Pendahuluan
Metode-metode analisis yang digunakan di
laboratorium pengujian (industri farmasi,
pemerintahan) harus secara rutin
dikembangkan atau dimodifikasi untuk
memperoleh metode analisis yang lebih
baik dan mutakhir.
Pengembangan metode tidak dapat
dipisahkan dari validasi metode analisis,
karena metode analisis hasil
pengembangan tersebut baru dapat
dikatakan baik, kalau dapat divalidasi
secara ilmiah kesesuaiannya dengan
tujuan pengembangan metode tersebut.
Desain
Rasional
Kemanan
dan khasiat
Penemu
an
-Riset dasar
- Skreening
-Uji pada
hewan
Kualitas
Pengemban
gan
Uji
praklinik
-
- Uji klinik
GLP &
GCP
Manufaktur
senyawa
Aktif
Produksi
senyawa
aktif
GMP
Kualitas
Manufak
tur obat
jadi
Produksi
sediaan
jadi
GMP
Kualitas
Pemasara
n,
Penjualan
dan
Pengguna
an
-Promosi
- Distribusi
- Layanan
Komunikas
i
GDP &
GPP
CALO
N
OBAT
PENGEM
BANGAN
FORMUL
A
PENGEMBAN
GAN
METODE
ANALISIS
AWAL
FAS
EI
FASE
II
OPTIM
ASI
FORMU
LA
UJI
STABILIT
AS
METODE
ANALISI
S UNTUK
FORMUL
A
FINALIS
ASI
METODE
ANALISI
S
FASE
III
VALIDASI
PROSES
MANUFAKT
UR
VALIDA
SI
METOD
E
ANALIS
IS
PAS
EN
MARKET
MANUFAK
TURING
PENGAWA
SAN MUTU
Proses validasi
Validasi adalah suatu proses yang dilakukan sekurang-kurangnya 4
tahap :
A.
B.
C.
D.
VALIDASI
(2) Perangkat
lunak
(3) Kesesuaian
sistem
Validasi/Verifikasi Metode
Farmakope, ISO 17025.2005 dan CPOB mensyaratkan bahwa
metode pengujian yang digunakan untuk menetapkan mutu
produk farmasi dan pemenuhan persyaratan mutu/spesifikasi,
harus sudah dibuktikan kesesuaiannya terhadap akurasi,
presisi dan reliabilitasnya yang telah ditetapkan.
Para pengguna metode standard, misalnya yang terdapat
dalam kompendia (farmakope dan kodeks) tidak disyaratkan
untuk memvalidasinya tetapi diwajibkan untuk memverifikasi
kesesuaian metode itu pada kondisi penggunaan.
Metode pengujian yang non-standard atau hasil
pengembangan laboratorium sebelum digunakan harus
divalidasi dahulu.
Kegiatan validasi/verifikasi metode merupakan kegiatan yang
terencana dan dilakukan oleh personal yang terlatih.
SPESIFIK/SEL
EKTIF
KADAR
KECIL
SPESIFIK/SELE
KTIF
SENSITIF
ANALISIS
KUALITATI
F
KADA
R
BESAR
SPESIFIK/SELEK
TIF
AKURAT
PRESISI
ANALISIS
KUANTITA
TIF
KADAR
KECIL
SPESIFIK/SELEK
TIF
SENSITIF
AKURAT
PRESISI
Presisi (keseksamaan)
Akurasi (kecermatan)
Batas deteksi
Batas kuantitasi
Spesifisitas (kekhasan)
Linearitas
Rentang
ICH
(International Conference on
Harmonization)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Presisi
Akurasi
Batas deteksi
Batas kuantitasi
Spesifitas
Linearitas
Rentang
Robustness
Kesesuaian sistem
Presisi
Akurasi
Rentang
Linearitas
Spesifisitas
Ketegaran/
Robustness
1. Spesifisitas/Selektifitas
PEMBUKTIAN UNTUK
MENGUJI
Adanya gangguan
(interferences) dari
senyawa lain, cemaran,
hasil degradasi atau
matriks.
2. Batas Deteksi dan
Kuantitasi
3. Akurasi
Kepekaan
a. Galat sistematik (bias)
b. Rekoveri (Recovery)
c. Linearitas
4. Presisi
a. Galat acak
b. Keterulangan
(Repeatability)
c. Presisi antara
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Judul panduan
a.
b.
CDER
a.
b.
c.
d.
USP
Tahun
terbit
1994
1994
1995
1987
2000
1999
2009
2, Tahap validasi
Spesifisitas
Linieritas dan rentang
Batas deteksi
Batas kuantisasi
Akurasi
Presisi
SPESIFISITAS
Kemampuan untuk menguji secara tegas analit
yang dimaksud dengan adanya komponen lain
atau yang diperkirakan ada seperti cemaran, hasil
degradasi dan komponen matriks.
Jika spesifisitas metode tidak ada atau kurang baik maka
metode dapat dilengkapi dengan prosedur analisis
pendukung yang memadai seperti pemisahan : ekstraksi,
destilasi, SPE, dll
Pengujian
a. Untuk identifikasi senyawa aktif dalam bahan atau
sediaan.
Metode harus mampu menyeleksi dan mengidentifikasi
senyawa-senyawa yang ada dalam sampel yang
berkaitan dengan struktur molekulnya. Dapat dibuktikan
dengan hasil positif (atau dibandingkan dengan bahan
acuan standar yang diketahui) dari sampel yang
mengandung analit dan dengan hasil negatif dari
sampel yang tidak mengandung analit.
b. Untuk penetapan kadar cemaran
Dilakukan dengan menguji sampel yang ditambahkan
LINEARITAS
Kemampuan untuk memperoleh hasil uji yang
proporsional (sepadan) terhadap konsentrasi analit
dalam sampel dan dalam rentang konsentrasi yang
digunakan secara langsung atau melalui suatu
transpormasi matematik yang jelas.
Pengujian:
Menyiapkan larutan analit sebanyak minimal 6
konsentrasi dengan rentang 20 - 120% dari konsentrasi
aktual
Mengukur respon instrumen ke enam larutan tersebut,
masing-masing paling sedikit tiga kali pengukuran
Buat kurva antara respon instrumen terhadap
konsentrasi analit dan hitung persamaan matematik
yang memadai (persamaan garis regresi linier atau
regresi kuadrat)
Hitung derajat linearitas melalui:
- koefisien korelasi (r)
- Vxo
- % Y-intercept
- faktor respon
Kurva kalibrasi:
Respon alat
a.
b.
C
d.
konsentrasi
( xi xbaku
)( yi residu
y ) dari regresi linear
Sy/x= simpangan
{( xi x ) 2 ( y 1 y ) 2 }1/ 2
yi yi ) 2
n2
Vxo
Sy/x
bx
100%
1/ 2
yi b. yi m ( xi yi ) n ( xi . yi )
2
c.
d.
Sy/x
n3
E m 2 nx
Vxo
Sy/ x
E.x
100%
Metode
Untuk
Level
Rentang
Kriteria penerimaan*)
Penetapan kadar
50 - 150 %
20 - 120 %
r>0,999
%y- intercept<2,0%
Vxo<2,0 %
Disolusi
5-8
r>0,99
%y intercept <5,0%
Vxo<5,0 %
Cemaran (Kadar
rendah)
LOQ - 2 %
r>0,98
Vxo<5,0%
Cleaning ( Kadar
sangat rendah)
r>0,98
Vxo<5,0%
RENTANG
Rentang adalah interval antara batas terendah dan batas
tertinggi konsentrasi analit yang telah dibuktikan dengan
hasil presisi, akurasi dan linearitas yang dapat diterima.
Rentang metode diuji dengan melakukan pembuktian data yang
memperlihatkan presisi, akurasi dan linieritas yang dapat diterima,
baik pada konsentrasi terendah dan maupun tertinggi serta pada
konsentrasi lain dalam rentang sesuai dengan tujuan metode analisis
Rentang dinamik : Linearitas,
Akurasi dan Presisi
Respon
*
*
Batas terendah
(LOQ)
Batas tertinggi
(ULL)
konsentrasi
a.
Pengujian
1. Untuk metode non instrumen, BD ditetapkan
dengan
menguji sampel yang mengandung analit
dalam kadar
tertentu. Dengan melakukan pengenceran secara
bertahap, ditentukan batas terendah kadar analit yang
masih
dapat dideteksi secara visual (menggunakan reaksi
kimia,
KLT,dll)
Catatan:
SD (simpangan baku) dapat dihitung dengan
cara menghitung :
a. Simpangan baku larutan blangko
b. Simpangan baku residual garis regresi (Sy/x)
c. Simpangan baku pada perpotongan garis
sumbu Y ( Y-intercept).
Dengan demikian BD dapat diprediksi dari hasil
pengukuran larutan blangko, hasil perhitungan
dari data pengukuran larutan encer, atau dari
data kurva kalibrasi (persamaan regresi linier).
Pengujian
1. Untuk metode non instrumental, umumnya ditentukan
dengan
melakukan analisis sampel yang mengandung
analit, lalu
menetapkan kadar terendah analit yang dapat
dideteksi
dengan presisi dan akurasi yang dapat diterima.
Perhitungan:
- BK = Konsentrasi analit pada S/N 10
= 10 [Konsentrasi larutan]/(S/N)]
- BK = 10 (SD/b) = 10 (Sy/x)/b)
di mana b = kemiringan garis regresi,
SD = simpangan baku blangko
Sy/x = simpangan baku residual garis regresi
Cara lain:
Penentuan Batas kuantisasi adalah konsentrasi
larutan yang menunjukkan simpangan baku relatif
20% terhadap nilai teoritis.
AKURASI (KECERMATAN)
Pengujian
Jenis uji
Level
konsentrasi
Rentang
Kriteria
Penetapan kadar
3 level, dengan 3
dalam bahan baku kali pengujian
atau sediaan jadi
Bias : + 2%
Rekoveri:
98,0 102,0%
Disolusi
3 level dengan 3
kali pengujian
20 35 % Q
50 80 % Q
100 130 % Q
Bias : + 5%
Rekoveri:
95,0 105,0 %
Penetapan kadar
Rendah
(Cemaran)
1 level dengan 3
kali pengujian
LOQ 1%
Bias : + 20,0%
Rekoveri:
80,0 120,0 %
Penetapan Kadar
sangat rendah
(Cleaning)
3 level dengan 3
kali pengujian
Bias : + 50,0%
Rekoveri:
50,0 150,0 %)
Perhitungan
1. Spiked placebo recovery
% Rec = Ch/Cs x 100%
Ch = kadar analit yang dihitung
Cs = kadar analit teoritis
2. Standard addition method
Ch = {(R2 R1)/R1}x C
% Rec = {Ch/Ca} x 100
Ch = Analit baku (SRM) yang ditambahkan pada produk jadi,
C = kadar analit dalam sampel produk jadi, R 2, R1 = respon
R1 oleh sampel produk jadi dan R2 respon sampel yang telah
ditambah analit baku,
Ca = kadar analit yang sebenarnya ditambahkan
3.
No.
1
2
3
4
5
6
B
C
D
E
F
Kadar
sebenarny
a
% Recovery
(x 100)
A
A1
B1 = A1-A
B1/B
A2
C1 = A2-A
C1/C
A3
D1 = A3-A
D1/D
A4
E1 = A4-A
E1/E
A5
F1 = A5-A
F1/F
Akurasi intrinsik
PRESISI (KESEKSAMAAN)
Presisi adalah tingkat kesesuaian antara hasil
analisis individual jika prosedur dilakukan berulang
kali terhadap sampel ganda atau beberapa sampel
yang homogen.
Presisi metode analisis dinyatakan sebagai simpangan
baku relatif (SBR) atau koefisien variasi (KV). Presisi metode
dinyatakan dengan tiga jenis penetapan yaitu
repeatabilitas (keterulangan), presisi antara dan
reprodusibilitas (ketertiruan)
a. Repeatability (keterulangan)
Keterulangan adalah kemampuan metode untuk
memberikan hasil analisis yang sama untuk
beberapa sampel yang kadarnya sama yang
dilakukan oleh satu orang analis pada wakt tertentu
terhadap beberapa sampel yang sama.
Keterulangan diukur terhadap 6 jenis sampel dengan
konsentrasi sama 100% dari konsentrasi aktual atau 3
jenis sampel dengan konsentrasi 80, 100, 120% dari
konsentrasi aktual yang diukur masing-masing tiga kali
(triplikasi).
b.
c.
d.
Level dan
Rentang konsentrasi
Kriteria
penerimaan
Penetapan
kadar/keseragaman
kandungan
Disolusi
12 sampel kadar
rendah
Penetapan kadar
Rendah (Cemaran)
Cleaning
2
(
x
x
)
i
SD
x
SD
100%
x
n 1
RSD
(%)
100 (100%)
10-1 (10%)
10-2 (1%)
10-3 (0,1 %)
10-4
10-5
10-6 (ppm)
10-7
10-8
10-9 (ppb)
10-10
10-11
10-12 (ppt)
2,00
2,83
4,00
5,66
8,00
11,31
16,00
22,63
32,00
45,25
64,00
90,51
128,00
Tahapan Uji :
a.
b.
c.
d.
e.
2.
3.
4.
5.
Parameter
validasi
Kriteria penerimaan
1. Spesifikasi
(metode
kromatografi)
2. Linieritas
3. Rentang
Parameter
Validasi
Kriteria Penerimaan
4. Kecermatan
(akurasi)
5. a.Presisi
b. Presisi
antara
(Intermediate
precision)
6. Stabilitas analit
7. Ketegaran
metode
(Robustness)
Kriteria
Pustaka
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Terima kasih