Anda di halaman 1dari 41

VERIFIKASI DAN VALIDASI

METODE UJI PENGUJIAN KIMIA

Oleh :
TIARA KUSUMA NINGRUM
Pengertian

Validasi metode uji adalah suatu tindakan penilaian terhadap parameter


tertentu berdasarkan percobaan laboratorium, untuk membuktikan bahwa
parameter tersebut memenuhi persyaratan untuk penggunaannya
(Harmita, 2004).
Tujuan Validasi/Verifikasi Metode Pengujian

VALIDASI
• mengetahui sejauh mana penyimpangan yang tidak dapat dihindari dari
suatu metode pada kondisi normal dimana seluruh elemen terkait telah
dilaksanakan dengan baik dan benar.
• dapat diperkirakan dengan pasti tingkat kepercayaan yang dihasilkan
oleh suatu metode pengujian.

VERIFIKASI
• untuk melakukan konfirmasi ulang terhadap metode standar
Variasi Hasil Pengujian Kimia

Variasi hasil pengujian bisa terjadi :


– Antar laboratorium
– Antar analis
– Antar metode analisis

Faktor penyebabnya:
– Faktor laboratorium (lingkungan, peralatan,
reagen, fasilitas)
– Faktor metode analisis (validasi/konfirmasi)
– Pengumpulan dan pengolahan data (pengamatan,
pengolahan dan interprestasi)
– SDM (supervisi, kompetensi)
Verifikasi Versus Validasi

Verifikasi : uji kinerja metode standar


• Kinerja yang diuji : terbatas minimal; akurasi (bias) dan presisi, serta
kinerja lain (bila perlu)
• Verifikasi dilakukan terhadap metode standar sebelum diterapkan di lab
dengan tujuan : membuktikan bahwa lab mampu melakukan pengujian
dengan hasil yang valid

Validasi :
• Berlaku untuk metode non standar
• Berlaku untuk metode standar yang modivikasi
• Berlaku untuk metode yang dibuat/dikembangkan sendiri
Siapa Yang Melakukan Validasi Metode?

• Dilakukan oleh laboratorium yang memakai metode yang bersangkutan


*bila dalam validasi, tidak ada labolaratorium lain untuk uji banding,
maka validasi terpaksa dilakukan sendiri dengan cara :
• Melakukan Validasi Sendiri
- Membandingkan hasil uji dari metode yang bersangkutan terhadap
metode lain yang berbeda  Certified Reference Material (CRM)
- Bandingkan metode yang akan di validasi terhadap metode lain yang
sudah tervalidasi
Parameter Validasi/Verifikasi Metode

• Presisi (Repeatabilitas dan Reprodusibilitas)


• Akurasi : Trueness dan bias
• Batas deteksi minimum dan batas kuantisasi minimum
• Linearitas
• Konfirmasi identitas
• Estimasi ketidakpastian
Presisi (Repeatability
dan Reproducibility)
Presisi (Kecermatan)

• Presisi adalah variabilitas dari beberapa kali pengukuran/pengujian.


• Presisi menggambarkan kecermatan data dan berkaitan dengan
kesalahan random (acak)
Presisi (Kecermatan)

Repeatability
(lab sama, analis
sama)
intra reproducibility
Presisi (lab sama, analis berbeda)
Reproducibility
(ada yang berbeda )

Inter reproducibility
(lab berbeda, analis
berbeda)
Simpangan Baku (s)

Simpangan Baku = Akar Variansi


Simpangan Baku (s)

Ex : X (X-Xrerata) (X-Xrerata)²
68,2 0,8 0,6
67,5 0,1 0,0
66,6 -0,8 0,7
67,0 -0,4 0,2
66,8 -0,6 0,4
68,5 1,1 1,1
Jumlah 404,6 3,0
Rerata 67,4
Simpangan Baku Relatif (RSD) & Koefesien Variasi (CV)
Persamaan Horwitz

• Reproducibility Metode

CV (%) = 21-0,5 log C

Konsentrasi 1 % C = 0,01
Konsentrasi 1 ppm C = 10-6

Untuk Repeatability persyaratan yang dipakai adalah:

0,66 x CVHorwitz
Persamaan Horwitz

CV (%) = 21-0,5 log C

untuk konsentrasi 1 %  C = 0,01

CV (%) = 21-0,5 log 0,01


CV (%) = 21-(0,5. -2)
CV (%) = 21+1 = 22 = 4
Persamaan Horwitz

CV (%) = 21-0,5 log C

untuk konsentrasi 1 ppm  C = 10-6

CV (%) = 21-0,5 log 0,000001


CV (%) = 21-(0,5. -6)
CV (%) = 21+3 = 24 = 16
Intra Reproducibility

- Tingkat presisi selain mengevaluasi cermat yang berasal dari metode, juga
yang berasal dari operator
- Dilakukan sama dengan repeatability, hanya dilakukan oleh operator yang
berbeda dan waktu pelaksanaan yang berbeda
- Metode memiliki intra reproducibility yang baik jika %RSD≤ 2/3 x CVHorwitz
Inter Reproducibility

- Pelaksanannya sama dengan uji profisiensi


- Metode dikatakan memiliki inter reproducibility baik jika % RSD ≤ CVHorwitz
Akurasi
(Trueness & Bias)
Akurasi : Trueness & Bias

• Trueness  perbandingan antara nilai rata-rata hasil pengujian dengan


nilai benar dari CRM

• Bias  perbandingan selisih nilai rata-rata hasil pengujian dengan nilai


benar dari CRM

dimana :
= rata-rata hasil pengujian
μ = nilai benar dari CRM
Akurasi dapat ditentukan melalui berbagai cara:

Perbandingan
CRM dengan
Metode Lain

Standar
Adisi
Contoh CRM untuk penentuan trueness dan bias
Certified Value : (10,0 ± 0,953) μg/L

Pengulangan Hasil %Trueness %Bias


(µg/L)
1 9,00 90,0 -10,0
2 9,10 91,0 -9,0
Persyaratan
3 9,40 94,0 -6,0
1) %RSD < 0,66 CVHorwitz
4 9,10 91,0 -9,0
2) %R = (70 – 125) %
5 8,80 88,0 -12,0
6 9,30 93,0 -7,0
7 8,90 89,0 -11,0
Rerata 9,09 90,9 -9,1
Simpangan Baku 0,21
%RSD 2,33
Perbandingan dengan Metode Lain

Metode akurat :
hasil pengujian
Hasil pengujian metode 1 & 2 tidak
Perbandingan metode 1 & 2 di berbeda signifikan
dengan Metode uji dengan
Lain student (t)-test

Metode tidak akurat :


hasil pengujian
metode 1 & 2
berbeda signifikan
Jenis-jenis Uji t

suatu
kumpulan data
dibandingkan
terhadap suatu
nilai tunggal

dua
Uji t
kumpulan
untuk data

data
berpasangan
(paired test)
Uji-t Untuk Suatu Kumpulan Data

Rumus yang digunakan untuk menghitung t :

( − µ) 𝑛
t =
𝑠
Keterangan :

= nilai rata-rata
µ = nilai acuan
n = jumlah data
s = standar deviasi

Ctt: derajat bebas = n-1


Uji-t Untuk Suatu Kumpulan Data Dibandingkan
Terhadap Suatu Nilai Tunggal

Contoh : Suatu lab hendak menggunakan metode baru untuk analisis timbal
dalam minyak goreng. Diadakan percobaan untuk mengetahui akurasi
metoda baru tersebut dengan cara menguji contoh minyak goreng yang
telah di-spiked dengan 25 ppb timbal menggunakan metode baru tsb.

Diperoleh hasil sbb :


25,1; 25,3; 24,7; 26,8; 24,2 ppb

Apakah hasil tersebut akurat?


Lanjutan

 Ho : hasil uji metode baru akurat


 H1 : hasil uji tidak akurat
 Nilai rata-rata dari 5 data hasil percobaan ( ) adalah 25,22 ppb dan
standar deviasi (s) 0,978 ppb
 Nilai tunggal acuan (µ) = 25 ppb
 Menggunakan rumus :

(25,22− 25) 5
t = = 0,50
0,978

 Dari tabel diperoleh nilai kritis, t4 = 2,78 (P=0,05)


 Karena t-hitung < t-tabel, maka Ho diterima, yang berarti bahwa
hasil uji metode baru akurat (tidak berbeda secara nyata dengan
nilai acuan)
Uji-t Untuk Membandingkan 2 Kumpulan Data

Untuk menguji apakah dua nilai rata-rata, x1 dan x2 berbeda secara nyata,
maka t dihitung menurut rumus:

(𝑥ഥ1 − 𝑥ഥ2)
𝑡= 𝑛1 − 1 𝑠12 + 𝑛2 − 1 𝑠22
1 1 𝑠=
𝑠 + (𝑛1 + 𝑛2 − 2)
n1 n2

Catatan: derajat bebas = n1 + n2 - 2


Uji-t Untuk Membandingkan 2 Kumpulan Data

Contoh :  Perbandingan antara dua metode analisis analit x dari suatu contoh
memberikan data sbb:
Metode 1: rata-rata = 5,49; s1 = 0,19
Metode 2: rata-rata = 6,23; s2 = 0,22
Dari masing-masing metode diperoleh 5 data
 Apakah hasil dari kedua metode tersebut berbeda secara nyata?
Lanjutan

 Ho : hasil kedua metode sama


 H1 : hasil kedua metode berbeda secara nyata
 t dihitung menurut rumus :

(6,23−5,49)
𝑡= = 5,69 𝑠=
5−1 0,192+ 5−1 0,222
= 0,206
1 1
0,206 + (5+5− 2)
5 5

 Nilai kritis dari tabel dengan derajat bebas = 8 (n1+n2-2), diperoleh t8= 2,31
(P=0,05)
 Karena nilai t-hitung > t-tabel, maka Ho ditolak. Berarti hasil kedua metode
berbeda secara nyata
Uji-t Untuk Data Berpasangan (Paired Test)

Rumus untuk menghitung t:

𝑑ഥ 𝑛
𝑡=
𝑠𝑑
Keterangan :

d = selisih nilai dari sepasang data


𝑑ҧ = nilai rata-rata dari d
sd= standar deviasi dari d

Ctt: derajat bebas = n - 1


Uji-t Untuk Data Berpasangan (Paired Test)

 Suatu laboratorium melakukan analisis kadar nitrat pada limbah cair


Contoh : dengan menggunakan 2 metode berbeda, yaitu metode JIS dan
metode SNI.
 Hasil percobaan sbb:
Sampel Metode JIS (mg/L) Metode SNI (mg/L)
Apakah hasil dari kedua
1 2,94 1,96 metode tersebut berbeda
2 7,88 7,06 secara nyata?
3 1,68 1,21
4 3,17 2,94
5 4,58 3,16
6 1,89 1,66
7 2,23 1,48
8 3,42 2,53
9 6,41 6,96
10 1,74 1,10
Lanjutan
Metode JIS Metode SNI Selisih
(mg/L) (mg/L) (d)
2,94 1,96 0,98
 Ho : hasil kedua metode sama 7,88 7,06 0,82
 H1 : hasil kedua metode berbeda secara nyata 1,68 1,21 0,47
 t dihitung menurut rumus : 3,17 2,94 0,23
4,58 3,16 1,42
1,89 1,66 0,23
2,23 1,48 0,75
0,588 10
𝑡= = 3,47 3,42 2,53 0,89
0,536 6,41 6,96 -0,55
1,74 1,10 0,64

𝒅 0,588
Sd 0,536

 Nilai kritis dari tabel dengan derajat bebas = 9 (n - 1), diperoleh t9 = 2,26 (P=0,05)
 Karena nilai t-hitung > t-tabel, maka Ho ditolak. Berarti hasil kedua metode
berbeda secara nyata
Penerapan Uji-t pada Data
Hasil Validasi Metode

Data hasil Data hasil perbandingan


Data hasil uji
perbandingan 2 antara metode standar
akurasi terhadap
metode yang dengan metode yang
nilai spike
berbeda dimodifikasi
Penetapan akurasi melalui uji perolehan kembali (Recovery)

 Untuk memberikan pengaruh yang nyata terhadap evaluasi akurasi, maka:


• konsentrasi akhir sampel setelah ditambahkan analit (spiked) berkisar
antara 2 – 5 kali konsentrasi sampel sebelum ditambahkan analit
(unspiked);
• nilai konsentrasi sampel yang telah ditambahkan analit tidak boleh melebihi
batas rentang kerja tertinggi pada ruang lingkup metode pengujian yang
digunakan
• konsentrasi sampel yang telah ditambahkan analit harus masuk dalam
regresi linear kurva kalibrasi yang digunakan.

 Analit yang ditambahkan tidak mengubah matrik sampel atau menghindari


pengenceran, serta volume analit yang ditambahkan tidak boleh melebihi 2 %
Recovery

Faktor yang dilihat dari percobaan recovery?

Apakah melalui proses Apakah pada proses


hidrolisis sebagian pre-treatment contoh
Apakah analit 100%
analit tidak ada yang yang cukup panjang
lepas dari matriks pada
rusak, sehingga pada (mis. pada analisis
proses destruksi atau
tahap pengukuran residu pestisida)
ekstraksi?
hanya sebagian saja sebagian analit tidak
yang terukur? hilang dijalan?
Percobaan Recovery

• CRM digunakan untuk percobaan Recovery


asalkan CRM yang digunakan berupa matriks dan bukan
senyawa murni.
Percobaan Recovery Melalui Spike

Siapkan sampel dan masukkan kedalam masing-masing wadah


sejumlah sama contoh

Masukkan kedalam hanya salah satu dari ke-2 wadah tersebut,


sejumlah diketahui analit (di-”spike” dengan analit).

Misalkan konsentrasi analit yang ditambahkan (C1)

Analisis

Didapat 2 data yaitu:

Konsentrasi analit dalam


Konsentrasi analit
wadah yang berisikan
dalam wadah yang
contoh yang sudah
hanya berisikan contoh
dispike dengan analit;
saja; yang diberi notasi
yang diberi notasi Cspike
Cspl
Percobaan Recovery Melalui Spike

Dari kedua data hasil analisis % Recovery dapat dihitung,


melalui rumus:

𝐶𝑠𝑝𝑖𝑘𝑒 − 𝐶𝑠𝑝𝑙
Recovery (%) = x 100
𝐶1

Keterangan :

Cspike = konsentrasi analit dalam campuran contoh + sejumlah tertentu analit


Cspl = konsentrasi analit dalam contoh
C1 = konsentrasi analit yang ditambahkan ke dalam contoh.
Batas Keberterimaan Akurasi

Konsentrasi (Unit) Batasan % Recovery Batas keberterimaan akurasi dapat mengacu


100 % 98 – 101 pada metode yang digunakan oleh laboratorium
10% 95 – 102 atau acuan lain (AOAC) sebagai persyaratan
awal sebelum membuat control chart. Jika
1% 92 – 105 laboratorium telah membuat control chart, maka
0,1 % 90 – 108 batas keberterimaan disesuaikan dengan control
100 ppm 85 – 110 chart.
10 ppm 80 – 115
1 ppm 75 – 120
10 ppb 70 – 125

Sumber : AOAC Guidelines for Singles Laboratory Validation of Chemical Methods


for Dietary Supplements and Botanicals
Thank You!

Anda mungkin juga menyukai