Anda di halaman 1dari 10

Uji Antimikroba Curcuma spp.

Terhadap Pertumbuhan Candida albicans,


Staphylococcus aureus dan Escherichia coli PERANAN BAKTERI

Rahmi Adila*), Nurmiati dan Anthoni Agustien

Laboratorium Mikrobiologi, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu


Pengetahuan Alam Universitas Andalas,

ABSTRAK
A study about the effect of fresh extract of Curcuma spp. on the growth of
Candida albicans, Staphylococcus aureus and Escherichia coli was conducted from
March to July 2012 at Microbiology Laboratory, Faculty of Sciences Andalas
University. This experiment used nested completely randommized design. The result
showed that fresh extracts of Curcuma spp. have different growth inhibition effects on
C. albicans, S. aureus dan E. Coli. Temulawak (Curcuma xhantorrhiza) has the highest
inhibition effect to the growth of C. albicans (13.07 mm), S. aureus (15.75 mm) and E.
coli (31.56 mm). The lowest bactericidal consentration of fresh extract rhizome of
temulawak for E. coli were 12.5% and 25%, but there is no inhibition effect to the C.
albicans and S. aureus.
Keywords: Curcuma, antimicrobial, extract, pathogen microbial
ACTYNOMYCETES DALAM INDUSTRI ANTIBIOTIK

Moch. Agus Krisno Budiyanto, Farhan Muhtadi

Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Muhammadiyah Malang

ABSTRAK
Antibiotika merupakan senyawa kimia yang dihasilkan oleh mikroorganisme, dan
dapat menghambat atau membunuh mikroorganisme lain. Antibiotika merupakan
produk metabolisme sekunder. Secara ekonomi dihasilkan lebih dari 100.000 ton
antibiotika per tahun, dengan nilai penjualan hampir mendekati $5 milyar.
Actinomycetes adalah bakteri yang banyak ditemukan ditanah. Bakteri ini mempunyai
miselia bercabang yang menyerupai bentuk cendawan/jamur berfilamentus. Kurang
lebih70% antibiotik dihasilkan oleh actinomycetes, 20% dihasilkan oleh fungi dan 10%
dihasilkanoleh bakteri.
Streptomyces merupakan penghasil antibiotik yang paling besar jenisnya
Total jenis senyawa aktif yang dihasilkan oleh kelompok bakteri adalah sebanyak 3.800
atau 17% dari total senyawa aktif yang telah ditemukan.Actinomycetes menghasilkan
lebih dari 10.000 senyawa aktif, 7.600 dihasilkan oleh Streptomyces dan 2.500
dihasilkan oleh actinomycetes langka. Salah satu pengaplikasiandari bioteknologi
bakteri actinomycets yaitu Streptomyces griseus mampu menghasilkan antibiotik
streptomicin yang menjadi obat tububerkulosis pertama pada manusia dan Streptomyces
ambofaciens yang menghasilkan antibiotik spiramicin yang dapat menghambat sintesa
protein bakteri pada Staphylococcus, Streptococcus dan Bordetella pertussis

Kata kunci : Antibiotik, Bakteri Actinomycetes.


ISOLASI ANTIBIOTIK REDUKTIOMIN DARI BAKTERI TERRESTERIAL
Streptomyces sp.

Muhammad Bahi dan Rinaldi Idroes

Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Syiah
Kuala, Banda Aceh

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan melakukan isolasi dan penentuan aktivitas mikrobial
senyawa bioaktif reduktiomisin dari bakteri Streptomyces sp. Ank181 daratan
(terrestrial ). Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Organik, Institute of
Organic and Biomoleculare Chemistry, University of Goettingen, Germany. Isolat dan
subkultur agar bakteri Streptomyces sp. Ank181 diperoleh dari koleksi sampel genus
Streptomyces  Professor Dr. H. Anke, Institute for Biotechnology and Drug Research,
Kaiserslautern, Germany.
Struktur reduktiomisin dalam penelitian ini dielusidasi berdasarkan data
spektroskopi dan spektrometri massa. Tiga senyawa metabolit sekunder telah berhasil
diisolasi dan diidentifikasi dari bakteri tanah genus Streptomyces sp. Ank181, yaitu
reduktiomisin, asam 2,3-dihidroksibenzoat, dan asam indole-3-karboksilat. Hasil uji
antimikroba menunjukkan bahwa reduktiomisin bersifat bioaktif terhadap bakteri, jamur
dan sitotoksik terhadap Artemia salina

Kata kunci : Antibiotik reduktiomisin, Streptomyces sp. Ank 181.


AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL BIJI BUAH PEPAYA
(Carica papaya L.) TERHADAP Escherichia coli DAN Staphylococcus aureus

Lienny Meriyaki Mulyono


Fakultas Farmasi, Universitas Surabaya

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak etanol biji
buah papaya (Carica papaya L.) muda dan tua terhadap pertumbuhan Escherichia coli
dan Salmonella aureus. Metode ekstraksi yang digunakan adalah maserasi (pengadukan
1 jam, pendiaman 24 jam) dengan pelarut etanol 80%. Uji antibakteri menggunakan
metode difusi agar yang menggunakan cylinder cup. Daya hambat diukur berdasarkan
besarnya diameter daerah hambatan pertumbuhan bakteri.

Hasil penelitian menunjukkan ekstrak etanol biji buah papaya (Carica papaya L.)
muda dengan konsentrasi 480.000 bpj, 560.000 bpj, 640.000 bpj, 720.000 bpj, dan
800.000 bpj dapat menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli diperoleh
hambatan berturut-turut 0,953 cm; 1,035 cm; 1,146 cm; 1,188 cm; 1,229 cm dan pada
Staphylococcus aureus diperoleh hambatan berturut-turut 1,349 cm; 1,476 cm; 1,589
cm; 1,713 cm; 1,808 cm. Sedangkan pada ekstrak etanol biji buah papaya (Carica
papaya L.) tua dengan konsentrasi 480.000 bpj, 560.000 bpj, 640.000 bpj, 720.000 bpj
dan 800.000 bpj dapat menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli diperoleh
hambatan berturut-turut 0,820 cm; 0,857 cm; 0,888 cm; 0,968 cm; 1,044 cm dan pada
Staphylococcus aureus diperoleh hambatan berturut-turut 0,941 cm; 1,088 cm; 1,107
cm; 1,252 cm; 1,399 cm. Berdsarkan besarnya diameter daerah hambatan didapatkan
aktivitas antibakteri ektrak etanol biji buah papaya (Carica papaya L) muda lebih besar
dibandingkan ekstrak etanol biji buah papaya (Carica papaya L) tuaterhadap bakteri
Eschericia coli dan Staphylococcus aureus.

Kata kunci : Biji buah papaya (Carica papaya L), antibakteri, Escherichia coli,
Staphylococcus aureus.
EFEKTIVITAS KITOSAN DENGAN DERAJAT DEASETILASI DAN
KONSENTRASI BERBEDA DALAM MENGHAMBAT PERTUMBUHAN
BAKTERI GRAM NEGATIF (Pseudomonas aeruginosa) DAN GRAM POSITIF
(Staphylococcus aureus) RONGGA MULUT

ABSTRAK
Kitosan adalah derivat deasetil dari biopolisakarida kitin yang merupakan
biopolimer kedua yang melimpah di alam setelah selulosa, dan dapat ditemukan pada
eksoskeleton krustasea dan serangga. Kitosan bersifat biokompabilitas,
biodegradabilitas, dan tidak beracun, dan memiliki aktivitas antimikroba yang banyak
diaplikasikan diberbagai bidang seperti industri makanan, industri tekstil, kosmetik,
kedokteran dan kedokteran gigi.
Pseudomonas aeruginosa merupakan bakteri gram negatif penyebab utama infeksi
nosokomial dan sering ditemukan di saluran air pada dental unit. P. aeruginosa bersifat
patogen dan resisten terhadap beberapa bahan antibakteri yang ada. Staphylococcus
aureus merupakan bakteri gram positif, yang dapat menyebabkan infeksi fasial,
periapikal atau periodontal abses dan denture sore mouth. Penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui kemampuan kitosan dengan derajat deasetilasi (DD) dan konsentrasi
berbeda dalam menghambat pertumbuhan P. aeruginosa dan S. aureus dalam rongga
mulut. Pada penelitian ini digunakan metode difusi cakram, kitosan dengan derajat
deasetilasi 89% dan 93% dimasukkan ke dalam paper disk dengan konsentrasi 0,25%,
0,5%, 0,75%, 1%, 1,25% selama 24 jam dalam suhu 37oC . Zona hambat yang
terbentuk diukur dengan jangka sorong. Hasil penelitian memperlihatkan kitosan
dengan derajat deasetilasi dan konsentrasi berbeda memberikan zona hambat yang
berbeda baik pada P. aeruginosa dan S. aureus. Zona hambat P. aeruginosa dan S.
aureus terbesar terbentuk pada konsetrasi 1%, sedangkan kitosan dengan DD 93%
memperlihatkan zona hambat lebih besar dibandingkan dengan kitosan DD 89%.

Kata Kunci : Kitosan, Derajat Deasetilasi, Psedomonas aeruginosa, Staphylococcus


aureus
ISOLASI ACTINOMYCETES LAUT PENGHASIL METABOLIT
SEKUNDER YANG AKTIF TERHADAP SEL KANKER A549

Rofiq Sunaryanto*) , Bambang Marwoto*), dan Yoshihide Matsuo**)

ABSTRAK
Telah dilakukan isolasi Actinomycetes laut yang mampu menghasilkan senyawa
aktif citropeptin yang memiliki efek toksik terhadap sel kanker paru-paru A549. Isolasi
dilakukan dengan menggunakan medium agar starch casein yang ditambah dengan
cycloheximide dan nistatin sebagai antifungi serta rifampisin dan nalidixic acid sebagai
antibakteri. Sampel sedimen laut diperoleh dari pelabuhan Kamaishi-shi Iwate, Jepang
pada kedalaman 5 meter. Dari 71 isolat yang diperoleh, hanya 9 isolat menunjukkan
aktivitas terhadap sel kanker A549 pada konsentrasi 1 μg/200 μL. Hasil studi lebih
lanjut menunjukkan bahwa isolat RS02-85 yang merupakan isolate terpilih adalah
Streptomyces tsukubaensis dengan tingkat kemiripan 98%. Dari hasil identifikasi
senyawa aktif, diduga senyawa tersebut adalah citropetrin dengan m/z (M+H) 1035,4
g/mol dan rumus molekul C50H52N8O15.

Kata kunci : Actynomycetes, citropeptin, Streptomyces tsukubaensis.


PENGARUH ANTIBAKTERI DAUN KERSEN (Muntingia calabura L.) YANG
DIEKSTRAKSI DENGAN BERBAGAI PELARUT TERHADAP BAKTERI
Staphylococcus aureus PENYEBAB MASTITIS SUBKLINIS PADA SAPI PERAH

1)Wieldan Alhadi Erzad, 2)Sarwiyono, dan 2)Endang Setyowati

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kemampuan antibakteri daun kersen


(Muntingia calabura L) yang diekstraksi menggunakan berbagai pelarut (Aquades,
asam sitrat, metanol dan etanol) dalam menghambat pertumbuhan bakteri
Staphylococcus aureus penyebab mastitis subklinis pada sapi perah.
Materi penelitian ini menggunakan bakteri Staphylococcus aureus hasil isolasi
dari susu mastitis skor CMT 3. Konsentrasiyang digunakan 10% (P1), 20% (P2), 30%
(P3), 40% (P4) dan 50% (P5) untuk ekstrak daun kersen dengan pelarut aquades dan
asam sitrat. Sedangkan ekstrak daun kersen dengan pelarut etanol dan metanol dengan
konsentrasi 50%. Iodips 10% digunakan sebagai kontrol (P0). Metode penelitian ini
adalah percobaan laboratorium menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan
6 perlakuan dan 4 ulangan. Uji daya hambat dilakukan dengan metode difusi cakram.
Variabel yang diukur adalah zona hambat pertumbuhan bakteri setiap perlakuan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa daun kersen yang diekstraksi menggunakan
empat pelarut (aquades, asam sitrat, etanol dan metanol) berpengaruh sangat nyata
terhadap daya hambat bakteri Staphylococcus aureus. Ekstrak daun kersen dengan
pelarut aquades konsentrasi 50% menghasilkan diameter zona hambat lebih baik
dibandingkan dengan iodips 10% dan pelarut lainnya, sedangkan konsentrasi 30%
ekstrak daun kersen dengan pelarut aquades setara dengan iodips 10% dalam
menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus. Ekstrak daun kersen dengan pelarut
aquades pada konsentrasi 30% keatas dapat digunakan sebagai teat dipping pada sapi
perah.

Kata Kunci : Muntingia calabura L., mastitis, Staphylococcus aureus, daya hambat
Uji Daya Hambat Air Perasan Buah Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia S.) Terhadap
Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus Aureus Secara In Vitro

Abdul Razak1, Aziz Djamal2, Gusti Revilla3


Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.

ABSTRAK
Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia S.) merupakan salah satu tanaman obat keluarga
yang banyak terdapat ditengah masyarkat dan banyak digunakan sebagai ramuan
tradisional. Bagian yang sering digunakan adalah air perasannya, dengan salah satu
manfaat dapat digunakan untuk menghilangkan jerawat serta penyembuhan luka agar
tidak terjadi abses. Jerawat dan abses pada luka merupakan salah satu infeksi yang
disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus.
Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui daya hambat air perasan buah jeruk
nipis (Citrus aurantifolia S.) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus
secara invitro. Penelitian dilakukan dengan metoda eksperimental laboratorium dengan
desain postest only control group design yang dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.
Hasil penelitian menunjukan bahwa air perasan buah jeruk nipis memiliki daya
hambat terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dengan berbagai
konsentrasi yaitu 25%, 50%, 75%, dan 100% dan terdapat pengaruh lama kontak
terhadap pertumbuhan bakteri dimana bakteri tidak tumbuh seteleh kontak 5 menit
pertama dan diikuti menit-menit berikutnya dengan air perasan buah jeruk nipis
konsentrasi 100%. Jadi, semakin tinggi konsentrasi air perasan buah jeruk nipis dan
semakin lama kontak dengan bakteri Staphylococcus aureus maka daya hambatnya
semakin baik.

Kata kunci: Uji Daya Hambat, Air Perasan Buah Jeruk Nipis, Staphylococcus aureus.
UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL DAUN AWAR-AWAR
(Ficus septica Burm f) TERHADAP BAKTERI Staphylococcus aureus ATCC
29523 DAN Escherichia coli ATCC 35218

Zainatul Fuad
Fakultas Biologi, Universitas Sunan Kalijaga

ABSTRAK
Daun awar-awar biasanya dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai obat tradisional
untuk mengobati penyakit kulit, radang usus buntu, mengatasi bisul, obat borok dan
gigitan ular berbisa. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas ekstrak
etanol daun awar-awar sebagai antibakteri terhadap Staphylococcus aureus ATCC
29523 dan Escherichia coli ATCC 35218 dengan mengetahui ada tidaknya zona
hambat. Uji aktivitas antibakteri dilakukan dengan menggunakan metode difusi cakram,
yaitu dengan adanya zona hambat di sekitar kertas cakram yang menunjukkan tidak
adanya pertumbuhan bakteri.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun awar-awar mempunyai
aktivitas sebagai antibakteri terhadap Staphylococcus aureus ATCC 29523 dan
Eschirichia coli ATCC 35218 dengan kategori sedang (zona hambat >5mm). Penelitian
dilanjutkan menganalisis mekanisme kerja antibakteri dengan metode analisis dengan
menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 260 nm untuk
mendeteksi asa nukleat dan 280 nm untuk mendeteksi protein. Hasil pengujian
menunjukkan bahwa bakteri S. aureus ATCC 29523 dan E. coli ATCC 35218 yang
telah dikontakkan dengan ekstrak etanol daun awar-awar tidak menunjukkan adanya
kebocoran sel.

Kata kunci : Antibakteri, daun awar-awar, Escherichia coli ATCC 35218,


Staphylococcus aureus ATCC 29253.
UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK KASAR ALGA MERAH Eucheuma cottonii
SEBAGAI ANTIBAKTERI TERHADAP BAKTERI PATOGEN

Dr. Zaraswati Dwyana, M. Si dan Dra. Eva Johannes M.Si

Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam


Universitas Hasanuddin, Makassar

ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian tentang uji daya hambat ekstrak kasar alga merah
Eucheuma cottonii terhadap bakteri patogen Staphylococcus aureus dan Salmonella
typh. Penelitian ini meliputi pembuatan ekstrak secara maserasi dengan menggunakan
larutan penyari etanol 96%. Dengan menggunakan beberapa variasi konsentrasi
dilakuakn penentuan konsentrasi hambat minimum sebagai dasar untuk menentukan
konsentrasi daya hambat.
Uji daya hambat terhadap bakteri seperti Staphylococcus aureus dan Salmonella
typhi dilakukan dengan menggunakan metode difusi agar, dengan masa inkubasi 2x24
jam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol mampu menghambat
pertumbuhan bakteri uji, bahkan bersifat bakteriostatik. Pada konsentrasi 0,1% dan
0,5%, diameter daya hambat terbesar pada Staphylococcus aureus adalah 10,5 mm
sedangkan untuk Salmonella typhi pada konsentrasi 1,5%, diameter daya hambatnya
sebesar 8,75 mm. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak semakin besar pula daya
hambatnya.

Kata kunci : Ekstrak kasar, antibakteri,

Anda mungkin juga menyukai