KELAS A
KELOMPOK 2 :
1. Afrilia Mayang S. (2230122428) 6. Iriene Imanda (2230122441)
2. Annisa Mulki R (2230122431) 7. M.Roza Saputra (2230122444)
3. Delviola Mawaddah(2230122433) 8. Nadya Dini Putri (2230122449)
4. Dian Restasari (2230122435) 9. Nurhalimah (2230122452)
5. Indah Mawaddah F.(2230122404) 10. Rafiq Oktavianus (2230122453)
DOSEN PENGAMPU :
apt. OKTA FERA, M.Farm
Selain itu, validasi metoda analisa umumnya dilakukan terhadap 4 jenis, yaitu
uji identifikasi, uji kuantitatif kandungan impuritas, uji batas impuritas, dan uji
kuantitatif zat aktif dalam sampel bahan aktif obat atau obat atau komponen
tertentu dalam obat. Untuk metoda analisa adopsi (prosedur sudah ada dari
dokumen resmi, misalnya Farmakope Indonesia dan USP), parameter yang diuji
cukup meliputi verifikasi berupa akurasi dan presisi. Sedangkan untuk metoda
analisa modifikasi atau eksplorasi, semua parameter harus diuji (divalidasi) yang
meliputi spesifitas, linearitas, akurasi, presisi, limit of detection, limit of
quatitation, dan robustness. Parameter validasi metoda analisa mencakup :
Parameter ini berkaitan dengan sejauh mana zat lain mengganggu
identifikasi atau analisis kuantifikasi analit. Ukuran dari kemampuan metode
untuk mengidentifikasi atau mengukur analit. Kehadiran zat lain baik endogen
maupun eksogen, dalam sampel matriks dibawah kondisi yang dinyatakan metode
ini. Kekhusussan ditentukan dengan menambahakan bahan – bahan yang mungkin
dihadapi didalam sampel. Misalnya, tes spesifitas metode imunologi untuk
specimen biologi dapat berpotensi zat bereaksi mengganggu zat yang dapat
menghambat atau menutupi warna reaksi; metode kromatografi untuk penentuan
konsentrasi obat penyalahgunaan dalam sampel klinis harus bebas dari gangguan
dariyang diharapkan bersamaan diberikan obat terapi. Spesifitas adalah tergantung
konsentrasi dan harus ditentukan pada akhir rendah dari kisaran kalibrasi. Untuk
memenuhi tujuan metode dan memeastikan bahwa efek dari kotoran, zat bereaksi
silang, yang mungkin ada dalam matriks diketahui.
1. Spesifitas
Spesifisitas menunjukkan kemampuan metode analisis menentukan analit
tertentu dalam sampel secara spesifik dan tidak terpengaruh oleh adanya
pengotor. Spesifisitas yang baik harus dimiliki oleh metode kualitatif
ataupun kuantitatif (Gumustas et al, 2013). Pengujian spesifisitas
dilakukan dengan menggunakan hasil pengukuran sampel yang
ditambahkan degradan analit, pengotor dan eksipien lain yang
dibandingkan dengan hasil pengukuran sampel tanpa penambahan apapun.
Spesifisitas metode ditunjukkan dengan derajat kesesuaian dari kedua hasil
pengukuran.
2. Presisi
Presisi adalah ukuran kedekatan hasil analisis diperoleh dari
serangkaian pengukuran ulangan dari ukuran yang sama. Hal ini
mencerminkan keselahan acak yang terjadi dalam sebuah metode. Dua set
diterima secara umum kondisi di mana presisi diukur adalah kondisi
berulang dan reproduksi. Presisi biasanya diukur sebagai koefisien variasi
atau deviasi standar relative dari hasil analisis yang diperoleh dari
independen disiapkan standar kontrol kualitas. Presisi dinyatakan dalam
nilai simpangan baku relatif dengan syarat penerimaannya adalah <2%.
Penentuan presisi dapat dibagi menjadi tiga kategori yaitu
keterulangan (repeatability), presisi antara (intermediate precision), dan
ketertiruan (reproducibility). Keterulangan merupakan ketepatan yang
ditentukan pada laboratorium yang sama oleh satu analis serta
menggunakan peralatan dan dilakukan pada hari yang sama. Presisi antara
merupakan ketepatan pada kondisi percobaan pada laboratorium yang
sama oleh analis, peralatan, reagen, dan kolom yang berbeda. Ketertiruan
mempresentasikan presisi hasil yang dapat dilakukan pada tempat
percobaan yang lain dengan tujuan untuk memverifikasi bahwa metode
akan menghasilkan hasil yang sama pada fasilitas tempat yang berbeda.
3. Akurasi
Akurasi adalah ukuran yang menujukan derajat kedekatan hasil
analisis dengan kadar analit yang sebenarnya. Akurasi dinyatakan sebagai
persen perolehan kembali (recovery) analit yang ditambahkan.
Kecermatan hasil analis sangat tergantung dengan sebaran galat sistematik
didalam keseluruhan tahapan analisis. Akurasi merupakan ketepatan
metode analisis atau kedekatan antara nilai terukur dengan nilai yang
diterima baik nilai konvensi, nilai sebenarnaya, atau nilai rujukan. Akurasi
diukur sebagai banyaknya analit yang diperoleh kembali pada suatu
pengukuran dengan melakukan spiking pada suatu sampel. Untuk
pengujian senyawa obat, akurasi diperbolehkan dengan membandingkan
hasil pengukuran dengan bahan rujukan standar.
4. Linearitas
Linieritas menunjukkan kemampuan suatu metode analisis untuk
memperoleh hasil pengujian yang sesuai dengan konsentrasi analit yang
terdapat pada sampel pada kisaran konsentrasi tertentu. Sedangkan
rendang metode pernyataan batas terendah dan tertinggi analit yang sudah
ditunjukkan dapat ditetapkan dengan kecermatan, keseksamaan dan
linieritas yang dapat diterima. Rentang dapat dilakukan dengan cara
membuat kurva kalibrasi dari beberapa set larutan standart yang telah
diketahui konsentrasinya. Linieritas dapat diukur dengan melakukan
pengukuran tunggal pada konsentrasi yang berbeda – beda. Data yang
diperoleh selanjutnya diproses dengan metode kuadrat terkecil, untuk
selanjutnya dapat ditentukan nilai kemiringan (slope), intersep, dan
koefisien korelasinya.
Linieritas dapat dilihat melalui kurva kalibrasi yang menunjukkan
hubungan antara respon dengan konsentrasi analit pada beberapa seri
larutan baku. Dari kurva kalibrasi ini kemudian akan ditemukan regresi
linearnya yang berupa persamaan y=bx+a, dimana x adalah konsentrasi, y
adalah respon, a adalah intersep y yang sebenarnya dan b adalah slope
yang sebenarnya. Tujuan dari dibuatnya regresi ini adalah untuk
menentukan estimasi terbaik untuk slope dan intersep y sehingga akan
mengurangi residual error, yaitu perbedaan nilai hasil percobaan dengan
nilai yang diprediksi melalui persamaan regresi linear.
Sebagai parameter adanya hubungan linear digunakan koefisien
korelasi r pada analisis regresi linear. Hubungan linear yang ideal dicapai
jika nilai b adalah 0 dan r adalah +1 atau -1 terganting arah garis
5. Limit deteksi dan limit kuantitas
Limit deteksi didefinisikan sebagai konsentrasi analit terendah
yang masih dapat dideteksi meskipun tidak selalu dapat dikuantifikasi.
Sedangkan batas kuantifikasi didefinisikan sebagai konsentrasi analit
terendah dalam sampel yang dapat ditentukan dengan presisi dan akurasi
pada kondisi analisis yang digunakan.
Limit deteksi merupakan jumlah atau konsentrasi terkecil analit
dalam sampel yang dapat dideteksi, namun tidak perlu diukur sesuai
dengan nilai sebenarnya. Limit kuantitas adalah jumlah analit terkecil
dalam sampel yang dapt ditentukan secara kuantitatif pada tingkat
ketelitian dan ketepatan yang baik. Limit kuantitas merupakan parameter
pengujian kuantitatif untuk konsentrasi analit yang rendah dalam matriks
yang kompleks dan digunakan untuk menentukan adanya pengotor atau
degradasi produk. Limit deteksi dan limit kuantitasi dihitung dari rerata
kemiringan garis dan simpangan baku intersep kurva standar yang
diperoleh.
Terdapat beberapa metode dalam menentukan LOD dan LOQ
untuk metode HPLC. Metode yang sering digunakan adalah menentukan
kadar sampel yang menghasilkan rasio signal-to-noise 2:1 atau 3:1 untuk
LOD dan 10:1 untuk LOQ. Cara yang lain adalah menentukan LOD dan
LOQ dengan standar deviasi dari respon dengan rumus LOD = 3.3(SD/S)
dan LOQ = 10(SD/S) dimana SD adalah standar deviasi dari bank, standar
deviasi residual dari kurva kalibrasi, dan standar deviasi dari y-intersep
dari kurva kalibrasi dan S adalah slope dari kurva kalibrasi
6. Stabilitas
Untuk memperoleh hasil – hasil analisis yang reprodusibel dan
reliable, maka sampel, reagen, dan bahan baku yang digunakan harus
stabil pada waktu tertentu dengan waktu sesuai dengan kebutuhan.
Stabilitas merupakan tahap prevalidasi yang penting untuk menunjukkan
stabilitas yang cukup selama jangka waktu analisis. Variasi area puncak
analit harus berkisar ±1-2% bila dibandingkan dengan area puncak awal.
7. Robustness (ketahanan)
Robustness dari suatu metode analisis dapat diartikan sebagai
pengukuran kapabilitas dari suatu metode untuk tetap tidak terpengaruhi
oleh adanya variasi parameter metode yang kecil. Menurut USP XXXVII
tahun 2014, robustness dalam prosedur analisis merupakan pengukuran
kemampuan metode untuk tidak terpengaruh oleh variasi kecil tetapi
disengaja dalam parameter procedural yang tercantum dalam dokumentasi
prosedur dan memberikan indikasi kesesuaian selama penggunaan normal.
Ketahanan dievaluasi dengan melakukan evaluasi parameter – parameter
metode seperti presentase pelarut organik (±2 hingga 5%), pH (hingga
±0,5 unit pH), suhu (±1 hingga 5oC) dan sebagainya. Kromatogram yang
representative harus disiapkan untuk menunjukkan pengaruh – pengaruh
variable yang diukur dibandingkan dengan kondisi normal. Menurut ICH
pada Tahun 2005 dalam melakukan evaluasi robustness dapat ditunjukkan
dengan serangkaian parameter uji kesesuaian system. Menurut USP
XXXVII tahun 2014 uji kesesuaian sistem dilakukan untuk menunjukkan
bahwa system kromatografi memadai untuk dilakukan analisis. Parameter
dari uji kesesuaian system diantaranya RSD area puncak dari lima kali
replikasi <2%, faktor ikutan puncak (tailing factor) <2.0, jumlah plat
teoritis > 2000
2.3 Parasetamol
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi
seperti berikut.
Fase gerak : Gunakan variasi campuran Larutan A dan Larutan B seperti tertera
pada Sistem kromatografi.
Larutan uji : Timbang saksama sejumlah zat larutkan dan encerkan dengan
metanol P hingga kadar lebih kurang 0,1 mg per mL. [Catatan Gunakan peralatan
gelas aktinik rendah untuk Larutan uji].
Sistem kromatografi : Kromatograf cair kinerja tinggi dilengkapi dengan
detektor 230 nm dan kolom 4,6 mm × 10 cm berisi bahan pengisi L7 dengan
ukuran partikel 3,5 µm. Laju alir lebih kurang 1,0 mL per menit. Pertahankan
suhu kolom pada 35°. Kromatograf diprogram sebagai berikut:
Prosedur : Suntikkan secara terpisah sejumlah volume sama (lebih kurang 5 µL)
Larutan baku dan Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam kromatogram dan
ukur respons puncak utama. Hitung persentase parasetamol C8H9NO2 dalam zat
dengan rumus:
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak utama dari Larutan uji dan Larutan
baku; CS adalah kadar Parasetamol BPFI dalam mg per mL Larutan baku dan CU
adalah kadar parasetamol dalam mg per mL Larutan uji berdasarkan bobot yang
ditimbang.
Penetapan Kadar Paracetamol dengan Spektrofotometri UV Vis:
Dari larutan induk 400 ppm dibuat larutan baku dengan seri konsentrasi 2 ; 4 ; 6 ;
8 dan 10 ppm sebanyak 25 mL. Larutan seri yang telah dibuat kemudian diukur
serapan masing-masing konsentrasinya pada panjang gelombang maksimum yang
diperoleh sebanyak 2 kali pembacaan. Data hasil absorbansi yang diperoleh,
selanjutnya dihitung persamaan kurva bakunya sehingga diperoleh persamaan
garis y = a + bx.
BAB III. KASUS
3.1 Metode Penetapan Kadar Parasetamol dalam Tablet
3.1.1 Prosedur Kerja Penetapan Kadar Parasetamol dalam Tablet pada
Suatu Industri
- Pembuatan deret larutan standar parasetamol BPFI
1. Buatlah larutan induk 100 ppm dengan menimbang seksama 25 mg
parasetamol BPFI, kemudian masukkan dalam labu ukur 250 ml, tambahkan
2 ml etanol 95 % dan 8 ml aquadest, gocok sampai parasetamol BPFI
semuanya larut, setelah larut, tambahkan aquadest tambah tanda batas, kocok
homogen.
2. Buatlah deretan larutan standar parasetamol BPFI dengan konsentrasi (4,
6,8,10,12) ppm dengan cara memipet larutan induk 100 ppm masing-masing
sebanyak 4 ; 6; 8; 10; 12 ml, kemudian masukkan masing masing ke dalam
labu ukur 100 ml, tambahkan aquadest sampai tanda batas.
3. Ambillah salah satu konsentrasi untuk ditentukan serapan panjang gelombang
maksimumnya.
4. Kemudian ukur absorban pada masing-masing larutan standar tersebut pada
serapan panjang gelombang maksimum tersebut.
5. Hitunglah persamaan regresi liniernya y= a+bx
- Penetapan kadar parasetamol pada tablet parasetamol
1. Ambil 20 tablet parasetamol kemudian masukkan ke dalam lumpang, gerus
homogen, kemudian timbang 100 mg serbuk parasetamol dengan seksama
lalu larutkan dalam labu ukur 250 ml, tambahkan 5 ml etanol 96% dan 10 ml
aquadest, gocok sampai serbuk parasetamol serbuk larut sempurna, lalu
tambahkan air sampai tanda batas, kocok hingga homogen.
2. Pipet 2 ml larutan tersebut masukkan ke dalam labu ukur 100 ml tambahkan
dengan air sampai tanda batas, kocok homogen.
3. Ukur absorban sampel tersebut pada panjang gelombang maksimum
parasetamol.
3.1.2 Penjabaran Kasus
Seorang staff bagian QC akan melakukan analisis sampel produk jadi
tablet parasetamol menggunakan Spektrofotometer UV Vis. Untuk memastikan
bahwa metode tersebut sudah sesuai dengan peruntukannya maka dilakukan
validasi metode analisis. Diketahui data kurva baku sebagai berikut :
Konsentrasi (ppm) Absorban
2 0,071
4 0,143
6 0,213
8 0,257
10 0,306
Kadar parasetamol
Sampel No. %
1 92,60
2 92,51
3 92,60
Rata-rata 92,57
S = √ (92,60−92,57)2+(92,51−92,57)2+(92,60−92,57)2
3−1
= 0,0027
0 , 0027
SBR = x 100 %
92,57
= 0,00291%
Spesifitas dinyatakan dengan nilai simpangan baku relatif (SBR), dimana syarat
penerimaan nilai SBR adalah <2%. Berdasarkan hasil pengukuran penetapan
kadar parasetamol dalam tablet diproleh SBR dengan nilai 0,00291%. Artinya
metode analisa yang dilakukan memiliki keseksamaan yang sesuai dengan yang
dipersyaratkan.
4.2 Linearitas
Berdasarkan hasil kurva baku yang diperoleh dari penetapan kadar
parasetamol dalam tablet, diperoleh hasil grafik sebagai berikut :
0.7
0.4
Absorban
0.3 Absorban
Linear (Absorban)
0.2
0.1
0
3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Konsentrasi