Pemasaran,
Manufaktur Manufakt Penjualan
Penemu Pengembang senyawa ur obat
an Aktif dan
an jadi Penggunaa
n
CALON MARKET
OBAT FASE I FASE II FASE III
PENGEMBA VALIDASI
OPTIMASI UJI MANUFAKTU
NGAN PROSES
FORMULA FORMULA STABILITAS MANUFAKTUR RING
VALIDASI
ANALISIS
KUALITATIF
KADAR • SPESIFIK/SELEKTIF
KECIL • SENSITIF
KRITERIA METODE ANALISIS II
• SPESIFIK/SELEKTIF
KADAR • AKURAT
BESAR • PRESISI
ANALISIS
KUANTITATIF
KADAR • SPESIFIK/SELEKTIF
KECIL • SENSITIF
• AKURAT
• PRESISI
Kategori metode analisis (USP)
Kategori I
Metode analisis untuk penetapan kadar komponen
utama dalam bahan baku obat atau bahan aktif
(termasuk pengawet) dalam produk farmasi
Kategori II
Metode analisis untuk penetapan cemaran atau hasil
degradasi dalam bahan baku obat atau produk
farmasi. Metode ini terdiri dari penetapan kuantitatif (II
a) dan uji batas/kualitatif (II b)
Kategori III
Metode analisis untuk penetapan karakteristik sediaan
(disolusi, pelepasan obat, dll)
Kategori IV
Metode analisis untuk identifikasi
Kategori Metode Analisis (FDA)
• Kategori I (Quantitative Assessment of Major Component),
meliputi Penetapan kadar senyawa aktif dalam bahan baku
dan sediaan farmasi, uji keseragaman kandungan (uniformity
content), uji disolusi/pelepasan obat.
• Kategori II a (Quantitative Assessment of Minor Component)
meliputi penetapan kadar cemaran dan hasil degradasi dalam
bahan baku dan sediaan farmasi termasuk kadar obat dalam
darah.
• Kategori II b (Qualitative Assessment of Minor Component)
meliputi uji kualitatif dan uji batas cemaran dan hasil
degradasi dalam bahan baku atau sediaan farmasi)
• Kategori III (Qualitative Assessment of Major Component)
meliputi identifikasi senyawa aktif dalam bahan baku.
Parameter yang digunakan dalam validasi metode
analisis
USP ICH
(United States Pharmacopeia) (International Conference on
Harmonization)
1. Presisi (keseksamaan) 1. Presisi
2. Akurasi (kecermatan) 2. Akurasi
3. Batas deteksi 3. Batas deteksi
4. Batas kuantitasi 4. Batas kuantitasi
5. Spesifisitas (kekhasan) 5. Spesifitas
6. Linearitas 6. Linearitas
7. Rentang 7. Rentang
8. Robustness
9. Kesesuaian sistem
Presisi
Akurasi Rentang
Linearitas Batas deteksi dan
kuantitasi
Spesifisitas Ketegaran/
Robustness
1, Tahap persiapan
• Kalibrasi instrumen dan alat-alat gelas
• Penyiapan pereaksi pelarut dan bahan acuan baku
(CRM, SRM, BPFI) serta matriks sediaan (placebo)
• Uji kesesuaian sistem untuk metode kromatografi
2, Tahap validasi
• Spesifisitas
• Linieritas dan rentang
• Batas deteksi
• Batas kuantisasi
• Akurasi
• Presisi
SPESIFISITAS
Kemampuan untuk menguji secara tegas analit yang
dimaksud dengan adanya komponen lain atau yang
diperkirakan ada seperti cemaran, hasil degradasi dan
komponen matriks.
Jika spesifisitas metode tidak ada atau kurang baik maka metode
dapat dilengkapi dengan prosedur analisis pendukung yang
memadai seperti pemisahan : ekstraksi, destilasi, SPE, dll
Pengujian
a. Untuk identifikasi senyawa aktif dalam bahan atau sediaan.
Metode harus mampu menyeleksi dan mengidentifikasi
senyawa-senyawa yang ada dalam sampel yang berkaitan
dengan struktur molekulnya. Dapat dibuktikan dengan hasil positif
(atau dibandingkan dengan bahan acuan standar yang diketahui)
dari sampel yang mengandung analit dan dengan hasil negatif
dari sampel yang tidak mengandung analit.
b. Untuk penetapan kadar cemaran
Dilakukan dengan menguji sampel yang ditambahkan sejumlah
tertentu cemaran, hasil degradasi atau matriks . Dibuktikan
dengan terlihatnya secara nyata gangguan itu dan cemaran
dapat ditetapkan secara akurat dan presisi yang memadai
c. Untuk penetapan kadar
Dinyatakan dengan jelas bahwa prosedur tidak
dipengaruhi oleh adanya cemaran atau gangguan
matriks. Dalam praktek dapat dilakukan dengan cara
menguji sampel yang ditambahkan sejumlah tertentu
cemaran atau matriks dan terlihat nyata bahwa prosedur
tidak dipengaruhi oleh komponen asing tersebut.
Pengujian:
Menyiapkan larutan analit sebanyak minimal 6 konsentrasi
dengan rentang 20 - 120% dari konsentrasi aktual
Mengukur respon instrumen ke enam larutan tersebut, masing-
masing paling sedikit tiga kali pengukuran
Buat kurva antara respon instrumen terhadap konsentrasi analit
dan hitung persamaan matematik yang memadai (persamaan
garis regresi linier atau regresi kuadrat)
Hitung derajat linearitas melalui:
- koefisien korelasi (r) - Vxo
- % Y-intercept - faktor respon
Kurva kalibrasi:
●
Respon alat
●
●
konsentrasi
A B C D
a. Y = bx + a (dapat dihitung dengan kalkulator)
b = kemiringan garis regresi
a = perpotongan garis dengan sumbu Y (dapat dihitung dengan kalkulator)
b. r = koefisien korelasi
(x i x )( yi y )
{( xi x ) 2 ( y 1 y ) 2 }1/ 2
yi yˆ i ) 2
1/ 2
C Sy/x = simpangan baku residu dari regresi linear
n2
Sy/ x
d. Vxo = koefisien variansi regresi linear Vxo 100%
bx
Persamaan regresi kuadratik
a. Y = mx2 + nx + b
dimana y = respon instrumen, x = konsentrasi analit, n,m,b = fungsi kuadratik
yi b. yi m ( xi yi ) n ( xi . yi )
2 2
b.
Sy/ x
n3
c. E m 2nx
Sy/ x
d. Vxo 100%
E. x
Pengujian
Pengujian
Pengujian
Akurasi ditentukan dengan 4 cara sebagai persen perolehan kembali
(rekoveri /recovery)
a. Analisis kadar analit dengan metode yang divalidasi
terhadap sampel yang telah diketahui kadarnya.
Sampel yang digunakan adalah sampel acuan baku yang
dikeluarkan badan resmi ( SRM dari NIST, dll.).
b. Analisis kadar analit yang ditambahkan ke dalam
matriks sampe (plasebo)yang dianalisis (spiked method).
c. Jika matriks dan eksipien tidak tersedia, maka akurasi
dnyatakan sebagai persen perolehan kembali kadar analit
yang ditambahlkan pada produk jadi yang sudah
mengandung analit (standar addition method).
d. Membandingkan hasil analisis analit dengan metode yang
divalidasi terhadap hasil dengan metode baku (cara grafik).
Kriteria penerimaan akurasi *)
Level
Jenis uji Rentang Kriteria
konsentrasi
Penetapan kadar 3 level, dengan 3 70%, 100%, 130 % Bias : + 2%
dalam bahan baku kali pengujian (80%, 100%, 120%) Rekoveri:
atau sediaan jadi 98,0 – 102,0%
Penetapan Kadar 3 level dengan 3 kali LOQ – 20 kali LOQ Bias : + 50,0%
sangat rendah pengujian Rekoveri:
(Cleaning) 50,0 – 150,0 %)
a. Repeatability (keterulangan)
Keterulangan adalah kemampuan metode untuk
memberikan hasil analisis yang sama untuk beberapa
sampel yang kadarnya sama yang dilakukan oleh satu orang
analis pada wakt tertentu terhadap beberapa sampel yang
sama.
SD
RSD 100%
x
SD
i
( x x ) 2
n 1
x
x i
n
Presisi dapat diperoleh dengan menggunakan sampel
otentik yaitu sampel yang dibuat dengan mencampurkan
analit (bahan acuan) dengan matriks atau plasebo.
Parameter yang dipergunakan untuk menyatakan presisi
adalah simpangan baku (SD) , simpangan baku relatif (SBR
atau RSD), koefisien variasi (KV), dan batas kepercayaan
(CI).
KURVA TEROMPET HORWITZ
HORRAT = SBRobs/SBRcalc
Tahapan Uji :
a. Identifikasi faktor-faktor yang berpengaruh pada pengujian
b. Menentukan level dari faktor-faktor tersebut
c. Seleksi dan disain percobaan
d. Pelaksanaan percobaan
e. Perhitungan pengaruh faktor terhadap hasil analisis
(menggunakan statistika- teknik ANOVA)
TAHAPAN PELAKSANAAN VALIDASI
Dengan asumsi semua bahan yang digunakan dalam validasi/verifikasi
sudah siap, maka tahapan validasi metode dapat diuraikan sebagai
berikut :
1. Hari pertama, Pengujian linearitas menggunakan paling sedikit 6 level
konsentrasi (untuk bahan baku obat maupun sediaan farmasi).
Penetapan kadar analit dalam bahan baku obat maupun sediaan
farmasi.
2. Pada akhir hari 1: Penetapan kadar analit dalam 6 sampel kadar sama
yang homogen atau 3 sampel kadar berbeda (80, 100 dan 120%)
untuk penetapan akurasi dan presisi.
3. Hari ke 2 dan 3 : Pengujian presisi antar hari (inter day precision).
4. Hari ke 4: Penetapan batas kuantisasi dan batas deteksi serta
pengulangan penetapan presisi (bila diperlukan ) karena LOQ dapat
dihitung dari data uji linearitas melalui nilai Sy/x dan kemiringan garis
regresi (b)
5. Hari ke 5 : Evaluasi dan pembuatan dokumen/laporan validasi.
Kriteria penerimaan pada validasi metode analisis kategori I
4. Kecermatan Rata-rata rekoveri masing-masing analit harus tidak kurang dari 98%
(akurasi) dan tidak lebih dari 102,0% untuk tiga kali penetapan pada kadar
analit 80, 100 dan 120% dari kadar target
5. a.Presisi Simpangan baku relatif (SBR) dari enam kali penetapan/penyuntikan
b. Presisi antara atau dari 9 kali penetapan (3 kali dari 3 konsentrasi) tidak lebih dari
(Intermediate 2%
precision) Simpangan baku relatif dari penetapan oleh dua analit, dua instrumen
atau 2 hari yang berbeda tidak lebih dari 2 %
6. Stabilitas analit a. Hasil penetapan kadar dari sampel yang disiapkan tidak berubah
lebih dari 2% pada periode waktu yang ditetapkan
b. Hasil penetapan kadar dari larutan baku kerja tidak berubah lebih
dari 2% pada perode waktu yang ditetapkan
7. Ketegaran metode Kriteriakesesuaian sistem harus dipenuhi untuk variasi percobaan
(Robustness) berikut :
- Komponen organik dalam fase gerak +5%
- pH fase gerak +0,1 unit pH, laju alir + 10%, detektor + 2 nm, suhu
kolom + 5%
Pustaka
1. Satiadarma K., et al., Asas pengembangan prosedur analisis,
Cet.1, Airlangga University Press, 2004.
2. Swartz ME and Krull IS., Analytical method development and
validation, Marcel Dekker Inc., 1997
3. Riley CM and Rosanske TW., Development and Validation of
Analytical Methods, Pergamon, 1996
4. Burges C., Valid analytical methods and procdures, Royal Society
of Chemistry,
5. Ermer J and Miller JH McB., Method validation in Pharmaceutical
Analysis., Wiley-VCH, 2005
6. Miller JC and Miller JN., Statistics for analytical chemistry, 3rd ed.,
Ellis Horwood PTR Prentice Hall, 1994
7. Ahuja S and Dong MW., Handbook of pharmaceutical analysis by
HPLC, Elsevier Inc., 2005
8. Kazakevich Y and Lobrutto R., HPLC for pharmaceutical scientists.,
Wiley- Interscience, 2007
9. Chan CC, Lam H, Lee YC and Zhang XM, . Analytical Method
Validation and Instrument Performance Verification, Willey- Inter
Science, New Jersey, 2004.
Terima kasih
atas perhatian saudara