Anda di halaman 1dari 12

JURNAL BIOMEDIKA Available online at

J. Biomedika http://ejurnal.setiabudi.ac.id/ojs/index.php/biomedika
Volume 12, No. 02, September 2019 P-ISSN : 1979 - 035X & E-ISSN : 2302 - 1306

Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanolik Kayu Secang


(Caesalpinia sappan L.) terhadap Staphylococcus aureus

Antibacterial Activity Test of Secang Wood (Caesalpinia sappan L.)


Ethanolic Extract against Staphylococcus aureus

Diah Mukti Cahyaningtyas1, Nony Puspawati1 dan Rinda Binugraheni*2


1
Program Studi D4 Analis Kesehatan
2
Program Studi D3 Analis Kesehatan
Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Setia Budi Surakarta,
Jl. Let. Jend. Sutoyo, Mojosongo, Surakarta, 57127, Jawa Tengah, Indonesia
*Corresponding author: rinda.binugraheni@gmail.com

Received: Agustus 24, 2019; Revise: October 23., 2019; Accepted: November 8, 2019
DOI : https://doi.org/10.31001/biomedika.v12i2.614

ABSTRAK
Infeksi piogenik merupakan infeksi yang ditandai dengan terjadinya peradangan lokal yang
parah disertai nanah (pus) dan umumnya disebabkan oleh kuman piogenik, salah satu yang paling umum
adalah Staphylococcus aureus. Salah satu tanaman yang banyak dimanfaatkan sebagai bahan obat
tradisional dan sebagai antibakteri adalah tanaman secang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
aktivitas antibakteri ekstrak etanolik kayu secang (Caesalpinia sappan L.) terhadap Staphylococcus
aureusisolat laboratorium dan isolat pus pasien dan mengetahui perbedaan daya hambat antara kedua
bakteri tersebut. Serbuk kayu secang sebanyak 300 gram diekstraksi dengan metode maserasi
menggunakan pelarut etanol 70% (1:10). Maserat digunakan untuk uji aktivitas antibakteri terhadap
Staphylococcus aureusisolat laboratorium dan isolat pus pasien Rumah Sakit menggunakan metode difusi
dan dilusi. Hasil uji difusi kemudian dianalisis menggunakan uji Anova dua arah.Hasil penelitian
menunjukkan ekstrak etanolik kayu secang mempunyai aktivitas antibakteri. Hasil metode dilusi
menunjukkan nilai KBM pada konsentrasi 3% untuk Staphylococcus aureusisolat laboratorium dan
konsentrasi 4% untuk Staphylococcus aureus isolat pus pasien. Analisis statistik hasil uji difusi
menunjukkan konsentrasi paling baik dalam menghambat pertumbuhan kedua bakteri tersebut adalah
konsentrasi 25% dan kesensitifan Staphylococcus aureusisolat laboratorium dan isolat pus pasien
terhadap ekstrak adalah sama.
Kata kunci: antibakteri; ekstrak etanolik kayu secang;Staphylococcus aureus

ABSTRACT
Piogenic infection is an infection characterized by the occurrence of severe local inflammation
with pus formation (pus). Generally caused by piogenic germs, one of the most common is
Staphylococcus aureus. One of the plants used as an ingredient in traditional medicine and used as an
anti-bacterial is a secang plant. This study aims to determine the anti-bacterial activity of ethanolic
extract of secang wood (Caesalpinia sappan L.) on pure cultivation Staphylococcus aureus Laboratory
and isolates pus Hospital patients and find out the difference in inhibition between the two bacterias.300
grams of secang wood powder was extracted by maceration method using 70% ethanol (1:10). Maserate
was used to test the anti-bacterial activity of Staphylococcus aureus from pure cultivation laboratory and
isolates of pus patients in hospital using diffusion and dilution methods. Then, the results of the diffusion
test were analyzed using a two-way Anova test.The results of the study showed that ethanolic extracts of
wood have anti-bacterial activity. Result of dilution method showed the value of KBM at a concentration
of 3% for Staphylococcus aureus cultivation Laboratory and a concentration of 4% for Staphylococcus
aureus isolates pus patients of the Hospital. The statistical analysis of diffusion test results showed that
the best concentration in inhibiting the growth of these two bacterias were the concentration of 25% and
the sensitivity of Staphylococcus aureus from Laboratory pure cultivation and the Pus patients isolate of
the Hospital toward extracts were the same.
Key word:anti-bacterial; ethanolic extract of secang wood; Staphylococcus aureus

"Jurnal Biomedika" is an open access article under the CC BY-SA license


https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/
206 | Cahyaningtyas, D.M., et. al. Jurnal Biomedika 12 (2): 205-216, September 2019

PENDAHULUAN disebabkan oleh Staphylococcus


Infeksi piogenik ditandai dengan aureusnamun pada beberapa kasus telah
terjadinya peradangan lokal yang parah ditemukan beberapa strain Staphylococcus
dan pembentukan nanah (pus). Infeksi ini aureus yang resisten terhadap antibiotik
umumnya disebabkan oleh salah satu seperti Methicillin-Resistan
kuman piogenik. Kuman piogenik yang Staphylococcus areus (MRSA). Di
paling umum adalah Staphylococcus Indonesia pada tahun 2010 proporsi
epidermidis, Staphylococcus aureus, MRSA diperkirakan 28% (Chen dan
Streptococcus pyogenes, Streptococcus Huang, 2014). Pemanfaatan bahan alami
pneumonia, Escherichia coli, Klebsiella dapat digunakan sebagai alternatif
pneumonia, Pseudomonas aeruginosa, pengobatan tradisional, salah satunya yaitu
Neisseria gonorrhoeae, Salmonella typhi, menggunakan tanaman obat (Artanti dan
Mycobacterium tuberculosis (Singh et al., Fatimah, 2017).
2013). Indonesia merupakan negara yang
Infeksi piogenik salah satu kaya akan berbagai jenis tanaman yang
penyebab adalah bakteri Staphylococcus dapat dimanfaatkan sebagai bahan obat-
aureus. Bakteri ini paling sering obatan, diantaranya sebagai obat
menyebabkan sakit pada kulit dan jaringan tradisional, herbal dan jamu. Salah satu
superfisial, seperti luka bakar, pustule, tanaman yang banyak dimanfaatkan
koreng, abses, dan infeksi karena sebagai bahan obat tradisional adalah
kecelakaan dan infeksi sesudah menjalani tanaman secang. Bagian tanaman secang
operasi. Staphylococcus aureus dalam (Caesalpinia sappan L.) yang sering
jumlah kecil merupakan flora normal pada dimanfaatkan sebagai bahan obat
kulit, tenggorokan, mulut, dan hidung tradisional adalah kayu dalam potongan-
manusia (Iskamto, 2009). potongan atau serutan kayu. Kayu secang
Berdasarkan hasil penelitian sebagai minuman herbal digunakan untuk
Nurmala et al (2015), didapatkan bahwa antimikroba, pengobatan darah kotor,
terdapat 21 jenis bakteri dari seluruh antitumor, antivirus, antikoagulan,
sampel yang Pus diperiksa dan diantaranya antidiabetik, dan sebagai antiinflamasi
didapatkan Staphylococcus aureus (0,9%). (Kusuma, 2007). Berdasarkan penelitian
Resistensi terjadi pada bakteri-bakteri Sa’diah et al (2013), ekstrak secang yang
yang ditemukan pada spesimen pus berasal dari Semarang setelah diformulasi
tersebut terhadap 40 jenis antibiotik dari menjadi krim efektif sebagai obat anti
46 antibiotik yang diperiksa. Sampel pus jerawat yang disebabkan oleh bakteri
tersebut berasal RSU dr. Soedarso Propionibacterium acnes.
Pontianak yang diperiksa di Unit Berdasarkan penelitian Kusmiati et
Laboratorium Kesehatan Provinsi al (2014), hasil analisis kandungan
Kalimantan Barat tahun 2011-2013. senyawa kimia ekstrak kayu secang
Bahaya resistensi antibiotik saat ini (Caesalpinia sappan L.) menggunakan
telah menjadi masalah kesehatan dunia Kromatografi Gas-Spektrofotometri Massa
yang serius.Antibiotik biasanya digunakan (KG-SM) menunjukkan bahwa ekstrak
untuk mengobati penyakit infeksi yang kayu secang mengandung senyawa fenol
dan asam lemak yang bersifat sebagai
Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanolik Kayu Secang … Cahyaningtyas, D.M., et. al. | 207

antibakteri. Hasil penelitian Kumala et al. citrat, xylen, etanol 70%, DMSO 2%,
(2009) menunjukkan bahwa air rebusan spirtus, minyak imersi, cat Gram A (kristal
kayu secang mampu menurunkan jumlah violet), Gram B (lugol iodine), Gram C
koloni pada cairan intraperitonium mencit (alkohol-aceton), Gram D (safranin),
yang diinfeksi Escherichia coli. Ciprofloxacin, larutan pengencer berupa
Berdasarkan penelitian-penelitian NaCl 0,9%.
yang terdahulu, sudah banyak dilakukan Penelitian ini menggunakan serutan
penelitian mengenai khasiat Ekstrak kayu kayu secang (Caesalpinia sappan L.) yang
secang (Caesalpinia sappan L.), namun berasal dari Pedagang di Pasar Gede
sampai sekarang belum ada penelitian Surakarta, Jawa Tengah. Bakteri uji yang
tentang khasiat Ekstrak kayu secang digunakan adalah Staphylococcus aureus
(Caesalpinia sappan L.) terhadap ATCC 25923 dari isolat Laboratorium
Staphylococcus aureus dari isolat pus Mikrobiologi Universitas Setia Budi
pasien maupun isolat laboratorium Surakarta dan isolat pus pasien Rumah
kaitannya dengan resitensi antibiotik. Sakit di Surakarta.
Penelitian ini ingin mengetahui aktivitas
antibakteri ekstrak etanolik kayu secang Prosedur Penelitian
(Caesalpinia sappan L.) terhadap Pembuatan Ekstrak Etanolik Kayu
Staphylococcus aureus yang bersumber Secang (Caesalpinia sappan L.)
dari isolat laboratorium dan pus pasien Serbuk kayu secang diekstraksi
Rumah Sakit di Surakarta untuk dengan metode maserasi dengan
mengetahui apakah ada perbedaan perbandingan serbuk dan pelarut yaitu
aktivitas antibakteri ekstrak etanolik kayu 1:10. Serbuk kayu secang ditimbang
secang (Caesalpinia sappan L.) terhadap sebanyak 300 gram kemudian dimasukkan
kedua sumber sampel tersebut. dalam botol reagen coklat dan ditambah
3000 ml etanol 70%. Botol ditutup lalu
ekstrak direndam selama 5 hari dengan
METODE PENELITIAN beberapa kali dihomogenkan. Maserat
kemudian disaring dengan menggunakan
Alat dan Bahan Penelitian kain flanel dan kertas saring. Filtrat yang
Alat yang digunakan adalah oven, didapatkan kemudian dipekatkan dengan
ayakan 40 mesh, neraca analitik, klem, alat ratory evaporator hingga terbentuk
statif, rangkaian alat Bidwell-sterling, ekstrak kental.
ratory evaporator, pembakar spirtus,
jarum oshe, autoclave, inkubator, kapas Uji Fitokimia Ekstrak Etanolik Kayu
lidi steril, mikroskop. Secang (Caesalpinia sappan L.)
Bahan yang digunakan adalah Uji fitokimia ekstrak etanolik kayu
ekstrak etanolik kayu secang, media NA secang menggunakan reaksi tabung.
(Nutrient Agar), media BHI (Brain Heart Golongan senyawa yang diuji meliputi
Infusion), media VJA (Vogel Johnson flavonoid, saponin, alkaloid, tanin dan
Agar), media MHA (Muller Hinton Agar), fenolik.
kalium telurit, larutan H2O2 3%, plasma Identifikasi flavonoid diuji dengan
cara ekstrak sebanyak 1 ml ditambahkan
208 | Cahyaningtyas, D.M., et. al. Jurnal Biomedika 12 (2): 205-216, September 2019

serbuk magnesium (Mg) secukupnya pengecatan Gram. Preparat yang telah


kemudian ditambah 10 tetes larutan HCl mongering kemudian diamati dibawah
pekat. Diamati terbentuknya warna hitam mikroskop dengan perbesaran 1000
kemerahan, kuning atau jingga indikasi kali.
adanya flavonoid (Endarini, 2016). 3. Uji Katalase
Identifikasi saponin diuji dengan Koloni yang tumbuh berwarna hitam
cara ekstrak ditambah 10 ml air panas lalu pada media VJA diambil
ditambah HCL 1% kemudian dikocok kuat menggunakan jarum oshe dan
selama 10 detik. Diamati terbentuknya diletakkan di atas obyek glass lalu
busa stabil indikasi adanya saponin diteteskan larutan H2O2 3%. Hasil
(Harborne, 1987). yang positif ditunjukkan dengan
Identifikasi tanin diuji dengan cara terbentuknya gelembung-gelembung
ekstrak sebanyak 1 ml ditambahkan 2-3 gas (Cappucino dan Sherman, 2013).
tetes larutan FeCl3 1% lalu diamati 4. Uji Koagulase
terbentuknya warna hitam kebiruan atau Plasma dipipet sebanyak 200 µl lalu
hijau indikasi adanya tanin (Endarini, dimasukkan ke dalam tabung reaksi
2016). Identifikasi alkaloid diuji dengan steril. Biakan Staphylococcus aureus
cara ekstrak ditambah 2 ml larutan HCl ditambahkan sebanyak 3 – 4 koloni
lalu dipanaskan selama 5 menit dan dan dicampurkan dengan hati-hati.
disaring. Filtrat ditambah 2-3 tetes reagen Hasil positif apabila terbentuk
Dragendorff. Hasil positif ditunjukkan gumpalan atau endapan di dasar
dengan terbentuknya endapan jingga tabung (Dewi, 2013).
(Endarini, 2016). Identifikasi fenolik diuji
dengan caraekstrak ditambah 2-3 tetes Pembuatan Suspensi Bakteri
FeCl3 1% kemudian diamati reaksi warna Koloni pada media Vogel Johnson
yang terbentuk. Hasil positif ditunjukkan Agar (VJA) kemudian diinokulasikan ke
dengan terbentuknya warna hijau, merah, media Brain Hearth Infusion (BHI).
ungu, biru, atau hitam yang kuat Tingkat kekeruhan disetarakan dengan
(Harborne, 1987). Standart Mc. Farland 1,5 x 108 cfu/ml.

Identifikasi Sampel Bakteri Uji Aktivitas Antibakteri Metode Difusi


1. Isolasi pada Media VJA (Vogel Kirby Bauer
Johnson Agar) Kertas cakram direndam dalam
Sampel Staphylococcus aureuskultur ekstrak etanolik kayu secang konsentrasi
murni Laboratorium dan isolat pus 25%, 50%, 75% dan 100% selama 2-4 jam
pasien diisolasi pada media VJA yang kemudian di letakkan di atas media MHA
telah ditetesi kalium telurit 1% yang telah diinokulasikan suspensi bakteri
sebanyak 4 tetes lalu diinkubasi pada Staphylococcus aureuskultur murni
suhu 37oC selama 24-48 jam. Laboratorium dan isolat pus pasien Rumah
2. Pengecatan Gram Sakit lalu diinkubasi pada suhu 37oC
Koloni bakteri yang tumbuh pada selama 24 jam. Percobaan dilakukan
media VJA kemudian dibuat preparat sebanyak 3 kali pengulangan. Hasil zona
di atas objek glass dan dilakukan hambat ekstral etanolik kayu secang yang
Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanolik Kayu Secang … Cahyaningtyas, D.M., et. al. | 209

terbentuk disekitar kertas cakram diukur tanin dan fenolik, sedangkan senyawa
diameternya dengan penggaris. alkaloid menunjukkan hasil negatif. Hasil
Ciprofloxacin digunakan sebagai kontrol tersebut berbeda dengan hasil penelitian
positif dan DMSO 2% digunakan sebagai Kusmiati et al (2014) yang menyebutkan
kontrol negatif. bahwa serbuk kayu secang mengandung
Uji Aktivitas Antibakteri Metode Dilusi senyawa alkaloid. Perbedaan hasil ini
Pengujian pertama aktivitas kemungkinan dapat disebabkan karena
antibakteri metode dilusi menggunakan adanya perbedaan proses pengeringan,
konsentrasi ekstrak etanolik kayu secang pengayakan, metode ekstraksi, pelarut dan
100%, 90%, 80%, 70%, 60%, 50%, 40%, metode identifikasi kandungan dalam
30%, 20%, dan 10% dengan pengencer ekstrak secang.
berupa NaCl 0,9%. Kemudian dilanjutkan
menggunakan konsentrasi ekstrak 9%, 8%, Hasil Identifikasi Staphylococcus aureus
7%, 6%, 5%, 4%, 3%, 2%, dan 1%. 1. Isolasi pada Media VJA (Vogel
Kontrol positif berupa suspensi bakteri Johnson Agar)
Staphylococcus aureus kultur murni Staphylococcus aureuskultur
Laboratorium dan isolat pus pasien Rumah laboratorium dan isolat pus pasien pada
Sakit sedangkan kontrol negatif berupa media VJA tumbuh dengan ciri koloni
ekstrak etanolik kayu secang konsentrasi bulat berwarna hitam, cembung dan
100% untuk pengujian pertama dan disekitar koloni berwarna kuning.
konsentrasi 10% untuk pengujian kedua.
Tabung-tabung tersebut kemudian
o
diinkubasi pada suhu 37 C selama 24 jam
lalu digores pada media VJA. Nilai KBM
ditentukan setelah media VJA diinkubasi
pada suhu 37oC selama 24-48 jam. Nilai
KHM pada penelitian ini tidak dapat (a) (b)
ditentukan dikarenakan ekstrak kayu Gambar 1. Hasil pertumbuhan koloni
secang yang berwarna merah orange Staphylococcus aureus pada media VJA (a)
sehingga pada tabung tidak dapat diamati Sampel Laboratorium (b) Sampel Rumah Sakit
kekeruhannya.
2. Pengecatan Gram
Analisis Data Staphylococcus aureus kultur
Data hasil uji difusi dilakukan uji murni dan isolat pus pasienpada
statistika menggunakan uji Shapiro-Wilk pengecatan Gram bersifat Gram positif
dan dilanjutkan dengan uji parametrik berwarna ungu, berbentuk bulat dan
berupa uji Two Way Anova. terlihat tersusun sendiri atau bergerombol.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil Uji Fitokimia
Hasil uji fitokimia ekstrak etanolik
kayu secang menunjukkan hasil positif
mengandung senyawa saponin, flavonoid,
210 | Cahyaningtyas, D.M., et. al. Jurnal Biomedika 12 (2): 205-216, September 2019

Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Metode


Difusi Cakram
1. Sampel Kultur Murni Laboratorium
Hasil uji aktivitas antibakteri
ekstrak etanolik kayu secang terhadap
Staphylococcus aureus dari kultur murni
Laboratorium dapat dilihat pada Gambar 5
(a) (b)
dan Tabel 1.
Gambar 2. Hasil pengecatan Gram
(a) Sampel Laboratorium (b) Sampel Rumah
Sakit

3. Uji Katalase
Staphylococcus aureuskultur murni
dan isolat pus pasien pada uji katalase Gambar 5. Hasil uji difusi cakram ekstrak
menghasilkan gelembung-gelembung gas etanolik kayu secang terhadap Staphylococcus
yang menandakan bakteri tersebut aureuskultur murni Laboratorium
menghasilkan enzim katalase.
Keterangan:
1 : Kontrol negatif (DMSO 2%)
2 : Kontrol positif (Ciprofloxacin)
3 : Ekstrak konsentrasi 25%
4 : Ekstrak konsentrasi 50%
5 : Ekstrak konsentrasi 75%
(a) (b) 6 : Ekstrak konsentrasi 100%
Gambar 3. Hasil uji katalase (a) Sampel
Laboratorium (b) Sampel Rumah Sakit Tabel 1. Hasil Uji Aktivitas Antibakteri
Staphylococcus aureus Kultur Murni
4. Uji Koagulase Diameter Rata-rata
Staphylococcus aureuskultur murni Zona Hambat Diameter
Jenis Zona
dan isolat pus pasien pada uji koagulase R1 R2 R3 Hambat
menunjukkan adanya endapan di dasar (mm)
tabung yang menandakan enzim koagulase Kontrol (+) 36 31 21 29.3
positif. Konsentrasi
30 31 22 27.7
25%
Konsentrasi
33 32 22 29
50%
Konsentrasi
29 34 23 28.7
75%
Konsentrasi
34 36 25 31.7
100%
(a) (b) Kontrol (-) 0 0 0 0
Gambar 4. Hasil uji koagulase (a) Sampel
Laboratorium (b) Sampel Rumah Sakit
Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanolik Kayu Secang … Cahyaningtyas, D.M., et. al. | 211

Berdasarkan rerata diameter zona Berdasarkan rerata diameter zona


hambat yang diperoleh dapat dinyatakan hambat yang diperoleh dapat dinyatakan
bahwa daya hambat yang dihasilkan oleh bahwa daya hambat yang dihasilkan oleh
ekstrak etanolik kayu secang terhadap ekstrak etanolik kayu secang terhadap
Staphylococcus aureus kultur murni Staphylococcus aureus isolat pus pasien
Laboratorium pada semua konsentrasi Rumah Sakit pada semua konsentrasi yaitu
yaitu konsentrasi 25%, 50%, 75% dan konsentrasi 25%, 50%, 75% dan 100%
100% adalah sangat kuat. Rerata diameter adalah sangat kuat. Rerata diameter zona
zona hambat yang dihasilkan antibiotik hambat yang dihasilkan antibiotik
Ciprofloxacin lebih kecil dibanding Ciprofloxacin adalah 24,7 mm. Hal ini
dengan rerata diameter zona hambat yang menunjukkan bahwa daya hambat yang
dihasilkan ekstrak etanolik kayu secang dihasilkan ke empat konsentrasi ekstrak
pada konsentrasi 100%. Hal ini etanolik kayu secang terhadap
menunjukkan bahwa daya hambat ekstrak Staphylococcus aureus isolat pus pasien
etanolik kayu secang konsentrasi 100% Rumah Sakit lebih kuat dari antibiotik
terhadap Staphylococcus aureus kultur Ciprofloxacin.
murni Laboratorium lebih kuat dibanding
dengan daya hambat yang dihasilkan Tabel 2. Hasil Uji Aktivitas Antibakteri
antibiotik Ciprofloxacin Staphylococcus aureus pus pasien
2. Sampel Isolat Pus Pasien Rumah Sakit Diameter Zona Rata-
Hasil uji aktivitas antibakteri Hambat rata
Diameter
ekstrak etanolik kayu secang terhadap Jenis
Zona
Staphylococcus aureus dari isolat pus R1 R2 R3
Hambat
pasien dapat dilihat pada Gambar 6 dan (mm)
Tabel 2. Kontrol (+) 27 25 22 24.7
Konsentrasi
32 31 23 28.7
25%
Konsentrasi
35 31 25 30.3
50%
Konsentrasi
35 33 23 30.3
75%
Konsentrasi
37 34 26 32.3
100%
Kontrol (-) 0 0 0 0

Gambar 6. Hasil uji difusi cakram ekstrak Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Metode
etanolik kayu secang terhadap Staphylococcus Dilusi
aureus isolat pus pasien Rumah Sakit
1. Sampel isolat Laboratorium
Keterangan:
Hasil uji dilusi ekstrak etanolik
1 : Kontrol negatif (DMSO 2%)
2 : Kontrol positif (Ciprofloxacin) kayu secang terhadap Staphylococcus
3 : Ekstrak konsentrasi 25% aureus isolat Laboratoriumdapat dilihat
4 : Ekstrak konsentrasi 50% pada Gambar 7 dan Tabel 3.
5 : Ekstrak konsentrasi 75%
6 : Ekstrak konsentrasi 100%
212 | Cahyaningtyas, D.M., et. al. Jurnal Biomedika 12 (2): 205-216, September 2019

Keterangan:
Negatif (-) →tidak ada pertumbuhan bakteri
Positif (+) → ada pertumbuhan bakteri

Hasil uji dilusi ekstrak etanolik


kayu secang terhadap Staphylococcus
(a) (b) aureus kultur murni terdapat pertumbuhan
Gambar 7. Hasil uji dilusi ekstrak etanolik koloni pada media VJA pada konsentrasi
kayu secang terhadap Staphylococcus ekstrak 1% dan 2% sehingga nilai
aureuskultur murni Laboratorium KBMnya adalah pada konsentrasi 3%.

Keterangan: (a) Ekstrak konsentrasi 100%


sampai 10%: (1) Kontrol positif (2) Kontrol 2. Sampel Isolat Pus Pasien Rumah Sakit
negatif, (3,4,5,6,7,8,9,10,11,12) berturut turut
Hasil uji dilusi ekstrak etanolik
Ekstrak konsentrasi 100%, 90%,80%,70%,
kayu secang terhadap Staphylococcus
60%, 50%, 40%, 30%, 20%, dan 10%.
aureusisolat pus pasien Rumah Sakitdapat
Keterangan (b) Ekstrak konsentrasi 9% sampai
1%: (1) : Kontrol positif(2) : Kontrol negatif, dilihat pada Gambar 8 dan Tabel 4.
(3,4,5,6,7,8,9,10,11,12) berturut turut ekstrak
konsentrasi 9%,8%,7%,6%, 5%,4%, 3%, 2%,
dan 1%.

Tabel 3. Hasil Uji Dilusi Ekstrak Etanolik


Kayu Secang terhadap Staphylococcus aureus
Kultur Murni Laboratorium
Konsentrasi Hasil Konsentrasi Hasil (a) (b)
Kontrol Kontrol
- -
negatif negatif Gambar 8. Hasil uji dilusi ekstrak etanolik
100% - 9% - kayu secang terhadap Staphylococcus aureus
isolat pus pasien Rumah Sakit
90% - 8% - Keterangan (a) Ekstrak konsentrasi 100%
80% - 7% - sampai 10%: (1) Kontrol positif (2) Kontrol
negatif, (3,4,5,6,7,8,9,10,11,12) berturut turut
70% - 6% - Ekstrak konsentrasi 100%, 90%,80%,70%,
60% - 5% - 60%, 50%, 40%, 30%, 20%, dan 10%.
Keterangan (b) Ekstrak konsentrasi 9% sampai
50% - 4% - 1%: (1) : Kontrol positif (2) : Kontrol negatif,
(3,4,5,6,7,8,9,10,11,12) berturut turut ekstrak
40% - 3% -
konsentrasi 9%,8%,7%,6%, 5%,4%, 3%, 2%,
30% - 2% + dan 1%.
20% - 1% +
Hasil uji dilusi ekstrak etanolik
Kontrol
10% - + kayu secang terhadap Staphylococcus
positif
Kontrol aureus isolat pus pasien terdapat
+
positif pertumbuhan koloni pada media VJA pada
Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanolik Kayu Secang … Cahyaningtyas, D.M., et. al. | 213

konsentrasi ekstrak 1%, 2% dan 3% 50% - 4% -


sehingga nilai KBMnya adalah pada
konsentrasi 4%. 40% - 3% +
Staphylococcus aureus merupakan 30% - 2% +
bakteri gram positif berdiameter 0,7 – 1,2
20% - 1% +
µm, berbentuk bulat, tersusun secara tidak
Kontrol
teratur menyerupai buah anggur, tidak 10% -
positif
+
bergerak, bersifat fakultatif anaerob, dan Kontrol
+
tidak membentuk spora. Staphylococcus positif
aureus yang patogen bersifat invasif, Keterangan:
membentuk koagulase, mencairkan Negatif (-) → tidak ada pertumbuhan bakteri
gelatin, menyebabkan hemolisis, Positif (+) → ada pertumbuhan bakteri
membentuk pigmen kuning emas, dan
mampu memfermentasi manitol Berdasarkan hasil penelitian yang
(Kuswiyanto, 2018). Staphylococcus telah dilakukan menunjukkan bahwa
aureus paling sering menyebabkan sakit ekstrak etanolik kayu secang (Caesalpinia
pada kulit dan jaringan superfisial, seperti sappan L.) memiliki aktivitas antibakteri
luka bakar, pustula, koreng, abses, dan terhadap Staphylococcus aureus dengan
infeksi karena kecelakaan dan infeksi melihat adanya zona hambat yang
sesudah menjalani operasi (Iskamto, terbentuk pada uji difusi. Pengujian
2009). Patogenitas bakteri ini sering ekstrak etanolik kayu secang menunjukkan
dihubungkan dengan infeksi luka rerata zona hambat terbesar terhadap
bernanah, yang merupakan penyebab Staphylococcus aureus kultur murni pada
utama kasus piemia. Infeksi serius dari konsentrasi 100% yaitu sebesar 31,7 mm,
bakteri Staphylococcus aureus dapat sedangkan pada Staphylococcus aureus
berupa pneumonia, mastitis, meningitis, isolat pus pasien pada konsentrasi 100%
dan infeksi saluran kemih (Kuswiyanto, yaitu sebesar 32,3 mm. Hasil difusi ekstrak
2018). etanolik kayu secang terhadap kedua jenis
bakteri menunjukkan daya hambat yang
Tabel 4. Hasil Uji Dilusi Ekstrak Etanolik lebih besar dari daya hambat kontrol
Kayu Secang terhadap Staphylococcus aureus positif antibiotik Ciprofloxacin, yang
Isolat Pus Pasien Rumah Sakit menandakan bahwa ekstrak kayu secang
Konsentrasi Hasil Konsentrasi Hasil sangat baik dalam menghambat kedua
Kontrol Kontrol jenis bakteri tersebut terutama yang
- - bersumber dari isolat pus pasien Rumah
negatif negatif
100% - 9% - Sakit. Hal ini sejalan dengan penelitian
Silviani dan Handayani (2017) yang
90% - 8% -
menyimpulkan bahwa kombinasi rebusan
80% - 7% - kayu secang (Caesalpinia sappan L.) dan
madu mampu menghambat pertumbuhan
70% - 6% -
bakteri Staphylococcus aureus dengan
60% - 5% - kombinasi optimal 6:2.
214 | Cahyaningtyas, D.M., et. al. Jurnal Biomedika 12 (2): 205-216, September 2019

Hasil uji dilusi menunjukkan sensitif terhadap ekstrak. Hasil uji


ekstrak etanolik kayu secang konsentrasi normalitas Shapiro-wilk menunjukkan
100%, 90%, 80%, 70%, 60%, 50%, 40%, nilai signifikansi kedua data uji difusi
30%, 20%, dan 10% terhadap adalah lebih besar dari 0,05 (Ho diterima)
Staphylococcus aureus kultur murni yang berarti bahwa data terdistribusi
Laboratorium dan isolat pus pasien Rumah normal. Hasil uji parametrik menunjukkan
Sakit pada media VJA tidak ditemukan konsentrasi ekstrak etanolik kayu secang
pertumbuhan koloni bakteri, hal ini berarti yang paling efektif dalam menghambat
bahwa pada konsentrasi-konsentrasi pertumbuhan Staphylococcus aureus
tersebut ekstrak etanolik kayu secang kultur murni dan isolat pus pasien adalah
masih mampu membunuh Staphylococcus konsentrasi 25% serta aktivitas antibakteri
aureus kultur murni dan isolat pus pasien. ekstrak etanolik kayu secang konsentrasi
Berdasarkan hasil uji dilusi diatas 25% terhadap Staphylococcus aureus
diketahui bahwa Staphylococcus aureus kultur murni dan isolat pus pasien adalah
isolat pus pasien memiliki nilai KBM yang sama.
lebih tinggi dibanding dengan nilai KBM Ekstrak etanolik kayu secang
pada Staphylococcus aureus kultur murni, mempunyai aktivitas antibakteri karena
namun perbedaan nilai KBM dari kedua mempunyai senyawa metabolit sekunder
jenis bakteri tersebut tidaklah berbeda jauh yaitu flavonoid, fenolik, tanin dan saponin.
sehingga dapat dikatakan bahwa Flavonoid sebagai antibakteri dapat
kemampuan ekstrak etanolik kayu secang menimbulkan denaturasi protein yang
dalam menghambat pertumbuhan terdapat pada dinding sel sehingga dapat
Staphylococcus aureus kultur murni dan merusak susunan dan merubah mekanisme
isolat pus pasien adalah sama baiknya. permeabilitas dari mikrosom, lisosom dan
Menurut penelitian Sunraini dan Enlita dinding sel (Erianti et al, 2015). Fenolik
(2015) ekstrak kayu secang (Caesalpinia pada kayu secang menghambat
sappan L.) dengan metode dilusi juga pertumbuhan bakteri dengan cara
mampu menghambat pertumbuhan jamur menginaktivasi enzim seluler yang
Candida albicans dengan memiliki nilai dipengaruhi oleh kemampuannya dalam
KBM pada konsentrasi 80%. melakukan penetrasi ke dalam sel atau
Data hasil uji difusi dilakukan uji disebabkan oleh adanya perubahan
statistika menggunakan uji Shapiro- permeabilitas membran sel akibat
Wilksebagai uji normalitas kemudian bergabungnya senyawa antibakteri dengan
dilanjutkan dengan uji parametrik berupa membran sel, hal ini menyebabkan
uji Two Way Anova dan dilanjutkan kerusakan fungsi integritas membran
dengan uji Post Hoc dan uji One Way sitoplasma, makromolekul dan ion sel
Anova. Uji statistika ini dilakukan untuk keluar, kemudian disorientasi komponen-
mengetahui konsentrasi ektrak etanolik komponen lipoprotein serta mencegah
kayu secang yang paling efektif dalam berfungsinya membran sebagai pelindung
menghambat pertumbuhan Staphylococcus terhadap tekanan osmotik (Jawetz, 2001).
aureus kultur murni dan isolat pus pasien Tanin mempunyai kemampuan sebagai
serta untuk mengetahui dari kedua jenis antimikroba diduga karena tanin akan
bakteri tersebut manakah yang lebih membentuk kompleks dengan enzim
Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanolik Kayu Secang … Cahyaningtyas, D.M., et. al. | 215

ekstraseluler yang dihasilkan oleh patogen antibakteri terhadap Staphylococcus


atau dengan mengganggu proses aureus.Konsentrasi ekstrak etanolik kayu
metabolisme patogen tersebut (Cordoves secang (Caesalpinia sappan L.) yang
et al, 2001). Saponin mempunyai paling efektif dalam menghambat
kemampuan sebagai antibakteri dengan Staphylococcus aureusisolat Laboratorium
cara menurunkan tegangan permukaan dan isolat pus pasien Rumah Sakit adalah
sehingga mengakibatkan naiknya pada konsentrasi 25%. Nilai KBM ekstrak
permeabilitas atau kebocoran sel dan etanolik kayu secang (Caesalpinia sappan
mengakibatkan senyawa intraseluler akan L.) terhadap Staphylococcus aureusisolat
keluar (Nuria et al, 2009). Saponin dapat Laboratorium adalah konsentrasi 3% dan
berdifusi melalui membran luar dan Staphylococcus aureus isolat pus pasien
dinding sel yang rentan, lalu mengikat Rumah Sakit adalah konsentrasi 4%.
membran sitoplasma serta mengganggu Bakteri Staphylococcus aureusisolate
dan mengurangi kestabilannya. Hal ini Laboratorium dan isolat pus pasien Rumah
menyebabkan sitoplasma bocor keluar sel Sakit memiliki kesensitifan yang sama
yang mengakibatkan kematian sel. Agen terhadap ekstrak etanolik kayu secang
antimikroba yang mengganggu membran (Caesalpinia sappan L.).
sitoplasma bersifat bakteriosida (Lorent et
al, 2014).
DAFTAR PUSTAKA
Penelitian ini bakteri uji pada
penelitian ini hanya menggunakan Artanti, D., dan Fatimah, S. 2017. Efektivitas
Staphylococcus aureus dari 1 sumber Perasan Daun Keji Beling (Sericocalyx
crispus Linn) Dalam Menghambat
sampel pus dan belum mewakili Pertumbuhan Staphylococcus aureus. The
Staphylococcus aureus dari isolat pus yang Journal Of Muhammadiyah Medical
mengalami resistensi sehingga perlu Laboratory Technologist, 2(1), 78–83.
http://dx.doi.org/10.30651/jmlt.v1i1.1012
dilakukan penelitian lebih lanjut uji Cappucino, J.G. dan N. Sherman. 2013. Manual
aktivitas antibakteri ekstrak etanolik kayu Laboratorium Mikrobiologi, terjemahan oleh
Nur Miftahurahmah. Jakarta: Penerbit EGC.
secang terhadap bakteri Methicillin-
Chen C. J., dan Huang,Y. C.. 2014. New
Resistant Staphylococcus aureus (MRSA). epidemiology of Staphylococcus aureus
Hasil yang diperoleh pada penelitian ini infection in Asia. Clin Microbiol Infect,
20(7), 605-606.
menunjukkan ekstrak etanolik kayu secang https://doi.org/10.1111/1469-0691.12705
memiliki kemampuan sebagai antibakteri Cordoves, C.G., Bartolome B., Vieira W., dan
sehingga perlu dilakukan penelitian lebih Virador VM. 2001. Effects of Wine
Phenolics and Sorghum Tanins on
lanjut terhadap ekstrak etanolik kayu Tyrosinase Activity and Growth of
secang (Caesalpinia sappan L.) untuk Melanoma Cells. J Agric Food Chem, 49:
1620-1624. https://doi.org/10.1021/jf00111h
dikembangkan menjadi antiseptik. Dewi, A. 2013. Isolasi, Identifikasi dan Uji
Sensitivitas Staphylococcus aureus terhadap
KESIMPULAN Amoxcillin dari Sampel Susu Kambing
Peranakan Ettawa (PE) Penderita Mastitis di
Berdasarkan penelitian yang telah Wilayah Girimulyo, Kulonprogo,
dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa Yogyakarta. Jurnal Sain Veteriner, 31(2):
138-150. http://i-
ekstrak etanolik kayu secang (Caesalpinia lib.ugm.ac.id/jurnal/detail.php?dataId=1249
sappan L.) mempunyai aktivitas 6
216 | Cahyaningtyas, D.M., et. al. Jurnal Biomedika 12 (2): 205-216, September 2019

Endarini, L.H. 2016. Farmakognisi dan Fitokimia. cells. Org Biomol Chem, 12(44): 8803-
Jakarta: Kemenkes RI. 8822.
Erianti, F., Marisa, D. dan Suharto, E. 2015. http://dx.doi.org/10.1039/C4OB01652A
Potensi Antiinflamasi Jus Buah Belimbing Nurmala, I.G.N. Virgiandhy, Andriani, & D.F.
(Averrhoa carambola L.) terhadap Liana. 2015. Resistensi dan Sensitivitas
Denaturasi Protein In Vitro. Berkala Bakteri terhadap Antibiotik di RSU dr.
Kedokteran, 11(1): 33-39. Soedarso Pontianak Tahun 2011-2013.
http://dx.doi.org/10.20527/jbk.v11i1.18 eJournal Kedokteran Indonesia, 3(1), 21-
Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia: Penuntun 28. https://doi/org/10.23886ejki.3.4803
Cara Modern Menganalisis Tumbuhan, Nuria, M.C., A. Faizatun A., dan Sumantri. 2009.
terbitan ke-2. Terjemahan Padmawinata, K. Uji Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Jarak
dan I. Soediro. Bandung: Penerbit ITB. Pagar (Jatropha cuircas L) terhadap
Iskamto, B. 2009. Bakteriologi Kesehatan. Bakteri Staphylococcus aureus ATCC
Surakarta: Yayasan Lingkungan Hijau. 25923, Escherichia coli ATCC 25922 dan
Jawetz, E., J.J. Melnick and E.A. Adelberg. 2001. Salmonella typhi TCC 1408. Jurnal Ilmu-
Mikrobiologi Kedokteran Buku 1. Bagian ilmu Pertanian, 5(2); 26-37.
Mikrobiologi Fakultas Kedokteran https://publikasiilmiah.unwahas.ac.id/inde
Universitas Airlangga (Penerjemah). Jakarta: x.php/Mediagro/article/view/559/680
Salemba Medika. Sa’diah, S., Darusman, L.K., Triwahyuni, W., dan
Kumala, S., Yuliani, Tulus, D. 2009. Pengaruh Batubara, I. 2013. Efektivitas Krim Anti
Pemberian Rebusan Kayu Secang Jerawat Kayu Secang (Caesalpinia
(Caesalpinia sappan L.) Terhadap Mencit sappan) terhadap Propionibacterium
Yang Diinfeksi Bakteri Escherichia coli. acnes pada Kulit Kelinci. Jurnal Ilmu
Jurnal Farmasi Indonesia, 4(4). Kefarmasian Indonesia, 11(2): 175-181.
https://doi.org/10.35617/jfi.v4i4.28 http://jifi.farmasi.univpancasila.ac.id/index
Kusmiati, Dameria, dan D. Priadi. 2014. Analisa .php/jifi/article/download/214/151/
Senyawa Aktif Ekstrak Kayu Secang Singh S., M. Khare, R.K. Patidar, S. Bagde, K.N.
(Caesalpinia sappan L.) yang Berpotensi Sahare, D. Dwevedi and V. Singh. 2013.
sebagai Antimikroba. Seminar Nasional Antibacterial Activities Against Pyogenic
Teknologi Industri Hijau 1. Pusat Penelitian Pathogens. Int. Jour. of Pharmaceutical
Bioteknologi LIPI-Institut Sains dan Sciences and Research. 4(8):2974-2979.
Teknologi Nasional. Hal 169-174. Doi:
https://www.researchgate.net/publication/26 http://dx.doi.org/10.13040/IJPSR.0975-
7627083_Analisa_Senyawa_Aktif_Ekstrak_ 8232.4(8).2974-79
Kayu_Secang_Caesalpinia_sappan_L_yang_ Silviani,Y. dan Handayani, S.2017. Pengaruh
Berpotensi_Sebagai_Antimikroba_Analysis Variasi Kombinasi Rebusan Kayu Secang
_on_Compound_Extract_Secang_Wood_Ca (caesalpinia sappan l.) dan Madu Terhadap
esalpnia_sappan_L_as_Potential_Antimicro Pertumbuhan Staphylococcus aureus, 8(1),
bial 42-46.
Kusuma, I.W. 2007. Secang (Caesalpinia sappan http://jurnal.stikeskusumahusada.ac.id/ind
L.): Telaah Aktifitas Biologis dan Potensi ex.php/JK/article/download/210/208
Pemanfaatannya. JRTI, 1(2), 14-23. Sunraini dan Enlita. 2015. Uji Potensi Ekstrak
doi: http://dx.doi.org/10.26578/jrti.v1i2.1398 Kayu Secang (Caesalpinia sappan L.)
Kuswiyanto. 2018. Bakteriologi 2: Buku Ajar dalam Menghambat Pertumbuhan Jamur
Analis Kesehatan. Jakarta: Penerbit Buku Candida albicans. Jurnal Kesehatan
Kedokteran EGC. Perintis, 47-56.
Lorent J.H., J. Quetin-Leclerq., and M.P. Mingeot- https://www.neliti.com/id/publications/27
Leclerq. 2014. The Amphiphilic Nature of 5139/uji-potensi-ekstrak-kayu-secang-
Saponins and their effects on artificial and caesalpina-sappan-li-dalam-menghambat-
biological membranes and potential pertumbuhan
consequences for red blood and cancer

Anda mungkin juga menyukai