INSTRUMENTASI
Dosen Pengampu : Dr.dr.Danis Pertiwi, M.Si.Med,Sp.PK
Kriteria
Keandalan diagnostik
Laboratorium dapat dikatakan bermutu tinggi apabila data hasil uji laboratorium tersebut
dapat memuaskan pelanggan dengan memperhatikan aspek-aspek teknis seperti ketelitian
(precision) dan ketepatan (accuracy) yang tinggi dapat dicapai (Muslim dkk, 2015).
Presisi atau precision merupakan ukuran yang menunjukkan derajat kesesuaian antara
hasil uji individual. Presisi diukur dengan penyebaran hasil individu dari rata-rata
pengujian secara berulang pada sampel yang diambil dari campuran yang homogen. Nilai
presisi akan menunjukkan seberapa dekat suatu hasil pemeriksaan bila dilakukan secara
berulang menggunakan sampel yang sama. Presisi disajikan dalam bentuk impresisi yang
dinyatakan dalam ukuran koefisien variasi.
a. Rerata (mean)
Rerata (mean) merupakan hasil pembagian sejumlah nilai hasil pemeriksaan dengan
jumlah pemeriksaan yang dilakukan. Rerata biasanya digunakan sebagai nilai target dari
QC. Rerata dapat dihitung menggunakan rumus berikut:
Koefisien Variasi (CV) merupakan standar deviasi yang dinyatakan dalam bentuk
persentase rerata. CV merupakan suatu ukuran variabilitas yang bersifat relatif dan
dinyatakan dalam persen. CV menggambarkan perbedaan hasil yang diperoleh setiap kali
melakukan pengulangan pemeriksaan pada sampel yang sama. Nilai CV dapat ditentukan
dengan rumus berikut:
Penentuan akurasi dapat dilakukan dengan menggunakan perhitungan nilai bias (d%).
Nilai bias dapat ditentukan dengan rumus berikut:
= rata-rata hasil pemeriksaan bahan kontrol
1. Reaktivitas silang dapat terjadi ketika terdapat organisme yang terkait secara
genetis dalam spesimen pasien.
2. Interferensi dapat terjadi ketika spesimen dimasukkan ke dalam zat endogen
seperti hemoglobin, bilirubin, obat-obatan, dll. atau zat penghambat eksogen,
seperti krim tangan, sarung tangan bubuk, pemisah serum, dll. Zat-zat ini akan
menghambat pengikatan primer ke target yang dituju. . Jika target menguat tanpa
menempelnya primer, target tidak akan terdeteksi, sehingga berpotensi
menimbulkan hasil negatif palsu.
a. Pra analitik
Kesalahan pra-analitik terjadi sebelum spesimen pasien diperiksa untuk analit
oleh sebuah metode atau instrumen tertentu, terdiri dari:
1) Ketatausahaan (Clerical)
b. Analitik
Kesalahan analitik terjadi selama proses pengukuran dan disebabkan kesalahan
acak atau kesalahan sistematis, terdiri dari:
1) Reagen (reagents)
2) Peralatan (instruments)
c. Pasca Analitik
Kesalahan pasca analitik terjadi setelah pengambilan sampel dan proses
pengukuran serta mencakup kesalahan seperti kesalahan penulisan, terdiri
dari:
1) Perhitungan (calculation)
3) Ketatausahaan (clerical)
3. Apa saja jenis2 kesalahan dlm pemeriksaan laboratorium & jelaskan bagaimana cara
menghindarinya
Jawaban :
Ahli teknologi termasuk kesalahan analitik atau kesalahan teknikyang terdiri dari 2 jenis
kesalahan yaitu kesalahan acak (random error) dan kesalahan sistematik (systematic
error)
a. Kesalahan Acak (Random Error)
Kesalahan acak dalam analitik seringkali disebabkan oleh hal berikut instrumen yang
tidak stabil, variasi temperature, variasi reagen dan kalibrasi, variasi teknik prosedur
pemeriksaan (pipetasi, pencampuran, waktu inkubasi), variasi operator/analis.
Kesalahan acak merupakan jenis kesalahan yang memperlihatkan tingkat ketelitian
pemeriksaan. Kesalahan ini akan terlihat pada pemeriksaan yang dilaksankan
menggunakan sampel yang sama dan berulang kali dan menimbulkan hasil yang
bervariatif terkadang lebih besar, lebih kecil. Faktor kesalahan acak ini sebenarnya
dapat dikurangi dengan melakukan banyak pengulangan pengukuran. Kesalahan
acak dapat ditentukan dengan menggunakan metode statistic (Santoso, 2008;
Depkes, 2008).
Secara teknis, kesalahan acak ialah setiap penyimpangan dari hasil yang diharapkan.
Untuk hasil QC, positif atau menyimpangan negatif dari rata-rata yang dihitung dan
diartikan sebagai kesalahan acak.
a. Hukum kuadrat terbalik menentukan korelasi antara iluminasi dari sumber intensitas
konstan dan jaraknya dari permukaan. Hukum kuadrat terbalik menyatakan bahwa
intensitas per satuan luas pada permukaan bervariasi berbanding terbalik dengan
kuadrat jarak antara sumber dan permukaan. Ini berarti bahwa pengukuran iluminasi
berturut-turut hanya akan seakurat kontrol rentang permukaan dan sumber.
b. Hukum kosinus Lambert menyatakan bahwa kekuatan cahaya pada permukaan suatu
luas tetap bervariasi terhadap sudut datang. Ketika cahaya menumbuk suatu
permukaan secara miring, iluminasi permukaan tersebut berbanding lurus dengan
kosinus sudut θ antara arah datangnya cahaya dan garis normal
permukaan. Permukaan yang mematuhi hukum memiliki pancaran cahaya yang sama
jika dilihat dari sudut mana pun dan menunjukkan reflektansi Lambertian. Bagi mata
manusia, kecerahannya tampak sama.
Saat mengukur tampilan, sejumlah pengukuran fotometrik yang berbeda dapat diperoleh,
antara lain:
1). Intensitas Cahaya: Ini didefinisikan sebagai jumlah fluks cahaya yang dipancarkan
secara seragam ke sudut padat. Ini menilai divergensi dan arah sumber. Pengukuran ini
tidak berlaku untuk sumber cahaya terkolimasi dan tidak akurat untuk pemancar yang
tidak seragam. Satuan dasar intensitas cahaya adalah candela dan sama dengan satu
lumen per steradian. Luas detektor (atau luas yang ditentukan oleh bukaan di depannya),
dan jaraknya dari sumber cahaya harus diketahui untuk menghitung intensitas
cahaya. Dengan demikian, sudut padat dapat dihitung dan kemudian dibagi menjadi
pembacaan fluks.
2) Fluks cahaya: Kuantitas sentral yang digunakan dalam fotometri adalah fluks cahaya
dan ini digambarkan sebagai energi cahaya tampak per detik yang dipancarkan oleh suatu
sumber . Fluks cahaya disampaikan dalam lumen. Ini adalah ukuran seluruh keluaran optik
sumber cahaya tampak ke segala arah. Merekam pengukuran ini memerlukan pemfokusan
kekuatan penuh sumber pada detektor.
3) Energi Cahaya: Energi cahaya didefinisikan sebagai laju aliran fluks dan dinyatakan
dalam lumen-detik. Biasanya, ini diterapkan pada sumber berdenyut atau berkedip.