Anda di halaman 1dari 15

LOGBOOK PRAKTIKUM

ANALISIS OBAT DAN KOSMETIKA


(A-2)

Disusun Oleh:
Dewi Soraya Ainiyyah (18231034)

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
2020
VALIDASI METODE PENENTUAN ASAM SALISILAT DALAM
SEDIAAN KOSMETIK SECARA TITRIMETRI

1. Tujuan Praktikum
1.1 Melakukan validasi metode penentuan asam salisilat dalam sampel kosmetik secara
titrimetric
1.2 Menentukan kadar asam salisilat dan kesesuaiannya dengan persyaratan yang
berlaku
2. Alat dan Bahan
2.1 Alat
Alat yang digunakan saat praktikum adalah buret 50 mL, statif dank elm, kaca
arloji, neraca analitik (Ohaus), Erlenmeyer 250 mL, gelas beker 50 mL dan pipet
ukur 10 mL.
2.2 Bahan
Bahan yang digunakan saat praktikum adalah sampel kosmetik, etanol 95%, NaOH
0,1 N, kalium biftalat, indikator merah fenol dan akuades.
3. Prosedur Kerja
3.1 Pembuatan Larutan Standar NaOH 0,1 N
Kristal NaOH ditimbang sebanyak 4,001 gram dan dilarutkan dengan akuades
sebanyak 1000 mL.
3.2 Standarisasi larutan NaOH 0,1 N
kalium biftalat (CO2H.C6H4.CO2K, BM = 204,221 gr/mol) ditimbang seksama
400 mg, kemudian dihaluskan jika diperlukan dan dimasukkan kedalam
Erlenmeyer, ditambahkan 75 mL air bebas CO2, ditutup erlenmeyer dan digojok
hingga larut. Titrasi dilakukan dengan NaOH menggunakan 3 – 5 tetes indikator
merah fenol (6,8–8,4) hingga mengalami perubahan warna dari kuning menjadi
merah muda.
3.3 Validasi Metode
3.3.1 Linieritas
Larutan deret standar asam salisilat pada lima konsentrasi berbeda, yaitu 2,5
mg/50 mL, 5 mg/50 mL; 7,5 mg/50 mL, 10 mg/50 mL dan 12,5 mg/50 mL,
kemudian ditambahkan pada masing-masing larutan tersebut dengan
indikator merah fenol selanjutnya dititrasi dengan larutan NaOH 0,1 N.
3.3.2 Limit of Detection dan Limit of Quantification
Limit of detection dan limit of quantification ditentukan dengan
menggunakan larutan standar asam salisilat pada konsentrasi rendah, yaitu 1
mg/50 mL. Larutan tersebut ditambahkan dengan indikator merah fenol
kemudian dititrasi dengan larutan NaOH 0,1N. dilakukan pengulangan
sebanyak empat kali.
3.3.3 Presisi
Sampel ditimbang sejumlah 250 mg. Sampel dilarutkan dalam 15 mL etanol
95 % yang telah dinetralkan terhadap merah fenol LP (6,8–8,4). Larutan
ditambahkan 20 mL akuades dan dilakukan titrasi dengan NaOH 0,1 N
menggunakan indikator merah fenol. Pengulangan dilakukan sebanyak lima
kali.
3.3.4 Akurasi
Sampel ditimbang sebanyak 250 mg, kemudian ditambahkan standar
sebanyak 10 mg. Sampel dilarutkan dalam 15 mL etanol 95 % yang telah
dinetralkan terhadap merah fenol LP (6,8–8,4). Larutan tersebut
ditambahkan 20 mL akuades dan dilakukan titrasi dengan NaOH 0,1 N
menggunakan indikator merah fenol. Pengulangan dilakukan sebanyak tiga
kali.

4. Hasil Pengamatan
4.1 Standardisasi Larutan NaOH
Tabel 4.1 Data Standardisasi Larutan NaOH
Massa HC8H4O4 (g) V NaOH (mL) Perubahan warna
0,4 19,54
0,4 19,73
Kuning pucat --> merah muda pucat
0,4 19,64
0,4 19,63666667

4.2 Penentuan Lineariitas


Tabel 4.2 Data Penentuan Linearitas
Konsentrasi (mg/mL) Volume (mL)
50 0,39
100 0,45
150 0,63
200 1,11
250 1,13
4.3 Penentuan LOD dan LOQ
Tabel 4.3 Data Penentuan LOD dan LOQ
m sampel m sampel v titrasi v blanko v sebenarnya N NaOH (hasil
(g) (mg) (mL) (mL) (mL) standardisasi)
0,0018 1,8 0,19 0,11 0,08 0,0997
0,0011 1,1 0,19 0,11 0,08 0,0997
0,0015 1,5 0,19 0,11 0,08 0,0997
0,0011 1,1 0,19 0,11 0,08 0,0997
4.4 Penentuan Presisi
Tabel 4.4 Data Penentuan Presisi
m sampel m sampel v titrasi v blanko v sebenarnya N NaOH (hasil
(g) (mg) (mL) (mL) (mL) standardisasi)
0,0255 0,31 0,31 0,19 0,12 0,0997
0,0254 0,29 0,29 0,19 0,1 0,0997
0,0258 0,27 0,27 0,19 0,08 0,0997
0,0258 0,29 0,29 0,19 0,1 0,0997
0,0251 0,25 0,25 0,19 0,06 0,0997
4.5 Penentuan Akurasi
Tabel 4.5 Data Penentuan Akurasi
m sampel v titrasi v blanko v sebenarnya N NaOH (hasil
m std (g)
(g) (mL) (mL) (mL) standardisasi)
0,0258 0,1 0,91 0,19 0,72 0,0997
0,0252 0,1 1,19 0,19 1 0,0997
0,0254 0,1 0,99 0,19 0,8 0,0997

5. Pembahasan
5.1 Asam Salisilat
Asam salisilat mempunyai dua radikal fungsi dalam struktur kimianya,
yaitu radikal hidroksi fenolik dan radikal karboksil yang terikat pada inti benzene.
Esterifikasi radikal hidroksi fenoliknya dengan fenol diperoleh ester fenil salisilat
yang dikenal dengan namasalol, sedangkan esterifikais radikal karboksilnya
denganaserilklorida didapatkan asetilsalisilat yang dikenal dengan aspirin. Salol
dan aspirin banyak digunakan dalam bidang kedokteran karena mempunyai sifat
analgetik dan antipiretik (Sumardjo, 2009).

Gambar 1. Struktur Senyawa Asam Salisilat


Asam salisilat merupakan salah satu bahan kimia yang cukup penting
dalam kehidupan sehari-hari serta mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi
karena dapat digunakan sebagai bahan intermediat dari pembuatan obat-obatan
seperti antiseptik dan analgesik (Supardani, 2006). Asam salisilat menurut
BPOM, melalui PerMenKes RI No.772/Menkes/Per/IX/88 No.
1168/menkes/per/xi/1999, adalah salah satu bahan tambahan makanan yang
dilarang adalah asam salisilat. Asam salisilat dilarang digunakan sebagai bahan
pengawet makanan di Indonesia, karena asam salisilat memiliki iritasi kuat ketika
terhirup atau tertelan. Bahan ketika ditambah air, asam salisilat tetap memberikan
gangguan kesehatan pada tubuh karena dapat menyebabkan nyeri, mual, dan
muntah jika tertelan. Golongan analgesik non-narkotik seperti asam asetil salisilat
ternyata memiliki khasiat anti inflamasi sehingga dapat digunakan untuk
mengobati arthitis. Mekanisme Kerja obat ini belum jelas,walaupun diperkirakan
dengan hubungan produksi atau penghantar hormon. Asam salisilat tersedia di
alam dalam bentuk ester padaglikosida dan minyak atsiri. Metil ester terkandung
dalam minyak gandapura dan minyak aromatik tumbuhan lainnya (Ruddy,2009).
Asam salisilat memiliki aktivitas keratorik dan antiseptic lemak jika
digunakan secara topikal. Sifatnya yang asam meningkatkan hidrasi endogen,
sehingga keratin terdistribusi di permukaan kulityang pada gilirannya dapat
meningkatkan kemampuan absorbsi kedalam kulit. Selain itu, penggunaan jangka
panjang pada daerahyang sama akan mengiritasi kulit sehingga menyebabkan
dermatitis.Untukmengurangi sifat iritatif pada kulit, dilakukan
usahamikroenkapsulasi dalam bentuk sistem liposom Liposom tidakmenimbulkan
modifikasi kimia bahan obat dan dapat menjerat obatyang bersifat polar maupun
yang bersifat non polar. Asam salisilatbersifat hidrofil, tetapi sukar larut dalam
air. Dilain pihak asamsalisilat diharapkan terjerat dalam kompartemen air, karena
asamsalisilat harus dalamkeadaan terlarut. Pelarut gunameningkatkan kelarutan
asam salisilat (Panjaitan, 2008).
Analisa volumetri merupakan salah satu metode analisakuantitatif, yang
sangat penting penggunaannya dalam menentukankonsentrasi zat yang ada dalam
larutan. Keberhasilan analisavolumetri ini sangat ditentukan oleh adanya indikator
yang tepatsehingga mampu menunjukkan titik akhir titrasi yang tepat.
Spektrofotometer menghasilkan sinar dari spektrum denganpanjang gelombang
tertentu yang digunakan untuk mengukur energisecara relatif jika energi tersebut
ditransmisikan, direfleksikan, atau diemisikan sebagai fungsi dari panjang
gelombang (Khopkar, 2010).
5.2 Standardisasi NaOH
Penentuan kadar asam salisilat pada percobaan ini menggunakan metode
alkalimetri dengan larutan baku NaOH

Gambar 2. Reaksi asam salisilat dengan natrium hidroksida


Alkalimetri termasuk reaksi netralisasi yaitu reaksi antara ion hidrogen dengan
dari asam dengan ion hidroksida dari basa.Titik akhir titrasi ditandai oleh
perubahan warna analit dengan bantuan indikator. Metode yang digunakan dalam
percobaan ini merujuk pada metode non baku sehingga perlu dilakukan validasi
serta adanya modifikasi. Parameterparameter dalam validasi metode antara lain
linearitas, batas deteksi (LOD), batas kuantifikasi (LOQ), akurasi, dan presisi.
5.3 Penentuan Linearitas
Linearitas adalah kemampuan metode untuk mendatangkan hasil uji yang
secara langsung secara langsung sebanding dengan konsentrasi analit dalam suatu
rentang kerja yang diberikan. Data hasil praktikum yang diperoleh dari
pengukuran dapat dilihat pada kurva kalibrasi linieritas standar asam benzoat yang
disajikan pada Gambar 5.3. Persamaan garis yang diperoleh yaitu y=0,0043x+0,1.
Hubungan antara konsentrasi dengan volume dilihat dari nilai koefisien
determinasi (R2) sebesar 0,9021. Hasil koefisien determinasi dan koefisien
korelasi tidak dapat diterima karena tidak memenuhi syarat keberterimaan, syarat
untuk koefisien determinasi (R2) yaitu ≥0,997 (Huda, 2020).
Gambar 5.3 Hasil Kurva Kalibrasi Standar Asam Salisilat

1.2
f(x) = 0 x + 0.1
1 R² = 0.9
0.8
0.6
0.4
0.2
0
0 50 100 150 200 250 300

5.4 Penentuan LOD dan LOQ


Batas Deteksi (Limit of Detection, LOD) dan Batas Kuantifikasi (Limit of
Quantification, LOQ), Limit deteksi merupakan parameter uji batas terkecil yang dimiliki
oleh suatu alat atau instrumen. Limit Kuantisasi adalah konsentrasi atau jumlah terendah
dari analit yang masih dapat ditentukan dan memenuhi kriteria akurasi dan presisi. Hasil
LOD yang didapat sebesar 58,8278 %b/b dan LOQ yang didapat sebesar 64,7106 %b/b,
hasil tersebut memenuhi syarat keberterimaan, karena syarat keberterimaannya yaitu
kurang dari konsentrasi sampel (Huda,2020). Kadar sampel yang didapat dengan rata-rata
sebesar 83,7745 %b/b.
Tabel 5.4 Hasil Penentuan LOD dan LOQ
v sebenarnya N NaOH (hasil massa Kadar C- (C-
mmol
(mL) standardisasi) (mg) (%b/b) Crerata Crerata)2
0,08 0,0997 0,0080 1,1021 61,2305 -22,5440 508,2305
0,08 0,0997 0,0080 1,1021 100,1954 16,4209 269,6464
0,08 0,0997 0,0080 1,1021 73,4766 -10,2979 106,0460
0,08 0,0997 0,0080 1,1021 100,1954 16,4209 269,6464
Rerata 83,7745 Total 1153,5693
SD 19,6093
LOD 58,8278
LOQ 64,7106
5.5 Penentuan Presisi
Presisi merupakan ukuran kedekatan hasil analisis yang diperoleh dari serangkain
pengukuran berulang dari ukuran yang sama. Presisi biasanya juga disebut sebagai
simpangan baku relative. Presisi dinyatakan sebagai presentase Relative Standar
Deviation (% RSD). Pengujian presisi dilakukan pengulangan sebanyak 5 kali. Hasil
RSD yang didapat pada penentuan asam salisilat dalam sediaan kosmetik secara titrimetri
sebesar 28,33%. Hasil tersebut tidak dapat dikatakan baik karena tidak memenuhi syarat
keberterimaan, syarata keberterimaan RSD yaitu sebesar <2% (Huda,2020). Hasil %RSD
tersebut maka harus dibandingkan dengan mencari CV Horwitz. Hasil 2/3CV Horwitz
yang didapat yaitu sebesar 0,806, hasil tersebut tidak dapat dikatkan baik karena lebih
kecil dari hasil %RSD yang seharusnya hasil 2/3CV Horwitz lebih besar dari %RSD.
Kadar asam salisilat dalam sediaan kosmetik yang diperoleh sebesar 4,96 %b/b, hasil
kadar tersebut tidak dapat dikatakan baik karena melebihi syarat yang telah ditentukan
PERKA BPOM RI No. 18 Tahun 2015 yaitu maksimum 2%.
Tabel 5.5 Hasil Penentuan Presisi
N NaOH (hasil massa Kadar C- (C-
v sebenarnya mmol
standardisasi) (mg) (%b/b) Crerata Crerata)2
0,12 0,0997 0,0120 1,6532 6,4832 1,5208 2,3128
0,1 0,0997 0,0100 1,3777 5,4240 0,4615 0,2130
0,08 0,0997 0,0080 1,1021 4,2719 -0,6906 0,4769
0,1 0,0997 0,0100 1,3777 5,3399 0,3774 0,1424
0,06 0,0997 0,0060 0,8266 3,2933 -1,6692 2,7861
rerata 1,2675 4,9624 total 5,9312
SD 1,4061
%RSD 28,3345
C 0,0000
CV 1,2090
2/3 CV 0,8060

5.6 Penentuan Akurasi


Akurasi dapat dinyatakan sebagai ukuran seberapa dekat nilai hasil ukur rata-rata
yang diperoleh dari sejumlah pengukuran berulang terhadap nilai sesungguhnya.
Recorvery atau persen perolehan kembali dari suatu pengujian terhadap penambahan
sjumlah analit yang diketahui jumlahnya. Hasil recoevery yang didapat yaitu sebesar
103,05%, hasil tersebut dapat dikatakan baik karena memenuhi syarat keberterimaan.
Syarat keberterimaan yaitu dari recorvery yaitu 85-115% (Huda, 2020).
Tabel 5.6 Hasil Penentuan Akurasi
N NaOH (hasil
v sebenarnya mmol massa AS (mg)
standardisasi)
0,72 0,0997 0,0718 9,9193
1 0,0997 0,0997 13,7769
0,8 0,0997 0,0798 11,0215
Rerata 11,5726
%R 103,05
5.7 Penentuan Ketidakpastian
Ketidakpastian merupakan suatu parameter non-negatif yang menggambarakan
sebbaran nilai kuantitatif suatu hasil pengujian, berdasarkan informasi yang digunakan.
Penentuan asam salisilat dalam sediaan kosmetik secara titrimetri yang dilakukan
memiliki beberapa sumber ketidakpastian. Data-data dari sumber ketidapastian disajikan
pada gambar 5.7.
Gambar 5.7 Hasil Penentuan Ketidakpastian

Pengulangan sampel Kurva kalibrasi

Kadar Asam
Salisilat
F. Kal
F. Kal
Neraca

F. Kal Gelas ukur


Buret F. Muai
F. Muai

6. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
6.1 Penentuan asam salisilat dalam sampel kosmetik secara titrimetri dilakukan secara
validasi karena metode yang digunakan dalam percobaan ini merujuk pada
metode non-baku sehingga perlu dilakukan validasi. Persamaan garis regresi
linear yang diperoleh yaitu y=0,0043x+0,1 dan koefisien determinasi (R2) sebesar
0,9021. Nilai LOD yang didapat sebesar 58,8278 %b/b dan LOQ yang didapat
sebesar 64,7106 %b/b. %RSD yang didapat pada penentuan asam salisilat dalam
sediaan kosmetik secara titrimetri sebesar 28,33%. Hasil recovery yang didapat
yaitu sebesar 103,05%.
6.2 Kadar asam salisilat dalam sediaan kosmetik yang diperoleh sebesar 4,96 %b/b,
hasil kadar tersebut tidak dapat dikatakan baik karena melebihi syarat yang telah
ditentukan PERKA BPOM RI No. 18 Tahun 2015 yaitu maksimum 2%.

7. Lampiran Analisis Data


7.1 Standarisasi NaOH 0,1 N

KHC8H4O4 (aq) + NaOH (aq)  KNaC8H4O4 (aq) + H2O (l)

grek NaOH = grek KHP

m KHP (g)
N NaOH × V NaOH =
g
BE KHP ( )
grek

m KHP( g)
N NaOH=
g
BE KHP ( )
grek
×V NaOH (L)

0,4000 g
N NaOH= =0,0997 N
g 19,64
204,22 × L
grek 1000

7.2 Penentuan Linieritas


y=ax+ b
y=0,0043 x +0,1
Slope : 0,0043
Intersep : 0,1
2
R : 0,9021
7.3 Penentuan LOD dan LOQ
Tabel 7.3 Hasil penentuan LOD dan LOQ

v sebenarnya N NaOH (hasil massa Kadar C- (C-


Mmol
(mL) standardisasi) (mg) (%b/b) Crerata Crerata)2
0,08 0,0997 0,0080 1,1021 61,2305 -22,5440 508,2305
0,08 0,0997 0,0080 1,1021 100,1954 16,4209 269,6464
0,08 0,0997 0,0080 1,1021 73,4766 -10,2979 106,0460
0,08 0,0997 0,0080 1,1021 100,1954 16,4209 269,6464
rerata 83,7745 total 1153,5693
SD 19,6093
LOD 58,8278
LOQ 64,7106

7.3.1 Penentuan volume sebenarnya (mL)


V sebenarnya=V NaOH −V Blanko
V sebenanrnya=0,19mL−0,11 mL=0,08 mL
7.3.2 Penentuan mol (mmol)
v sebenarnya
mmol=
N NaOH
0,08 mL
mmol= =0,008 mmol
0,0997 N
7.3.3 Penentuan massa asam salisilat (mg)
Massa Asam Salisilat =mol × Mr
mg
Massa Asam Salisilat =0,008 mmol × 138,12 =1,1021 mg
mmol

7.3.4 Penentuan kadar (%b/b)


massa asam salis ilat (mg)
Kadar (%b /b)= ×100 %
massa awal(mg)
b 1,1021mg
Kadar % =
b ( ) 1,8 mg
× 100 %=61,23 %

7.3.5 Penentuan SD
Ʃ (C−C rerata )²
SD=
√ n−1
1153,5693
SD=
√4−1
=19,6093

7.3.6 Penentuan LOD


LOD=3 × SD
LOD=3 ×19,6093=58,83 %b / b
7.3.7 Penentuan LOQ
LOQ=3,3 × SD
LOQ=3,3 ×19,6093=64,71 %b /b

7.4 Penentuan Presisi


Tabel 7.4 Hasil penentuan presisi

N NaOH (hasil massa Kadar C- (C-


v sebenarnya Mmol
standardisasi) (mg) (%b/b) Crerata Crerata)2
0,12 0,0997 0,0120 1,6532 6,4832 1,5208 2,3128
0,1 0,0997 0,0100 1,3777 5,4240 0,4615 0,2130
0,08 0,0997 0,0080 1,1021 4,2719 -0,6906 0,4769
0,1 0,0997 0,0100 1,3777 5,3399 0,3774 0,1424
0,06 0,0997 0,0060 0,8266 3,2933 -1,6692 2,7861
Rerata 1,2675 4,9624 total 5,9312
SD 1,4061
%RSD 28,3345
C 0,0000
CV 1,2090
2/3 CV 0,8060

7.4.1 Penentuan volume sebenarnya (mL)


V sebenarnya=V NaOH −V Blanko
V sebenanrnya=0,31mL−0,19 mL=0,12 mL

7.4.2 Penentuan mol (mmol)


v sebenarnya
mmol=
N NaOH
0,12mL
mmol= =0,012 mmol
0,0997 N

7.4.3 Penentuan massa asam salisilat (mg)


Massa Asam Salisilat =mol × Mr
mg
Massa Asam Salisilat =0,0120 mmol× 138,12 =1,6532 mg
mmol

7.4.4 Penentuan kadar (%b/b)


massa asam salisilat (mg)
Kadar (%b /b)= ×100 %
massa awal(mg)
b 1,6532mg
( )
Kadar % =
b 25,5 mg
× 100 %=6,48 %
7.4.5 Penentuan SD
Ʃ (C−C rerata )²
SD=

5,9312
n−2

SD=

5−2
=1,4061

7.4.6 Penentuan %RSD


SD
%RSD= × 100 %
Crerata
1,4061
%RSD= × 100 %=28,33%
4,9624

7.4.7 Penentuan CV Horwitz


CV Horwitz =21−(0,5 log C)
−6

CV Horwitz =21−(0,5 log 4,9624 ×10 ) =1,2090


2 2
CV Horwitz = x 1,2090=0,8060
3 3

7.5 Penentuan Akurasi


Tabel 7.5 Hasil penentuan akurasi

N NaOH (hasil
v sebenarnya mmol massa AS (mg)
standardisasi)
0,72 0,0997 0,0718 9,9193
1 0,0997 0,0997 13,7769
0,8 0,0997 0,0798 11,0215
Rerata 11,5726
%R 103,05

7.5.1 Penentuan volume sebenarnya (mL)


V sebenarnya=V NaOH −V Blanko
V sebenarnya=0,91mL−0,19 mL=0,72 mL

7.5.2 Penentuan mol (mmol)


v sebenarnya
mmol=
N NaOH
0,72mL
mmol= =0,0718 mmol
0,0997 N
7.5.3 Penentuan massa asam salisilat (mg)
Massa Asam Salisilat =mol × Mr
mg
Massa Asam Salisilat =0,0718 mmol × 138,12 =9,9193 mg
mmol

7.5.4 Penentuan M target


V standar × M standar
M target =
V standar
M target =M standar
M target =0,01 g → 10 mg

7.5.5 Penentuan %Recorvery


M spike−M sampel
%Recorvey= ×100 %
M target
11,5726 mg−1,2675 mg
%Recorvery= ×100 %=103,05 %
10 mg

7.6 Penentuan Ketidakpastian


Tabel 7.6 Hasil penentuan ketidakpastian

Ketidakpastian S Faktor Kalibrasi Faktor Muai U gab/C U gab


Neraca 0.0015 8.66E-04 -     
Buret 50 mL 0.5 0.2041 0.0166 0.0063 6.28E-04
Gelas ukur 50 mL 0.5 0.2041 0.0166    

7.6.1 Penentuan ketidakpastian neraca


7.6.1.1 Faktor Kalibrasi
s
F . Kal=
√3
0,0015
F . Kal= =8,66 ×10 ⁻ ⁴
√3

7.6.2 Penentuan ketidakpastian buret 50 mL


7.6.2.1 Faktor Kalibrasi
s
F . Kal=
√6
0,5
F . Kal= =0,2041
√6

7.6.2.2 Faktor Muai


V ×∆ T ×(2,1 ×10−2)
F . Muai=
√3
19,6 mL ×(27−20) ℃ ×(2,1×10−2)
F . Muai= =0,0166
√3

7.6.3 Penentuan ketidakpastian labu ukur 50 mL


7.6.3.1 Faktor Kalibrasi
s
F . Kal=
√6
0,5
F . Kal= =0,2041
√6
7.6.3.2 Faktor Muai
V ×∆ T ×(2,1 ×10−2)
F . Muai=
√3
19,6 mL ×(27−20) ℃ ×(2,1×10−2)
F . Muai= =0,0166
√3

7.6.4 Penentuan ketidakpastian gabungan


µa 2 µb 2 µc 2 µd 2 µe 2
UG
C
=
√( )( ) ( )( )( )
a
+
b
+
c
+
d
2
+
e
2 2 2 2
UG 8,66 ×10 ⁻ ⁴ 0,2041 0,0166 0,2041 0,0166
0,0999 N √ ( 0,4000 g ) ( 50 mL ) ( 19,6 mL ) ( 50 mL ) ( 19,6 mL )
= + + + + =0,0063

UG=0,0063 ×C
UG=0,0063 ×0,0999 N=6,28× 10⁻ ⁴

8. Daftar Pustaka
Anonim., 2016.Penuntun Praktikum Analisi Farmasi.Makassar:Universitas Muslim Indonesia.
BPOM RI. 2015. Perka Bpom Ri No. 18 Tahun 2015 Tentang Persyaratan Teknis Bahan Kosmetika.
Jakarta: BPOM.
Elman, 2007.Karakterisasi Fisik Liposom Asam Salisilat Menggunakan Mikroskop Elektron
Transmisi.Jurnal Sains Materi Indonesia, Vol. 9, No. 3, ISSN : 1411 – 1098, Tanggerang.
Gandjar, I.G & Rohman.A., 2007.Kimia Farmasi Analisis.Yogyakarta:PustakaPelajar.
Harjanti, R.S., 2008.Pemungutan Kurkumin dari Kunyit (Curcumadomestica val.) dan Pemakaiannya
Sebagai Indikator Analisis Volumetri, Jurnal Rekayasa Proses.Vol. 2, No. 2, Yogyakarta.
Huda, Thorikul. 2020. Perkuliahan Teknik Validasi. Yogyakarta:Analisis Kimia UII.
Khopkar, S. M., 2010.Konsep Dasar Kimia Analitik.Jakarta.Panjaitan:Universitas Indonesia Press.
Panjaitan, Elman, 2007.Karakterisasi Fisik Liposom Asam SalisilatMenggunakan Mikroskop Elektron
Transmisi. Jurnal Sains MateriIndonesia, Vol. 9, No. 3, ISSN : 1411– 1098. Tanggerang.
Purwadi, A., 2007.Kimia.Jakarta:PT. Grasindo.
Ruddy., 2009.Kimia sintesis. Jakarta:Kalman Media Pustaka.
Suirta, I W., 2010.Sintesis Senyawa Orto -Fenizalo-2-Naftol Sebagai Indikator Dalam Titrasi Jurnal
Kimia” , Vol. 4, Universitas Udayana.
Sumardjo, Drs. D., 2009. Pengantar Kimia. Jakarta:EGC.

6. Validasi logbook
Yogyakarta, 28 Desember 2020

Mengetahui, Diperiksa oleh Disusun oleh

Dosen Pengampu Asisten Praktikan

(Bayu Wiyantoko, M.Sc.) (Fitria Indri Desianti) (Dewi Soraya Ainiyyah)

Anda mungkin juga menyukai