Anda di halaman 1dari 9

UJIAN TENGAH SEMESTER

INSTRUMENTASI
Dosen Pengampu : Dr.dr.Danis Pertiwi, M.Si.Med,Sp.PK

Nama Mahasiswa : Fitri Anindyasarathi

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU BIOMEDIK


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
2023
UJIAN TENGAH SEMESTER GASAL TAHUN AKADEMIK 2023/2024 PRODI MAGISTER ILMU
BIOMEDIK FK UNISSULA
=========================================================================
Mata Kuliah : Instrumentasi
Smt : I (Satu)
Hari/ Tanggal : Jum’at, 3 November 2023
Penguji : Dr. dr. Danis Pertiwi, M.Si.Med, Sp.PK

1. Apakah yg dimaksud dg keandalan metoda pemeriksaan laboratorium? Terangkan

Jawaban : keandalan metode pemeriksaan laboratorium merupakan suatu ukuran untuk


menilai sampai berapa jauh tes tersebut dapat dipakai sebagai tes penyaring, diagnostic
tes, monitoring, penentu prognosis.
Keandalan Analitik

Kriteria

Keandalan diagnostik

Laboratorium dapat dikatakan bermutu tinggi apabila data hasil uji laboratorium tersebut
dapat memuaskan pelanggan dengan memperhatikan aspek-aspek teknis seperti ketelitian
(precision) dan ketepatan (accuracy) yang tinggi dapat dicapai (Muslim dkk, 2015).

Presisi dan Akurasi

Presisi atau precision merupakan ukuran yang menunjukkan derajat kesesuaian antara
hasil uji individual. Presisi diukur dengan penyebaran hasil individu dari rata-rata
pengujian secara berulang pada sampel yang diambil dari campuran yang homogen. Nilai
presisi akan menunjukkan seberapa dekat suatu hasil pemeriksaan bila dilakukan secara
berulang menggunakan sampel yang sama. Presisi disajikan dalam bentuk impresisi yang
dinyatakan dalam ukuran koefisien variasi.

Penentuan presisi perlu dilakukan perhitungan-perhitungan statistika sebagai berikut:

a. Rerata (mean)

Rerata (mean) merupakan hasil pembagian sejumlah nilai hasil pemeriksaan dengan
jumlah pemeriksaan yang dilakukan. Rerata biasanya digunakan sebagai nilai target dari
QC. Rerata dapat dihitung menggunakan rumus berikut:

Standar Deviasi (SD)


Standar Deviasi (SD) atau simpangan baku merupakan pengukuran variasi dalam
serangkaian hasil pemeriksaan. SD di laboratorium digunakan untuk menganalisa hasil
pengendalian mutu. SD menggambarkan bentuk distribusi data. Rentang nilai QC untuk
hasil pemeriksaan diterima dapat ditentukan dengan menggunakan nilai rerata sebagai
nilai target dan simpangan baku sebagai ukuran sebaran data. Nilai SD dapat ditentukan
menggunakan rumus berikut:

Koefisien Variasi (CV)

Koefisien Variasi (CV) merupakan standar deviasi yang dinyatakan dalam bentuk
persentase rerata. CV merupakan suatu ukuran variabilitas yang bersifat relatif dan
dinyatakan dalam persen. CV menggambarkan perbedaan hasil yang diperoleh setiap kali
melakukan pengulangan pemeriksaan pada sampel yang sama. Nilai CV dapat ditentukan
dengan rumus berikut:

Kemenkes mengatur batas nilai CV maksimum dalam Permenkes No. 43 tentang


Penyelenggaraan Laboratorium yang Baik dengan Nilai CV maksimum pemeriksaan
glukosa adalah 5%. Akurasi (ketepatan) atau inakurasi (ketidaktepatan)
merupakan kemampuan untuk mengukur dengan tepat sesuai dengan nilai benar
(true

value) setelah dilakukan pemeriksaan secara berulang. Akurasi atau inakurasi


digunakan untuk menilai adanya kesalahan acak atau kesalahan sistemik atau
keduanya. Pengukuran inakurasi dapat dilakukan dengan memenuhi dua syarat, yaitu
bahan kontrol diukur dengan metode baku emas (gold

standard) dan bahan kontrol masih dalam kondisi baik.

Penentuan akurasi dapat dilakukan dengan menggunakan perhitungan nilai bias (d%).
Nilai bias dapat ditentukan dengan rumus berikut:
= rata-rata hasil pemeriksaan bahan kontrol

NA = nilai sebenarnya atau true value dari bahan kontrol


Sensitivitas analitis:
Kemampuan pengujian untuk mendeteksi konsentrasi zat tertentu yang sangat rendah
dalam spesimen biologis. Sensitivitas analitis sering disebut sebagai batas deteksi
(LoD). LoD adalah konsentrasi sebenarnya suatu analit dalam spesimen yang dapat
dideteksi secara konsisten ≥ 95% sepanjang waktu. LoD dapat direpresentasikan
sebagai jumlah salinan genom, dosis infeksius, unit pembentuk koloni, unit pembentuk
plak, dan lain-lain dari analit yang dapat dideteksi. Untuk menentukan sensitivitas
analitik, pengenceran titik akhir digunakan hingga pengujian tidak dapat lagi
mendeteksi target yang dimaksud pada lebih dari 95% ulangan.
Kekhususan analitis:
Kemampuan pengujian untuk mendeteksi target yang dituju. Penting untuk memverifikasi
bahwa primer pengujian tersebut spesifik terhadap target. Ada dua komponen
spesifisitas analitis, reaktivitas silang dan interferensi, yang dibahas di bawah.

1. Reaktivitas silang dapat terjadi ketika terdapat organisme yang terkait secara
genetis dalam spesimen pasien.
2. Interferensi dapat terjadi ketika spesimen dimasukkan ke dalam zat endogen
seperti hemoglobin, bilirubin, obat-obatan, dll. atau zat penghambat eksogen,
seperti krim tangan, sarung tangan bubuk, pemisah serum, dll. Zat-zat ini akan
menghambat pengikatan primer ke target yang dituju. . Jika target menguat tanpa
menempelnya primer, target tidak akan terdeteksi, sehingga berpotensi
menimbulkan hasil negatif palsu.

2. Jelaskan apa saja tahapan/ fase dalam proses pemeriksaan laboratorium


Jawaban :

1. Pemantapan Mutu Laboratorium


Pemantapan mutu (Quality Assurance) merupakan bagian dari manajemen mutu
yang difokuskan pada pemberian keyakinan bahwa persyaratan mutu akan
dipenuhi. Secara teknis, jaminan mutu pengujian diartikan sebagai keseluruhan
kegiatan yang sistematis dan terencana yang diterapkan dalam pengujian sehingga
memberikan keyakinan yang memadai bahwa data yang dihasilkan memenuhi
persyaratan mutu sehingga dapat diterima oleh pelanggan atau pengguna. Melalui
jaminan mutu dan pengendalian mutu yang sistematik dan terencana, tahapan
dalam proses pengujian dapat dikendalikan, dipantau dan diperiksa untuk
memastikan bahwa sistem manajemen mutu berjalan secara efektif melalui:
a. Mengukur apa yang sedang terjadi

b. Membandingkan terhadap apa yang seharusnya terjadi

c. Melakukan suatu Tindakan apabila ada perbedaan atau ketidaksesuaian


(Hadi, 2007).

Pemantapan mutu bertujuan untuk keandalan hasil pemeriksaan laboratorium.


Keandalan tersebut merupakan ukuran untuk menilai seberapa jauh tes tersebut
dapat digunakan untuk kepentingan klinik baik sebagai tes penyaring, untuk
menentukan diagnosis, sebagai tes pemantau maupun digunakan sebagai
penentuan prognosis. Keandalan tes laboratorium meliputi presisi, akurasi,
sensitivitas dan spesifitas analitik (Pamungkas, dkk, 2019).

Pemantapan mutu laboratorium klinik merupakan semua kegiatan yang


ditujukan untuk menjamin ketelitian dan ketepatan hasil pemeriksaan
laboratorium klinik yang terbagi menjadi pemantapan mutu internal dan
pemantapan mutu eksternal (Siregar, dkk, 2018).

2. Pemantapan Mutu Internal

Pemantapan mutu internal (Internal Quality Control) merupakan kegiatan


pencegahan dan pengawasan laboratorium yang dilakukan oleh setiap
laboratorium secara terus-menerus supaya meminimalisir kejadian error atau
penyimpangan sehingga didapatkan hasil pemeriksaan yang tepat.

Menurut Praptomo dalam buku Pengendalian Mutu Laboratorium Medis,


Tahapan pemeriksaan laboratorium yang dapat menjadi sumber kesalahan, yaitu:

a. Pra analitik
Kesalahan pra-analitik terjadi sebelum spesimen pasien diperiksa untuk analit
oleh sebuah metode atau instrumen tertentu, terdiri dari:
1) Ketatausahaan (Clerical)

2) Persiapan pasien (patient preparation)

3) Pengumpulan spesimen (specimen collection)


4) Penanganan sampel (sampling holding)

b. Analitik
Kesalahan analitik terjadi selama proses pengukuran dan disebabkan kesalahan
acak atau kesalahan sistematis, terdiri dari:
1) Reagen (reagents)

2) Peralatan (instruments)

3) Kontrol dan bakuan (control and standard)

4) Metode analitik (analytical method)

5) Ahli teknologi (technologist)

c. Pasca Analitik
Kesalahan pasca analitik terjadi setelah pengambilan sampel dan proses
pengukuran serta mencakup kesalahan seperti kesalahan penulisan, terdiri
dari:
1) Perhitungan (calculation)

2) Cara menilai (method evaluation)

3) Ketatausahaan (clerical)

4) Penanganan informasi (informasi handling).

Pemantapan mutu tahap analitik merupakan usaha untuk


menghasilkan data analisis yang akurat, reliabel dan valid. Usaha ini
dilakukan supaya tidak terjadi kesalahan program analisis, pengendalian dan
meminimalisir faktor penyebab kesalahan dan faktor intervensi pada saat
dilakukan analisis sampel. Usaha ini dilakukan dengan melakukan uji kualitas
reagensia, uji ketelitian dan uji ketepatan (Siregar dkk, 2018).

3. Apa saja jenis2 kesalahan dlm pemeriksaan laboratorium & jelaskan bagaimana cara
menghindarinya

Jawaban :

Ahli teknologi termasuk kesalahan analitik atau kesalahan teknikyang terdiri dari 2 jenis
kesalahan yaitu kesalahan acak (random error) dan kesalahan sistematik (systematic
error)
a. Kesalahan Acak (Random Error)

Kesalahan acak dalam analitik seringkali disebabkan oleh hal berikut instrumen yang
tidak stabil, variasi temperature, variasi reagen dan kalibrasi, variasi teknik prosedur
pemeriksaan (pipetasi, pencampuran, waktu inkubasi), variasi operator/analis.
Kesalahan acak merupakan jenis kesalahan yang memperlihatkan tingkat ketelitian
pemeriksaan. Kesalahan ini akan terlihat pada pemeriksaan yang dilaksankan
menggunakan sampel yang sama dan berulang kali dan menimbulkan hasil yang
bervariatif terkadang lebih besar, lebih kecil. Faktor kesalahan acak ini sebenarnya
dapat dikurangi dengan melakukan banyak pengulangan pengukuran. Kesalahan
acak dapat ditentukan dengan menggunakan metode statistic (Santoso, 2008;
Depkes, 2008).

Secara teknis, kesalahan acak ialah setiap penyimpangan dari hasil yang diharapkan.
Untuk hasil QC, positif atau menyimpangan negatif dari rata-rata yang dihitung dan
diartikan sebagai kesalahan acak.

b. Kesalahan Sistematik (Systematic Error)

Kesalahan sistematik umumnya disebabkan hal-hal sebagai berikut: spesifitas


reagen/metode pemeriksaan rendah (mutu reagen), blanko sampel dan blanko
reagen kurang tepat (kurva kalibrasi tidak linear), mutu reagen kalibrasi kurang
baik, alat 24 bantu (pipet) yang kurang akurat, panjang gelombang yang dipakai,
salah cara melarutkan reagen. Kesalahan sistematik ini merupakan kesalahan yang
terus berlanjut dengan pola yang sama. Yang disebapkan oleh standar kalibrasi atau
instrumentasi yang tidak baik. Kesalahan ini tidak dapat dikurangi dengan cara
pengulangan pengukuran.

Kesalahan sistematis bisa dibuktikan dengan perubahan ratarata nilai kontrol.


Perubahan mean mungkin bertahap dan ditunjukkan sebagai arah dalam nilai
kontrol atau mungkin ditunjukkan sebagai perubahan dalam nilai kontrol. Kerusakan
sumber cahaya instrumen, akumulasi puing secara bertahap ditabung sampel /
reagen, akumulasi puing secara bertahap pada permukaan elektroda, penuaan
reagen. Kerusakan bahan kontrol secara bertahap, kerusakan ruang inkubasi secara
bertahap suhu (hanya enzim), penurunan integritas filter cahaya secara bertahap,
dan penurunan kalibrasi secara bertahap Contoh pada grafik Levey-Jennings.
4. Apakah yg dimaksud dg Quality assurance & Quality control dlm pemeriksaan
laboratorium?
Jawaban :
a. Quality Control (QC) Quality control untuk pengawasan sistematis periodik terhadap :
alat, metode dan reagen. QC lebih berfungsi untuk mengawasi, mendeteksi persoalan
dan membuat koreksi sebelum hasil dikeluarkan. Quality control adalah bagian dari
quality assurance, dimana quality assurance merupakan bagian dari total quality
manajement.
b. (QA) Quality assurance adalah mengukur kinerja pada tiap tahap siklus tes
laboratorium: pra analitik, analitik dan pasca analitik. Jadi, QA merupakan
pengamatan keseluruhan input-proses-output/outcome, dan menjamin pelayanan
dalam kualitas tinggi dan memenuhi kepuasan pelanggan. Tujuan QA adalah untuk
mengembangkan produksi hasil yang dapat diterima secara konsisten, jadi lebih
berfungsi untuk mencegah kesalahan terjadi (antisipasi error )

5. Terangkan tentang hukum2 yg berlaku dalam prinsip metode fotometri !


Jawaban :Ada dua hukum utama yang digunakan untuk menghasilkan pengukuran
fotometri. Hukum ini dikenal sebagai hukum kuadrat terbalik dan hukum kosinus.

a. Hukum kuadrat terbalik menentukan korelasi antara iluminasi dari sumber intensitas
konstan dan jaraknya dari permukaan. Hukum kuadrat terbalik menyatakan bahwa
intensitas per satuan luas pada permukaan bervariasi berbanding terbalik dengan
kuadrat jarak antara sumber dan permukaan. Ini berarti bahwa pengukuran iluminasi
berturut-turut hanya akan seakurat kontrol rentang permukaan dan sumber.

b. Hukum kosinus Lambert menyatakan bahwa kekuatan cahaya pada permukaan suatu
luas tetap bervariasi terhadap sudut datang. Ketika cahaya menumbuk suatu
permukaan secara miring, iluminasi permukaan tersebut berbanding lurus dengan
kosinus sudut θ antara arah datangnya cahaya dan garis normal
permukaan. Permukaan yang mematuhi hukum memiliki pancaran cahaya yang sama
jika dilihat dari sudut mana pun dan menunjukkan reflektansi Lambertian. Bagi mata
manusia, kecerahannya tampak sama.

Saat mengukur tampilan, sejumlah pengukuran fotometrik yang berbeda dapat diperoleh,
antara lain:

1). Intensitas Cahaya: Ini didefinisikan sebagai jumlah fluks cahaya yang dipancarkan
secara seragam ke sudut padat. Ini menilai divergensi dan arah sumber. Pengukuran ini
tidak berlaku untuk sumber cahaya terkolimasi dan tidak akurat untuk pemancar yang
tidak seragam. Satuan dasar intensitas cahaya adalah candela dan sama dengan satu
lumen per steradian. Luas detektor (atau luas yang ditentukan oleh bukaan di depannya),
dan jaraknya dari sumber cahaya harus diketahui untuk menghitung intensitas
cahaya. Dengan demikian, sudut padat dapat dihitung dan kemudian dibagi menjadi
pembacaan fluks.

2) Fluks cahaya: Kuantitas sentral yang digunakan dalam fotometri adalah fluks cahaya
dan ini digambarkan sebagai energi cahaya tampak per detik yang dipancarkan oleh suatu
sumber . Fluks cahaya disampaikan dalam lumen. Ini adalah ukuran seluruh keluaran optik
sumber cahaya tampak ke segala arah. Merekam pengukuran ini memerlukan pemfokusan
kekuatan penuh sumber pada detektor.

3) Energi Cahaya: Energi cahaya didefinisikan sebagai laju aliran fluks dan dinyatakan
dalam lumen-detik. Biasanya, ini diterapkan pada sumber berdenyut atau berkedip.

4) Luminansi: Luminansi atau kecerahan fotometrik didefinisikan sebagai fluks dari


permukaan yang relatif datar dan seragam, yang dapat dipantulkan atau
dipancarkan . Luminance memiliki satuan candela per meter persegi. Saat mengukur
pencahayaan, bidang pandang detektor harus dibatasi, dan sudutnya dihitung.

5) Penerangan: Penerangan menggambarkan jumlah cahaya tampak yang terjadi pada


suatu luas permukaan tertentu . Satuannya, lumen per meter persegi, juga dikenal sebagai
lux. Pengukuran iluminasi rentan terhadap kesalahan yang disebabkan oleh cahaya di luar
sumbu yang harus dikoreksi kosinus.

Anda mungkin juga menyukai