Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

PRAKTEK SIMULASI INDUSTRI OBAT DAN KOSMETIK


VALIDASI METODA ANALISA
PENETAPAN KADAR PARASETAMOL DALAM TABLET

KELAS A
KELOMPOK 2 :
1. Afrilia Mayang S. (2230122428) 6. Iriene Imanda (2230122441)
2. Annisa Mulki R (2230122431) 7. M.Roza Saputra (2230122444)
3. Delviola Mawaddah(2230122433) 8. Nadya Dini Putri (2230122449)
4. Dian Restasari (2230122435) 9. Nurhalimah (2230122452)
5. Indah Mawaddah F.(2230122404) 10. Rafiq Oktavianus (2230122453)

DOSEN PENGAMPU :
apt. OKTA FERA, M.Farm

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA
PADANG
2023
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berdasarkan pada Peraturan Badan POM Nomor 34 Tahun 2018, obat
adalah bahan atau panduan bahan yang digunakan dalam rangka penetapan
diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, dan peningkatan kesehatan
bagi manusia. Untuk memastikan keberhasilan pengobatan, suatu obat harus
memiliki kualitas yang baik. Kualitas obat yang kurang baik akan
menyebabkan terhambatnya proses penyembuhan penyakit. Selain itu, kadar
dari obat harus dipastikan tetap berada pada rentang spesifikasi atau batas
aman yang telah ditetapkan. Obat yang berkualitas baik adalah obat yang
berkhasiat (efficacy), aman (safety), dan berkualitas (quality). Ketiga hal
tersebut dapat tercapai dengan melakukan pengawasan mutu selama proses
produksi berlangsung. Proses pengawasan mutu obat dilakukan dengan
serangkaian pengujian kualitatif dan kuantitatif baik pada bahan awal yang
digunakan, produk antara, produk ruahan serta produk jadi dari obat yang
dihasilkan.
Setiap metode yang digunakan dalam pengujian obat harus mampu
mendapatkan hasil terpercaya, karena itulah perlu adanya proses verifikasi
ataupun validasi sebelum metode tersebut digunakan untuk pengujian rutin.
Validasi metode analisis merupakan suatu tindakan penilaian terhadap
parameter tertentu, berdasarkan percobaan laboratorium untuk membuktikan
bahwa parameter tersebut memenuhi persyaratan untuk penggunaannya.
Dengan kata lain tujuan dari validasi metode analisis adalah untuk
mengkonfirmasi atau memastikan metode analisis yang dipakai sesuai untuk
peruntukannya. Beberapa parameter analisis yang harus dipertimbangkan
dalam validasi metode analisis diuraikan dan didefenisikan sebagaimana cara
penentuannya. Adapun parameter-parameter tersebut antara lain adalah
akurasi (kecermatan), presisi (keseksamaan), selektifitas, linieritas dan
rentang, batas deteksi dan batas kuantitas, ketangguhan metode, kekuatan
metode. Apabila parameter-parameter ini dapat dipertanggungjawabkan maka
suatu metode analisis dapat dikatakan valid dan dapat digunakan untuk
analisis rutin.
Paracetamol dalam bentuk tablet sudah banyak digunakan sebagai bahan
aktif dalam sediaan farmasi. Zat ini terutama banyak digunakan karena
aktivitas analgetik dan antipiretiknya. Salah satu persyaratan mutu suatu obat
salah satunya adalah penetapan kadar zat aktif suatu obat. Penetapan kadar
paracetamol di skala industri lebih selektif, sehingga dapat digunakan untuk
keperluan rutin pada bagain quality control (QC). Beberapa metode
penentuan kadar paracetamol dengan teknik pemisahan sudah pernah
dilakukan antara lain dengan menggunakan KLT, KLT dan sitometer, HPLC
dan GC. Selain itu, penentuan paracetamol yang lainnya yaitu dengan
menggunakan metode spektrofotometri UV.
1.2 Tujuan
Melalui proses pembuatan makalah ini penyusun diharapkan mampu
melakukan validasi metoda analisa terhadap metode penentuan kadar
parasetamol dalam tablet.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Validasi Industri Farmasi
Keseluruhan kebijakan perusahaan, arah dan pendekatan validasi,
termasuk validasi proses produksi, prosedur pembersihan, metode analisis,
prosedur pengujian pengawasan-selama-proses, sistem komputerisasi dan
personel yang bertanggung jawab terhadap desain, pengkajian ulang, pengesahan
dan dokumentasi tiap tahap validasi, hendaklah didokumentasikan.
Sebelum memulai kegiatan validasi proses, kualifikasi yang tepat terhadap
peralatan kritis dan sistem penunjang hendaklah diselesaikan. Kualifikasi biasanya
dilaksanakan dengan melakukan kegiatan berikut, baik masing-masing ataupun
gabungan dari:
a) Kualifikasi Desain (KD): verifikasi terdokumentasi bahwa desain fasilitas,
peralatan atau sistem yang diusulkan sesuai dengan tujuan yang dimaksudkan.
b) Kualifikasi Instalasi (KI): verifikasi terdokumentasi bahwa peralatan atau
sistem yang dipasang atau dimodifikasi sesuai dengan desain yang telah disetujui,
rekomendasi pabrik pembuat dan/atau kebutuhan pengguna.
c) Kualifikasi Operasional (KO): verifikasi terdokumentasi bahwa peralatan atau
sistem yang dipasang atau dimodifikasi bekerja sesuai tujuan dalam semua
rentang operasi yang diantisipasi.
d) Kualifikasi Kinerja (KK): verifikasi terdokumentasi bahwa peralatan dan
sistem penunjang yang terhubung secara bersama, dapat bekerja secara efektif dan
reprodusibel berdasarkan metode proses dan spesifikasi yang disetujui.
Validasi merupakan suatu tindakan pembuktian dengan cara yang sesuai
dengan prinsip CPOB bahwa prosedur, proses, material, kegiatan, atau sistem, dan
pengawasan akan senantiasa mencapai hasil yang diharapkan. Tujuan dari
kualifikasi dan validasi adalah sebagai bukti pengendalian terhadap aspek kritis
dari kegiatan yang dilakukan sepanjang siklus hidup produk dan proses serta
mendokumentasikan setiap perubahan yang direncanakan terhadap fasilitas,
peralatan, dan proses yang dapat mempengaruhi mutu produk. Macam-macam
validasi dalam industri meliputi validasi mesin, peralatan produksi, dan sarana
penunjang; validasi metoda analisa; validasi proses produksi; validasi proses
pengemasan; dan validasi pembersihan.
2.2 Validasi Metoda Analisa
Validasi metoda analisis adalah suatu tindakan penilaian terhadap parameter
tertentu, berdasarkan percobaan laboratorium, untuk membuktikan bahwa
parameter tersebut memenuhi persyaratan untuk penggunaannya. Validasi metode
analisis bertujuan untuk mengkonfirmasi bahwa metode analisis tersebut dapat
sesuai untuk peruntukannya. Validasi metode anlisis juga merupakan proses yang
dilakukan melalui percobaan laboratorium dimana karakteristik dari suatu
prosedur memenuhi persyaratan untuk aplikasi analisis. Validasi metode
merupakan proses utnuk memastikan bahwa prosedur yang memnuhi standar
reliabilitas, akurasi, preisis sesuai tujuan yang diharapkan. Validasi metode
dilakukan untuk menjamin bahwa metode analisis akurat, spesifik, reprodusibel
dan tahan pada kisaran analit yang akan dianalisis. Menurut Harmita pada Tahun
2004, validasi metode analisis adalah suatu tindakan parameter tertentu,
bersasarkan percobaan laboratorium untuk membuktikan bahwa parameter
tersebut memenuhi persyaratan dalam penggunaannya.
Validasi metoda analisa bertujuan untuk Untuk membuktikan bahwa semua
Metoda Analisa yang digunakan dalam pengujian maupun pengawasan mutu,
senantiasa mencapai hasil yang diinginkan secara konsisten (terus-menerus).
Ruang lingkup validasi metoda analisa meliputi :
 Dilakukan untuk semua Metoda Analisa yang digunakan untuk
pengawasan kegiatan produksi
 Dilakukan dengan semua peralatan yang telah dikalibrasi dan di-Uji
Kesesuaian Sistemnya (Alat & Sistem sudah dikualifikasi)
 Menggunakan bahan Baku Pembanding yang sudah dibakukan dan
disimpan ditempat yang sesuai
Menurut USP 30-NF25 (2007), metode analisis diklasifikasikan dalam 3
kategori, yaitu:
a. Kategori I
Metode analisis yang digunakan untuk penetapan kadar komponen utama
dalam bahan baku obat dan sediaan obat jadi atau bahan aktif lainnya seperti
pengawet.
b. Kategori II
Metode analisis yang digunakan untuk penetapan cemaran dalam bahan baku
obat atau hasil degradasinya dalam sediaan obat jadi.
c. Kategori III
Metode analisis yang digunakan untuk penetapan kinerja dan kualitas sediaan
obat jadi, seperti uji disolusi dan uji pelepasan obat.
d. Kategori IV
Uji identifikasi

Selain itu, validasi metoda analisa umumnya dilakukan terhadap 4 jenis, yaitu
uji identifikasi, uji kuantitatif kandungan impuritas, uji batas impuritas, dan uji
kuantitatif zat aktif dalam sampel bahan aktif obat atau obat atau komponen
tertentu dalam obat. Untuk metoda analisa adopsi (prosedur sudah ada dari
dokumen resmi, misalnya Farmakope Indonesia dan USP), parameter yang diuji
cukup meliputi verifikasi berupa akurasi dan presisi. Sedangkan untuk metoda
analisa modifikasi atau eksplorasi, semua parameter harus diuji (divalidasi) yang
meliputi spesifitas, linearitas, akurasi, presisi, limit of detection, limit of
quatitation, dan robustness. Parameter validasi metoda analisa mencakup :
Parameter ini berkaitan dengan sejauh mana zat lain mengganggu
identifikasi atau analisis kuantifikasi analit. Ukuran dari kemampuan metode
untuk mengidentifikasi atau mengukur analit. Kehadiran zat lain baik endogen
maupun eksogen, dalam sampel matriks dibawah kondisi yang dinyatakan metode
ini. Kekhusussan ditentukan dengan menambahakan bahan – bahan yang mungkin
dihadapi didalam sampel. Misalnya, tes spesifitas metode imunologi untuk
specimen biologi dapat berpotensi zat bereaksi mengganggu zat yang dapat
menghambat atau menutupi warna reaksi; metode kromatografi untuk penentuan
konsentrasi obat penyalahgunaan dalam sampel klinis harus bebas dari gangguan
dariyang diharapkan bersamaan diberikan obat terapi. Spesifitas adalah tergantung
konsentrasi dan harus ditentukan pada akhir rendah dari kisaran kalibrasi. Untuk
memenuhi tujuan metode dan memeastikan bahwa efek dari kotoran, zat bereaksi
silang, yang mungkin ada dalam matriks diketahui.
1. Spesifitas
Spesifisitas menunjukkan kemampuan metode analisis menentukan analit
tertentu dalam sampel secara spesifik dan tidak terpengaruh oleh adanya
pengotor. Spesifisitas yang baik harus dimiliki oleh metode kualitatif
ataupun kuantitatif (Gumustas et al, 2013). Pengujian spesifisitas
dilakukan dengan menggunakan hasil pengukuran sampel yang
ditambahkan degradan analit, pengotor dan eksipien lain yang
dibandingkan dengan hasil pengukuran sampel tanpa penambahan apapun.
Spesifisitas metode ditunjukkan dengan derajat kesesuaian dari kedua hasil
pengukuran.
2. Presisi
Presisi adalah ukuran kedekatan hasil analisis diperoleh dari
serangkaian pengukuran ulangan dari ukuran yang sama. Hal ini
mencerminkan keselahan acak yang terjadi dalam sebuah metode. Dua set
diterima secara umum kondisi di mana presisi diukur adalah kondisi
berulang dan reproduksi. Presisi biasanya diukur sebagai koefisien variasi
atau deviasi standar relative dari hasil analisis yang diperoleh dari
independen disiapkan standar kontrol kualitas. Presisi dinyatakan dalam
nilai simpangan baku relatif dengan syarat penerimaannya adalah <2%.
Penentuan presisi dapat dibagi menjadi tiga kategori yaitu
keterulangan (repeatability), presisi antara (intermediate precision), dan
ketertiruan (reproducibility). Keterulangan merupakan ketepatan yang
ditentukan pada laboratorium yang sama oleh satu analis serta
menggunakan peralatan dan dilakukan pada hari yang sama. Presisi antara
merupakan ketepatan pada kondisi percobaan pada laboratorium yang
sama oleh analis, peralatan, reagen, dan kolom yang berbeda. Ketertiruan
mempresentasikan presisi hasil yang dapat dilakukan pada tempat
percobaan yang lain dengan tujuan untuk memverifikasi bahwa metode
akan menghasilkan hasil yang sama pada fasilitas tempat yang berbeda.
3. Akurasi
Akurasi adalah ukuran yang menujukan derajat kedekatan hasil
analisis dengan kadar analit yang sebenarnya. Akurasi dinyatakan sebagai
persen perolehan kembali (recovery) analit yang ditambahkan.
Kecermatan hasil analis sangat tergantung dengan sebaran galat sistematik
didalam keseluruhan tahapan analisis. Akurasi merupakan ketepatan
metode analisis atau kedekatan antara nilai terukur dengan nilai yang
diterima baik nilai konvensi, nilai sebenarnaya, atau nilai rujukan. Akurasi
diukur sebagai banyaknya analit yang diperoleh kembali pada suatu
pengukuran dengan melakukan spiking pada suatu sampel. Untuk
pengujian senyawa obat, akurasi diperbolehkan dengan membandingkan
hasil pengukuran dengan bahan rujukan standar.
4. Linearitas
Linieritas menunjukkan kemampuan suatu metode analisis untuk
memperoleh hasil pengujian yang sesuai dengan konsentrasi analit yang
terdapat pada sampel pada kisaran konsentrasi tertentu. Sedangkan
rendang metode pernyataan batas terendah dan tertinggi analit yang sudah
ditunjukkan dapat ditetapkan dengan kecermatan, keseksamaan dan
linieritas yang dapat diterima. Rentang dapat dilakukan dengan cara
membuat kurva kalibrasi dari beberapa set larutan standart yang telah
diketahui konsentrasinya. Linieritas dapat diukur dengan melakukan
pengukuran tunggal pada konsentrasi yang berbeda – beda. Data yang
diperoleh selanjutnya diproses dengan metode kuadrat terkecil, untuk
selanjutnya dapat ditentukan nilai kemiringan (slope), intersep, dan
koefisien korelasinya.
Linieritas dapat dilihat melalui kurva kalibrasi yang menunjukkan
hubungan antara respon dengan konsentrasi analit pada beberapa seri
larutan baku. Dari kurva kalibrasi ini kemudian akan ditemukan regresi
linearnya yang berupa persamaan y=bx+a, dimana x adalah konsentrasi, y
adalah respon, a adalah intersep y yang sebenarnya dan b adalah slope
yang sebenarnya. Tujuan dari dibuatnya regresi ini adalah untuk
menentukan estimasi terbaik untuk slope dan intersep y sehingga akan
mengurangi residual error, yaitu perbedaan nilai hasil percobaan dengan
nilai yang diprediksi melalui persamaan regresi linear.
Sebagai parameter adanya hubungan linear digunakan koefisien
korelasi r pada analisis regresi linear. Hubungan linear yang ideal dicapai
jika nilai b adalah 0 dan r adalah +1 atau -1 terganting arah garis
5. Limit deteksi dan limit kuantitas
Limit deteksi didefinisikan sebagai konsentrasi analit terendah
yang masih dapat dideteksi meskipun tidak selalu dapat dikuantifikasi.
Sedangkan batas kuantifikasi didefinisikan sebagai konsentrasi analit
terendah dalam sampel yang dapat ditentukan dengan presisi dan akurasi
pada kondisi analisis yang digunakan.
Limit deteksi merupakan jumlah atau konsentrasi terkecil analit
dalam sampel yang dapat dideteksi, namun tidak perlu diukur sesuai
dengan nilai sebenarnya. Limit kuantitas adalah jumlah analit terkecil
dalam sampel yang dapt ditentukan secara kuantitatif pada tingkat
ketelitian dan ketepatan yang baik. Limit kuantitas merupakan parameter
pengujian kuantitatif untuk konsentrasi analit yang rendah dalam matriks
yang kompleks dan digunakan untuk menentukan adanya pengotor atau
degradasi produk. Limit deteksi dan limit kuantitasi dihitung dari rerata
kemiringan garis dan simpangan baku intersep kurva standar yang
diperoleh.
Terdapat beberapa metode dalam menentukan LOD dan LOQ
untuk metode HPLC. Metode yang sering digunakan adalah menentukan
kadar sampel yang menghasilkan rasio signal-to-noise 2:1 atau 3:1 untuk
LOD dan 10:1 untuk LOQ. Cara yang lain adalah menentukan LOD dan
LOQ dengan standar deviasi dari respon dengan rumus LOD = 3.3(SD/S)
dan LOQ = 10(SD/S) dimana SD adalah standar deviasi dari bank, standar
deviasi residual dari kurva kalibrasi, dan standar deviasi dari y-intersep
dari kurva kalibrasi dan S adalah slope dari kurva kalibrasi
6. Stabilitas
Untuk memperoleh hasil – hasil analisis yang reprodusibel dan
reliable, maka sampel, reagen, dan bahan baku yang digunakan harus
stabil pada waktu tertentu dengan waktu sesuai dengan kebutuhan.
Stabilitas merupakan tahap prevalidasi yang penting untuk menunjukkan
stabilitas yang cukup selama jangka waktu analisis. Variasi area puncak
analit harus berkisar ±1-2% bila dibandingkan dengan area puncak awal.
7. Robustness (ketahanan)
Robustness dari suatu metode analisis dapat diartikan sebagai
pengukuran kapabilitas dari suatu metode untuk tetap tidak terpengaruhi
oleh adanya variasi parameter metode yang kecil. Menurut USP XXXVII
tahun 2014, robustness dalam prosedur analisis merupakan pengukuran
kemampuan metode untuk tidak terpengaruh oleh variasi kecil tetapi
disengaja dalam parameter procedural yang tercantum dalam dokumentasi
prosedur dan memberikan indikasi kesesuaian selama penggunaan normal.
Ketahanan dievaluasi dengan melakukan evaluasi parameter – parameter
metode seperti presentase pelarut organik (±2 hingga 5%), pH (hingga
±0,5 unit pH), suhu (±1 hingga 5oC) dan sebagainya. Kromatogram yang
representative harus disiapkan untuk menunjukkan pengaruh – pengaruh
variable yang diukur dibandingkan dengan kondisi normal. Menurut ICH
pada Tahun 2005 dalam melakukan evaluasi robustness dapat ditunjukkan
dengan serangkaian parameter uji kesesuaian system. Menurut USP
XXXVII tahun 2014 uji kesesuaian sistem dilakukan untuk menunjukkan
bahwa system kromatografi memadai untuk dilakukan analisis. Parameter
dari uji kesesuaian system diantaranya RSD area puncak dari lima kali
replikasi <2%, faktor ikutan puncak (tailing factor) <2.0, jumlah plat
teoritis > 2000
2.3 Parasetamol

Pemerian: Serbuk hablur, putih; tidak berbau; rasa sedikit pahit.


Kelarutan: Larut dalam air mendidih dan dalam natrium hidroksida 1 N; mudah
larut dalam etanol.
Baku pembanding: Parasetamol BPFI; lakukan pengeringan di atas silika gel P
selama 18 jam sebelum digunakan.
Identifikasi:
A. Spektrum serapan inframerah zat yang telah dikeringkan di atas pengering
yang cocok dan didispersikan dalam kalium bromida P menunjukkan maksimum
hanya pada bilangan gelombang yang sama seperti pada Parasetamol BPFI.
B. Spektrum serapan ultraviolet larutan (1 dalam 200.000) dalam campuran asam
klorida 0,1 N dalam metanol P (1 dalam 100), menunjukkan maksimum dan
minimum pada panjang gelombang yang sama dengan Parasetamol BPFI.
C. Memenuhi uji Identifikasi secara Kromatografi Lapis Tipis <281>, gunakan
larutan 1 mg per ml dalam metanol P dan fase gerak diklormetana P-metanol P
(4:1).
Tablet Parasetamol
mengandung Parasetamol tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0%
dari jumlah yang tertera pada etiket.
Baku pembanding Parasetamol BPFI; lakukan pengeringan di atas silika gel P
selama 18 jam sebelum digunakan.
Identifikasi:
A. Waktu retensi puncak utama Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti
tertera pada Penetapan kadar.
B. Sejumlah serbuk tablet setara dengan lebih kurang 50 mg parasetamol larutkan
dalam 50 ml metanol P, saring; filtrat memenuhi uji Identifikasi secara
Kromatografi Lapis Tipis <281> menggunakan Fase gerak campuran
diklorometan P-metanol P (4:1).
Disolusi <1231>
Media disolusi: 900 ml Larutan dapar fosfat pH 5,8. Alat tipe 2: 50 rpm.
Waktu: 30 menit
Prosedur : Lakukan penetapan jumlah parasetamol yang terlarut dengan mengukur
serapan alikuot, jika perlu diencerkan dengan Media disolusi dan serapan larutan
baku Parasetamol BPFI dalam media yang sama pada panjang gelombang serapan
maksimum lebih kurang 243 nm.
Toleransi Dalam waktu 30 menit harus larut tidak kurang dari 80% (Q),
parasetamol, dari jumlah yang tertera pada etiket.
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat.
Parasetamol (asetaminofen) merupakan obat analgetik non narkotik dengan
cara kerja menghambat sintesis prostaglandin terutama di Sistem Syaraf Pusat
(SSP). Parasetamol digunakan secara luas diberbagai Negara baik dalam bentuk
sediaan tunggal sebagai analgetik-antipiretik maupun kombinasi dengan obat lain
dalam sediaan obat flu, melalui resep dokter atau yang dijual bebas.
Parasetamol adalah paraaminofenol yang merupakan metabolit fenasetin dan
telah digunakan sejak tahun 1893. Parasetamol (asetaminofen) mempunyai daya
kerja analgetik, antipiretik, tidak mempunyai daya kerja anti radang dan tidak
menyebabkan iritasi serta peradangan lambung. Hal ini disebabkan Parasetamol
bekerja pada tempat yang tidak terdapat peroksid sedangkan pada tempat
inflamasi terdapat leukosit yang melepaskan peroksid sehingga efek anti
inflamasinya tidak bermakna. Parasetamol berguna untuk nyeri ringan sampai
sedang, seperti nyeri kepala, mialgia, nyeri paska melahirkan dan keadaan lain.
Parasetamol mempunyai daya kerja analgetik dan antipiretik sama dengan
asetosal, meskipun secara kimia tidak berkaitan. Tidak seperti Asetosal,
Parasetamol tidak mempunyai daya kerja antiradang, dan tidak menimbulkan
iritasi dan pendarahan lambung. Sebagai obat antipiretika, dapat digunakan baik
Asetosal, Salsilamid maupun Parasetamol. Diantara ketiga obat tersebut,
Parasetamol mempunyai efek samping yang paling ringan dan aman untuk anak-
anak. Untuk anak-anak dibawah umur dua tahun sebaiknya digunakan
Parasetamol, kecuali ada pertimbangan khusus lainnya dari dokter.
Sifat Zat Berkhasiat
Menurut Dirjen POM. (1995), sifat-sifat Parasetamol adalah sebagai berikut:
Sinonim : 4-Hidroksiasetanilida
Berat Molekul : 151.16
Rumus Empiris : C8H9NO2.
Sifat Fisika
Pemerian : Serbuk hablur, putih, tidak berbau, rasa sedikit pahit.
Kelarutan : larut dalam air mendidih dan dalam NaOH 1N; mudah larut dalam
etanol. Jarak lebur : Antara168⁰dan 172⁰.
Mekanisme Kerja
Mekanisme Kerja Paracetamol (asetaminofen) bekerja dengan mengurangi
produksi prostaglandin dengan mengganggu enzim cyclooksigenase (COX).
Parasetamol menghambat kerja dari COX pada sistem syaraf pusat yang tidak
efektif dan sel edothelial dan bukan pada sel kekebalan dengan peroksida tinggi.
Kemampuan parasetamol dalam menghambat kerja enzim COX yang dihasilkan
otak inilah yang membuat parasetamol dapat menurunkan demam dan mengurangi
rasa sakit kepala (Graham et al, 2005). Pemakaian parasetamol dalam dosis
berlebihan dan dalam jangka waktu panjang dapat mengakibatkan kerusakan hati
atau bersifat toksik.
Farmakokinetika
Parasetamol di absorpsi dengan cepat dan sempurna melalui saluran cerna.
Konsentrasi tertinggi dalam plasma dicapai dalam waktu ½ jam dan waktu paruh
plasma antara 1-3 jam. Dalam plasma, 25% parasetamol terikat protein plasma.
Obat ini di metabolisme oleh enzim mikrosom hati. Sebagiaan parasetamol (80%)
dikonjugasi dengan asam glukuronat dan sebagian kecil lainnya dengan asam
sulfat. Obat ini dieksresi melalui ginjal.
Farmakodinamika
Parasetamol menurunkan suhu tubuh dengan mekanisme yang diduga juga
berdasarkan efek sentral seperti salisilat. Efek analgetiknya serupa salisilat yaitu
menghilangkan atau mengurangi nyeri ringan hingga sedang. Parasetamol
merupakan penghambat biosintesa PG yang lemah. Efek iritasi, erosi, dan
perdarahan lambung tidak terlihat dengan obat ini, demikian juga gangguan
pernapasan dan keseimbangan asam basa.
Golongan: Bisa diperoleh tanpa resep dokter
Cara Penyimpanan: Paracetamol tablet dan sirup harus disimpan dalam tempat
yang rapat dan terlindung dari sinar matahari.
Indikasi : Nyeri Ringan sampai sedang, demam
Kontraindikasi : Hipersensitifitas, gangguan hati berat atau penyakit hati aktif
Peringatan : Gangguan fungsi hati dan ginjal, ketergantungan alkohol
Efek samping : reaksi alergi, ruam kulit berupa eritemia atau urtikaria, kelainan
darah, hipotensi, kerusakan hati.
Interaksi obat :
- Kolestiramin menurunkan absorpsi parasetamol
- Penurunan konsentrasi parasetamol dalam serum bila diberikan bersama
rifampisin, fenitoin, fenobarbital, karbamazepin.
- Metoklopramide dan domperidone meningkatkan efek parasetamol
- Meningkatkan efek antikoagulan warfarin
- Meningkatkan konsentrasi serum kloramfenikol
Dosis umum :
- Dewasa : 500 – 1000 mg/dosis, diberikan tiap 4 – 6 jam. Maksimum
4g/hari
- Anak <12 tahun : 10 mg/kgBB/1kali (bila ikterik: 5 mg/kgbb/1kali)
diberikan tiap 4 – 6 jam. Maksimum 4 dosis/hari
Sediaan yang beredar :
- Tablet/kaplet 500 mg : alphamol, biogesic, dumin, famadol, sanmol
- Tablet 600 mg : alphamol, sumagesic
- Tablet/kaplet 650 mg : bufadol 650, pyridol forte, sanmol forte
- Tablet 1000 mg : alphamol, dumin, kamolas
- Sirup/suspensi 120 mg/5ml : apetic, alphamol, dumin, erphamol, sanmol,
pamol
- Sirup/suspensi 125 mg/5 ml : apetic forte, naprex, praxion forte, tempra
forte
- Drops 100 mg/ml : apetic, paraco, praxion, sumagesic
- Drops 60 mg/0,6 ml : alphamol, erphamol, grafadon, naprex
- Sediaan rectal tube 125 mg/2,5 ml : dumin RT
- Suppositoria 125 mg : pamol suppositoria
- Sediaan infus 10 mg/ml : cetapain, eterfix, farmadol, sanmol, nofebril

2.4 Penetapan Kadar Parasetamol


Penetapan Kadar Paracetamol menggunakan HPLC : (menurut Farmakope
Indonesia Edisi VI tahun 2020)

Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi
seperti berikut.

Larutan A : Buat larutan mengandung kalium fosfat monobasa anhidrat P 1,7 g


per liter dan natrium fosfat dibasa anhidrat P 1,8 g per liter.

Larutan B : Gunakan metanol P.

Fase gerak : Gunakan variasi campuran Larutan A dan Larutan B seperti tertera
pada Sistem kromatografi.

Larutan baku : Timbang saksama sejumlah Parasetamol BPFI, larutkan dan


encerkan dengan metanol P hingga kadar lebih kurang 0,1 mg per mL.

Larutan uji : Timbang saksama sejumlah zat larutkan dan encerkan dengan
metanol P hingga kadar lebih kurang 0,1 mg per mL. [Catatan Gunakan peralatan
gelas aktinik rendah untuk Larutan uji].
Sistem kromatografi : Kromatograf cair kinerja tinggi dilengkapi dengan
detektor 230 nm dan kolom 4,6 mm × 10 cm berisi bahan pengisi L7 dengan
ukuran partikel 3,5 µm. Laju alir lebih kurang 1,0 mL per menit. Pertahankan
suhu kolom pada 35°. Kromatograf diprogram sebagai berikut:

Waktu (menit) Larutan A (%) Larutan B (%)


0,0 99 1
3,0 99 1
7,0 19 81
7,1 99 1
10,0 99 1
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur
respons puncak seperti tertera pada Prosedur: faktor ikutan tidak lebih dari 2,0 dan
simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 1,0%.

Prosedur : Suntikkan secara terpisah sejumlah volume sama (lebih kurang 5 µL)
Larutan baku dan Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam kromatogram dan
ukur respons puncak utama. Hitung persentase parasetamol C8H9NO2 dalam zat
dengan rumus:

( 𝑟𝑈/𝑟𝑆 ) ( 𝐶𝑆/𝐶𝑈 ) × 100

rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak utama dari Larutan uji dan Larutan
baku; CS adalah kadar Parasetamol BPFI dalam mg per mL Larutan baku dan CU
adalah kadar parasetamol dalam mg per mL Larutan uji berdasarkan bobot yang
ditimbang.
Penetapan Kadar Paracetamol dengan Spektrofotometri UV Vis:

Prosedur Kerja Pembuatan larutan induk parasetamol kosentrasi 400 ppm

Serbuk standar parasetamol ditimbang sebanyak 20 mg dan dilarutkan dengan


etanol dalam gelas beker. Larutan dimasukkan dalam labu ukur 50 mL dan
kemudian ditera dengan etanol sampai tanda batas.

Penetapan panjang gelombang maksimum

Larutan standar parasetamol dengan konsentrasi 6 ppm dibuat dengan cara


memipet sebanyak 0,375 mL dari larutan induk parasetamol kemudian
dimasukkan dalam labu ukur 25 mL. Larutan diencerkan dengan etanol sampai
tanda batas, kemudian digojog hingga homogen. Larutan tersebut diukur panjang
gelombang maksimumnya pada rentang panjang gelombang antara 200- 400 nm.
Pembuatan kurva baku

Dari larutan induk 400 ppm dibuat larutan baku dengan seri konsentrasi 2 ; 4 ; 6 ;
8 dan 10 ppm sebanyak 25 mL. Larutan seri yang telah dibuat kemudian diukur
serapan masing-masing konsentrasinya pada panjang gelombang maksimum yang
diperoleh sebanyak 2 kali pembacaan. Data hasil absorbansi yang diperoleh,
selanjutnya dihitung persamaan kurva bakunya sehingga diperoleh persamaan
garis y = a + bx.
BAB III. KASUS
3.1 Metode Penetapan Kadar Parasetamol dalam Tablet
3.1.1 Prosedur Kerja Penetapan Kadar Parasetamol dalam Tablet pada
Suatu Industri
- Pembuatan deret larutan standar parasetamol BPFI
1. Buatlah larutan induk 100 ppm dengan menimbang seksama 25 mg
parasetamol BPFI, kemudian masukkan dalam labu ukur 250 ml, tambahkan
2 ml etanol 95 % dan 8 ml aquadest, gocok sampai parasetamol BPFI
semuanya larut, setelah larut, tambahkan aquadest tambah tanda batas, kocok
homogen.
2. Buatlah deretan larutan standar parasetamol BPFI dengan konsentrasi (4,
6,8,10,12) ppm dengan cara memipet larutan induk 100 ppm masing-masing
sebanyak 4 ; 6; 8; 10; 12 ml, kemudian masukkan masing masing ke dalam
labu ukur 100 ml, tambahkan aquadest sampai tanda batas.
3. Ambillah salah satu konsentrasi untuk ditentukan serapan panjang gelombang
maksimumnya.
4. Kemudian ukur absorban pada masing-masing larutan standar tersebut pada
serapan panjang gelombang maksimum tersebut.
5. Hitunglah persamaan regresi liniernya y= a+bx
- Penetapan kadar parasetamol pada tablet parasetamol
1. Ambil 20 tablet parasetamol kemudian masukkan ke dalam lumpang, gerus
homogen, kemudian timbang 100 mg serbuk parasetamol dengan seksama
lalu larutkan dalam labu ukur 250 ml, tambahkan 5 ml etanol 96% dan 10 ml
aquadest, gocok sampai serbuk parasetamol serbuk larut sempurna, lalu
tambahkan air sampai tanda batas, kocok hingga homogen.
2. Pipet 2 ml larutan tersebut masukkan ke dalam labu ukur 100 ml tambahkan
dengan air sampai tanda batas, kocok homogen.
3. Ukur absorban sampel tersebut pada panjang gelombang maksimum
parasetamol.
3.1.2 Penjabaran Kasus
Seorang staff bagian QC akan melakukan analisis sampel produk jadi
tablet parasetamol menggunakan Spektrofotometer UV Vis. Untuk memastikan
bahwa metode tersebut sudah sesuai dengan peruntukannya maka dilakukan
validasi metode analisis. Diketahui data kurva baku sebagai berikut :
Konsentrasi (ppm) Absorban
2 0,071
4 0,143
6 0,213
8 0,257
10 0,306

Data hasil penetapan kadar parasetamol dalam tablet :


Sampel No. Absorban
1 0,380
2 0,380
3 0,380

Kadar parasetamol
Sampel No. %
1 92,60
2 92,51
3 92,60
Rata-rata 92,57

3.2 Validasi Metode Analisa Penetapan Kadar Parasetamol dalam Tablet


- Tentukan keseksamaan/presisi dengan mengukur simpangan baku dan
simpangan baru relatifnya.
- Tentukan linearitasnya yang dinyatakan dalam istilah variansi sekitar arah
garis regresi yang dihitung berdasarkan persamaan matematik data yang
diperoleh dari hasil uji kadar parasetamol dalam tablet.
- Tentukan akurasinya.
- Tentukan apakah hasil penetapan kadar parasetamol dalam tablet
memenuhi persyaratan literatur atau tidak.
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Keseksamaan/presisi
Simpangan baku dan simpangan baku relatif yang diperoleh dari
penetapan kadar parasetamol dalam tablet adalah sebagai berikut :

S = √ (92,60−92,57)2+(92,51−92,57)2+(92,60−92,57)2
3−1
= 0,0027
0 , 0027
SBR = x 100 %
92,57
= 0,00291%
Spesifitas dinyatakan dengan nilai simpangan baku relatif (SBR), dimana syarat
penerimaan nilai SBR adalah <2%. Berdasarkan hasil pengukuran penetapan
kadar parasetamol dalam tablet diproleh SBR dengan nilai 0,00291%. Artinya
metode analisa yang dilakukan memiliki keseksamaan yang sesuai dengan yang
dipersyaratkan.
4.2 Linearitas
Berdasarkan hasil kurva baku yang diperoleh dari penetapan kadar
parasetamol dalam tablet, diperoleh hasil grafik sebagai berikut :

0.7

0.6 f(x) = 0.0504 x + 0.0492


R² = 0.999480617592899
0.5

0.4
Absorban

0.3 Absorban
Linear (Absorban)
0.2

0.1

0
3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Konsentrasi

Pengujian linearitas dilakukan untuk mengetahui kemampuan metode


analisis dalam memberikan respon proporsional atau linear terhadap konsentrasi
analit dalam sampel. Berdasarkan hasil kurva baku standar, ditentukan penentuan
koefisien korelasi (r), yang diperoleh nilai 0,9995. Nilai koefisien korelasi yang
mendekati satu dianggap menjadi bukti bahwa metode memiliki nilai linearitas
yang baik.
4.3 Akurasi
Penentuan nilai akurasi dalam sebuah kasus dapat diperoleh dengan cara
berikut :
Kadar rata-rata tablet parasetamol berdasarkan literatur yang dipersyaratkan
adalah 90,0% - 110,0%, artinya dalam tablet parasetamol 500 mg, seharusnya
mengandung parasetamol 500 mg, namun berdasarkan persyaratan, kadarnya
dapat diterima bila berada pada rentang 450 mg – 550 mg.
Sampel No. Kadar (%) Kadar (mg)
1 92,60% 463,016
2 92,51% 462,571
3 92,60% 463,016
Rata-rata 92,57% 462,867
% error dataliteratur−data pengukuran
x 100 %
data literatur
500 mg−462,867 mg
x 100 %
500 mg
7,42%
Akurasi 100% - %error
= 100% - 7,42%
= 92,58%

4.4 Hasil Penetapan Kadar


Berdasarkan hasil penetapan kadar yang dilakukan terhadap tiga sampel
tablet parasetamol, diperoleh hasil kadar sebesar 92,60%, 92,51% dan 92,60%.
Artinya, kadar parasetamol yang diukur dengan metode spektrofotometer UV Vis
yang dilakukan suatu industri telah memenuhi persyaratan. Artinya, metode
analisis yang digunakan adalah valid.
BAB V. KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil validasi terhadap metode analisa penetapan kadar
parasetamol dalam tablet, disimpulkan bahwa metode analisa penetapan kadar
parasetamol dalam tablet menggunakan spektrofotometer UV Vis telah memenuhi
persyaratan yang ditetapkan dan memenuhi parameter uji berupa presisi,
linearitas, dan akurasi sehingga metode dapat digunakan untuk pengujian rutin
5.2 Saran
Sebuah metode analisis harus mampu mendapatkan hasil yang terpercaya,
karena itu validasi harus dilakukan untuk menjamin bahwa metode yang
digunakan telah sesuai dengan peruntukannya. Metode dan hasil dalam makalah
ini merupakan hasil dari praktikum yang dilakukan dalam skala laboratorium,
sehingga kami megharapkan koreksi dan saran yang membangun demi
kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
BPOM RI. 2018. Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 34 tahun
2018 tentang Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik. Jakarta: Badan
Pengawas Obat dan Makanan RI.
DepKes RI (1995) Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia.
ICH Harmonised Tripartite Guideline: Validation of Analytical Procedures: Text
and Methodology Q2 (R1). 2005. https://www.
ema.europa.eu/en/documents/scientific- guideline/ich-q-2-r1-validation-
analytical- procedures-text-methodology-step-5_en.pdf
Riyanto. 2019. Validasi dan Verifikasi Metode Uji: Sesuai denga ISO/IEC17025
Laboratorium Pengujian dan Kalibrasi. Sleman: Deepublish

Anda mungkin juga menyukai