Anda di halaman 1dari 45

1)

2. Quality Asssurance (QA)


Pemastian mutu atau Quality Assurance merupakan keseluruhan sistem yang dibuat agar seluruh
produk industri farmasi yang dihasilkan memenuhi persyaratan mutu yang telah ditetapkan
(Priyambodo, 2007). QA memegang peranan penting dalam proses pembuatan obat yang baik dengan
membuat kebijakan mutu dan pemastian mutu obat yang diproduksi agar senantiasa memenuhi standar
mutu sesuai dengan tujuan penggunaannya.
Departement Quality Assurance bertanggung jawab dalam memastikan bahwa sistem yang
berjalan dalam proses produksi obat telah sesuai ketentuan, mulai dari bahan awal, kondisi lingkungan
produksi, proses produksi, pengemasan, peralatan yang digunakan, dokumentasi, validasi serta
inspeksi diri. Sesuai yang disebutkan dalam CPOB 2012 untuk mencapai tujuan mutu secara konsisten
dan dapat diandalkan, diperlukan sistem pemastian mutu yang didesain secara menyeluruh dan
diterapkan secara benar untuk menginkorporasi Cara Pembuatan Obat yang Baik termasuk
Pengawasan Mutu dan Manajemen Risiko Mutu. Hal ini hendaklah didokumentasikan dan dimonitor
efektivitasnya. Sistem Pemastian Mutu yang benar dan tepat bagi pembuatan obat hendaklah
memastikan bahwa:
Departemen Quality Assurance memiliki beberapa fungsi, yaitu :
a. Memastikan desain dan pengembangan obat dilakukan dengan cara yang memerhatikan
persyaratan CPOB
b. Memastikan sebelum, sesaat dan setelah proses produksi sesuai dengan standart operational yang
telah ditetapkan.
c. Bertanggungjawab terhadap rilis produk dengan pengecekan batch record dan checklist dari QC
terhadap IPC.
d. Melakukan uji kualifikasi terdatap semua aspek dalam industri, seperti kualifikasi desain,
kualifikasi instalasi, kualifikasi operasional dan kualifikasi kinerja.
e. Memastikan semua alat ukur yang digunakan dalam proses produksi sudah terkalibrasi, dan ditinjau
secara berkala.
f. Memastikan setiap bahan, proses, prosedur, kegiatan, sistem, perlengkapan atau mekanisme yang
digunakan dalam produksi dan pengawasan mutu sudah tervalidasi. Validasi dilakukan secara
berlaka dalam jangka waktu tertentu. Departement QA membuat dokumen rencana induk validasi
dan protokol validasi untuk memudahkan saat proses validasi berlangsung.
g. Pengkajian terhadap semua dokumen terkait dengan proses, pengemasan dan pengujian tiap bets,
dilakukan sebelum memberikan pengesahan pelulusan untuk distribusi produk jadi. Penilaian
hendaklah meliputi semua faktor yang relevan termasuk kondisi produksi, hasil pengujian selama-
proses, pengkajian dokumen pembuatan (termasuk pengemasan), pengkajian penyimpangan dari
prosedur yang telah ditetapkan, pemenuhan persyaratan dari Spesifikasi Produk Jadi dan
pemeriksaan produk dalam kemasan akhir
h. Obat tidak dijual atau didistribusikan sebelum kepala Manajemen Mutu (Pemastian Mutu)
menyatakan bahwa tiap bets produksi dibuat dan dikendalikan sesuai dengan persyaratan yang
tercantum dalam izin edar dan peraturan lain yang berkaitan dengan aspek produksi, pengawasan
mutu dan pelulusan produk
i. Tersedia pengaturan yang memadai untuk memastikan bahwa, sedapat mungkin, produk disimpan,
didistribusikan dan selanjutnya ditangani sedemikian rupa agar mutu tetap dijaga selama masa
simpan obat
j. Tersedia prosedur inspeksi diri yang secara berkala mengevaluasi efektivitas dan penerapan sistem
Pemastian Mutu. Inspeksi diri merupakan penilaian secara jujur terhadap kinerja perusahaan
khususnya departemen yang berada dibawah plant manager. Tujuan adanya inspeksi diri adalah
untuk mengevaluasi apakah semua aspek produksi dan pengawasan mutu industri farmasi
memenuhi ketentuan yang terdapat dalam CPOB. Inspeksi diri secara umum dilakukan setiap 6
bulan sekali dan juga diwaktu-waktu tertentu sesuai kebijakan perusahaan. Dalam inspeksi diri ini
dirancang untuk mendeteksi kelemahan baik bersifat (mayor, minor, atau kritis) dalam pelaksanaan
CPOB dan untuk menetapkan tindakan perbaikan yang diperlukan.
k. Melakukan audit mutu pada semua departement yang berada dalam industri farmasi.
Penyelenggaraan audit mutu berguna sebagai pelengkap inspeksi diri. Audit mutu meliputi
pemeriksaan dan penilaian semua atau sebagian dari sistem manajemen mutu dengan tujuan
spesifik untuk meningkatkan mutu. Audit mutu umumnya dilaksanakan oleh spesialis dari luar atau
independen atau tim luar atau khusus untuk hal ini oleh manajemen perusahaan. Audit mutu juga
dapat diperluas terhadap pemasok dan penerima kontrak.
l. Pemasok bahan awal dan bahan pengemas dievaluasi dan disetujui untuk memenuhi spesifikasi
mutu yang telah ditentukan oleh perusahaan. Kepala Bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu)
bertanggungjawab bersama bagian lain terkait untuk memberikan persetujuan pemasok bahan awal
dan bahan pengemas dan memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan. Pemasok yang disetujui
untuk bahan awal dan bahan pengemas harus didata dan ditinjau ulang secara berkala.
m. Mengawasi penyimpangan yang terjadi selama proses produksi berlangsung. Jika terjadi
penyimpangan maka supervisor terkait membuat Deviation Repoct (DR).
n. Evaluasi berkala mutu obat dilakukan untuk verifikasi konsistensi proses dan memastikan
perbaikan proses yang berkesinambungan.
Dokumentasi dalam industri farmasi merupakan sesuatu yang sangat. Departemen QA berperan
sebagai pengendali seluruh dokumen yang terdapat pada industri farmasi. Prosedur tetap (protap)
tentang operasional kerja dan alat, semuanya disusun oleh QA dan disetujui oleh Manager QA.
Kemudian dokumen asli diserahkan pada bagian QA untuk dijadikan dasar pelaksanaan operasional
sehari-hari.
3. Quality Control (QC)
Quality Control (QC) adalah bagian dari CPOB yang berhubungan dengan pengambilan sampel,
spesifikasi dan pengujian, serta dengan organisasi, dokumentasi dan prosedur pelulusan yang
memastikan bahwa pengujian yang diperlukan dan relevan yang dilakukan dan bahwa bahan yang
belum diluluskan tidak digunakan serta produk yang belum diluluskan tidak dijual atau dipasok
sebelum mutunya dinilai dan dinyatakan memenuhi syarat.
Departemen pengawasan mutu di industri farmasi hendaklah bersifat independen dari bagian
lain sehingga tercapai sasaran mutu yang diinginkan. Personalia yang terlibat hendaklah memastikan
bahwa semua fungsi Pengawasan Mutu dapat dilaksanakan secara efektif dan dapat diandalkan.
Persyaratan dasar dari Pengawasan Mutu sesuai Pedoman CPOB 2012 adalah:
a. Sarana dan prasarana yang memadai, personil yang terlatih dan prosedur yang disetujui tersedia
untuk pengambilan sampel, pemeriksaan dan pengujian bahan awal, bahan pengemas, produk
antara, produk ruahan dan produk jadi, dan bila perlu untuk pemantauan lingkungan sesuai dengan
tujuan CPOB
b. Pengambilan sampel bahan awal, bahan pengemas, produk antara, produk ruahan dan produk jadi
dilakukan oleh personil dengan metode yang disetujui oleh Pengawasan Mutu
c. Metode pengujian disiapkan dan divalidasi
d. Pencatatan dilakukan secara manual atau dengan alat pencatat selama pembuatan yang
menunjukkan bahwa semua langkah yang dipersyaratkan dalam prosedur pengambilan sampel,
inspeksi dan pengujian benar-benar telah dilaksanakan tiap penyimpangan dicatat secara lengkap
dan diinvestigasi
e. Produk jadi berisi zat aktif dengan komposisi secara kualitatif dan kuantitatif sesuai dengan yang
disetujui pada saat pendaftaran, dengan derajat kemurnian yang dipersyaratkan serta dikemas
dalam wadah yang sesuai dan diberi label yang benar
f. Dibuat catatan hasil pemeriksaan dan analisis bahan awal, bahan pengemas, produk antara, produk
ruahan, dan produk jadi secara formal dinilai dan dibandingkan terhadap spesifikasi
g. Sampel pertinggal bahan awal dan produk jadi disimpan dalam jumlah yang cukup untuk dilakukan
pengujian ulang bila perlu. Sampel produk jadi disimpan dalam kemasan akhir kecuali untuk
kemasan yang besar.
4. Research and Development (RnD)
Research and Development (R&D) merupakan departemen yang bertugas dalam pengembangan
produk baru maupun pengembangan produk-produk yang sudah diproduksi. Pengembangan produk
berasal dari permintaan bagian marketing yang telah menganalisa produk apa yang diperlukan oleh
masyarakat atau tren pasar. Selain itu bagian ini juga berperan dalam perbaikan formula produk-produk
lama yang sudah dipasarkan namun mengalami masalah atas keluhan bagian produksi, QA, QC, marketing,
ataupun keluhan dari pelanggan demi menjaga kualitas produk. Pada pelaksanaan tanggung jawab tersebut,
departemen ini memiliki kegiatan, yakni formulasi produk, uji stabilitas, packaging development, dan
dokumentasi.

A. Departemen Quality Assurance (QA)


QA PT. Dankos Farma tidak dibawahi oleh site head namun langsung oleh QO quality head
yang dikemudian membawahi QA Manager yang bertanggung jawab terhadap :
1) QA line produksi
Bertanggung jawab pada NBL oral, NBL Injeksi-Oncology dan Cephalosporin-Penisilin
2) QA IPC (In Process Control)
Second checker untuk verifikasi di area kemas primer yang dilakukan oleh inspektur QA selama
proses produk berlangsung. Hasil IPC QA ditandai dengan tinta merah pada PPI
3) QA Infrastruktur – kalibrasi
Fokus pada HVAC, Compress air, Water system, sampling bebas cemaran dan kalibrasi
4) QA Kualifikasi Mesin
Fokus pada mesin di produksi. Tahapan kualifikasi mesin yang antara lain :
- Membuat URS (User Requiment System) dimana menetapkan spesifikasi mesin yang diinginkan.
Pada tahap ini dilakukan validasi Prosedur Qualification.
- Fungsional Design Spefication (FDS) yang kemudian diberikan vendor. Pada tahap ini dilakukan
validasi Operational Qualification, dengan melihat keadaan mesin bisa menyala dengan baik.
- Hardware Desain Spesification (HDS) yang dikemudian diberikan vendor. Tahap ini dilakukan
validasi Instalation Qualification dengan mengecek kelengkapan partisi mesin.
- Software Design Spesifikasi. Tahap ini dilakukan validasi Design Qualification.
- Modul tentang mesin yang kemudian akan divalidasi tentang hardware dan softwarenya (Design
Qualification)
- FAT (Factory Assignment Test) dimana sebelum mesin datang dilakukan pengecekkan dan uji
mesin di tempat mesin tersebut dibuat.
5) QA Registrasi
Untuk registrasi atau pendaftaran ke BPOM dilakukan oleh Regulatory Affair. Registrasi akan
menghasilkan Nomor Ujin Edar (NIE). Setiap data produk dikumpulkan secara perspektif dan
konkuren. Konkuren yaitu dimana data yang berbeda/ ada perubahan akan diajukan/ disubmit ke
BPOM. Registasi dilakukan 6 bulan sebelum masa NIE habis dan akan keluar NIE baru setelah 1.5
– 2 tahun kemudian.
6) QA Cleaning validasi dan Product Quality Review
Untuk cleaning validasi hal yang dilakukan adalah membuat remark data berdasarkan produk yang
diproduksi oleh suatu mesin dengan memperhatikan solubility, LD50, kadar zat aktif dan besar
batch size. Cleaning validasi mesin dilakukan secara swab dan rinse (pencucian). Sedangkan
Product Quality Review akan melakukan review pada parameter kritis seperti suhu, waktu mixing,
evaluasi hasil IPC, penyimpangan, deviationi report, change control dan status ruangan.
Keberadaan QA dimaksudkan untuk menjamin bahwa keseluruhan sistem telah berjalan dengan
semestinya dan senantiasa memenuhi hasil yang diinginkan agar menghasilkan produk yang
berkualitas baik.
Tugas dan tanggung jawab QA antara lain :
a. Mengkoordinasikan pelaksanaan validasi proses dan mesin
b. Membuat protocol validasi proses dan kualifikasi mesin
c. Memastikan pelaksanaan Installation Qualification (IQ) dan Operational Qualification (OQ) serta
melakukan kualifikasi kinerja atau Performance Qualification (PQ).
d. Evaluasi terhadap discrepancy batch di proses produksi dan memonitor tindakan perbaikan/
pencegahan yang telah dilakukan.
e. Memantau kesesuaian proses produksi dan fasilitas yang digunakan dengan mengacu kepada
standar CPOB melalui audit proses.
f. Memonitor perawatan peralatan langsung dan instrumen yang digunakan serta mengusulkan
adanya alat/ instrument baru/ pergantian.
g. Mengkoordinasi pelaksanaan kalibrasi untuk menjamin agar alat atau instrument yang digunakan
selalu memberikan hasil yang akurat.
h. Menjamin tersediannya data pendukung untuk kepentingan proses registrasi dengan
mengumpulkan semua data terkait, menyusun dan melaporkan hasil analisanya.
i. Peninjauan dan penilaian produk tahunan (APR/Annual Product Review) yang berfungsi untuk
menggambarkan kondisi produk dan konsistensi proses produksi berdasarkan hasil evaluasi
parameter-parameter kritis secara umum dan rekomendasi tindakan perbaikan.
j. Pemantaian dan kualifikasi infrastruktur dan sistem penunjang (kualifikasi kinerja) seperti HVAC,
WWTP (Waste Water Treatment Plant), purified water, WFI (Water for Injection), PSG (Pure
Steam Generator) dan Compressed air.
k. Mengkoordinasi pelaksaan validasi pembersihan untuk menjamin bahwa peralatan yang digunakan
bersih sehingga produk yang dihasilkan selalu terjamin mutu dan keamanannya
l. Memastikan pelaksanaan evaluasi batch record, rekaman analisa dan retained sampel (sampel
pertinggal)
- Sampel pertinggal berguna untuk menangani apabila ada keluhan produk di kemudian hari, sebagai
acuan produk untuk setiap bets.
Sampel pertinggal dengan identitas yang lengkap yang mewakili tiap bets bahan awal atau produk
jadi dalam bentuk kemasan meliputi coding BN, MD, ED dan HET pada kemasan (baik kemasan
primer maupun sekunder) dan pemerian produk jadinya disimpan untuk jangka waktu tertentu.
Untuk tiap bets produk jadi hendaklah disimpan hingga satu tahun setelah tanggal kadaluwarsa dan
disimpan dalam kemasan akhirnya dan dalam kondisi yang ditetapkan. Sampel bahan awal (selain
pelarut, gas dan air) disimpan selama minimal dua tahun setelah tanggal pelulusan produk jadi
terkait. Jangka waktu penyimpanan dapat dikurangi bila stabilitasnya lebih singkat dari pada yang
tercantum dalam spesifikasi.
- Setelah produk telah dikemas sekunder dan dokumen batch record telah terisi dengan lengkap,
rekonsiliasi kemasan dan yield produk telah OK maka akan disapprove oleh supervisor dan
manager produksi lalu dokumen batch record dan sampel retensi dikirim ke bagian QA untuk
dilakukan evaluasi, apabila semua parameter telah OK dan bila ada penyimpangan sudah dibuatkan
form NC maka QA akan mengeluarkan label hijau produk dan produk siap dikirim ke GOJ (Gudang
Obat Jadi)
m. Mengevaluasi keluhan pelanggan serta menentukan tindakan perbaikan dan pencegahannya
n. Melakukan dokumentasi ketidaksesuaian (non conformance)
o. Memonitor usulan perubahan (change request) yang terkait dengan aspek CPOB dan memantau
kelengkapan dokumen yang dibutuhkan apabila usulan perubahan tersebut disentujui.
Non Comformance (NC)
Non Comformance merupakan penyimpangan yang berkaitan dengan spesifikasi produk
maupun penyimpangan yang berkaitan dengan proses produksi senatiasa dicatat dan dievaluasi
sebelum diambilnya suatu keputusan. Tugas QA jika terjadi NC adalah :
a) Mengidentifikasi, melaporkan, menyelidiki, mendokumentasi
b) Evaluasi
c) Keputusan akhir (disposisi)
d) Pengamatan lanjutan missal uji stabilitas, disertai dengan due date untuk follow up status
terhadap tindakan perbaikan/ pencegahan.
Contoh penyimpangan yang termasuk NC :
a) Produk yang ditolak atau memerlukan Pengolahan ulang (reproses)
b) Perubahan pada proses produksi yang tidak direncanakan (tidak sesuai PPI)
c) Mix up antara produk yang berbeda/ produk yang sama tapi beda no batch
d) Penggunaan bahan baku yang bermasalah
e) Gangguan pada sistem HVAC, water system, steam, compressed air dan gas yang mengganggu
proses produksi.
f) Masalah-masalah selain yang disebutkan yang dapat mempengaruhi kualitas produk

B. Departemen Quality Control (QC)


Quality Control (QC) merupakan bagian dari CPOB yang berhubungan dengan pengambilan
sampel, spesifikasi dan pengujian, serta dengan organisasi, dokumentasi dan prosedur pelulusan
yang memastikan bahwa pengujian yang diperlukan dan relevan telah dilakukan dan bahwa
bahan yang belum diluluskan tidak digunakan serta produk yang belum diluluskan tidak dijual atau
dipasok sebelum mutunya dinilai dan dinyatakan memenuhi syarat (CPOB, 2012).
Tugas dan Tanggung jawab QC antara lain :
a. Bertanggung jawab dalam pengawasan mutu obat bekerja sama dengan QA dalam
menghasilkan prduk akhir yang memenuhi persyaratan.
b. Menyiapkan dan mengawasi pelaksanaan prosedur pengawasan mutu dan IPC mandiri terkait
CPOB.
c. Bertanggung jawab dalam pelulusan bahan pengemas, bahan awal, hingga produk setengah
jadi.
d. Memastikan bahwa bahan awal untuk produksi obat telah memenuhi spesifikasi yang telah
ditetapkan, meliputi identitas, kekuatan, dan kualitasnya.
e. Memastikan bahwa pengemas dalam proses telah sesuai spesifikasi.
f. Memastikan bahwa suatu batch obat tetap memenuhi persyaratan mutu selama waktu edar yang
telah ditetapkan (stability control).
QC terbagi menjadi 6 bagian yaitu raw material (RM), packaging material (PM), semi finished
good (SFG) yang terbagi menjadi SFG NBL (Non Beta Laktam) dan CPO (Chepalosporin, Penicilin
dan Oncology), stabilita, metode analisa dan spec, serta mikrobiologi.
A. Departemen Research and Development (RnD) dan Technical System (TS)
Departemen Research and Development (RnD) dan Technical System (TS) merupakan
departemen yang bertanggung jawab untuk menangani, memelihara, memperbaiki, dan
mengembangkan produk-produk existing atau produk yang telah dipasarkan.
Departemen Research and Development (RnD) dan Technical System (TS) secara umum
dibagi menjadi 3 bagian, yaitu bagian formulasi, standarisasi (analytic) serta design and artwork.
Tugas dari process development antara lain:
a. Bagian Formulation Process
Pengembangan formula untuk existing products bertujuan untuk :
1. Safety : yaitu untuk meningkatkan keamanan terkait dengan proses produksi maupun
penggunaan. Contohnya : penggunaan pelarut binder atau coating dari pelarut organik menjadi
air.
2. Cost Reduction : yaitu menurunkan biaya produksi dengan tetap mempertahankan kualitas
produk. Contohnya : penurunan tebal aluminium foil untuk kemasan primer.
3. New Sourcing : yaitu mencari alternatif supplier atau sumber bahan baku guna
meningkatkan kualitas produk jadi dengan mendukung perbaikan proses produksi. Contohnya
: tablet ketoprofen jika menggunakan bahan baku dari supplier A hasil cetak tabletnya
berpori dan kekerasannya rendah. Oleh karena itu, dicoba supplier B untuk mendapatkan
hasil yang lebih baik.
4. Improve Formula/Process : merupakan perbaikan pada formula yang sudah ada atau
perbaikan dalam proses produksinya. Misalnya : penggantian larutan pengikat, penggantian
metode pembuatan tablet, dan perbaikan stabilitas fisik dengan preformulasi. Proses yang
dilakukan yakni bagian formulasi melakukan perbaikan formula produk yang sudah beredar
berdasarkan pada Formulir Usulan Perubahan Produk (FUPP) untuk disetujui oleh bagian
terkait.
Tahap-tahap pengembangan formulasi produk existing, yaitu :
1) Marketing mengajukan untuk melakukan pengembangan produk
2) Bagian formulasi dan analitycal development akan melakukan studi literatur, seperti
Martinale, Handbook of Pharmaceutical Exipient. Tujuannya untuk memperoleh data
preformulasi (nama kimia, bobot molekul, kelarutan, titik lebur ,reaksi dengan bahan lain ,
dan kepekaan terhadap kelembaban, panas, cahaya atau sinar).
3) Creating formula.
4) Trial orientasi skala kecil
 Parameter-parameter fisika yang diperiksa, antara lain pemerian produk, waktu hancur
(tablet atau kapsul), keseragaman bobot (tablet atau kapsul), keseragaman bobot (tablet
atau kapsul), kerapuhan dan kekerasan (tablet), berat jenis dan kejernihan (larutan),
viskositas dan pH (krim, salep, dan sirup), pH larutan dan tonisitas(sirup dan injeksi).
 Stabilitas real time
1) Tahap produksi skala pilot (pilot scale) dan trial
Pada tahap pilot dilakukan produksi sejumlah 1/10 atau 100.000 tergantung mana yang lebih besar
dari besarnya skala produksi yang sebenarnya. Setelah itu, dilakukan trial produksi untuk melihat
masalah-masalah produksi yang timbul karena adanya perbedaan jumlah. Trial produksi dilakukan
hingga 3x produksi sampai produksi menunjukkan hasil yang terbaik dan seragam, kemudian
dilanjutkan ke tahap produksi rutin. Hasil trial produksi dapat langsung dipasarkan pada waktu
peluncuran peredaran produk. Setiap pemilihan proses dipengarihi oleh waktu efisiensi mesin
produksi.
b. Bagian Analytical Process
Kegiatan yang dilakukan di bagian ini yakni analisa terhadap hasil produk yang dibuat oleh
bagian formulasi serta analisa bahan baku. Analisa yang dilakukan pada produk jadi meliputi uji
kadar, disolusi, impurity. Pada bagian Analytical Process juga dilakukan perbaikan metode analisa
yang digunakan. Perbaikan yang dilakukan ini bertujuan untuk menyesuaikan metode yang digunakan
dengan metode terbaru pada USP maupun untuk meningkatkan efisiensi analisa, misalnya mengubah
metode analisa yang masih menggunakan metode Spektrofotometri UV menjadi HPLC.
c. Bagian Packaging Process (Design and artwork
Bagian Packaging Process bertanggung jawab dalam pembuatan design kemasan produk
existing baik kemasan primer (foil, sachet) maupun kemasan sekunder (dus, brosur, etiket). Ide
tentang perbaikan kemasan dapat diusulkan oleh Departemen pemasaran maupun dari produksi. Ide
tentang perbaikan kemasan yang berasal dari produksi biasanya hanya perubahan pada tata letak
barcode atau penulisan tanggal kadaluarsa. Untuk perubahan yang hanya bersifat minor (tidak terdapat
pada buku cokelat) maka tidak perlu dilakukan registrasi ulang. Sehingga setelah desain selesai
dikerjakan, dapat langsung diberikan kepada PPIC. Ide perbaikan kemasan yang bersifat mayor,
misalnya perubahan gambar pada kemasan produk OTC, dan perlu diregistrasi ulang, desain yang
telah selesai dikerjakan akan diperiksa oleh bagian registrasi dan kemudian dikirim ke Badan
POM untuk diperiksa. Bila telah disetujui, maka rancangan kemasan ini akan dikirimkan ke
departemen pemasaran, departemen produksi, dan departemen QA/QC. Bila semua manager dari
masing-masing departemen telah setuju, selanjutnya akan diajukan kepada direktur untuk mendapat
persetujuan. Setelah disetujui oleh, maka Proc. Dev. membuat final artwork dan diserahkan ke
percetakan beserta disket atau CD dari bagian pembelian. Percetakan akan membuat print out
dari final artwork lalu dikirim ke bagian pembelian beserta CD atau disketnya. Hasil print out
diperiksa oleh bagian process development untuk di- approved. Bila di-approved maka percetakan
akan membuat kembali print out yang baru. Apabila di-approved maka departemen PPIC baru
dapat memesan kemasan baru. Kemasan yang lama tidak boleh diorder lagi kecuali untuk produk
existing kemasan dan untuk produk ekspor.

3. Quality Assurance (QA)


Quality Assurance merupakan keseluruhan sistem yang dibuat dengan tujuan
agar seluruh produk industri farmasi yang dihasilkan memenuhi persyaratan mutu
yang telah ditetapkan. Departemen QA memegang peran yang sangat penting
dalam industri farmasi, karena departemen QA berperan dalam membuat kebijakan
mutu obat agar produk obat yang dihasilkan konsisten memiliki mutu yang sesuai
dengan tujuan pemakaiannya. Ruang lingkup kerja departemen QA meliputi hal –
hal yang mempengaruhi mutu produk, antara lain :
a. Audit
Departemen QA melakukan audit baik internal maupun eksternal sebagai
salah satu langkah dalam memastikan mutu produk. Audit internal dilakukan untuk
mengevaluasi kerja seluruh bagian/departemen yang ada.Sedangkan audit
eksternal dilakukan terhadap pemasok (supplier), pembuatan obat kontrak
(contract manufacturer), dan pihak-pihak lain yang berhubungan. Pelaksanaan
audit eksternal dilaksanakan berdasarkan prosedur tetap audit eksternal, dan
hasilnya disusun sebagai laporan yang akan dijadikan sebagai pedoman penyusunan
kriteria pemasok dan daftar pemasok yang disetujui (approved supplier).
b. Annual Product Review (APR)
Tinjauan produk tahunan (APR) merupakan bagian dari tugas departemen QA
yang dilakukan untuk memonitor dan menilai seluruh rangkaian kegiatan dalam
menghasilkan produk selama setahun. Selain itu bagian ini juga bertugas untuk
melakukan kajian catatan bets yaitu melakukan pemeriksaan kesesuian MO
(Manufacturing Order) dengan yang dilakukan pada proses produksi.
c. Inspeksi diri
Merupakan penilaian secara jujur terhadap kinerja perusahaan khususnya
departemen yang berada dibawah plant manager. Dari hasil penilaian yang
diperoleh maka dilakukan evaluasi dan disusun langkah-langkah untuk perbaikan.
Inspeksi diri secara umum dilakukan setiap 6 bulan sekali dan juga diwaktu-waktu
tertentu sesuai kebijakan perusahaan.
d. Validasi dan Kualifikasi
Kegiatan validasi yang dilakukan oleh bagian QA meliputi kualifikasi (peralatan
dan sarana penunjang), kalibrasi (instrumen dan alat ukur), dan validasi. Kegiatan
validasi meliputi validasi proses (VP), validasi metode analisa (VMA) dan validasi
pembersihan alat (VPA). Seluruh kegiatan validasi dilakukan secara terencana, rinci
dan jelas baik jadwal maupun tahapan atau prosedur sesuai dengan Rencana Induk
Validasi (RIV) yang telah disusun. Kegiatan validasi haruslah didokumentasikan
secara lengkap.

A. Quality Control (QC)


Pengawasan mutu (Quality Control)) merupakan keseluruhan rangkaian
terpadu (sistem) yang efektif guna melakukan pengembangan kualitas, menjaga
dan meningkatkan mutu kerja, melalui usaha-usaha berbagai kelompok di dalam
organisasi, sehingga memungkinkan untuk memproduksi barang/jasa dengan
sangat ekonomis, serta untuk memberikan kepuasan kepada konsumen.
Seorang penanggung jawab pengawasan mutu (Kepala Bagian/ Manager
Pengawasan Mutu) haruslah seorang Apoteker yang terkualifikasi, memperoleh
pelatihan yang sesuai, memiliki pengalaman praktis yang memadai dalam bidang
pembuatan obat dan keterampilan manajerial sehingga memungkinkan untuk
melaksanakan tugas secara profesional. Memiliki pengalaman dan pengetahuan di
bidang analisis kimia dan mikrobiologi, pemeriksaan bahan pengemas, CPOB dan
keterampilan dalam kepemimpinan.
QC Departement

Fisika-Kimia Mikrobiologi IPC Bahan Baku/ Kemas

Gambar 11. Struktur Organisasi Departemen Pengawasan Mutu


Seorang penanggung jawab pengawasan mutu memiliki kewenangan dan
tanggung jawab penuh dalam pengawasan mutu, meliputi:
1. Menyetujui atau menolak bahan awal untuk produksi obat memenuhi
spesifikasi yang ditetapkan untuk identitas, kekuatan, kemurnian, kualitas,dan
keamanannya. bahan pengemas dan produk.
2. Tahapan produksi obat telah dilaksanakan sesuai prosedur yang ditetapkan
dan telah divalidasi sebelumnya.
3. Memastikan bahwa seluruh pengujian yang diperlukan telah dilaksanakan.
4. Memberi persetujuan terhadap spesifikasi, petunjuk kerja pengambilan
contoh, metode pengujian dan prosedur pengawasan mutu lain.
5. Memeriksa pemeliharaan bangunan dan fasilitas serta peralatan di bagian
pengawasan mutu.
6. Memastikan bahwa pelatihan awal dan berkesinambungan bagi personil di
bagian QC.
Di PT. Sampharindo Perdana memiliki beberapa seksi yaitu seksi pengujian
bahan awal, pengujian bahan kemas, pengujian obat jadi, IPC, pengujian
mikrobiologi dan pengujian produk ruahan.
1. Pengujian Bahan Awal
Pengujian bahan awal dimulai saat barang datang di gudang. Bahan yang
masuk ke gudang dikarantina, kemudian dilakukan sampling oleh QC untuk
menentukan apakah bahan tersebut memenuhi persyaratan maka bahan akan
diterima atau tidak memenuhi persyaratan maka barang akan ditolak. Pengujian
bahan awal meliputi:
a. Bahan baku
Tujuan dilakukan pengujian bahan baku adalah untuk mentertibkan sistem
atau proses administrasinya sehingga status bahan baku dapat terjamin sesuai
dengan spesifikasi yang telah ditetapkan serta memudahkan penelusuran dan
peninjauan kembali asal bahan baku. Pengujian bahan baku meliputi: Pengecekan
label dari pabrik, yang meliputi jumlah, no. CoA, tanggal sampling, berat bersih,
nomor lot, tanggal pembuatan, ED dan penyimpangan. Pengecekan label karantina
di gudang, yang meliputi nama barang, nomor kode, nomor bets, tanggal buat,
jumlah, tanggal sampling dan paraf.
1) Sampling, jumlah sampel uji bahan baku berdasarkan pada pedoman yang
digunakan, yang dilakukan pada setiap kantong dan untuk analisis
menggunakan rumus √ .
2) Analis melaksanakan pengujian bahan baku meliputi sifat fisika, kimia yaitu
batas kadar, pemerian, kelarutan pemeriksaan husus (ukuran/jenis partikel,
kerapatan jenis massa, dissolusi, mikrobiologi), tahapan fiska yaitu indeks
bias, rotasi optik, suhu lebur, berat jenis, kemurnian ( kadar air, sisa pijar, uji
batas, senyawa pengotor, kemasan kebasaan/pH) , penentuan kadar sesuai
dengan spesifikasi dan analisis bahan baku yang berlaku, jika perlu
membandingkan terhadap bahan baku yang telah disetujui oleh kepala bagian
pengawasan mutu.
3) Jika bahan baku sesuai dengan spesifikasi (disetujui), analis menurunkan form
PROGRAM PERIKSA ULANG dan label warna hijau DISETUJUI. Jika tidak
(DITOLAK), harus menurunkan form LAPORAN ABNORMALITAS dan
label merah DITOLAK.
b. Bahan Kemas.
Ada beberapa bahan pengemas alur pada pengujian bahan kemas sama
seperti pada uji bahan baku hanya untuk sampling bahan kemas berdasarkan
pedoman yang digunakan di PT. Sampharindo meliputi: tanggal, no Lab.QC nama
bahan
pengemas, jenis bahan pengemas, no/tgl NBM, jumlah, pemasok, No.DO/CoA dan
tanggal sampling. Analisis bahan pengemas memeriksa bahan pengemas sesuai
dengan spesifikasi dan penerimaan bahan pengemas yang berlaku, jika perlu
dibandingkan dengan pengemas standar yang telah disetujui oleh kepala bagian
pemastian mutu, yang terdapat pada album bahan pengemas.
1) Bahan pengemas primer alumunium foil, meliputi mengukur panjang, lebar,
gramatur, tulisan nama, warna, tebal.
2) Tube, meliputi uji kebocoran warna, berat, ukuran, tebal.
3) Blister dan stripping meliputi pengujian panjang, lebar, ketebalan,
grammatur.
4) Botol, meliputi diameter, tinggi, ketebalan, uji mikrobakteri.
5) Dus dan box, meliputi panjang, lebar, tinggi, tebal, grammatur, warna,
tulisan.
2. Pengujian Produk Antara
Tujuan dilakukan pengujian produk antara yaitu untuk menjabarkan
mengenai cara pengujian produk antara/ ruahan. Pedoman sampling produk antara
yaitu :
1) Pada sediaan solida dilakukan sampling pada bagian atas, tengah dan bawah
dari wadah bulk setelah selesai proses pencampuran. Spesifikasi pengujiannya
yaitu pemerian, berat teoritis per kaplet, variasi berat (20) variasi berat (satuan),
kerenyahan, kekerasan dan waktu hancur.
2) Pada sediaan liquida dilakukan sampling sebelum pengisian likuida,
pertengahan pengisian likuida dan akhir pengisian likuida kedalam botol.
Spesifikasi pengujiannya yaitu pemerian, identifikasi , pH, berat jenis.
3) Untuk sediaan yang diproses ulang, dilakukan 3 kali sampling pada masing-
masing bagian yaitu, atas, tengah dan bawah dari bulk.
3. Pengujian Mikrobiologi
Pengujian mikrobiologi bertujuan untuk mengetahui suatu produk atau
penunjang produksi (bahan awal, peralatan, operator, ruangan) memenuhi syarat
mikrobiologi. Sumber-sumber kontaminasi meliputi :
a. Air tanah, air hujan dan tanaman yang membusuk.
b. Peralatan (karena proses pembersihan yang tidak sempurna, air yang digunakan
tidak memenuhi syarat, debu yang melekat saat alat akan dikeringkan).
c. Operator (keringat, nafas, air ludah).
Uji yang dilakukan oleh seksi pengujian mikrobiologi meliputi :
a. Uji potensi adalah suatu teknik untuk menetapkan suatu potensi dengan
mengukur efek senyawa terhadap pertumbuhan mikroorganisme.
b. Uji sterilitas untuk menghancurkan semua mikroorganisme di dalam atau di
atas permukaan suatu benda atau sediaan dan menandakan bahwa alat untuk
sedaiaan tersebut bebas dari resiko yang menyebabkan infeksi.
c. Uji cemaran untuk mengetahui cemaran mikroba di dalam botol atau di dalam
sampel yang dilakukan uji cemaran.
d. Pengujian endotoksin untuk medeteksi bakteri molekul lipopolisakarida, yang
merupakan komponen dinding sel bakteri gram negatif, yang dapat
menimbulkan respon pirogenik (demam).
e. Pemantauan mikrobiologi ruangan dan fasilitas yang diuji (udara).
4. Pengujian Obat Jadi
Tujuan dari pengujian obat jadi yaitu memberikan penjabaran cara pelulusan
obat jadi dengan maksdu untuk menertibkan sistem/ proses admnistratifnya
sehingga status obat jadi dapat terjamin sesuai dengan spesifikasi yang telah
ditetapkan serta memudahkan penelusuran dan peninjauan kembali asal obat jadi.
Pedoman sampling di PT. Sampharindo yaitu melaksanakan pemeriksaan obat
jadi sesuai dengan spesifikasi dan analisis obat jadi yang berlaku, serta laporan
dalam form laporan analisis obat jadi dan memasukan data yang diperoleh kedalam
agenda obat jadi yang meliputi : tanggal, No. Lab. QC, nama obat jadi, kode obat
jadi, No. Batch, jumlah teoritis, jumlah nyata, hasil analisis, contoh obat jadi.
Spesifikasi pengujian produk yaitu komposisi, kemasan, besar batch,
kadaluarsa, kondisi penyimpanan, pemerian ( bentuk, warna, rasa, bau, dan tanda),
identifikasi kimia, tetapan obat jadi ( kadar air, ketebalan, variasi berat, waktu
hancur, kekerasan, friabilitas, pH dan berat jenis), test kebocoran foil kesesuian
nomor batch pemeriksaaan mikrobiologi dan penetapan kadar. Kemudian
inspektor
menyerahkan catatan pengolahan batch dan catatan pengemasan batch kepada
kepala bagian produksi, kemudian apabila diterima maka akan ditempel label
DISETUJUI apabila ada kerusakan maka diberi label DIKARANTINA, apabila tidak
diterima maka diberi label DITOLAK.
Tugas seksi pengujian produk meliputi :
a. Pengujian produk antara dan produk ruahan. Macam pengujian yang
dilakukan adalah :
1) Tablet Produk antara : uji yang dilakukan yaitu identifikasi, keseragaman
bobot dan kadar zat aktif.
Produk ruah : uji yang dilakukan yaitu keseragaman bobot, waktu hancur,
kekerasan, kerenyahan, diameter atau tebal, kadar zat aktif dan disolusi
2) Kapsul
Produk ruah : uji yang dilakukan yaitu keseragaman bobot, waktu hancur,
kadar zat aktif, dan disolusi.
3) Sirup dan suspensi
Produk antara : uji yang dilakukan yaitu bobot jenis, pH, kadar, dan
kekentalan.
Produk ruah : uji yang dilakukan yaitu keseragaman volume (volume
terpindahkan), kadar, dan kandungan mikroba.
4) Sirup kering
Produk antara : uji yang dilakukan yaitu kadar zat aktif dan kadar air.
Produk ruah : uji yang dilakukan yaitu kadar air, pH, kadar, kandungan
mikroba dan keseragaman bobot.
5. In Process Control (IPC)
Pengawasan selama proses produksi (in process control) merupakan hal yang
yang penting dalam pemastian mutu produk. Untuk memastikan keseragaman bets
dan keutuhan obat, prosedur tertulis yang menjelaskan pengambilan sampel,
pengujian atau pemeriksaan yang harus dilakukan selama proses dari tiap bets
produk hendaklah dilaksanakan sesuai dengan metode yang telah disetujui dan
hasilnya dicatat. Pengawasan tersebut dimaksudkan untuk memantau hasil dan
memvalidasi kinerja dari proses produksi.
Pengawasan dalam proses dimulai dari penimbangan bahan awal sampai
produk jadi yang siap di distribusikan. Tugas pokok pengawasan dalam proses
antara lain pemeriksaan pemerian, sampling, kontrol keliling, pengawasan di lini
dispensing sampai dengan inspeksi akhir produk jadi.
Yang di identifikasi oleh IPC yaitu:
1. Padat : Kekerasan tablet, kerapuhan tablet, waktu hancur tablet, ketebalan
tablet.
2. Cair : Volume terpindahkan
3. Kemasan
a. Botol : uji kebocoran, uji sorview.
b. Strip : uji fisik, uji kebocoran strip.
6. Uji Stabilitas On-Going
Setelah dipasarkan, stabilitas produk jadi hendaklah dipantau menurut
program berkesinambunganyang sesuai, yang memungkinkan pendeteksian semua
masalah stabilitas (misal perubahan pada tingkat impuritas, atau profil disolusi)
yang berkaitan dengan formula dalam kemasan yang dipasarkan.
Tujuan dari program stabilitas on-going adalah untuk memantau produk
selama masa edar dan untuk menentukan bahwa produk tetap, atau dapat
diprakirakan akan tetap memenuhi spesifikasinya selama dijaga dalam kondisi
penyimpanan yang tertera pada label.

B. Quality Assurance (QA)


Pemastian Mutu merupakan bagian yang bertanggung jawab terhadap mutu
obat yang diproduksi, bertugas menjamin produk yang dihasilkan memenuhi syarat
mutu yang telah ditentukan dan konsisten, serta sebagai penentu apakah produk
yang dihasilkan dapat dipasarkan atau tidak (release QA). Oleh karena itu bagian QA
menyusun Protap (Prosedur tetap) yang merupakan aturan yang diperuntukkan
untuk setiap bagian. Bagian QA di PT Sampharindo Perdana dipimpin oleh seorang
Apoteker yang menjabat sebagai kepala bagian. Departemen QA di PT Sampharindo
Perdana terdiri dari :
1. cGMP Compliance
Tugas dari bagian ini adalah :
a) Melakukan audit mutu, inspeksi diri (audit internal) dan audit eksternal. Audit
internal secara global terhadap seluruh departemen dilakukan selama dua kali
dalam setahun dan setiap departemen biasanya sebulan sekali sebagai evaluasi
penerapan CPOB di PT Sampharindo Perdana. Sedangkan audit eksternal
dilakukan terhadap pemasok baik bahan baku maupun bahan kemas dan PBF
(Pedagang Besar Farmasi).
Bagian cGMP Compliance melakukan Quality Risk Management dengan
harapan agar dapat lebih menjamin :
a. Mutu yang tinggi dari produk kepada pasien.
b. Membuat pengambilan keputusan lebih baik bila terjadi masalah mutu
potensial selama pengembangan dan pembuatan.
c. Dapat memberi kemudahan dalam pengambilan keputusan dengan informasi
yang lebih lengkap.
Manajemen resiko dimulai dengan melakukan identifikasi masalah/
penyimpangan dan frekuensi terjadinya masalah kemudian dilakukan analisis resiko
dengan menilai tingkat keparahan masalah serta untuk menentukan tindakan-tindakan
yang akan diambil untuk mengendalikan dan mencegah terjadinya pengulangan masalah
tersebut.
b) Melakukan pengkajian mutu produk (Product Quality Review) dan pengkajian
produk tahunan (Annual Product Review) terhadap semua produk yang memiliki
nomor izin edar. Tinjauan produk tahunan dilakukan untuk memonitor dan
menilai seluruh rangkaian kegiatan dalam menghasilkan produk selama setahun.
Tujuan dari pengkajian mutu produk :
a. Membuktikan konsistensi proses.
b. Membuktikan kesesuaian dari spesifikasi bahan awal, bahan pengemas, dan
produk jadi.
c. Melihat tren data dan identifikasi perbaikan yang diperlukan untuk proses dan
produk.
2. Pharmacovigilance
Pharmacovigilance merupakan ilmu/ aktivitas yang berhubungan dengan
pendeteksian, penilaian, pemahaman, dan pencegahan kejadian yang tidak
diinginkan (adverse reaction) dan kejadian lainnya akibat penggunaan obat. Adverse
reaction yang dimaksud disini adalah respon terhadap suatu produk obat yang
berbahaya dan tidak diinginkan. Pada PT. Sampharindo Perdana untuk pelaksanaan
Pharmacovigilance baru diterapkan dalam satu tahun ini. PT. Sampharindo Perdana
memiliki 1 unit yang bertugas untuk melaksanakan pharmacovigilance. Adapun tim
khusus Pharmacovigilance dari PT. Sampharindo Perdana pada gambar 12.

Pharmacovigilance

Regulatory Internal Eksternal

Gambar 12. Tim Khusus Pharmacovigilance PT. Sampharindo Perdana


Tanggung jawab penanggung jawab pharmacovigilance adalah :
a. Membentuk dan mengelola sistem pharmacovigilance di industri farmasi
tersebut.
b. Memahami profil keamanan obat dan dapat menjelaskan isu keamanan terkait
obat yang diedarkan.
c. Dapat dihubungi 24 jam.
d. Menyiapkan semua laporan pharmacovigilance.
e. Menyiapkan dan memberi informasi tentang aspek keamanan yang diminta
BPOM dengan segera untuk pengkajian manfaat-resiko (risk-benefit
assesment).
3. Validasi
Validasi merupakan tindakan pemastian mutu yang bertujuan menjamin
produk obat yang dihasilkan memenuhi syarat mutu secara konsisten. Validasi
merupakan suatu tindakan pembuktian dengan cara yang sesuai bahwa tiap bahan,
prosedur, proses, kegiatan, sistem, perlengkapan yang digunakan baik dalam
produksi dan pengawasan akan senantiasa mencapai hasil yang diinginkan.
Seluruh kegiatan validasi yang direncanakan dirinci secara jelas dan
didokumentasi di dalam dokumen RIV (Rencana Induk Validasi). RIV mencakup
informasi tentang perencanaan jadwal pelaksanaan validasi, fasilitas, peralatan atau
proses yang akan divalidasi. Format dokumen berupa protokol dan laporan validasi.
RIV disusun oleh tim validasi setiap satu tahun sekali. Ruang lingkup validasi di PT
Sampharindo Perdana meliputi kualifikasi, validasi metode analisa, validasi proses,
dan validasi pembersihan.
a. Kualifikasi
Validasi untuk mesin, peralatan produksi dan sarana penunjang disebut
dengan kualifikasi. Kualifikasi adalah kegiatan pembuktian bahwa peralatan,
fasilitas atau sistem yang digunakan dalam suatu proses akan selalu bekerja sesuai
dengan kriteria yang diinginkan dan konsisten. Kualifikasi mesin, peralatan produksi
dan sarana penunjang merupakan langkah pertama dalam pelaksanaan validasi di
industri farmasi. Seluruh peralatan produksi dan sarana penunjang harus sudah
terkualifikasi sebelum digunakan untuk kegiatan produksi. Kualifikasi yang
dilakukan di PT Sampharindo Perdana meliputi:
1) Kualifikasi Desain
Kualifikasi desain dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pengguna. Kualifikasi
desain bertujuan untuk menjamin dan mendokumentasikan bahwa sistem atau
peralatan atau bangunan yang akan dipasang atau dibangun sesuai dengan
spesifikasi yang diatur oleh CPOB yang berlaku. Kualifikasi desain di PT Sampharindo
Perdana dilakukan sebelum mesin, peralatan produksi ataupun sarana penunjang
tersebut dibangun.
2) Kualifikasi Instalasi
Kualifikasi Instalasi dilakukan pada saat pemasangan mesin atau peralatan
produksi atau sarana penunjang. Tujuan dari kualifikasi instalasi adalah untuk
menjamin dan mendokumentasikan bahwa sistem atau peralatan yang dipasang
sesuai dengan spesifikasi yang tertera pada dokumen pembelian, manual book alat
yang bersangkutan dan pemasangannya benar dan memenuhi spesifikasi yang telah
ditetapkan.
3) Kualifikasi Operasional
Tujuan dari kualifikasi operasional adalah untuk menjamin dan
mendokumentasikan bahwa sistem atau peralatan yang telah dipasang dapat
bekerja (beroperasi) sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan. Kualifikasi
operasional dilaksanakan setelah pemasangan mesin atau peralatan produksi atau
sarana penunjang. Kualifikasi operasional dilakukan setelah kualifikasi instalasi,
modifikasi atau pemindahan alat yang bersangkutan.
4) Kualifikasi Kinerja
Kualifikasi kinerja dilakukan untuk menjamin dan mendokumentasikan bahwa
sistem atau peralatan yang telah dipasang dapat memberikan hasil yang memenuhi
syarat secara konsisten dan terus-menerus. Kualifikasi kinerja dilakukan setelah
mesin digunakan, biasanya 6-12 bulan atau bergantung frekuensi mesin tersebut
digunakan.
Sedangkan untuk alat ukur yang digunakan harus dilakukan kalibrasi terlebih
dahulu. Kalibrasi merupakan kegiatan untuk menentukan kebenaran konvensional
nilai penunjukkan alat ukur. Kalibrasi biasa dilakukan dengan cara membandingkan
terhadap standar ukur yang mampu ditelusur ke standar nasional maupun
internasional untuk satuan ukuran dan bahan-bahan acuan tersertifikasi. Kalibrasi
diperlukan untuk :
a) Perangkat baru.
b) Suatu perangkat setiap waktu tertentu.
c) Suatu perangkat setiap waktu penggunaan tertentu (jam operasi).
d) Ketika suatu perangkat mengalami tumbukan atau getaran yang berpotensi
mengubah kalibrasi.
e) Ketika hasil observasi dipertanyakan.
b. Validasi Metode Analisa
Validasi metode analisa dilakukan sebagai langkah untuk membuktikan
melalui pengujian laboratorium bahwa metode analisa (misal metode penetapan
kadar) yang digunakan sesuai dengan tujuan penerapan analisisnya. Validasi
metode analisa dilakukan secara berkala dan dilakukan pengkajian ulang untuk
menjamin bahwa metode tersebut tetap sesuai dengan tujuan penggunaannya
dan
selalu memberikan hasil yang konsisten. Tim validasi bertugas untuk membuat
jadwal pelaksanaan validasi, menjamin peralatan dan instrumen yang akan
digunakan berstatus terkalibrasi, dan menjamin bahwa semua bahan yang
digunakan belum mencapai masa kadaluarsa (expired date). Validasi dilakukan oleh
supervisor/analis di bagian QC sesuai dengan protokol validasi yang telah ditetapkan
, serta mencatat dan melaporkan hasil kepada tim validasi. Selanjutnya dokumen
validasi metode analisis diserahkan kepada Kepala bagian QA untuk dievaluasi dan
memperoleh persetujuan. Adapun parameter yang dievaluasi meliputi akurasi,
presisi, repeatabilitas (pengulangan), robustness (ketegaran), rentang, selektivitas,
batas deteksi dan batas kuantitasi (LOD dan LOQ). Bagian QA juga bertugas untuk
menjamin bahwa semua metode analisis telah divalidasi sebelum digunakan untuk
pengerjaan rutin serta menetapkan protokol validasi untuk tiap metode analisis dan
menyusun laporan validasi berdasarkan protokol tersebut.
c. Validasi Proses
Validasi proses merupakan tindakan pembuktian dalam suatu proses
pembuatan obat dari awal (penimbangan) hingga akhir (pengemasan) untuk
membuktikan produk yang dihasilkan memenuhi syarat yang ditentukan dan
konsisten dengan selalu didokumentasikan. Validasi proses meliputi validasi proses
pengolahan dan validasi pengemasan. Validasi proses terbagi menjadi tiga yaitu :
validasi prospektif, validasi concurrent dan validasi retrospektif. Validasi yang
dilakukan di PT Sampharindo Perdana yaitu validasi prospektif dan validasi
concurrent, sedangkan validasi retrospektif sudah tidak dilaksanakan sejak tahun
2013 mengikuti ketentuan dari BPOM. Validasi prospektif dilakukan untuk produk
baru sebelum produk dipasarkan, serta digunakan sebagai syarat untuk
memperoleh nomor izin edar (NIE) produk. Sedangkan validasi concurrent dilakukan
untuk produk yang diproduksi secara rutin (existing drugs) dan telah diedarkan yang
mengalami perubahan dan produk yang diproduksi sekali-sekali. Validasi prospektif
dilakukan terhadap 3 batch pertama, sedangkan validasi concurrent dilakukan
terhadap 3 batch secara berurutan.
Validasi pengemasan bertujuan untuk membuktikan dan memastikan bahwa
proses pengemasan dari batch ke batch senantiasa menghasilkan produk akhir yang
memenuhi ketentuan mutu sesuai CPOB. Validasi pengemasan dilakukan terhadap
kemasan primer maupun sekunder. Pengujian yang dilakukan pada kemasan yaitu,
1) Penandaan hasil strip, dus, dan karton/corrbox (no batch, tanggal produksi,
tanggal ED, dan HET).
2) Jumlah strip dalam dus.
3) Jumlah dus dalam karton/corrbox.
4) Berat tiap dus dan corrbox.
5) Kelengkapan identitas, dan lain-lain.
d. Validasi Pembersihan
Validasi pembersihan dilakukan untuk menjamin peralatan atau ruangan yang
digunakan dalam keadaan bersih sehingga dapat menghasilkan produk yang
terjamin kualitas dan keamanannya. Parameter yang diamati dalam proses validasi
pembersihan adalah: bersih secara visual, sisa residu bahan aktif, pemeriksaan
mikrobiologi, batas waktu pembersihan setelah pemakaian (1 hari), dan batas
waktu pemakaian setelah pembersihan dengan pemeriksaan mikrobiologi.
Validasi pembersihan di PT Sampharindo Perdana menggunakan metode
apus (swab), yakni dengan mengusapkan cotton swab yang telah dibasahi dengan
pereaksi, kemudian apus tersebut dioleskan ke tempat-tempat yang kritis dari alat
yang sudah dibersihkan, kemudian dianalisis di laboratorium pengawasan mutu.
4. Penarikan kembali Produk Jadi (Product Recall)
Penarikan kembali produk jadi adalah suatu proses pemindahan obat jadi dari
seluruh mata rantai distribusi, kembali ke pabrik atas surat perintah yang
dikeluarkan oleh pabrik atau badan POM. Penarikan kembali obat jadi dapat
dikarenakan cacat dari produk baik cacat fisik maupun kimiawi. Departemen QA
melakukan investigasi dan evaluasi terhadap penyebab obat ditarik dan
penanganannya. Departemen QC melakukan pemeriksaan dan pengujian terhadap
produk yang ditarik dan dibandingkan dengan retained sample (contoh pertinggal)
yang ada di industri jika masalah ditariknya produk tersebut karena mutu
produknya. Setelah itu dilakukan pemusnahan atas produk jadi yang telah ditarik.
5. Penanganan Produk Kembali (Return Product)
Penanganan produk kembali dilakukan untuk produk-produk yang
dikembalikan oleh distributor dengan alasan :
a. Keluhan
b. Rusak
c. Kadaluarsa
d. Masalah keabsahan
e. Sebab lain mengenai kondisi obat
f. Wadah atau kemasan yang menimbulkan keraguan akan keamanan, identitas,
kualitas dan kuantitas obat jadi yang bersangkutan.
Obat jadi yang dikembalikan harus disertai dengan kelengkapan dokumen.
Produk kembali kemudian diuji oleh departemen QC dan dapat dilakukan
pengemasan atau pengolahan ulang jika memenuhi ketentuan. Penggantian atas
obat kembalian dapat dilakukan jika sesuai dengan aturan perusahaan. Jika obat
yang ditarik tersebut dikarenakan perintah dari BPOM, biasanya pihak yang
mengembalikan tidak meminta penggantian apapun.
6. Penanganan Keluhan Produk Jadi (Complain)
Penanganan keluhan produk jadi berlaku untuk keluhan mengenai mutu obat
jadi ataupun efek samping atau masalah medis lainnya yang merugikan, yang tidak
diharapkan akibat penggunaan obat yang disampaikan baik secara tertulis maupun
lisan melalui bagian pemasaran perusahaan. Tindakan lanjutan dari keluhan produk
dapat berupa penarikan kembali produk dan pengamanan produk, atau perbaikan
produk. Karena beberapa produk, masih ada yang dapat diperbaiki tergantung
keparahan dari kerusakan produk tersebut.
7. Final Inspection (FI)
Bertujuan untuk mengatur sistem atau prosedur pelulusan obat jadi
sehinggga obat jadi dapat terjamin sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan.
Prosedur penerimaan obat jadi yaitu penerimaan produk jadi dari bagian
pengemasan harus disertai nota penyerahan produk (NPP) kemudian inspektur
pemastian mutu memeriksa kebenaran dokumen dengan membandingkan antara
kenyataan produk dan proses, melputi Nota penyerahan produk, CPB (catatan
pengolahan batch),
CKB (catatan pengemasan batch) dan dilaporkan kepada kepala bagian pemastian
mutu. Kepala bagian pemastian mutu mempunyai kewenangan untuk meluluskan
atau menolak produk jadi. Hasil disposisi lulus atau tolak dari kepala bagian
pemastian mutu tertuang pada form laporan rekonsiliasi produksi batch dan form
persetujuan release produk. Apabila kepala bagian pemastian mutu meluluskan
produk jadi, maka pada masing-masing corrugated box diberi stempel release QA.
Tetapi jika kepala bagian pemastian mutu menolak produk jadi, maka dilakukan
investigasi faktor-faktor yang mempengaruhi hal tersebut, pada corrugated box di
stempel ditolak. Hanya produk jadi yang sudah diberi stempel release QA yang boleh
disimpan di gudang obat jadi dan atau didistribusikan.

C. Regulatory Affairs
Dalam Industri Farmasi Sampharindo, regulatory affairs merupakan bagian
registrasi yang termasuk dalam departemen penelitian dan pengembangan. Dimana
departemen ini terdiri dari 3 bagian yaitu :
1. R and D (Research and Development)
2. Andev (analisis development)
3. Registrasi
Berikut merupakan struktur departemen penelitian dan pengembangan
(litbang), dapat dilihat pada gambar 16.

Departemen penelitian dan


pengembangan

Product Development Registrasi

R and D Copy

Analisis Development Renewal

Packaging Development

Gambar 16. Struktur Organisasi Research and Development

Bagian Product Development merupakan bagian yang melakukan penelitian


dan pengembangan terhadap produk obat termasuk analisisnya, baik itu produk
copy maupun produk exsisting (renewal) dan produk suplemen. Bagian ini terdiri
dari 3 bagian, yaitu :
1. R and D
Bagian ini terdiri dari dua bagian yaitu bagian formulasi dan stabilitas. Dimana
bagian stabilitas merupakan bagian yang melakukan penelitian terhadap stabilitas
obat yang berpengaruh terhadap masa simpan obat dan batas kadaluarsa obat.
Sehingga dengan dilakukan pengujian stabilitas mutu dan kualitas obat tetap
terjamin. Sedangkan bagian formulasi merupakan bagian yang melakukan
pengembangan terhadap formula suatu produk. Bagian ini juga melakukan
reformulasi terhadap produk-produk exsisting (renewal).
2. Analisis Development
Merupakan bagian yang bertugas untuk melakukan analisis terhadap suatu
produk. Analisis produk yang dilakukan meliputi metode analisis, uji disolusi dan
pengujian kadar.
3. Packaging Development
Merupakan bagian yang melakukan pengembangan terhadap desain kemas
suatu produk.
Bagian registrasi memiliki peran dan tugas dalam mendaftarkan produk yang
diproduksi oleh PT. Sampharindo Perdana. Hal ini dilakukan agar produk yang
diproduksi dapat memiliki NIE (nomor izin edar) sebagai bukti bahwa produk
tersebut telah terdaftar di BPOM. Produk yang diproduksi PT. Sampharindo Perdana
diantaranya terdiri dari obat copy (OC) dan suplemen makanan. Dalam
mendaftarkan produk tersebut terdiri dari 2 tahap yang harus dilakukan yaitu pra-
registrasi dan registrasi. Untuk produk-produk copy harus dilakukan pra-registrasi
terlebih dahulu, lain halnya dengan produk yang mengalami perubahan (variasi)
tidak perlu dilakukan pra-registrasi dikarenakan untuk mempersingkat waktu.
Dalam melakukan pra registrasi maupun registrasi, bagian registrasi
PT.Sampharindo mendaftarkan produknya secara online melalui website
http://aero.pom.go.id dengan melampirkan dokumen-dokumen yang telah
ditentukan. Untuk tahap pra –registrasi dokumen-dokumen yang dilampirkan masih
berupa protokol-protokol, sedangkan pada tahap registrasi sudah dilengkapi
dengan laporan-laporannya. Checklist dokumen-dokumen tersebut dapat dilihat
pada lampiran V. Registrasi dapat dilakukan jika sudah diperoleh hasil pra-registrasi
(HPR).
Registrasi yang dilakukan oleh Industri Sampharindo meliputi registrasi obat
copy, registrasi renewal (registrasi ulang), registrasi variasi dan registrasi suplemen
makanan. Pelaksanaan registrasi variasi dan registrasi renewal (registrasi ulang)
bagian registrasi PT.Sampharindo datang langsung ke BPOM untuk mendaftarkan
produknya, lain halnya dengan registrasi suplemen makanan yang didaftarkan
online melalui website http://asrot.pom.go.id sama halnya dengan registrasi obat
copy.
Registrasi variasi terdapat 2 kategori yaitu variasi major dan variasi minor.
Registrasi variasi mayor adalah variasi yang berpengaruh terhadap aspek khasiat,
keamanan dan mutu obat, sedangkan pada variasi minor terdapat 2 jenis variasi
yaitu variasi minor yang memerlukan persetujuan (VaMi-B) dan variasi minor
dengan notifikasi (Vami-A). Variasi minor dengan notifikasi (VaMi-A) merupakan
variasi yang berpengaruh minimal atau tidak berpengaruh sama sekali terhadap
aspek khasiat, keamanan, dan /atau mutu obat, serta tidak merubah informasi
pada sertifikat izin edar, sedangkan variasi minor yang memerlukan persetujuan
(VaMi-
B) adalah variasi yang tidak termasuk kategori registrasi minor dengan notifikasi
maupun variasi major.
Jika produk yang didaftrakan sudah di acc (diterima) oleh BPOM ,maka
akan diberikan NIE (nomor ijin edar) yang berlaku selam 5 tahun. Jika dalam
masa tersebut terdapat perubahan terkait produk maka perlu dilakukan
registrasi variasi dan jika masa edarnya habis maka dapat diperbaharui kembali
dengan melakukan registrasi renewal (registrasi ulang). Pengajuan dokumen
untuk registrasi ulang produk obat copy dilakukan 6 bulan sebelum expire date
(ED/kadaluarsa), sedangkan untuk produk suplemen dilakukan 3 bulan sebelum
expire date (ED/kadaluarsa).

Quality Control (QC)


Pengawasan mutu merupakan bagian dari Manajemen Mutu yang berhubungan dengan
pengambilan sampel, dokumentasi spesifikasi dan pengujian. Pengawasan mutu bertanggung
jawab memeriksa bahan awal, produk antara, produk ruahan dan obat jadi sesuai dengan
spesifikasinya dan menentukan waktu kadaluarsa. Bagian pengawasan mutu PT. Sampharindo
Perdana terbagi menjadi Bahan awal, analis, IPC (In Process Control),dan mikrobiologi. Bagian
Analis bertanggung jawab melakukan pemeriksaan bahan baku, produk antara, produk ruahan,
pemeriksaan air secara kimia, penanganan retained sample, dan juga pemeriksaan bahan kemas
yang dilakukan secara manual dan visual. Analisa bahan baku secara kimia dilakukan berdasarkan
spesifikasi yang telah ditetapkan oleh PT. Sampharindo Perdana berdasarkan kompendia resmi.
Bahan baku dan bahan kemas yang datang langsung diperiksa oleh analis QC, setelah dinyatakan
released (label hijau) oleh QC maka bahan tersebut dapat disimpan di gudang bahan baku dan
bahan kemas dan siap digunakan untuk proses produksi.
Selama Proses Produksi, dilakukan pengawasan dalam proses IPC (In Process Control)
merupakan pengawasan yang dilaksanakan selama proses produksi berlangsung. IPC bertujuan
untuk mencegah kesalahan pada proses selanjutnya. Pemeriksaan yang dilakukan adalah
pemeriksaan terhadap semua hal yang mempengaruhi setiap tahap proses pengolahan dan
pengemasan. Untuk sediaan padat, meliputi uji kadar air granul, homogenitas, kadar zat aktif,
sedangkan untuk sediaan cair meliputi uji organoleptis, kadar, pH, bobot jenis. Pengujian selama
proses produksi tablet meliputi kadar zat aktif, keseragaman bobot tablet, kerenyahan tablet,
ketebalan tablet, kekerasan tablet, waktu hancur tablet, dan disolusi tablet. Selanjutnya dilakukan
pengujian setelah dikemas, meliputi uji kebocoran, keseragaman volume penampilan, dan
kelengkapan penandaan. Selama pengujian berlangsung, produk jadi harus dimasukkan ke ruang
karantina terlebih dahulu. Jika dinyatakan lulus oleh bagian QC, maka produk tersebut dapat
dilanjutkan ke ruang pengemasan. Untuk menjamin kebenaran isi antara penandaan luar dan dalam
kemasan setiap produk, bagian QC bertugas memeriksa kebenaran penulisan (nomor batch, waktu
kadaluarsa, HET, informasi yang tertulis pada brosur), warna, bobot dan ukuran kemasan.
Penyimpanan dilakukan di bagian gudang obat jadi sebelum didistriusikan.
Untuk pemantauan mikrobiologi yang dilakukan bagian QC bertujuan untuk menentukan
batas mikroba dan jamur. Pengujian yang dilakukan meliputi: pemantauan mutu air produksi,
pemantauan cemaran mikrobiologi air, dan pemantauan mikroba. Uji mikrobiologi air dilakukan
untuk mengetahui ada tidaknya kontaminasi bakteri baik patogen maupun non patogen pada air
yang digunakan. Air yang dipantau meliputi air sumber (potable water), air demineralisasi dan air
murni (purified water). Pemantauan mutu air produksi meliputi tetapan fisik (pemerian,
kejernihan, suhu, TOC, daya hantar, pH, flow rate), kimia (kualitatif kation dan anion),
mikrobiologi angka lempeng total (E. coli, Pseudomonas aeruginosa, Staphyllococcus aureus,
Salmonella sp). Pemantauan mikroba dilakukan pada ruangan mikrobiologi yang terdapat LAF
(Laminar Air Flow).
Bagian QC di PT. Sampharindo Perdana juga bertanggung jawab melakukan Uji Stabilitas.
Uji stabilitas merupakan salah satu seri pengujian yang dirancang untuk mendapatkan data
stabilitas produk yang diperlukan untuk menentukan batas kadaluarsa dan jangka waktu
penggunaan pada kemasan dan kondisi penyimpanan tertentu. Tujuan dilakukan uji stabilitas
untuk mengetahui berapa lama masa edar suatu produk obat jadi dan apa yang akan terjadi pada
produk saat kadaluarsa, meyakini atas kualitas produk termasuk keamanan dan efektifitasnya
selama masa edar produk, dan melindungi produsen dari klaim.
Uji stabilitas, dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu :
1. Uji stabilitas jangka panjang
Uji stabilitas jangka panjang untuk melihat stabilitas produk sampai masa kadaluarsa
yang tercantum pada kemasan ditambah satu tahun. Jumlah contoh sekurang–kurangnya dua kali
dari jumlah yang dibutuhkan untuk pengujian lengkap. Kondisi penyimpanan dilakukan pada suhu
30˚C ± 20˚C dengan kelembaban 75% ± 5%.
2. Uji stabilitas dipercepat
Kondisi pengujian 40˚C ± 20˚C dengan kelembaban 75% ± 5%, lama pengujian selama
3-6 bulan. Pengujian yang dilakukan meliputi semua parameter kritis produk.

Quality Assurance (QA)


Quality Assurance merupakan keseluruhan sistem yang dibuat dengan tujuan agar seluruh
produk industri farmasi yang dihasilkan memenuhi persyaratan mutu yang telah ditetapkan.
Departemen QA di PT. Sampharindo dipimpin oleh kepala bagian QA yang merupakan seorang
Apoteker. Departemen ini yang memastikan bahwa seluruh pembuatan obat telah dibuat dengan
baik dan benar dan produk yang dihasilkan terjamin terhadap khasiat, keamanan, dan kualitasnya.
Departemen QA memegang peranan penting dalam industri karena departemen inilah yang
menentukan produk yang dihasilkan akan di realease atau tidak. Dalam menjalankan tugasnya
departemen QA dibagi beberapa bagian yang mempunyai tanggung jawab tersendiri, bagian-
bagian tersebut yaitu:
1. cGMP Compliance
Tugas dari bagian ini yaitu:
a. Inspeksi diri, audit mutu dan audit

Tujuan inspeksi diri untuk mengevaluasi apakah semua aspek produksi dan pengawasan
mutu di PT. Sampharindo memenuhi ketentuan CPOB. Sedangkan, penyelenggaraan audit mutu
berguna sebagai pelengkap inspeksi diri. Audit mutu meliputi pemeriksaan dan penilaian semua
atau sebagian dari sistem manajemen mutu dengan tujuan spesifik untuk meningkatkannya. Audit
ada dua, yaitu audit internal dan audit eksternal. Audit internal mengevaluasi departemen yang ada
di PT. Sampharindo secara internal tetapi yang melakukan audit departemen yang berbeda.
Sedangkan audit eksternal mengevaluasi supplier bahan baku maupun bahan kemas atau
perusahaan kerjasama (toll manufacturing)
b. Melakukan pengkajian mutu produk (Product Quality Review) dan pengkajian produk
tahunan (Annual Product Review) terhadap semua produk yang memiliki nomor izin edar.
Melakukan review
c. Dokumentasi, Regulasi, dan Penanganan keluhan produk jadi
Dokumentasi berfungsi mengarsip seluruh dokumen catatan pengolahan bets dan catatan
pengemasan bets yang diproduksi untuk mempermudah penelusuran jika ada permasalahan/
keluhan. Penyimpanan dokumen tersebut selama masa Expired Date(ED) + 1 hari. Bagian QA
juga menyimpan contoh pertinggal dari tiap bets sebanyak 2x pengujian. Contoh pertinggal ini
dimaksudkan untuk investigasi atas klaim keluhan eksternal terhadap mutu.
Penanganan keluhan pelanggan terhadap produk jadi. Keluhan dari konsumen ataupun
dari PBF, Apotek, maupun BPOM. Setiap keluhan di identifikasi terlebih dahulu, keluhan tersebut
apakah terkait mutu obat ataukah keluhan terkait kemasan produk jadi. Selanjutnya keluhan
tersebut akan di investigasi dan menelusurinya dengan melihat catatan pengolahan bets / batch
record dan jika perlu dilakukan pembandingan dengan contoh pertinggal. Keluhan-keluhan
tersebut akan ditindak lanjuti dan akan dijawab setelah mendapatkan hasil dari investigasi dan
penelusuran.
2. Kalibarasi, Kualifikasi, dan Validasi
a. Kalibrasi
Kalibrasi merupakan serangkaian tindakan untuk menentukan tingkat kesamaan nilai
yang diperoleh dari sebuah alat ukur atau sistem ukur atau yang dipresentasikan dari pengukuran
bahan dan membandingkannya dengan nilai yang telah diketahui dari suatu acuan standar.
Kalibrasi ini penting terutama pada alt ukur yang akan mempengaruhi mutu obat. Kalibrasi pada
PT. Sampharindo dilakukan dengan dua cara yaitu kalibrasi pertama secara internal, yaitu
dilakukan sendiri oleh PT. Sampharindo dengan alat kalibrasi yang tersedia. Kalibrasi kedua
secara eksternal, dilakukan oleh pihak ketiga, yaitu pihak dari luar perusahaan, misalnya dari
BMKG atau pihak lain yang memiliki kalibrator standar. Kalibrasi eksternal dilakukan karena
pihak industri tidak memiliki alat kalibrator standar untuk melakukan kalibrasi.
b. Kualifikasi
Kualifikasi adalah bagian penting dari sistem jaminan mutu produsen farmasi. Kualifikasi
merupakan istilah yang digunakan untuk validasi terhadap mesin, peralatan produksi maupun
sarana penunjang. Seluruh kegiatan validasi di industri farmasi diawali dengan pelaksanaan
program kualifikasi ini. Kualifikasi adalah kegiatan pembuktian bahwa peralatan, fasilitas atau
sistem yang digunakan dalam suatu proses akan selalu bekerja sesuai dengan kriteria yang
diinginkan dan konsisten. Seluruh peralatan produksi dan sarana penunjang harus sudah
terkualifikasi sebelum digunakan untuk kegiatan produksi.
c. Validasi
Validasi merupakan suatu tindakan pembuktian dengan cara yang sesuai bahwa tiap
bahan, prosedur, proses, kegiatan, sistem, perlengkapan yang digunakan baik dalam produksi dan
pengawasan akan senantiasa mencapai hasil yang diinginkan.Dalam melakukan validasi dokumen
yang harus disiapkan yaituRencana Induk Validasi (RIV). RIV merupakan dokumen yang
menguraikan pelaksanaan validasi. Dokumen ini mencakup mengenai kebijakan validasi, struktur
organisasi kegiatan validasi, ringkasan fasilitas, sistem, peralatan dan proses yang akan di validasi,
format dokumen (format protokol dan laporan validasi). PT. Sampharindo Perdana melakukan
beberapa validasi meliputi:
1) Validasi Metode Analisa (VMA).
Tujuan dari pelaksanaan Validasi Metode Analisa (VMA) adalah untuk menunjukkan
bahwa semua metode tetap yang digunakan sesuai dengan tujuan penggunaannya dan selalu
memberikan hasil yang dapat dipercaya. Validasi metode analisa dilakukan secara berkala dan
dilakukan pengkajian ulang untuk menjamin bahwa metode tersebut tetap sesuai dengan tujuan
penggunaannya dan selalu memberikan hasil yang konsisten.
2) Validasi Pembersihan
Tujuan dari pelaksanaan validasi pembersihan yaitu untuk menunjukkan bahwa
prosedur pembersihan yang dilakukan sudah efektif sehingga menghasilkan produk yang terjamin
kualitas dan keamanannya. Parameter yang diamati dalam proses validasi pembersihan meliputi:
bersih secara visual, bebas dari sisa residu bahan aktif sebelumnya, bahan pembersih yang
digunakan dan pencemaran mikroba. Validasi juga dilakukan tehadadap interval waktu antara
penggunaan alat dan pembersihan, demikian juga antara pembersihan dan penggunaan kembali.
Validasi pembersihan di PT Sampharindo Perdana menggunakan metode apus (swab),
yakni dengan mengusapkan cotton swab yang telah dibasahi dengan pereaksi, kemudian apus
tersebut dioleskan ke tempat-tempat yang kritis dari alat yang sudah dibersihkan, kemudian
dianalisis di laboratorium pengawasan mutu.

3) Validasi Proses
Validasi Proses diartikan sebagai tindakan pembuktian yang didokumentasikan bahwa
proses yang dilakukan dalam batas parameter yang ditetapkan dapat bekerja secara efektif dan
memberi hasil yang dapat terulang untuk menghasilkan produk jadi yang memenuhi spesifikasi
dan atribut mutu yang ditetapkan sebelumnya. Tujuan pelaksanaan validasi proses yaitu :
memberikan dokumentasi secara tertulis bahwa prosedur produksi yang berlaku dan digunakan
dalam proses produksi (Batch Processing Record), senantiasa mencapai hasil yang diinginkan secara
terus menerus, Mengurangi problem yang terjadi selama proses produksi, dan memperkecil
kemungkinan terjadinya proses ulang (reworking process).
3. Final Inspection
Final inspection merupakan bagian dari departemen QA. Bagian ini bekerja di lapangan
melakukan pengecekan terhadap produk yang akan di rilis di pasaran. Pengujian terakhir dilakukan
pada proses pengemasan, yang akan dilakukan evaluasi dan memperoleh persetujuan untuk di rilis.

D. Departement Quality Control (QC)


Quality Control atau Departemen Pengawasan Mutu merupakan salah satu bagian yang
esensial dari CPOB untuk memberikan kepastian bahwa produk secara konsisten mempunyai mutu
yang sesuai dengan tujuan penggunaannya. Pengawasan mutu mencakup pengambilan sampel,
spesifikasi, pengujian, dokumentasi dan prosedur pelulusan yang memastikan bahwa semua
pengujian yang relevan telah dilakukan dan bahan tidak diluluskan untuk dipakai atau produk
diluluskan untuk dijual, sampai mutunya telah dibuktikan memenuhi persyaratan. Departemen ini
bersifat independen dari departemen produksi agar dapat melakukan tugasnya secara objektif dan
memuaskan (Anonim, 2012). Quality control merupakan departemen yang berdada di bawah
kepemimpinan Quality Senior General Manager. Quality control terbagi menjadi dua unit yaitu
kimia dan mikrobiologi. Unit Kimia terdiri dari penanganan bahan awal (raw material), packaging
material, finish good, dan stability.
Struktur organisasi dari departemen quality control (QC) dapat dilihat pada Gambar 3.

Quality Senior
General Manager

Quality Control

Kimia Mikrobiologi

QC Packeging
QC Row Material QC Finish Good QC Stability QC Supervisor
Material

analis analis analis analis analis

Gambar 1 Struktur Organisasi QC


Pemeriksaan bahan awal berawal dengan memeriksa Certificate of Analysis (CoA)
yang berasal dari pabrik pembuat bahan tersebut. CoA tersebut meliputi identitas dan tanggal
kadaluarsa bahan. Sampling bahan baku (zat aktif) dilakukan terhadap semua wadah yang
datang dan dilakukan uji identifikasi. Uji identifikasi minimal dilakukan tiga kali setiap
kedatangan bahan. Sampling bahan kemas dilakukan berdasarkan US MIL-STD-105E.
Military Standard merupakan standar prosedur sampling bahan kemas untuk melindungi
produk dari kualitas bahan kemas yang kurang baik. Apabila dalam analisis bahan baku
ditemukan hasil yang menyimpang dari spesifikasi, maka akan dibuat laporan Out of
Spesification oleh Supervisor QC untuk ditetapkan tindak lanjutnya.
Pemeriksaan produk antara, produk ruahan dan produk jadi dilakukan berdasarkan
spesifikasi masing-masing produk yang telah ditetapkan oleh bagian Product Development.
Setiap produk jadi disiapkan contoh pertinggal dengan jumlah dua kali yang dibutuhkan
untuk anaisis dan disimpan selama masa kadaluarsa ditambah satu tahun.
Pemeriksaan mikrobiologi dilakukan terhadap bahan awal, produk jadi, dan mesin.
Bahan awal yang berasal dari alam dan mengandung mikroba dalam jumlah yang lebih besar
dari bahan baku sintesis akan diperiksa secara mikrobiologi. Penyiapan sampel dilakukan
secara aseptis di bawah LAF (Laminair Air Flow) untuk menghindari kontaminasi mikroba
lain selama analisis dilakukan.
Pemeriksaan yang dilakukan QC memiliki alur, yaitu bahan awal atau material yang
datang akan diterima dan disimpan oleh pihak gudang. Personil gudang akan membuat Good
Receive (GR) bahan awal, bahan kemas atau produk jadi dan memberikan label Karantina
pada material tersebut. Personil QC akan melakukan sampling diruang sampling. Sampel
yang sudah diambil akan dibawa ke Laboratorium QC untuk dianalisa. Pengujian sampel
akan dilakukan sesuai parameter yang terdapat pada list SPPBA untuk bahan awal dan
SPPPJ untuk produk jadi dari Andev. Supervisor QC yang akan mengevaluasi dan
menentukan material tersebut memenuhi persyaratan atau tidak memenuhi persyaratan. Jika
memenuhi syarat, bahan atau produk jadi akan dapat diluluskan. Jika tidak memenuhi syarat,
bahan atau produk jadi akan dibuat laporan Out of Spesification untuk kemudian dilakukan
investigasi. Investigasi bahan awal dilakukan sampai tahap 1 dimana mencakup pemeriksaan
laboratorium, pemeriksaan instrument yang digunakan, pemeriksaan personil dan
pemeriksaan metode analisis. Sedangkan investigasi produk jadi dilakukan sampai tahap 2
mencakup pemeriksaan laboratorium sampai dengan pemeriksaan proses produksi. Apabila
setelah dievaluasi ulang tetap tidak memenuhi persyaratan, maka bahan atau produk jadi
tidak dapat diluluskan. Label material yang lolos pemeriksaan QC akan diganti menjadi label
Approved oleh personil QC.
F. Departement Quality Assurance (QA)
Pemastian Mutu adalah suatu konsep luas yang mencakup semua hal baik secara
tersendiri maupun secara kolektif, yang akan memengaruhi mutu dari obat yang dihasilkan.
Pemastian Mutu adalah totalitas semua pengaturan yang dibuat dengan tujuan untuk
memastikan bahwa obat dihasilkan dengan mutu yang sesuai dengan tujuan pemakaiannya.
Quality Assurance merupakan bagian yang berada dibawah pimpinan seorang Quality
Assurance Manager yang bertanggung jawab langsung kepada Quality General Manager.
Quality Assurance Manager dibantu oleh QA Assistant Manager dan membawahi empat QA
Pharmacist yang memiliki tanggungjawab masing-masing. Stuktur organisi departemen QA
dapat dilihat pada Gambar 4.

Quality Senior
General Manager

Quality
Administration Staff

Quality Manager

QA Assistant
Manager

QA Pharmacist 1 QA Pharmacist 2 QA Pharmacist 3 QA Pharmacist 4

Admin Admin Admin Admin

Gambar 2 Struktur Organisasi QA

Pelulusan produk dilakukan oleh personil QA yang qualified person dalam hal ini salah
satunya yaitu QA manager. Template Batch record (BR) yang dikeluarkan oleh departemen SCM
diberikan kepada departemen QA untuk di review oleh QA manager terkait formula, cara kerja,
kesesuaian dengan nomor ijin edar (NIE), dan data lain yang tercantum pada BR. Setelah mendapat
persetujan QA, bagian produksi dapat menggunakan dokumen tersebut selama proses produksi.
Setelah proses produksi selesai, admin QA akan mengumpulkan dokumen pendukung lainnya dari
departemen lain. Data yang sudah terkumpul kemudian direkap dan di review ulang oleh QA
manager serta pemberian status release maupun reject. QA Pharmacist memiliki beberapa tugas
yang berbeda antara lain sebagai berikut :
1. Penanganan Complaint
Keluhan atau complaint merupakan ekspresi ketidakpuasan dalam bentuk verbal, tertulis atau
elektronik terhadap penggunaan produk atau jasa. Keluhan dapat dibedakan menjadi tiga jenis,
yaitu :
(1)Technical Complaint, yaitu keluhan yang terkait dengan ketidaksesuaian atau kerusakan
fisik, kimia atau biologi dari produk. Keluhan dapat berupa label rusak, tutup botol yang
bocor, perubahan viskositas, bentuk, warna produk, kemasan atau dus yang rusak dan
terjadi pertumbuhan mikroba atau jamur.
(2)Medical Complaint, yaitu keluhan yang terkait dengan reaksi produk yang merugikan
setelah penggunaannya. Keluhan dapat berupa alergi, keracunan, produk tidak berkhasiat
atau respon klinis yang rendah
1. Penanganan produk kembalian (returned good handling)
Produk kembalian terkait dengan masa kadaluarsa produk, adanya kerusakan produk, dan
adanya perubahan desain kemasan. Hal inilah yang membedakan retur dengan complaint. Untuk
produk kembalian, akan ditentukan status produk tersebut apakah status reject, manfaat, atau
repack. Suatu produk kembalian yang diberi status reject berarti produk kembalian tidak dapat
digunakan lagi untuk pengobatan dan harus dimusnahkan. Status manfaat berarti produk
kembalian masih dapat digunakan untuk pengobatan tetapi untuk internal di PT Combiphar, tidak
untuk dijual di pasaran. Status repacked berarti produk kembalian masih dapat digunakan untuk
pengobatan dan akan dikemas ulang untuk dijual di pasar. Ketentuan penerimaan produk
kembalian ini didasarkan pada “Return Good Policy” yang disetujui bersama oleh PT. Combiphar
dan distributor.
2. Penanganan produk yang ditarik
Hal-hal yang dapat menyebabkan suatu produk ditarik dari pasaran, yaitu:
(1) Internal pabrik, penarikan satu atau beberapa bets atau seluruh produk tertentu dari
semua tingkatan distribusi obat. Hal ini karena ditemukannya ketidakstabilan produk
pada retained sample sehingga perlu peninjauan ulang pada formulasi produk
tersebut.
(2) Principal, penarikan suatu produk terkait dengan perusahaan yang melakukan toll
in ke PT. Combiphar.
(3) Pemerintah, penarikan suatu produk karena hasil temuan BPOM bahwa produk
tersebut memiliki efek samping obat yang berbahaya.
Untuk semua produk yang ditarik maka akan dilaporkan ke BPOM dan akan diberitahukan ke
masyarakat melalui media masa.
3. Annual Product Review
Pengkajian mutu produk dilakukan terhadap semua obat terdaftar, termasuk produk ekspor,
dengan tujuan untuk membuktikan konsistensi proses, kesesuaian dari spesifikasi bahan awal,
bahan pengemas dan produk jadi, untuk melihat tren dan mengidentifikasi perbaikan yang
diperlukan untuk produk dan proses. Pengkajian mutu produk PT Combiphar secara berkala
biasanya dilakukan tiap tahun dan didokumentasikan, dengan mempertimbangkan hasil kajian
ulang sebelumnya dan hendaklah meliputi paling sedikit:

(1) Tujuan
(2) Deskripsi Produk
(3) Daftar bets yang di produksi pada tahun tertentu,
(4) Pengkajian Bahan awal, Bahan pengemas yang digunakan, Data proses produksi. Hasil
pemeriksaan terhadap produk, Hasil uji di luar spesifikasi (HULS), Laporan
penyimpangan, Pengendalian perubahan, Kualifikasi dan validasi Pemantauan kualitas
air murni, Pemantauan lingkungan, Studi stabilitas produk terdiri dari uji stabilitas On
Going, uji stabilitas dipercepat dan uji stabilitas jangka panjang, Keluhan terhadap
produk, Penarikan produk, Produk kembalian, Kesesuaian terhadap dokumen registrasi
dan kebijakan terkait, Kesepakatan teknis, Evaluasi pengkajian mutu produk tahun
sebelumnya
(5) Evaluasi dan kesimpulan
(6) Rekomendasi
(7) Lampiran
Industri farmasi hendaklah melakukan evaluasi terhadap hasil kajian, dan suatu penilaian
hendaklah dibuat untuk menentukan apakah tindakan perbaikan dan pencegahan ataupun validasi
ulang hendaklah dilakukan. Alasan tindakan perbaikan hendaklah didokumentasikan. Tindakan
pencegahan dan perbaikan yang telah disetujui hendaklah diselesaikan secara efektif dan tepat
waktu. Hendaklah tersedia prosedur manajemen untuk manajemen yang sedang berlangsung dan
pengkajian aktivitas serta efektivitas prosedur tersebut yang diverifikasi pada saat inspeksi diri.
Bila dapat dibenarkan secara ilmiah, pengkajian mutu dapat dikelompokkan menurut jenis produk,
misal sediaan padat, sediaan cair, produk steril, dan lain-lain.
5. Documentation and Change Control
Unit yang bertanggung jawab terhadap semua dokumen yang ada di perusahaan. Setiap
dokumen yang ada di perusahaan sebelum didistribusikan akan melewati beberapa tahapan yaitu
review, persetujuan/pengesahan dan penandatanganan oleh yang bersangkutan, serta distribusi dan
sosialisasi dokumen. Tugas-tugas yang dilakukan antara lain :
(1) Berkoordinasi dengan bagian yang membuat suatu dokumen mengenai waktu
diberlakukannya dokumen tersebut.
(2) Menentukan pihak mana saja yang akan menerima dokumen yang akan didistribusikan.
(3) Membuat copy document dan sebagai usaha pengendaliannya dokumen yang asli di cap
“Master Document”. Sedangkan, copy document dicap “Controlled Copy” untuk setiap
dokumen yang diserahkan ke bagian-bagian lain atau dicap “Uncontrolled Copy”.
Setiap dokumen yang diberi cap sebagai status dokumen harus ditandatangani oleh
document controller
(4) Mendistribusikan dokumen baru bersamaan dengan ditariknya dokumen lama. Untuk
dokumen-dokumen lama yang sudah tidak berlaku dicap “tidak berlaku” sesuai dengan
tanggal dokumen baru berlaku dan harus disimpan di tempat penyimpanan yang terpisah
dalam jangka waktu tujuh tahun, sedangkan seluruh salinan harus ditarik kembali oleh
DC.
(5) Memusnahkan dokumen dengan membuat berita acara pemusnahan dokumen.
Dokumen yang dimusnahkan adalah dokumen-dokumen yang telah habis masa
retensinya dengan alat pemotong kertas dan menghapus softfile dokumen yang sudah
tidak berlaku.
(6) Jika ada suatu perubahan dalam setiap hal yang terkait mutu produk (misalnya
perubahan spesifikasi bahan, formula, zat aktif zat tambahan, prosedur, CoA atau
perubahan supplier), maka dibuat change control oleh bagian yang bersangkutan.
Formulir change control diserahkan ke bagian QAS dan dicatat dalam CAPA
4. Deviasi atau penyimpangan
Deviasi adalah segala aspek pembuatan obat yang tidak sesuai dengan prosedur (SOP).
Menejemen deviasi merupakan salah satu system dokumentasi yang wajib diterapkkan oleh setiap
industri farmasi dalam melakukan control dalam segala aspek pembuatan obat. Segala bentuk
penyimpangan harus segera dilaporkan ke departemen QA. Deviasi terdapat dua macam, yaitu
deviasi tidak terencana (non comformity case) dan deviasi terencana (temporarily change). Deviasi
tidak terencana adalah segala bentuk penyimpangan yang terjadi secara spontan atau tidak dapat
dipikirkan. Deviasi terencana merupakan segala bentuk penyimpangan yang dapat diperkirakan.
Tahapan penanganan deviasi dimulai dari inisiator mengisi form pelaporan menyertakan tanggal
pelaporan, omor dokumen, deskripsi deviasi yang terjadi, departemen terkait dan mengirimkan ke
bagian QA. Departemen QA akan mengkaji laporan penyimpangan dan memberi keputusan
stop/close apabila root cause telah diketahui, apabila root cause belum diketahui maka akan
dilakukan investigasi awal. Investigasi awal dilakukan segera setelah ditemukan deviasi oleh
departemen terkait, untuk mengetahui lokasi deviasi, perubahan apa yang mungkin timbul, siapa
yang terlibat, penyebab terjadinya deviasi, dampak deviasi terhadap regulasi, dan dampak deviasi
terhadap produk serta lingkungan. Selanjutnya pihak terkait akan melakukan risk assessment untuk
memperkirakan besarnya resiko akibat deviasi dan tindakan yang dapat dilakukan untuk
memperbaiki dan mencegah deviasi tersebut terulang kembali. Penentuan root cause sangat
berpengaruh terhadap kemungkinan deviasi berulang. Deviasi kemudian diklasifikasikan
berdasarkan hasil risk assessment kedalam tiga kategori yaitu Kritikal adalah Deviasi yang
berpotensi membahayakan kesehatan, melanggar regulasi yang berlaku baik terhadap regulasi
produksi maupun pemasaran. Major adalah Deviasi terhadap system GMP yang berpotensi
memiliki dampak terhadap kualitas produk akhir. Termasuk kumpulan deviasi minor yang megacu
pada kegagalan. Minor adalah Deviasi yang terjadi prosedur yang ada dan tidak berdampak
terhadap kualitas produk

Anda mungkin juga menyukai