Anda di halaman 1dari 8

KEEFEKTIFAN ANTIBAKTERI SALEP GETAH BATANG

PISANG KEPOK (Musa x paradisiaca L) TERHADAP BAKTERI

Staphylococcus aureus

Nila Diah Agustin, Sugeng Wijiono

Akademi Analis Farmasi Dan Makanan Putra Indonesia Malang

jl. Barito No 5 Malang


Penulis Korespondensi : email niladiah13@gmail.com

ABSTRAK

Luka merupakan suatu kondisi yang menyebabkan kerusakan atau hilangnya sebagian jaringan
kulit maupun organ tubuh lain yang disebabkan trauma benda tajam, tumpul, dan paparan
bahan kimia tertentu. Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa getah pisang
mengandung senyawa saponin, flavonoid, dan tannin yang berfungsi sebagai antibakteri.
Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh daya antibakteri getah batang pisang kepok
dalam bentuk sediaan salep terhadap Staphylococcus aureus. Pengambilan getah batang pisang
dilakukan dengan menyayat batang pisang dan menampung getah yang keluar kedalam botol
coklat untuk menghindari getah teroksidasi. Penelitian ini dilakukan secara deskriptif dimana
tahap pertama adalah pengumpulan getah batang pisang. Tahap kedua adalah pembuatan
sediaan salep dari getah batang pisang. Tahap ketiga pengujian secara in vitro daro ekktrak
dan sediaan salep dengan bakteri Staphylococcus aureus Berdasarkan hasil penelitian dapat
disimpulkan getah batang pisang kepok mampu menghambat pertumbuhan bakteri
Staphylococcus aureus sebesar 0,866 mm dibandingkan dengan pembanding yang mempunyai
daya antibakteri sebesar 5,23 mm, sedangkan pada sediaan salep getah batang pisang hasil
penelitian tidak menunjukkan adanya zona hambat bakteri.

PENDAHULUAN penyebab lainnya. Suatu


Luka adalah suatu kondisi yang perlakuan terhadap luka sangatlah
menyebabkan kerusakan atau penting, karena jika luka yang di
hilangnya sebagian jaringan kulit, timbulkan tidak ditangani
mukosa membran, tulang atau terutama dalam hal menjaga
organ tubuh lain yang disebabkan kebersihan, luka dapat dengan
beberapa kemungkinan seperti mudah terinfeksi. Ketika luka
trauma benda tajam, benda mengalami infeksi, Luka akan
tumpul, akibat perubahan suhu menjadi kemerahan,
baik panas maupun dingin, membengkak, nyeri, dan
paparan zat kimia tertentu, akibat munculnya nanah. Infeksi dapat
ledakan, gigitan hewan maupun disebabkan oleh jamur, virus, dan
bakteri. Bakteri yang sering dan Nurul Hidayati, 2017).
menyebabkan infeksi adalah Melihat kenyataan tersebut, perlu
Staphylococcus aureus (Zukhri, adanya penelitian untuk
Saifudin dan Nurul Hidayati, menghasilkan obat-obat baru
2017). Bakteri Staphylococcus alternatif terapi antibiotik yang
aureus merupakan bakteri anaerob lebih berpotensi dan terjangkau
yang bersifat gram positif oleh masyarakat. Salah satu
berbentuk bulat berdiameter 0,7- alternatifnya dengan
1,2 μm yang tersusun seperti buah memanfaatkan bahan-bahan alam.
anggur, tidak membentuk spora Salah satu tanaman yang dapat
dan tidak bergerak (Jawetz dkk., dimanfaatkan dalam pembuatan
1995 dalam Zukhri, Saifudin dan obat, baik obat modern maupun
Nurul Hidayati, 2017). obat-obatan tradisional adalah
Staphylococcus aureus banyak tanaman pisang. Kandungan
ditemukan pada permukaan kulit metabolit sekunder getah pisang
sebagai flora normal dan banyak adalah senyawa fenol seperti
ditemui disekitar hidung, mulut, saponin, tannin, dan flavonoid
alat kelamin, dan sekitar anus yang berfungsi sebagai antibiotik
(Zukhri, Saifudin dan Nurul sehingga mengurangi resiko luka
Hidayati, 2017). Penyakit yang terkontaminasi oleh bakteri
disebabkan oleh bakteri biasanya (Yuliana dalam Adawiyah dan
ditanggulangi dengan pemberian Riyani, 2017). Getah pisang
antibiotik. Penggunaan antibiotik mampu merangsang pertumbuhan
yang kurang tepat dapat memicu sel-sel baru pada luka bakar,
terjadinya resistensi mikroba digunakan sebagai antibiotik
terhadap beberapa jenis antibiotik alami, berpengaruh dalam
(Utami, 2012). Tingkat resistensi pembentukan pembuluh darah
Staphylococcus aureus terhadap baru, mempersingkat fase
antibiotik di wilayah Asia cukup peradangan, getah pisang kepok
tinggi, di Taiwan mencapai 60%, mampu mencegah infeksi dan
Cina 20%, Filipina 5%, kemudian pembentuk jaringan ikat kolagen
Singapura 60% (Zukhri, Saifudin pada kulit (Sundari, 2015).
Melihat kenyataan bahwa bukan METODE PENELITIAN
hal mudah menemukan getah Alat dan Bahan Peralatan yang
pisang setiap kita terluka, maka digunakan adalah pisau, oven,
perlu dilakukan pengembangan autoklaf, mortar, stamper, cawan
penelitian dalam bentuk sediaan petri, timbangan analitik, tabung
farmasi untuk meningkatkan reaksi, inkubator, corong pisah,
penggunaan getah pisang. Salah batang pengaduk, aluminium foil,
satu sediaan farmasi yang cukup gelas ukur, penangas 4 air, kertas
mudah penggunaanya adalah perkamen, jangka sorong, jarum
sediaan salep. Keuntungan ose, cawan petri, laminar air flow,
sediaan salep adalah tidak blue tip, enlermeyer. Bahan yang
mengiritasi kulit, memiliki daya diperlukan dalam penelitian ini
lekat dan distribusi yang baik adalah aqua destilata, etanol 70%,
pada kulit, tidak menghambat getah batang pisang, bakteri
pertukaran gas dan produksi Stapphylococcus aureus, vaselin
keringat sehingga efektifitasnya putih, cera alba, Stearyl alkohol,
lebih lama (Voigt, 1984 dalam oleum coccos , NaCl, Media
Lestari, 2017). Berdasarkan MSA. Pengumpulan Data
uraian diatas prlu dilakukan Determinasi Tanaman
penelitian mengenai apakah getah Determinasi tanaman dilakukan di
batang pisang kepok dalam Materia Media Batu (MMB).
bentuk sediaan salep juga efektif Pengambilan Getah Pisang Getah
dalam menghambat pertumbuhan pisang diambil pada bagian
bakteri masih perlu di teliti oleh batang semu pisang dengan cara
karena itu penulis bermaksud diiris menggunakan pisau. getah
membuat dan meneliti suatu pisang diambil dari tanaman
sediaan berupa salep yang pisang berumur kurang dari 1
mengandung getah batang pisang tahun (kurang lebih 6 bulan).
kepok untuk diuji daya Getah pisang yang mengalir
antibakterinya terhadap ditampung dalam wadah bersih.
Staphylococcus aureus. Jika getah mulai tidah keluar,
tekan bagian batang semu di area
lain supaya getah keluar kembali bakteri Staphylococcus aureus
(Pangestika, 2017). jika dibandingkan dengan getah
batang pisang kepok mampu
menghambat pertumbuhan bakteri
PEMBAHASAN Staphylococcus aureus, rata-rata
Salep getah batang pisang kepok diameter daerah hambat yang
merupakan salep absorbansi dibentuk oleh kelompok
dimana formulasi yang dipilih perlakuan pembanding terhadap
adalah yang dapat menyerap air bakteri Staphylococcus aureus
dikarenakan getah batang pisang sebesar 5,23 mm. Sedangkan rata-
dalam bentuk cair. Pada uji rata diameter daerah hambat yang
organoleptis menghasilkan salep dibentuk oleh getah batang pisang
dengan bau khas vaseline dengan kepok adalah 0,866 mm.
bau sedikit tengik saat Berdasarkan hasil pada tabel 4.3
penyimpanan lebih dari dua hari. tersebut terlihat bahwa getah
Hal ini disebabkan karena minyak batang pisang kepok mempunyai
(Oleum coccos) yang di pengaruh dalam menghambat
campurkan mengalami oksidasi pertumbuhan bakteri.
ketika proses peleburan salep. Kemampuan ini disebabkan
Pengujian yang dilakukan pada karena kandungan senyawa aktif
salep getah batang pisang kepok yang terdapat pada getah batang
terhadap Staphylococcus aureus pisang. Berdasarkan penelitian
menggunakan metode difusi sebelumnya menyatakan getah
sumuran, salep getah batang batang pisang mengandung
pisang kepok tidak efektif untuk flavonoid, saponin, dan tanin
digunakan antibakteri. Hal ini yang berfungsi sebagai antibakteri
dibuktikan dengan terbentuknya (Ningsih dkk., 2013). Kandungan
zona bening di sekitar sumuran. tanin dalam getah batang pisang
Pada kelompok perlakukan mempunyai aktivitas antibakteri
pembanding memiliki pengaruh melalui aksi molekulernya yaitu
paling besar terhadap membentuk kompleks dengan
penghambatan pertumbuhan protein melalui ikatan hidrogen
dan ikatan hidrofobik (Cowan rusak seperti flavonoid, tannin
1999 dalam Tristiyanto, 2009). dan fenol yang dapat mengalami
Kandungan senyawa saponin kerusakan pada suhu diatas 500C
dalam tanaman diketahui (Handayani dan Sriherfyna,
memiliki efek antimikroba dan 2016). Dalam pembuatan sediaan
menghambat jamur salep dibutuhkan pemanasan yang
(Perdana,2013). Jumlah saponin cukup untuk dapat melebur
terdapat dalam getah batang seluruh bahan salep yaitu antara
pisang lebih banyak dibandingkan 500 C – 600 C . Selama proses
flavonoid dan tannin. Perlakuan peleburan ini dimungkinkan
pembanding memiliki zona bebas senyawa zat aktif sebagai
bakteri lebih besar dibandingkan antibakteri ikut teroksidasi. Selain
getah batang pisang. Hal ini proses pemanasan bisa juga
disebabkan karena kandungan karena proses penyimpanan yang
povidone iodine di dalam sediaan. kurang tepat , karena pada saat
Povidone iodine yang terkandung pembuatan sediaan salep getah
dalam salep sebanyak 10%. telah berubah warna coklat karena
Sedangkan salep getah batang proses oksidasi. Tidak adanya
pisang kepok tidak menunjukkan zona bening yang terbentuk pada
adanya hambatan zona bebas media dapat dilihat pada tabel 4.3
bakteri di sajikan pada tabel 4.5 dikarenakan getah yang
dan lampiran 2. Hal ini digunakan adalah getah segar.
disebabkan senyawa fenol yang Menurut Hastari (2013) untuk
dimiliki getah batang pisang segar memperoleh getah batang pisang
sangat mudah teroksidasi oleh dilakukan ekstraksi menggunakan
udara dan sinar matahari dengan etanol 96% dengan proses
ditandai perubahan dari warna dimaserasi. Pada konsentrasi 25
putih keruh menjadi warna coklat. % ekstrak getah batang pisang
Selain itu proses pemanasan menunjukkan jumlah koloni
selama pembuatan sediaan salep bakteri mengalami penurunan
dimungkinkan kandungan pertumbuhan yakni 5 koloni jika
metabolit sekunder tertentu dapat dibandingkan dengan konsentrasi
6,25 % dan 12,5 % . Pada (Ningsih, 2013). Pernyataan
penelitian ini pembuatan getah tersebut dikuatkan oleh penelitian
batang pisang yang digunakan sebelumnya, semakin banyak
getah segar. Sehingga masih konsentrasi atau jumlah
terdapat berbagai senyawa lain mikroorganisme yang ada maka
seperti air dan sebagainya semakin banyak pula waktu yang
terkandung pada getah batang dibutuhkan untuk membunuh
pisang yang berpengaruh dalam bakteri. Tingginya konsentrasi
proses penghambatan suspensi bakteri kemungkinan
pertumbuhan bakteri. Beberapa juga mempengaruhi kinerja zat
penelitian mengenai aktivitas aktif antibakteri dalam getah
antibakteri dari suatu zat terhadap batang pisang kepok tersebut
bakteri tertentu biasanya (Pelczar 1988 dalam Ningsih,
dilakukan pengenceran terlebih 2013).
dahulu hinga mencapai
konsentrasi bakteri 105 dan 106

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian bahwa getah batang pisang kepok mampu
menghambat pertumbuhan bakteri 0,866 mm, salep getah batang pisang tidak
mempunyai daya antibakteri, dan perlakuan pembanding mampu menghambat
pertumbuhan bakteri sebesar 5,23 mm. Melihat kefektifan antibakteri salep getah
batang pisang kepok (Musa x paradiciaca L.) terhadap bakteri S.aureus maka
salep getah batang pisang kepok kurang efektif digunakan sebagai antibakteri
S.aureus.

UCAPAN TERIMAKASIH
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Balai Materia Medika Batu (MMB) dan
kepada AKAFARMA yang telah menyediakan sarana sehingga penelitian dapat
terlaksana dengan baik.
DAFTAR RUJUKAN
Ansel HC. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi IV. Alih bahasa :
Farida Ibrahim. UI Press : Jakarta : 390-395, 594-600.

Dessy, T. 2014. Frekuensi β- Lactamase Hasil


Staphylococcus aureus Secara Iodometri. Laboratorium
Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. Journal
Gradien, 10(2), pp. 992–995.

Fatimah, Yuliana. 2017. Pengaruh Basis Salep Terhadap Sifat Fisik Sediaan
Salep Ekstrak Etanolik Bonggol Pisang Ambon (Musa Paradisiaca
var. sapientum L.) Sebagai Penyembuhan Luka Pada Tikus.
Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Friedman, D. .2004. Pseudotumor cerebri’, Neurologic Clinics, pp. 99–131.


doi: 10.1016/S0733-
8619(03)00096-3.

Harmiansyah, J. ; A. Y. dan M. P. A.


. 2014. Efektivitas Penambahan Getah Pelepah Pisang
Kepok ( Musa mcuminata balbisianacolla ) pada
Pigmen Kunyit ( Curcuma domestica
valet ) untuk Mengatasi Kelunturan Kain.
Jurnal Fisika, 4(1), pp. 53–56.

Hastari, Rizka. 2012. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Pelepah dan Batang
Tanaman Pisang Ambon (Musa Paradisiaca var sapientum) Terhadap
Staphylococcus aureus.
Karya Tulis Ilmiah. Universitas Diponegoro.

Hidayati, Iin. 2014. Pengaruh Antibakterial Dari


Ekstrak Daun Dadap Serep
(Erythrina lithosperma) Terhadap Staphylococcus
aureus.Karya Tulis Ilmiah.Akademi Farmasi
Putra Indonesia. Malang

Irwansyah, Rachmad Gusti. 2012. Uji Daya Anti Mikroba Getah Pisang (Musa
Paradisiaca) Terhadap pertumbuhan Bakteri Staphylococcus
a ureus In Vitro. Karya Tulis Akhir. Universitas
Muhammadiyah. Malang.

Lestari dkk., 2017. Evaluasi Mutu Fisik Salep Dengan Bahan Aktif Temugiring,
Kencur Dan Kunyit. Jurnal Kebidanan Dan Kesehatan Tradisional.
Vol .2. No.1. Halaman (1-59)

Munawar dkk., 2016. Uji Ekstrak Pelepah Tanaman Pisang Raja (Musa
Paradisiaca Var. Raja) terhadap Zona Hambat

Anda mungkin juga menyukai