Anda di halaman 1dari 30

GOOD LABORATORY PRACTICE

 INTRODUCTION

PENGEMBANGAN METODE ANALISIS

Pengembangan metode merupakan


rangkaian proses percobaan untuk
memodifikasi atau memperbaiki
metode analisis yang sudah ada,
atau menemukan metode baru.
Perkembangan IPTEK

Bentuk Sediaan
Teknik/Instrumen Baru Senyawa/Obat Baru
Farmasi Baru

Pengembangan Metode
Analisis

Metode Analisis Metode Analisis


Baru Ubah-suai/Kinerja Baru
Adopsi Adopsi
Revisi Revisi
METODE BAKU
Tujuan pengembangan
metode analisis
Memperoleh metode analisis yang :
– Bebas galat atau sumber galatnya dapat dikenali
sehingga dapat dikoreksi, dikurangi, atau
dihilangkan.
– Memberikan informasi analitik yang baik
(selektivitas, presisi, dan akurasi).
– Mudah dilakukan, dapat diotomasikan atau
dapat dilakukan dalam waktu yang singkat.
– Murah dan cepat.
1
Masalah Analisis

2
Pustaka 5
4
Penentuan 6
Pemilihan
Parameter dan Uji Coba di
Metode dan
Kriteria Disain Laboratorium
3 Optimasi
Metode Analisis
Teori dan Hasil
Penelitian
Tidak 8
Pembandingan 7
dengan Kriteria Perhitungan dan
(Metode Analisis Uji Statistika
Baku)

Ya
9
Metode Analisis
Telah Selesai
Dioptimasi

10
Validasi dan
Studi Kolaborasi

Metode Analisis
Selesai Divalidasi
(Metode Valid/Absah)
Klasifikasi Metode Analisis
Metode analisi produk farmasi dapat diklasifikasikan menjadi
empat katagori, yaitu :

Katagori I : Uji Kadar


Metode analitik untuk penentuan kadar komponen
utama dalam obat ruahan atau komponen
aktif termasuk pengawet dalam sediaan farmasi.
Katagori II : Uji Cemaran
Metode analisis untuk penentuan kemurnian
(cemaran) dalam obat ruahan atau hasil urai dalam
sediaan farmasi. Metode ini mencakup penentuan kadar
dan uji batas.
Katagori III: Uji Kinerja
Metode analisis untuk penentuan karakteristik kinerja
sediaan jadi farmasi seperti disolusi, pelepasan obat.
Katagori IV : Uji identifikasi
Metode analisis yang
memerlukan validasi
 Metode analisis yang baru dikembangkan :
karakteristik untuk kerja metodenya belum
diketahui (terkait dengan persyaratan dan
penggunaannya).
 Metode analisis yang dimodifikasi dan atau diterap
kan pada matriks / bentuk sediaan yang berbeda.
 Metode baku dan metode resmi yang akan
diadopsi, tidak perlu divalidasi tetapi cukup
diverifikasi.
Parameter Analisis yang
Dipertimbangkan untuk Validasi

Katagori II
Parameter Katagori Katagori
Katagori I Uji Uji
Analitik III IV
Kuantitatif Batas
Kecermatan Ya Ya * * Tidak
Keseksamaan Ya Ya Tidak Ya Tidak
Spesifisitas Ya Ya Ya * Ya
Batas Deteksi Tidak Tidak Ya * Tidak
Batas Kuantisasi Tidak Ya Tidak * Tidak
Linieritas Ya Ya Tidak * Tidak
Rentang Ya Ya * * Tidak

* mungkin diperlukan tergantung sifat dan kebutuhan uji.


Pustaka : USP 28, 2005
Validasi Metode Analisis
 Validasi metode analisis adalah suatu tindakan
penilaian terhadap parameter tertentu, berdasarkan
percobaan laboratorium untuk membuktikan
apakah parameter tersebut memenuhi persyaratan
yang ditetapkan.

 Tujuan validasi :
Untuk menjamin bahwa metode analisis yang
digunakan mampu memberikan hasil yang cermat
dan handal sehingga dapat dipercaya, dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah, dan
kesesuaian dengan tujuan.
PARAMETER VALIDASI

1. Presisi (Ketelitian / Keseksamaan)


2. Akurasi (Ketepatan / kecermatan)
3. Sensitivitas (LOD dan LOQ)
4. Spesifisitas / Selektivitas
5. Linieritas
6. Range (Rentang)
7. Ruggednes (Kekasaran)
8. Robustness (Ketahanan)
PRESISI / KETELITIAN
 Kedekatan hasil uji yang diperoleh dari beberapa
pengulangan (replikasi) pada penetapan contoh yang
sama (homogen).

Cara penetapan:
 Dilakukan pengujian berulang kali (mulai dari
penyiapan sampel sampai perhitungan akhir)
sebanyak 6 x atau lebih terhadap contoh yang sama.
 Presisi dinyatakan sebagai RSD.

 Nilai RSD yang dapat diterima tergantung dari


konsentrasi analit dalam matriks contoh.
TINGKATAN PRESISI
 Presisi metode (Repeatabilitas) : pengujian ulang
dengan kondisi contoh, metode, laboratorium, analis, alat
dan waktu yang sama.
 Presisi antara (Reprodusibilitas internal) : pengujian
ulang terhadap contoh, metode, laborato rium dan alat
yang sama, tetapi analis dan waktu pengujiannya
berbeda.
 Presisi antar laboratorium (Reprodusibilitas eksternal atau
Ruggedness) : pengujian ulang dengan menggu nakan
contoh dan metode yang sama, tetapi laboratorium, alat,
analis dan waktu pengujiannya berbeda.
UKURAN PRESISI DAN
PENETAPANNYA
 Presisi Sistem (Replikabilitas) :
 Penyuntikan berulang minimum 6 kali dari
contoh homogen untuk menunjukkan
kinerja alat pada kondisi dan hari pengujian.

 Presisi Metode (Repeatabilitas) :


 Minimum 3 konsentrasi analit dalam rentang
tertentu, masing-masing 3 replikasi atau
minimum 6 penetapan pada konsentrasi
pengujian 100 %
HASIL PRESISI YANG MASIH DAPAT
DITERIMA

No. Konsentrasi Analit Dalam % RSD


Matriks Contoh
1. 100 g / kg 2
2. 10 g / kg 3
3. 1 g / kg 4
4. 100 mg / kg 5
5. 10 mg / kg 7
6. 1 mg / kg 11
7. 100 μg / kg 15
8. 10 ug / kg 21
9. 1 ug / kg 30
10. 0,1 ug / kg 43
AKURASI / KETEPATAN
 Kedekatan hasil uji yang diperoleh (menggunakan metode
yang sedang divalidasi) dengan nilai sebenarnya yang ter
dapat dalam contoh uji.
 Akurasi biasanya dinyatakan sebagai prosen Recovery.
 Metode penetapan Akurasi :
– Recovery analit: untuk contoh yang komposisinya
diketahui.
– Standar adisi : untuk contoh yang komposisinya tidak
diketahui.
– Membandingkan hasil yang diperoleh dengan
menggunakan metode yang telah valid
CARA PENETAPAN AKURASI
 Recovery Analit dan Metode Standard Adisi :
 Minimum 3 konsentrasi analit / baku pembanding yang
ditambahkan dalam rentang 80 % – 120 % , masing-
masing 3 replikasi.

 Pembandingan Metode :
 Minimum 6 kali pengujian menggunakan metode analisis
yang sedang divalidasi dan 6 kali pengujian menggunakan
metode standard atau metode resmi
HASIL AKURASI YANG MASIH DAPAT
DITERIMA

No. Konsentrasi Analit Dalam Rentang % Recavery


Matriks Contoh
1. 100 % 98 - 102
2. > 10 % 98 - 102
3. > 1 % 97 - 103
4. > 1000 ppm 95 - 105
5. > 100 ppm 90 - 107
6. > 10 ppm 80 - 110
7. > 1 ppm 80 - 110
8. > 100 ppb 80 - 110
9. > 10 ppb 60 - 115
10. > 1 ppb 40 - 120
SENSITIFITAS
 Batas deteksi (LOD)
 Kadar terendah analit dalam contoh yang
masih dapat diteteksi, namun tidak harus
kuantitatif.

 Batas kuantitasi (LOQ)


 Kadar terendah analit dalam contoh yang
masih dapat ditetapkan kadarnya dengan
presisi dan akurasi yang masih dapat diterima.
CARA PENETAPAN
SENSITIFITAS
 Prosedur non instrumen
 Contoh dengan konsentrasi yang diketahui dilakukan
analisa melalui evaluasi visual.
 Prosedur instrumen
– Rasio signal to noise: membamdingkan hasil uji
contoh yang mengandung analit dengan kadar
rendah terhadap hasil uji blanko
– LOD = 3x noise LOQ = 10 x noise
– Berdasarkan simpangan baku respon analit dengan
slope kurva kalibrasi
 Menurut Miller :
LOD = 3 . Sy/x / b
LOQ = 10 . Sy/x / b

 Menurut IUPAC :
LOD = 3 . Sa / b
LOQ = 10 . Sa / b
SPESIFISITAS / SELEKTIFITAS
 Spesifisitas : Kemampuan metode analisis membe
dakan suatu analit yang ditetapkan dari kompo nen
lain yang berada dalam matriks contoh.

 Selektifitas : Kemampuan metode analisis memberi


kan signal analit pada campuran analit dalam
contoh tanpa adanya interaksi antar analit.

 Metode selektif merupakan seri metode spesifik.


 Prosedur spesifisitas tergantung pada tujuan
penggunaan prosedur analisis.
Spesifisitas / Selektifitas
(Lanjutan)
 Metode yang memiliki kespesifikan rendah, dapat
berakibat pada analisa kualitatif akan terjadi
kekeliruan positif (positive false) dan pada analisa
kuantitatif akan terjadi hasil pengujian lebih besar
dari sebenarnya.

 Contoh metode yang memiliki kespesifikan tinggi


adalah penetapan logam dalam berbagai matriks
sampel secara Spektrofotometri Serapan Atom
(AAS).
CARA PENETAPAN SPESIFISITAS
 Untuk uji identifikasi dan penetapan kadar :
 Contoh blangko dan contoh yang ditambah
sejumlah analit untuk mengetahui tidak
adanya gangguan dari komponen lain
(produk hasil urai, metabolit, senyawa aditif
dll) dalam contoh terhadap analit.

 Untuk uji kemurnian :


- Cemaran/impurity tersedia
- Cemaran/impurity tidak tersedia
Cara penetapan Spesifitas
( Lanjutan )
 Cemaran / impurity tersedia : dibandingkan hasil uji
contoh yang mengandung cemaran dengan contoh
tanpa cemaran. Spesifisitas merupakan derajat
bias / penyimpangan perbedaan hasil uji tersebut.

 Cemaran/impurity tidak tersedia : diuji kemurnian


contoh misalnya secara kemurnian kromatografi.
Uji kemurnian puncak menunjukkan puncak analit
yang tidak diakibatkan oleh lebih dari satu
komponen / komponen lain.
LINIERITAS
 Definisi : kemampuan untuk menghasilkan hasil uji
yang sebanding / berbanding lurus terhadap
konsentrasi analit dalam contoh pada kisaran
konsentrasi tertentu.
 Cara penetapan :
– Ditetapkan terhadap min. 6 konsentrasi pada
rentang 50 – 150 % dari kadar analit.
– Hitung regresi linier dan koefesien korelasi (R)
– Harga R menunjukkan linieritas.
– Kriteria : R > 0.997 (bahan aktif)
R > 0.98 (cemaran / impurity)
RANGE / RENTANG
 Kemampuan untuk memperoleh hasil uji yang
kadar analitnya masih linier dengan presisi dan
akurasi yang masih dapat diterima.
 Ditetapkan bersamaan dengan penetapan
linieritas dengan melakukan pengujian
terhadap contoh yang kadarnya dibawah dan
diatas normal.
 Buat kurva regresinya dan tentukan batas
bawah dan batas atas dari kadar analit yang
masih memberikan garis linier.
RUGGEDNESS / Ketangguhan
 Definisi : kemampuan untuk memberikan hasil uji
yang sama pada contoh yang sama, tetapi
keragaman kondisi pengujian berbeda.

 Tujuan: untuk mengetahui pengaruh faktor eksternal


terhadap metode (contoh dan metode sama, tetapi
laboratorium, alat, analis dan waktu pengujian
berbeda).

 Cara penetapan : melakukan uji kolaborasi antar


labotorium, lalu membandingkan presisi dan akurasi
dari hasil uji antar laboratorium tersebut.
ROBUSTNESS / Ketahanan

 Definisi : ukuran kemampuan metode untuk tidak


terpengaruh oleh perubahan kecil dari parameter
metode yang sengaja dibuat.
 Tujuan : untuk mengetahui pengaruh faktor internal
terhadap metode (dilakukan sedikit pengubahan
pada metode seperti: kecepatan laju alir pada kolom,
komposisi fase gerak, suhu kolom, lama penguapan).
 Cara penetapan : membandingkan presisi dan
akurasi hasil yang diperoleh dengan hasil yang
dilakukan pada kondisi normal.
Verifikasi Metode
 Verifikasi metode analisis
Proses konfirmasi kembali untuk menunjukkan metode telah sesuai dan
memenuhi kebutuhan laboratorium.

 Verifikasi diperlukan karena :


verifikasi sebagai bukti metode tersebut telah sesuai
- Data
dan memenuhi kebutuhan laboratorium.
- Adanya perbedaan dalam personel, instrumen, pereaksi
yang dipakai dalam metode baku dan metode resmi
dengan laboratorium yang akan menggunakannya kecuali
jika terhadap metode tersebut dilakukan modifikasi dan
atau dilakukan dalam matriks yang berbeda.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai