Anda di halaman 1dari 21

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI GEL PATIKAN KEBO

(Euphorbia hirta L.) TERHADAP Staphylococcus aureus

JURNAL SKRIPSI

Oleh

NAZARIAH

NIM : 171010220004

UNIVERSITAS UBUDIYAH INDONESIA


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S-1 FARMASI
BANDA ACEH

2021
UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI GEL PATIKAN KEBO

(Euphorbia hirta L.) TERHADAP Staphylococcus aureus

JURNAL SKRIPSI

Disusun untuk memenuhi ketentuan melakukan penyusunan skripsi


Sebagai persyaratan menyelesaikan program studi S-1

Farmasi Universitas Ubudiyah Indonesia Banda Aceh

Oleh

NAZARIAH

NIM : 171010220004

UNIVERSITAS UBUDIYAH INDONESIA


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S-1 FARMASI
BANDA ACEH
2021
LEMBAR PERSETUJUAN

Jurnal Skripsi ini telah disetujui pada tanggal 28 Oktober 2021 oleh pembimbing
skripsi Prodi S-1 Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Ubudiyah Indonesia.

Menyetujui,

Ka. Prodi S-1 Farmasi Pembimbing

(Rulia Meilina, S.Farm., M.Si) (Rulia Meilina, S.Farm., M.Si)


NIK. 0903152405902 NIDN. 1324059001

Mengetahui,

Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan

(Fauziah Andika, S.K.M., M.Kes)


NIK. 0310131901912
UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI GEL PATIKAN KEBO
(Euphorbia hirta L.) TERHADAP Staphylococcus aureus

Antibacterial Activity Test Of The Gel Of Patikan Kebo (Euphorbia


Hirta L.) On Staphylococcus aureus.

Nazariah1, Rulia Meilina2


Fakultas Kesehatan Universitas Ubudiyah Indonesia
Jln. Alue Naga, Desa Tibang, Kec. Syiah Kuala, Kota Banda Aceh
*Koresponding Penulis: 1nazariyah2808@gmail.com, 2rulia.meilina@uui.ac.id

ABSTRAK
Tumbuhan Patikan kebo diketahui memiliki senyawa metabolit sekunder flavonoid,
terpenoid dan tanin yang memiliki daya antibakteri. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui gel Patikan Kebo dapat berpotensi sebagai antibakteri dan untuk
mengetahui zona hambat aktivitas antibakteri pada gel patikan kebo terhadap bakteri
Staphylococcus aureus. Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimental
laboratorium dengan memvariasikan konsentrasi ekstrak patikan kebo pada formulasi
gel F0 (0%), FI (6%), FII (9%) dan FIII (12%). Hasil dari penelitian ini yaitu gel
patikan kebo dapat menghambat bakteri Staphylococcus aureus dengan zona hambat
setiap sediaan gel ekstrak patikan kebo yaitu pada formulasi F0 0 mm, formulasi FI
7,60 mm, formulasi FII 8,04 mm, formulasi FIII 9,89 mm dan Antis (kontrol positif)
didapatkan zona hambatnya 6,40 mm. Data hasil penelitian dianalisis dengan
program SPSS yang di analisis menggunakan uji ANOVA (Analysis Of Varian)
didapatkan nilai P Value (<0,05). Kesimpulan berdasarkan data yang diperoleh
formulasi gel patikan kebo memiliki aktivitas antibakteri dengan formulasi yang
paling efektif yaitu pada FI (6% ekstrak patikan kebo). Formulasi FI ini dapat
dijadikan salah satu produk hand sanitizer berbasis air yang lebih aman terhadap kulit
dan lebih ekonomis.

Kata kunci : Patikan kebo (Euphorbia hirta L.), Staphylococcus aureus , antibakteri

ABSTRACT
The Patikan kebo (Euphorbia hirta L.) plant is known to have secondary metabolites
of flavonoids, terpennes and tannins that have antibacterial compounds. This
research aims to determine the gel of Patikan Kebo as an antibacterial and to
determine the inhibition zone of antibacterial activity on the gel of Patikan Kebo
against Staphylococcus aureus bacteria. The method that is used in this research is
experimental laboratory by varying the concentration of patikan kebo extract in the
gel formulation F0 (0%), FI (6%), FII (9%) and FIII (12%). The results of this
research are that the patikan kebo gel against Staphylococcus aureus bacteria by
using an inhibitory zone of each gel preparation of patikan kebo extract, which are
the F0 0 mm formulation, 7.60 mm FI formulation, 8.04 mm FII formulation, 9.89
mm FIII formulation and Antis (positive control) with an inhibition zone of 6.40 mm.
The result was analyzed using the ANOVA (Analysis of Varian) test with the P Value
(<0.05), followed by SPSS program. The conclusion is based on the data obtained
that the patikan kebo gel formulation has antibacterial compounds with the most
effective formulation at FI (6% extract of patikan kebo). This FI formulation can be
used as a water-based hand sanitizer product that is safer for the skin and more
economical.

Key words: Patikan kebo (Euphorbia hirta L.), Staphylococcus aureus, antibacterial

PENDAHULUAN
Bakteri Staphylococcus aureus antibakteri untuk mengurangi
merupakan mikroorganisme yang keberadaan mikroorganisme penyebab
hidup di kulit, dimana kulit sangat infeksi (Lili, Baiq, dkk., 2017).
rentan terhadap infeksi (Noer dan Dipasaran sediaan antibakteri telah
Aliya., 2016 ). Mikroorganisme ini banyak beredar dalam bentuk gel dan
perlu dicegah penyebarannya, salah krim tetapi dari jenis sediaan tersebut
satu cara yang paling mudah dan tepat bentuk gel lebih banyak dipilih (Lili,
adalah dengan cara mencuci tangan Baiq, dkk., 2017). Penggunaan gel
menggunakan sabun dan air bersih antibakteri yang mudah dan praktis
yang mengalir. (Roni, Maesaroh, dkk., semakin diminati masyarakat
2019). (Rohmani dan Kuncoro., 2019).
Pada kondisi tertentu, sering Salah satu famili yang
keberadaan air dan sabun menjadi memiliki potensi atau manfaat sebagai
kendala karena tidak tersedianya obat bahan alam yaitu dari suku
sarana untuk membersihkan tangan Euphorbiaceae (Risdayanti, Siska,
sehingga dibutuhkan alternatif untuk dkk, 2020). Tumbuhan Patikan kebo
mengatasi permasalahan tersebut ialah (Euphorbia hirta L.) memiliki
dengan menggunakan bahan senyawa metabolit sekunder sebagai
antiinflamasi, antipiretik, antikanker, METODE
antifungi dan antibakteri (Djanggola, Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang
Yusriadi, dkk, 2016).
digunakan eksperimental laboratorium.
Senyawa flavonoid, tannin dan
Penelitian ini dilakukan secara in vitro
terpenoid yang terkandung pada
menggunakan metode difusi cakram
patikan kebo berpotensi sebagai zat
dengan analogi diameter zona hambat
aditif antibakteri (Khoirunnisa,
pertumbuhanan Staphylococcus aureus
Wahyu, dkk., 2017). Berdasarkan
pada media agar.
penelitian lain yang dilakukan oleh
Alat dan Bahan
(Risdayanti, Siska, dkk., 2020) ekstrak
Alat yang akan digunakan pada
daun patikan kebo memiliki aktivitas
penelitian ini antara lain, gelas kimia
antibakteri yang dapat menghambat
atau beaker glass, mortir dan stamper,
pertumbuhan bakteri Pseudomonas
wadah maserasi, pipet tetes,
aeruginosa, Propionibacterium acnes
mikropipet, tissue, erlenmeyer, kertas
dan S. Epidermidis. Penelitian lain
saring whatman, cawan petri, neraca
yang dilakukan (Djanggola, Yusriadi,
analitik, pH meter, rotary vacuum
dkk, 2016) Gel ekstrak patikan kebo
evaporator, autoklaf, inkubator, oven,
mempunyai aktivitas terhadap
batang ose, lidi steril, kertas cakram,
Staphylococcus epidermidis yang
batang pengaduk, oven, dan kertas
merupakan bakteri penyebab jerawat.
label.
Penelitian ini bertujuan untuk
Bahan yang digunakan pada
mengetahui gel patikan kebo
penelitian ini adalah patikan kebo
(Euphorbia. hirta) dapat berpotensi
(Euphorbia hirta L.) yang berasal dari
sebagai antibakteri dan untuk
Desa Kampung Tinggi, Kecamatan
mengetahui zona hambat aktivitas
Kluet Utara, Kabupaten Aceh Selatan,
antibakteri pada gel patikan kebo
Aceh. etanol 96%, aquades, carbomer
(Euphorbia hirta L.) terhadap bakteri
940, metil paraben, gliserin, Propilen
Staphylococcus aureus
glikol, Antis hand sanitizer, TEA,
aluminium foil, Mueller Hinton agar
dan bakteri Staphylococcus aureus sehingga dihasilkan ekstrak kental
ATCC 25923. (Benjamin et al., 2020).
Prosedur Penelitian Pembuatan Formulasi Sediaan Gel
Pembuatan Ekstraksi Patikan Kebo Ekstrak patikan kebo
Simplisia patikan kebo diformulasikan dalam bentuk gel
dilakukan ekstraksi dengan dengan formula yang mengacu pada
menggunakan metode maserasi dengan penelitian sebelumnya (Lili, Baiq,
menggunakan pelarut etanol 96% yang dkk., 2017) kemudian dimodifikasi.
dilakukan selama 2 kali perendaman. Formulanya dapat dilihat pada tabel 1
Hasil ekstrak dilakukan pemekatan berikut:
dengan suhu operasi 50-60 °C
Tabel 1. Formulasi Gel Gel Patikan Kebo (Euphorbia hirta L)
Berat bahan (%b/b)
Bahan
K- F1 F2 F3
Patikan kebo 0 6 9 12
Carbomer 940 0.6 0.6 0.6 0.6
Gliserin (ml) 3.2 3.2 3.2 3.2
Metil paraben 0.08 0.08 0.08 0.08
TEA 1 1 1 1
Aquadest add Ad 250 Ad 250 Ad 250 Ad 250

Evaluasi Sediaan dengan cara mencelupkan pH meter


Organoleptis
kedalam sediaan gel yang telah dibuat
Pengujian dilakukan dengan
(Wulansari, Sumiyani, dkk, 2019).
cara mengamati bentuk, warna dan
Uji homogenitas
aroma dari sediaan gel. Pengamatan ini
Uji homogenitas dilakukan
dilakukan secara visual menggunakan
dengan cara sediaan gel dioleskan
panca indra (Wulansari, Sumiyani,
pada sekeping kaca atau bahan
dkk., 2019).
transparan lain yang cocok. Kemudian
Uji pH
dilihat homogenitasnya (Wulansari,
Pengujian pH dilakukan
Sumiyani, dkk., 2019).
dengan menggunakan pH meter
Uji daya sebar Uji Aktivitas Antibakteri
Uji daya sebar dilakukan Staphylococcus aureus
dengan cara sampel sebanyak 1 gram Pengujian aktivitas antibakteri

diletakkan diatas kaca transparan, dilakukan dengan metode kertas

kemudian diletakkan plastik transparan cakram (disc diffusion method).

diatasnya dan dibiarkan selama 1 Cakram dicelupkan ke dalam sampel

menit, kemudian diukur diameter sebar (gel patikan kebo) dengan formula gel

gel. Setelah itu ditambahkan 50 gram patikan kebo FI (6%), FII (9%) dan

beban tambahan dan didiamkan selama FIII (12%), hand sanitizer merk Antis

1 menit lalu diukur. Setelah itu sebagai kontrol positif, basis gel tanpa

ditambahkan lagi 100 gram beban lalu ekstrak sebagai kontrol negatif.

didiamkan juga selama 1 menit dan Kemudian kertas cakram

diukur penyebarannya (Lili, Baiq, tersebut diletakkan dalam media

dkk., 2017) Mueller Hinton agar yang telah

Uji Daya lekat ditanami bakteri. Langkah selanjutnya


Uji daya lekat dilakukan dilakukan dengan inkubasi selama 24
dengan cara 0,25 gram gel diletakkan jam pada suhu 37 °C. Aktivitas
di atas dua kaca objek yang telah antibakteri ditunjukkan oleh luas
ditentukan, kemudian diletakkan beban diameter zona bening yang terbentuk.
1 kg selama 5 menit. Setelah itu (Ariyani, Pertiwi, dkk., 2018).
dipasang penjepit pada kaca objek lalu Analisis Data
ditambahkan beban 80 gram pada alat Teknik analisis data dilakukan

uji, kemudian dicatat waktu pelepasan secara kuantitatif menggunakan SPSS

dari kaca objek. Pengujian daya lekat dengan menggunakan analisis varian

bertujuan untuk mengetahui waktu satu jalan (One Way Anova) dengan

retensi atau kemampuan melekat dilakukan uji homogenitas dan

sediaan gel yang dihasilkan pada saat normalitas terlebih dahulu. Setelah uji

penggunaan di tempat aplikasi (Lili, varian satu jalan selesai kemudian

Baiq, dkk., 2017). dilanjutkan dengan uji Post Hoc.


HASIL DAN PEMBAHASAN Parameter karakterisasi yang
Hasil Simplisia dan Ekstraksi dilakukan terhadap simplisia patikan
Patikan Kebo
kebo meliputi analisis kadar air, kadar
Hasil serbuk simplisia yang
diperoleh sebanyak 700 gram. Ekstrak abu total, kadar abu tidak larut asam,
kental yang diperoleh sebanyak 60 ml kadar sari larut air, dan kadar sari larut
sehingga didapatkan rendemen
etanol. Hasil standarisasi simplisia
sebanyak 8,57%.
Hasil Standarisasi Simplisia tersebut dapat dilihat pada tabel 2
Tabel 2. Hasil standarisasi simplisia
Hasil Syarat menurut
No Penetapan Keterangan
(%) MMI (%)
Memenuhi
1. Kadar air 7,84 <10 %
syarat MMI
Memenuhi
2. Kadar abu total 7,78 <11 %
syarat MMI
Tidak
Kadar abu tidak larut
3. 6,56 <1 % memenuhi
asam
syarat MMI
Memenuhi
4. Kadar sari larut air 15,90 >5 %
syarat MMI
Memenuhi
5. Kadar sari larut etanol 15,19 >5 %
syarat MMI
Keterangan: MMI : Materia Medika Indonesia

Berdasarkan tabel 2 dapat persyaratan menurut MMI yaitu tidak


dilihat bahwa hasil pengujian lebih dari 11%.
standarisasi simplisia patikan kebo. Penetapan kadar abu tidak larut
Penetapan kadar air serbuk simplisia asam yaitu 6,56% hasil yang
patikan kebo sebesar 7,84% hal ini didapatkan tidak sesuai dengan MMI
telah sesuai dengan syarat menurut yaitu kurang dari 1%. Penetapan
MMI (Materia Medika Indonesia) kadar abu tidak larut asam bertujuan
yaitu dibawah 10%. Kandungan kadar untuk menentukan jumlah silika,
abu total dalam serbuk simplisia penyebab kadar abu tidak larut asam
patikan kebo sebesar 7,78% hal ini tidak memenuhi syarat kemungkinan
menyatakan bahwa sesuai dengan dikarenakan pada saat pencucian
sampel kurang bersih sehingga simplisia patikan kebo memenuhi
pengotor seperti pasir masih banyak persyaratan dari MMI. Penetapan
menempel pada sampel. Utami dkk kadar sari larut dalam etanol sebesar
(2017) juga mengatakan bahwa 15,19% hal ini menunjukan bahwa
tingginya kadar abu tidak larut dalam telah memenuhi persyaratan MMI
asam menunjukkan adanya kandungan yaitu lebih dari 5%.
silika yang berasal dari tanah atau Hasil Skrining Fitokimia
pasir, tanah dan unsur logam perak, Pengujian skrining fitokimia

timbal dan merkuri. meliputi senyawa alkaloid, steroid,

Penetapan kadar sari larut air terpenoid, saponin, flavonoid dan

sebesar 15,90% hal ini menunjukan tanin. Hasil skrining fitokimia patikan

bahwa kadar sari larut dalam air kebo dapat dilihat pada tabel 4.2

Tabel 3 Hasil skrining fitokimia patikan kebo


Kandungan Hasil
Reagen Hasil pengamatan
metabolit uji
Mayer - Tidak terbentuk endapan putih
Alkaloid
Wagner - Tidak terbentuk endapan coklat
Dragendorff - Tidak terbentuk endapan merah
Steroid Uji liebermann- - Tidak terbentuk warna hijau
Burchard
Terpenoid Uji liebermann- + Terbentuk warna merah
Burchard
Saponin Pengocokan - Tidak berbusa
Flavonoid HCl dan logam Mg + Terbentuk warna merah
Tanin FeCl3 + Terbentuk warna hijau

Berdasarkan Tabel 3 dapat lihat dengan terbentuknya cincin berwarna


hasil pengujian skrining fitokimia merah dan tidak terdapat senyawa
simplisia patikan kebo mengandung steroid, hal ini dapat dilihat saat
senyawa terpenoid, flavonoid dan pengujian tidak terbentuk cincin warna
tanin. Pada ekstrak patikan kebo hijau. Senyawa flavonoid pada
terdapat senyawa triterpenoid ditandai simplisia patikan kebo menghasilkan
warna merah, sehingga dapat Hasil Evaluasi Sediaan Gel
disimpulkan bahwa pada simplisia Evaluasi sediaan gel meliputi

patikan kebo mengandung turunan pengujian organoleptik, pengujian

senyawa flavonoid yaitu 2,3 homogenitas, pH, daya sebar dan daya

dihydroflavonol. Dan dari hasil uji lekat.

skrining fitokimia patikan kebo Hasil Uji Organoleptik


Uji organoleptik meliputi
terdapat senyawa tanin. Hal ini dapat
bentuk atau konsistensi, warna, dan
dilihat pada tabung reaksi terbentuk
bau dari sediaan yang dihasilkan. Hasil
endapan berwarna hijau.
pengujian organoleptik sediaan gel
dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4 Hasil uji organoleptik sediaan gel


Pengamatan
Formulasi
Bentuk Warna Bau
Setengah padat Bening
F0 (0% Ekstrak) Tidak berbau
kental
Setengah padat Hijau Aroma khas ekstrak
FI (6% Ekstrak)
kental kecoklatan Patikan kebo
Setengah padat Hijau Aroma khas ekstrak
FII (9% Ekstrak)
kental kehitaman Patikan kebo
FIII (12% Setengah padat Hijau Aroma khas ekstrak
Ekstrak) kental kehitaman Patikan kebo

Berdasarkan tabel 4 dapat dilihat setengah padat kental, berwarna hijau


bahwa hasil uji organoleptik sediaan kecoklatan dan berbau khas ekstrak
gel ekstrak patikan kebo pada patikan kebo, pada formulasi FII
formulasi F0 tanpa penambahan dengan penambahan ekstrak patikan
ekstrak patikan kebo berbentuk kebo 9% menghasilkan gel dengan
setengah padat kental, berwarna bentuk setengah padat kental,
bening dan tidak berbau, pada berwarna hijau kehitaman dan berbau
formulasi FI dengan penambahan khas ekstrak patikan kebo, sedangkan
ekstrak patikan kebo 6% berbentuk pada formulasi FIII dengan
penambahan ekstrak patikan kebo 12% memiliki bau khas ekstrak patikan
menghasilkan sediaan gel yang kebo.
berbentuk setengah padat kental, Hasil Uji Homogenitas
berwarna hijau kehitaman dan Hasil uji homogenitas dapat
dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Hasil uji homogenitas


Formulasi Homogenitas
FO (0% Ekstrak) Homogen
FI (6% Ekstrak) Homogen
FII (9% Ekstrak) Homogen
FIII (12% Ekstrak) Tidak homogen

Tabel 5 menunjukkan bahwa meninggalkan bekas warna hijau dari


hasil uji homogenitas sediaan gel gel tersebut. Sedangkan pada
ekstrak patikan kebo pada formulasi formulasi FIII didapatkan hasil
F0, FI dan FII homogen. Hal ini dapat pengujian tidak homogen dari hasil
dilihat dari hasil pengujian yang pengujian dilihat pada media uji warna
menunjukkan sebaran gel pada tidak tersebar pada semua permukaan
permukaan kaca tidak terdapat butir- dan masih terdapat butir-butir kasar.
butir kasar dan warnanya tersebar Pada formulasi FIII tidak homogen
merata. Menurut Djanggola dkk dikarenakan terlalu banyak
(2016) sediaan gel dikategorikan penambahan ekstrak sehingga reaksi
homogen ketika pada permukaan yang terjadi pada saat pembentukan
lempengan kaca atau media pengujian gel tidak sempurna.
tidak terlihat adanya butir-butir kasar Hasil Uji pH Sediaan Gel
atau partikel di dalam gel serta Hasil pengujian pH pada setiap

terdapat persamaan warna yang formulasi dapat dilihat pada gambar 1.

merata. Sehingga dapat disimpulkan


sediaan tersebut homogen dan pada
saat dioleskan sediaan tidak
Gambar 1. Nilai pH formulasi sediaan gel
Berdasarkan gambar 1 dapat dilihat didapatkan nilai pH 6.4. Nilai pH yang
bawah hasil pengukuran pH pada didapatkan sesuai dengan SNI 16-
formulasi F0 tanpa penambahan 4399-1996 yaitu kisaran 4.5-8.0.
ekstrak patikan kebo didapatkan 7.0, Sediaan gel yang memiliki pH terlalu
pada formulasi FI dengan penambahan basa dapat menyebabkan kulit menjadi
ekstrak patikan kebo 6% didapatkan kering, sedangkan jika pH terlalu asam
nilai pH 6.4, pada formulasi FII akan menimbulkan iritasi (Pujiastuti
dengan penambahan ekstrak patikan dan Kristiani., 2019).
kebo 6% didapatkan nilai pH 6.5, Hasil Pengujian Daya Sebar
sedangkan pada formulasi FIII dengan Hasil pengujian daya sebar

penambahan ekstrak patikan kebo 12% pada formulasi sediaan gel ekstrak
patikan kebo dapat dilihat pada
Gambar 2.

Gambar 2 Hasil pengujian daya sebar pada formulasi sediaan gel


Dari gambar 2 dapat lihat bahwa hasil suatu sediaan maka akan semakin
rata-rata uji daya sebar pada formulasi mudah untuk gel berdifusi ke dalam
F0 tanpa penambahan ekstrak patikan kulit. Hal tersebut dikarenakan, dengan
kebo didapatkan nilai rata-rata 5,2 cm, semakin luasnya area penyebaran,
pada formulasi FI dengan penambahan maka akan menyediakan luas
6% ekstrak patikan kebo didapatkan permukaan membran yang besar untuk
rata-rata nilai daya sebarnya 5,8 cm, obat berdifusi ke dalam kulit, sehingga
pada formulasi FII dengan jumlah zat yang terpenetrasi akan lebih
penambahan 9% ekstrak patikan kebo banyak dan tercapai efikasi
menghasilkan nilai rata-rata daya sebar maksimum. Dari hasil pengujian daya
5,9 cm sedangkan pada formulasi FIII sebar patikan kebo tertinggi
dengan penambahan 12% ekstrak didapatkan pada formulasi FII dengan
patikan kebo didapatkan nilai rata-rata penambahan 9% ekstrak patikan kebo.
daya sebarnya 5,6 cm. Hasil pengujian Hasil Pengujian Daya Lekat
daya sebar sangat berpengaruh Hasil pengujian daya lekat

terhadap kulit. Menurut Forestryana dapat dilihat pada gambar 3.

dkk (2020) semakin besar daya sebar

Gambar 3 Hasil pengujian daya lekat formulasi sediaan gel

Berdasarkan gambar 3 dapat dilihat formulasi FI dengan penambahan 6%


bahwa hasil pengujian daya lekat pada ekstrak patikan kebo didapatkan daya
pada formulasi F0 tanpa penambahan lekatnya selama 6,19 detik, pada
ekstrak patikan kebo didapatkan daya formulasi FII dengan penambahan 9%
lekat selama 12,73 detik, pada ekstrak patikan kebo didapatkan daya
lekat 5,32 detik dam pada formulasi maksimum. Hasil pengujian daya lekat
FIII dengan penambahan 12% ekstrak juga dapat dilihat bahwa semakin
patikan kebo didapatkan daya lekatnya tinggi konsentrasi ekstrak pada sediaan
4,68 detik. Daya lekat yang baik untuk gel maka daya lekat akan semakin
sediaan topikal adalah lebih dari 4 menurun. Hal ini dikarenakan
detik (Forestryana, dkk., 2020). Dari komposisi ekstrak terlalu tinggi
hasil pengujian juga dapat disimpulkan sehingga dapat mempengaruhi struktur
bahwa sediaan gel patikan kebo gel yang dihasilkan.
memiliki waktu lekat yang cukup lama Hasil Uji Aktivitas Antibakteri
untuk melepaskan zat aktifnya lebih Hasil pengujiannya dapat

banyak ke dalam kulit, karena kontak dilihat pada gambar 4.

antara gel dengan kulit akan lebih lama


sehingga terapi yang diinginkan akan

Gambar 4. Hasil pengujian zona hambat bakteri pada formulasi

Berdasarkan Gambar 4 dapat dilihat penambahan 6% ekstrak patikan kebo


bahwa hasil pengukuran aktivitas didapatkan zona hambat 7,60 mm,
antibakteri pada gel Antis sebagai pada formulasi FII dengan
kontrol positif didapatkan zona hambat penambahan 9% ekstrak patikan kebo
6,40 mm, pada F0 tanpa penambahan didapatkan zona hambat 8,04 cm
ekstrak patikan kebo didapatkan zona sedangkan pada formulasi FIII dengan
hambat 0 mm, pada FI dengan
Penambahan 12% ekstrak patikan kebo perlakuan mempunyai perbedaan yang
didapatkan zona hambat 9.80 mm. bermakna (P<0,05) pada setiap
Hasil Pengolahan Data formulasi.
Dari hasil analisis pada Pembahasan
penelitian ini menunjukan bahwa data Hasil pengujian aktivitas

berdistribusi normal dan homogen. antibakteri dapat dilihat bahwa

Hasil pengujiannya homogenitas semakin tinggi konsentrasi ekstrak

didapatkan nilai p Value 0.067, hasil maka zona hambatnya akan semakin

yang didapatkan lebih besar dari taraf meningkat. Hal ini diduga pada gel

signifikansi (<0.05) yang artinya patikan kebo mengandung senyawa

asumsi homogenitas varians masing- flavonoid, terpenoid dan tanin.

masing pengukuran terpenuhi. Dan Mekanisme kerja flavonoid sebagai

hasil pengujian normalitas senyawa antibakteri dibagi menjadi 3

menunjukkan bahwa data terdistribusi yaitu menghambat sintesis asam

normal yaitu nilai p value lebih besar nukleat, menghambat fungsi membran

dari taraf signifikansi 0,05. Setelah sel dan menghambat metabolisme

pengujian normalitas. Selanjutnya energi. Dalam menghambat sintesis

dilakukan pengujian One way asam nukleat, cincin A dan B senyawa

ANOVA yang bertujuan untuk melihat flavonoid berperan penting dalam

pengaruh pemberian zat aditif patikan proses interkelasi atau ikatan hidrogen

kebo terhadap zona hambat bakteri. yakni dengan menumpuk basa asam

Hasil pengujian One way nukleat sehingga menghambat

ANOVA didapatkan bahwa data zona pembentukan DNA dan RNA.

hambat bakteri yaitu 0,000 (p<0,05) Hasil interaksi flavonoid juga

sehingga dapat disimpulkan bahwa akan menyebabkan kerusakan

terdapat perbedaan zona hambat yang permeabilitas dinding sel. Dalam

bermakna antar tiap kelompok menghambat fungsi membran sel

perlakuan. Setelah dilakukan Uji flavonoid akan membentuk senyawa

Anova pada masing-masing kelompok kompleks dari protein ekstraseluler


dan terlarut sehingga membran sel karena tekanan osmotik dan tekanan
akan rusak dan senyawa intraseluler fisik sehingga bakteri akan mati.
akan keluar. Sedangkan dalam Tekanan osmotik pada sel
menghambat metabolisme energi mikroorganisme akan menyebabkan
dengan menghambat penggunaan terserapnya air dari dalam sel dan
oksigen oleh bakteri, yaitu dengan menyebabkan sel kekurangan air dan
mencegah pembentukan energi pada mati. Beberapa bakteri dapat tahan dan
membran sitoplasma dan menghambat tumbuh pada larutan gula yang sangat
motilitas bakteri yang berperan dalam pekat dan umumnya dikenal sebagai
aktivitas mikroba dan protein organisme osmofilik (Rimadhini., dkk,
ekstraseluler (Nomer, dkk., 2019). 2020).
Mekanisme kerja tanin sebagai Penyebab sel lisis adalah tidak
antibakteri yaitu dengan cara seimbangnya tekanan osmosis antara
menyebabkan sel bakteri menjadi lisis. tekanan lingkungan dan tekanan dalam
Hal ini terjadi karena tanin memiliki sel. Menurut Lingga, dkk (2016)
target pada dinding polipeptida Lisisnya sel bakteri dikarenakan tidak
dinding sel bakteri sehingga berfungsinya lagi dinding sel dalam
pembentukan dinding sel menjadi mempertahankan bentuk dan
kurang sempurna dan kemudian sel melindungi bakteri dari tekanan
bakteri akan mati. Tanin juga memiliki osmotik yang tinggi. Tanpa dinding
kemampuan untuk menginaktifkan sel, bakteri tidak dapat bertahan
enzim bakteri serta mengganggu terhadap pengaruh luar dan segera
jalannya protein pada lapisan dalam mati. Apabila terjadi peristiwa dimana
sel (Sapara, dkk., 2016). Senyawa kondisi lingkungan bersifat lebih
tanin juga dapat menyerang hipotonis dibandingkan kondisi
polipeptida dinding sel, sehingga tekanan dalam sel, atau kondisi dalam
pembentukan dinding sel menjadi sel lebih hipertonis daripada kondisi
kurang sempurna. Hal ini dapat lingkungan, maka sel akan mengalami
menyebabkan bakteri menjadi lisis lisis. Hal ini diakibatkan peristiwa
osmosis yaitu perpindahan air dari makromolekul dan asam nukleat
lingkungan hipotonis ke hipertonis. (Riany, dkk., 2016).
Akibatnya sel akan mengembang dan Berdasarkan hasil pengujian
lama kelamaan pecah (Mulyanto., dkk, post hoc dapat dilihat bahwa aktivitas
2018). antibakteri formulasi yang relatif sama
Mekanisme kerja terpenoid dengan aktivitas antibakteri antis
sebagai antibakteri dalam menghambat (kontrol positif) yaitu formulasi FI
pertumbuhan staphylococcus aureus dengan penambahan 6% ekstrak
berhubungan dengan membran lipid patikan kebo. Hal ini dapat dilihat dari
dan sensitivitas terhadap komponen hasil pengujian aktivitas antibakteri
terpenoid yang menyebabkan formulasi FI dan antis (kontrol positif)
kebocoran pada lisosom bakteri. tidak jauh berbeda. Pada formulasi FI
Terpenoid dapat berinteraksi dengan didapatkan diameter zona hambat 7.60
membran fosfolipid sel yang bersifat mm dan pada antis (kontrol positif)
permeabel terhadap senyawa-senyawa didapatkan diameter zona hambat 6.40
lipofilik sehingga menyebabkan mm. Sedangkan aktivitas antibakteri
integritas membran menurun serta pada formulasi FII dan formulasi FIII
morfologi membran sel berubah terdapat perbedaan zona hambat
menyebabkan sel rapuh dan lisis dengan kontrol positif sehingga dapat
(Sapara, dkk., 2016). disimpulkan bahwa terdapat pengaruh
Pada Antis (kontrol positif) variasi konsentrasi zat aditif terhadap
juga menunjukkan diameter zona aktivitas antibakteri pada formulasi
hambat. Senyawa yang berperan dalam sediaan gel.
antis sebagai antibakteri adalah Berdasarkan hasil pengujian
irgasan DP 300. Senyawa ini dapat juga menunjukan bahwa formulasi
menghambat pertumbuhan bakteri yang dibuat sesuai dengan Standar
melalui penetrasi ke dalam sel dan Nasional Indonesia No. 06-25888-
mengganggu fungsi normal seluler 1992. Formulasi FI dapat dijadikan
termasuk menghambat biosintesis sebagai salah satu produk hand
sanitizer yang berbasis air. rendah dibandingkan FI dan FII.
Penggunaan gel ini lebih aman KESIMPULAN DAN SARAN
terhadap kulit dibandingkan Kesimpulan
menggunakan gel berbasis alkohol. Berdasarkan hasil penelitian yang

Menurut Albab dan Nukhasanah telah dilakukan maka kesimpulan dari

(2020) Efek samping penggunaan penelitian ini adalah: gel patikan kebo

alkohol pada produk yang dapat menghambat pertumbuhan

diaplikasikan pada kulit dapat bakteri Staphylococcus aureus. Zona

memberikan efek berupa iritasi kulit. hambat setiap sediaan gel ekstrak

Berdasarkan hasil pengujian zona patikan kebo yaitu pada formulasi F0 0

hambat dapat dilihat bahwa semakin mm, formulasi FI 7,60 mm, formulasi

tinggi konsentrasi maka akan diameter FII 8,04 mm, formulasi FIII 9,89 mm

zona hambat akan semakin meningkat. dan Antis didapatkan zona hambatnya

Irianto dan Mardan (2020) juga 6,40 mm. Kinerja formulasi yang

mengatakan bahwa semakin tinggi relatif sama dengan Antis (kontrol

konsentrasi zat aktif maka akan positif) ialah formulasi FI.

semakin besar peluang bagi zat aktif Saran


Berdasarkan penelitian yang telah
berdifusi pasif keluar sediaan menuju
dilakukan, maka disarankan kepada
media kultur dan membunuh bakteri
peneliti selanjutnya ketika pencucian
yang ada pada media tersebut. Namun,
sampel yang akan diekstrak harus
konsentrasi zat aditif terlalu tinggi juga
bersih dan dilakukan penjemuran di
akan menyebabkan tingkat
ruangan tertutup supaya tidak
homogenitas sediaan gel tidak optimal.
terkontaminasi dengan debu sehingga
Hal ini dapat dilihat dari hasil
kualitas simplisia yang akan dihasilkan
pengujian homogenitas sediaan gel
sesuai dengan standar. Disarankan
pada formulasi FIII tidak homogen.
kepada BPOM untuk dapat
Sehingga akan berpengaruh terhadap
menggunakan hasil penelitian ini
hasil pengujian daya sebar dan daya
sebagai informasi dalam membuat
lekat. Hasil yang didapatkan lebih
daftar obat tradisional yang memiliki Indarto. (2018). Uji Kualitatif Dan
Kuantitatif Golongan Senyawa
khasiat antibakteri.
Organik Dari Kulit Dan Kayu
DAFTAR PUSTAKA Batang Tumbuhan Artocarpus
Albab., & Nukhasanah. (2020). Dadah Miq. Pendidikan Fisika,
Penetapan Kadar Alkohol Pada FTK IAIN Raden Intan
Kosmetik Menggunakan Lampung.
Metode Kromatografi Gas. Irianto., Purwanto., & Marwan.
Journal Of Halal Science And (2020). Aktivitas Antibakteri
Research. (1)1:30-38. dan Uji Sifat Fisik Sediaan Gel
Ariyani, S. B., Pertiwi, Y. K., & Dekokta Sirih Hijau(Piper betle
Asmawit. (2018). Pengaruh L.) Sebagai Alternatif
Penambahan Pengawet dan Uji Pengobatan Mastitis Sapi.
Aktivitas Antibakteri Escheria Majalah Farmaseutik. 16(2):
coli pada Sediaan gel Lidah 202-210.
Buaya. Jurnal Teknologi Proses Khoirunnisa, A., Wahyu, T., &
dan Inovasi Industri, 3(1):1-5. Setyawati, S. (2017). Potensi
Djanggola, T. N., Yusriadi, & Tandah, Ekstrak Daun Patikan kebo
M. (2016). Formulasi gel (Euphorbia hirta L) Sebagai
Ekstrak Patikan Kebo Antibakteri Terhadap
(Euphorbia hirta L) dan Uji Hydrophila Secara In Vitro.
Aktivitas Terhadap Bakteri Journal of Marine and Coastal
Staphylococcus epidermidis. Science , 113-124.
Galenika Journal of Pharmacy, Lili, W., Baiq, A., & Purmafitriah, E.
68-75. (2017). Formulasi Sediaan Gel
Benjamin, S. G., Yudistira, A., & Hand Sanitizer Ekstrak Etanol
Rotinsulu, H. (2020). Uji Efek Daun sirsak (Annona muricata
Antipiretik Ekstrak Etanol Daun L) sebagai Antibakteri terhadap
Miana (Coleus Scutellarioides Staphylococcus aureus.
L.) Benth Pada Tikus Putih Farmasetis , 47-57.
Jantan Galur Wistar (Rattus Mulyanto, Ikhsan, M., & Tyas, U.
Norvegicus). Program Studi (2018). Kemampuan Air Kelapa
Farmasi FMIPA UNSRAT Muda Sebagai Antimikroba
Manado. Terhadap Bakteri Escherichia
Forestryana., Muhammad, S., Aristha, Coli Penyebab Diare. Bio-site.
N. (2020). Pengaruh Jenis dan 4(1).
Konsentrasi Gelling Agent pada Noer, E., & Aliya, N. (2016 ).
Karakteristik Formula Gel Aktivitas Antibakteri Ekstrak
Antiseptik Ekstrak Etanol 70% Kulit Buah Manggis (Garcinia
Kulit Buah Pisang Ambon. mangostana L.) terhadap
Jurnal Ilmu Bakteri Penyebab Jerawat.
Kefarmasian.(1)2:45-51. Farmaka , 322-327.
Nomer., Agus, S., Komang, A. (2019). Wulansari, S., Sumiyani, R., & Aryani,
Kandungan Senyawa Flavonoid N. (2019). Pengaruh
Dan Antosianin Ekstrak Kayu Konsentrasi Surfaktan Terhadap
Secang (Caesalpinia sappan L.) Karakteristik Fisik Nanoemulsi
Serta Aktivitas Antibakteri dan Nanoemulsi Gel Koenzim
Terhadap Vibrio cholerae. Q10. Jurnal Kimia riset,
Jurnal Ilmu dan Teknologi (8):143-151.
Pangan. 8(2):216-225.
Risdayanti, Siska, N., & Herwin.
(2020). Aktivitas antibakteri
Ekstrak etanol Daun Patikan
Kebo (Euphorbia hirta L.).
Walafiat Hospital Journal , 23-
29.
Riany., Susilawati & Ummi. (2016).
Aktivitas Antimikroba Beberapa
Jenis Cairan Pembersih
Antibakteri Terhadap Bakteri
Tanah Di Kawasan Kampus
Universitas Jambi Mendalo.
Prosiding Semirata. 251-258.
Rohmani, S., & Kuncoro, M. A.
(2019). Uji Stabilitas dan
aktivitas Gel Handsanitizer
Ekstrak Daun Kemangi. Journal
of Pharmaceutical Science and
Research, 16-28.
Sapara., Olivia, W., dan Juliatri.
(2016). Efektivitas Antibakteri
Ekstrak Daun Pacar Air
(Impatiens Balsamina L.)
Terhadap Pertumbuhan
Porphyromonas Gingivalis.
Jurnal Ilmiah Farmasi. 4(5):10-
17.
Utami, Y., Umar, A., Syahruni, R., &
Kadullah, I. (2017). Standarisasi
Simplisia dan Ekstrak Etanol
Daun Leilem (Clerodendrum
minahassae teisjm. & Binn).
Journal of Pharmacy and
Medical Sciences, 32-39.

Anda mungkin juga menyukai