Tugas Khusus Kelompok 9 PKPA Industri LAFIAL Periode
November 2023
QA (Quality Assurance / Pemastian Mutu)
SUCIPTO FIRMANSYAH NIM 23039022
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN APOTEKER
SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI MAKASSAR QA (Quality Assurance / Penjaminan Mutu)
Industri farmasi bertujuan untuk menghasilkan obat yang harus
memenuhi persyaratan khasiat (efficacy), keamanan (safety) dan mutu (quality) dalam dosis yang digunakan untuk tujuan pengobatan. Dalam CPOB disebutkan bahwa faktor yang mempengaruhi mutu produk antara lain (1) kualitas dari bahan awal pembuatan dan bahan pengemas yang digunakan, (2) proses pembuatan dan pengawasan mutu, (3) bagunan dan peralatan, serta (4) personalia yang terlibat dalam pembuatan obat. Dengan semakin meningkatnya tuntutan terhadap jaminan khasiat, keamanan dan kualitas produk maka “konsep pengawasan mutu” yang masih banyak digunakan sangat tidak memadai. Konsep pengawasan mutu itu sendiri didasarkan pada konsep “defect detection”, artinya sistem tersebut dapat mendeteksi terjadinya kesalahan/penyimpangan yang telah terjadi. Namun untuk menjamin khasiat, keamanan dan mutu suatau produk perusahaan farmasi tidak hanya boleh menerapkan konsep/sistem tersebut, tapi juga harus bisa menerapkan konsep/sistem yang dapat mencegah sebelum terjadinya kesalahan dan /atau penyimpnagan daalam proses pembuatan obat/produk tersebut. Konsep inilah yang disebut dengan “Konsep Penjaminan Mutu” (Quality Assurance). Didalam CPOB telah secara tegas menyebutkan pemisahan kewenangan dan tanggung jawab Bagian/Departemen Pengawasan Mutu (Quality Control/QC Departement) dengan Bagian/Departemen Penjaminan Mutu (Quality Assurance/QA Departement). Departemen QA memiliki kewenangan dan bertanggung jawab untuk menyusun kebijakan mutu (quality policy) perusahaan yang dapat menjamin mutu obat yang dihasilkan agar sesuai dengan persyaratan mutu yang telah ditetapkan dan memastikan bahwa seluruh bagian yang terlibat dalam proses pembutan obat, melaksanakan kebijakan tersebut. Menurut WHO 2004 Quality Assurance didefinisikan sebagai “Semua aspek yang secara individual mempengaruhi mutu produk, dari konsep design hingga produk tersebut ditangan konsumen”. Quality Assurance sendiri adalah merupakan keseluruhan sistem yang dibuat dengan tujuan agar seluruh produk industri farmasi yang dihasilkan memenuhi persyaratan mutu yang telah ditetapkan. Quality assurance tidak saja mencakup pelaksanaan Cara Pembuatan Obat yang Baik (Good Manufacturing Practice/GMP) melainkan juga cara Berlaboratorium yang Baik (Good Laboratory Practices/GLP) dan Cara Uji Klinis yang Baik (Good Distribution Practices/GDP). Dengan demikian CPOB/GMP merupakan bagian dari sistem Penjaminan Mutu (Quality Assurance) industri farmasi, dalam rangka memenuhi tuntutan konsumen atas jaminan terhadap khasiat, keamanan dan kualitas produk-produk industri farmasi. Sedangakan QC sendiri merupakan bagian dari CPOB/GMP yang berkaitan dengan prosedur sampling, spesifikasi & pengujian, memastikan dokumentasi & prosedure rilis yang diperlukan & uji yang relevan, kemudian produk dilepaskan setelah memastikan kualitas dari produk tersebut. Dengan kata lain tugas dan peran QA sendiri adalah tugas dan mengawasi dan mengevaluasi seluruh kegiatan produksi dalam perusahaan, sedangkan mengawasi tugas dan peran QA adalah BPOM dan QMS. Tugas dan Tanggung Jawab QA Manager 1. Merumuskan dan menetapkan Kebijakan Mutu (quality policy) Perusahaan 2. Merumuskan dan menetapkan Sistem Manajemen Mutu (Quality Management System) Perusahaan 3. Melakukan evaluasi terhadap materi pelatihan karyawan, terutama yang terkait dengan CPOB 4. Bertanggung jawab terhadap program inspeksi diri maupun external inspection (terhadap pemasok, contract manufacture, dan lain-lain) 5. Melakukan Overview terhadap sistem Protap di Perusahaan 6. Melakukan pengkajian dan persetujuan terhadap protap, protokol dan laporan validasi, usulan terhadap perubahan proses, bahan maupun metode 7. Menyetujui seluruh perubahan sebelum ditetapkan 8. Menyusun dan menetapkan sistem pelulusan bahan awal, produk antara, dan produk jadi 9. Memberikan persetujuan terhadap laporan penyimpangan 10. Menyetujui seluruh sistem dokumentasi perusahaan (Protap, spesifikasi, master batch, batch record, protokol dan laporan validasi, program kalibrasi, audit lingkungan dan lain-lain) Penetapan dan perumusan kebijakan mutu dan sistem manajemen mutu itu sendiri memerlukan partisipasi dan komitmen jajaran di semua departemen di dalam perusahaan, para pemasok dan para distributor. Untuk mencapai tujuan mutu secara konsisten dan dapat diandalkan, diperlukan sistem Pemastian Mutu yang didesain secara menyeluruh dan diterapkan secara benar serta menginkorporasi Cara Pembuatan Obat yang Baik termasuk Pengawasan Mutu dan Manajemen Risiko Mutu Unsur dasar dari manajemen mutu adalah: a) suatu infrastruktur atau sistem mutu yang tepat mencakup struktur organisasi, prosedur, proses dan sumber daya; b) tindakan sistematis yang diperlukan untuk mendapatkan kepastian dengan tingkat kepercayaan yang tinggi, sehingga produk (atau jasa pelayanan) yang dihasilkan akan selalu memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. Keseluruhan tindakan tersebut disebut Pemastian Mutu.
Semua bagian sistem Pemastian Mutu hendaklah didukung dengan
ketersediaan personil yang kompeten, bangunan dan sarana serta peralatan yang cukup dan memadai. Tambahan tanggung jawab legal hendaklah diberikan kepada kepala Manajemen Mutu (Pemastian Mutu). Sistem Pemastian Mutu yang benar dan tepat bagi pembuatan obat hendaklah memastikan bahwa: a) Desain dan pengembangan obat dilakukan dengan cara yang memerhatikan persyaratan CPOB; b) Semua langkah produksi dan pengawasan diuraikan secara jelas dan CPOB diterapkan; c) Tanggung jawab manajerial diuraikan dengan jelas dalam uraian jabatan; d) Pengaturan disiapkan untuk pembuatan, pemasokan dan penggunaan bahan awal dan pengemas yang benar; e) Semua pengawasan terhadap produk antara dan pengawasan selama- proses lain serta dilakukan validasi; f) Pengkajian terhadap semua dokumen terkait dengan proses, pengemasan dan pengujian tiap bets, dilakukan sebelum memberikan pengesahan pelulusan untuk distribusi produk jadi. Penilaian hendaklah meliputi semua faktor yang relevan termasuk kondisi produksi, hasil pengujian selama-proses, pengkajian dokumen pembuatan (termasuk pengemasan), pengkajian penyimpangan dari prosedur yang telah ditetapkan, pemenuhan persyaratan dari Spesifikasi Produk Jadi dan pemeriksaan produk dalam kemasan akhir; g) Obat tidak dijual atau didistribusikan sebelum kepala Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) menyatakan bahwa tiap bets produksi dibuat dan dikendalikan sesuai dengan persyaratan yang tercantum dalam izin edar dan peraturan lain yang berkaitan dengan aspek produksi, pengawasan mutu dan pelulusan produk; h) Tersedia pengaturan yang memadai untuk memastikan bahwa, sedapat mungkin, produk disimpan, didistribusikan dan selanjutnya ditangani sedemikian rupa agar mutu tetap dijaga selama masa simpan obat; i) Tersedia prosedur inspeksi diri dan/atau audit mutu yang secara berkala mengevaluasi efektivitas dan penerapan sistem Pemastian Mutu; j) Pemasok bahan awal dan bahan pengemas dievaluasi dan disetujui untuk memenuhi spesifikasi mutu yang telah ditentukan oleh perusahaan; k) Penyimpangan dilaporkan, diselidiki dan dicatat; l) Tersedia sistem persetujuan terhadap perubahan yang berdampak pada mutu produk; m) Prosedur pengolahan ulang produk dievaluasi dan disetujui; dan m) Evaluasi berkala mutu obat dilakukan untuk verifikasi konsistensi proses dan memastikan perbaikan proses yang berkesinambungan.
Untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan CPOB maka setiap
karyawan yang bekerja pada industri farmasi wajib untuk diberikan pelatihan (training). Pelatihan pada CPOB tersusun dalam beberapa tingkatan, mulai dari orientasi umum mengenai CPOB, latihan ditempat kerja (on the job training), maupun pelatihan yang bersifat khusus, misalnya untuk karyawan yang bekerja di daerah steril, β-laktam, sefalosporin, dan lain-lain. Pelatihan biasanya diberikan oleh orang yang ahli dibidangnya atau atasan yang bersangkutan. Pelatihan CPOB ini harus dilakukan secara terus-menerus sesuai dengan pembaharuan CPOB agar karyawan terbiasa dengan tugas dan tanggung jawab masing-masing yang telah diatur oleh CPOB. Pada setiap pelatihan yang diberikan masing-masing karyawan harus membuat “Catatan Pelatihan” untuk nantinya dievaluasi. Pengertian dari self inspection/inspeksi diri adalah pengkajian secara obyektif seluruh tata kerja diri sendiri dari aspek yang mungkin berpengaruh pada jamianan mutu (Quality Assurance). Tujuan program inspeksi diri adalah untuk mengtahui kekurangan, baik yang berdampak besar maupun kecil untuk kemudian menetapkan cara yang efektif untuk mencegah/memperbaikinya. Hal-hal yang perlu di-inspeksi: A. Karyawan 1. Catatan kesehatan 2. Catatan pelatihan 3. Sanitasi dan Higiene B. Bangunan (Termasuk Sarana Penunjang) 1. Kualitas ruangan produksi (jumlah partikel, suhu, kebersihan, dll) 2. Kapasitas ruangan, cukup/tidak? 3. AHU, Air Untuk Produksi C. Dokumentasi 1. Batch Record, protap,dll 2. Protokol dan laporan validasi/kualifikasi 3. Kartu stock, penandaan, dan catatan distribusi D. Produksi 1. Pengisian catatan bets, penandaan alat/mesin utama, pelaksanaan proses produksi 2. Resiko Mix-up dna cross contamination E. Pengawasan mutu 1. Validasi/verifikasi metoda analisa 2. Uji kesesuaian sistem (HLPC, Spektrofotometer UV-Vis, GC, dll) 3. Personalia (kompeten dan terlatih)
Dokumentasi pada pengawasan Mutu
1. Spesifikasi 2. Prosedur yang menjelaskan cara pengambilan sampel 3. Pengujian 4. Catatan (termasuk lembar kerja pengujian, analisis dan atau buku catatan laboratorium), terdokumentasi dan terverifikasi 5. Revisi berkala terhadap spesifikasi diperlukan untuk memenuhi persyaratan yang diuraikan dalam edisi farmakope nasional teraekhir atau kompendial lain.