasetamol
dalam
Tablet
Tentuka
n
keseksamaan/presisi dengan mengukur simpangan baku dan simpangan baru
relatifnya.
Tentukan linearitasnya yang dinyatakan dalam istilah variansi sekitar arah
garis regresi yang dihitung berdasarkan persamaan matematik data yang
diperoleh dari hasil uji kadar parasetamol dalam tablet.
Tentukan akurasinya.
Tentukan apakah hasil penetapan kadar parasetamol dalam tablet memenuhi
persyaratan literatur atau tidak.

Anda mungkin juga menyukai