Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Biosains Vol. 7 No. 2.

Agustus 2021 ISSN 2443-12xx (cetak)


DOI: https://doi.org/10.24114/jbio.v7i3.21595 ISSN 2460-68xx (online)

JBIO: JURNAL BIOSAINS


(The Journal of Biosciences)
http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/biosains
email : jbiosains@unimed.ac.id

AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN RUKAM (Flacourtia rukam Zoll. & Moritzi)
TERHADAP Staphylococcus aureus DAN Escherichia coli

Henri, Rahmad Lingga


Program Studi Biologi, Fakultas Pertanian, Perikanan dan Biologi, Universitas Bangka Belitung
email korespondensi: biology.henry@gmail.com

Diterima: Desember 2020; Direvisi: April 2021; Disetujui: Agustus 2021

ABSTRAK

Obat-obatan herbal tradisional saat ini menarik perhatian yang signifikan sebagai dasar
pengobatan modern, termasuk tumbuhan rukam (Flacourtia rukam) dari famili Flacourtiaceae yang
dikenal masyarakat sebagai obat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi aktivitas antibakteri
dari tumbuham rukam (F. rukam) terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Metode
penelitian ini terlebih dahulu melakukan pengujian kandungan metabolit sekunder tumbuhan F. rukam
dengan menggunakan empat pelarut. Aktivitas antibakteri ekstrak daun F. rukam diuji terhadap bakteri S.
aureus dan E. coli. Aktivitas antibakteri dilakukan pada konsentrasi yang meliputi 20%, 40%, 60%, 80%,
dan 100% dengan metode difusi cakram. Hasil uji fitokimia seperti fenolik, flavonoid, saponin, steroid dan
alkaloid merupakan metabolit sekunder dari tumbuhan F. rukam. Zona hambat tertinggi terdapat pada
konsentrasi 60% yang menggunakan pelarut metanol yaitu rata-rata sebesar 8,95 ± 1,84 pada isolat
bakteri S. aures, sedangkan pada isolat bakteri E. coli memiliki rata-rata sebesar 9,03 ± 0,95. Hasil ini
berbeda dengan menggunakan pelarut etanol dimana zona hambat tertinggi pada konsentrasi 20%
masing-masing 7,73 ± 2,79 pada isolat bakteri S. aureus dan 6,61 ± 2,18 pada isolat bakteri E. coli. Khasiat
antibakteri yang ditunjukkan oleh tanaman F. rukam ini memberikan dasar ilmiah dan dengan demikian
memvalidasi penggunaan secara tradisional.

Kata Kunci : Aktivitas antibakteri, Escherichia coli, Flacourtia rukam, Staphylococcus aureus

ANTIBACTERIAL ACTIVITIES OF RUKAM LEAVES (Flacourtia rukam Zoll. & Moritzi) AGAINST
Staphylococcus aureus AND Escherichia coli

ABSTRACT

Traditional herbal medicines are now attracted significant attention used as the basis for modern
medicines, including the plant of rukam (Flacourtia rukam) from the Flacourtiaceae family which is known
by the public as medicine. This research aimed to explore the potential antibacterial activity for the plant
of rukam (F.rukam) against bacterial Staphylococcus aureus and Escherichia coli. This research method was
to first test the secondary metabolite content of F. rukam by using four solvents. The antibacterial activity
extract from leaves of F. rukam was examined against S. aureus and E. coli. The antibacterial activity was
assessed in the concentration include 20%, 40%, 60%, 80%, and 100% by disc diffusion method.
Phytochemical test results such as phenolics, flavonoids, saponins, steroids, and alkaloids are secondary
metabolites of the F. rukam plant. The highest zone of inhibition is at a concentration of 60% using
methanol solvent, which is an average of 8.95 ± 1.84 in S. aures isolates, while the E. coli bacterial isolates
have an average of 9.03 ± 0.95 . This result was different from using ethanol solvent where the highest
inhibition zone was at a concentration of 20%, respectively 7.73 ± 2.79 in S. aureus isolates and 6.61 ± 2.18
in E. coli bacteria isolates. Antibacterial efficacy shown by this plant F. rukam provides a scientific basis and
thus validates traditional use.

Keywords: Antibacterial activity, Escherichia coli, Flacourtia rukam, Staphylococcus aureus

51
Jurnal Biosains Vol. 7 No. 2. Agustus 2021 ISSN 2443-12xx (cetak)
DOI: https://doi.org/10.24114/jbio.v7i3.21595 ISSN 2460-68xx (online)

Pendahuluan laktam yang digunakan secara ekstensif melawan


Tumbuhan Flacourtia rukam Zoll. & Mor., sebagian besar infeksi secara kompleks (Shaikh et
secara lokal dikenal dengan sebutan rukem atau al., 2015).
rukam merupakan merupakan salah satu spesies Tumbuhan rukam (F. rukam) memiliki
dari famili Flacourtiaceae. Habitat F. rukam di kandungan fitokimia antara lain flavonoid, saponin,
hutan terdapat pada ketinggian rendah dan sedang tanin, dan alkaloid sehingga tumbuhan ini memiliki
(Lim, 2012). Persebaran F. rukam didistribusikan manfaat sebagai antibakteri (Putri et al., 2019).
secara luas di Jepang, Filipina, Thailand, Malaysia Penelitian yang khusus menganalisis senyawa
dan Indonesia (Christin, 2015). Tumbuhan rukam metabolit sekunder dan antibakteri dari tumbuhan
dibeberapa daerah di Indonesia juga masih F. rukam beberapa telah dilakukan penelitian.
ditemukan di Kalimantan Timur (Karmilasanti & Ekstrak daun F. rukam memiliki zona hambatnya 7-
Supartini, 2011), Bali (Martini et al., 2015). 10 mm dan masuk kategori sedang dengan
Sumatera Barat (Putri et al., 2019), dan Pulau menggunakan isolat bakteri Escherichia coli,
Bangka (Fadiyah et al., 2020) Shigella dysenteriae, Staphylococcus aureus dan
Tumbuhan ini termasuk kedalam Bacillus subtilis (Mahanisa, 2019), sedangkan
kelompok buah-buahan liar yang dapat dikonsumsi menggunkan ekstrak kulit batang F. rukam
pada saat sumber makanan langka (Rasingam, didapatkan bahwa zona hambat antibakteri yang
2012). Hal ini dilihat banyak buah-buahan liar yang didapat tergolong rendah pada bakteri gram
dimakan di seluruh dunia. Namun, konsumsi buah- negatif (Candella, 2020).
buahan liar secara bertahap menurun karena Pengujian antibakteri menggunakan
pengenalan buah-buahan eksotis dan juga banyak ekstrak daun F. rukam sangat diperlukan dengan
dijadikan obat tradisional oleh masyarakat menggunakan berbagai jenis pelarut dan
(Deshmukh et al., 2011). Tanaman obat saat ini konsentrasi daya hambat sehingga perlunya
banyak diaplikasikan untuk pengobatan berbagai dilakukan penelitian menggunakan tumbuhan ini
penyakit di seluruh dunia. Tanaman obat untuk melihat aktivitas antibakteri terhadap
mengandung berbagai rentang molekul kimia bakteri S. aureus dan E.coli.
dengan aplikasi farmakologis (Appapalam &
Panchamoorthy, 2017). Secara umum, senyawa Bahan dan Metode
bioaktif dalam obat-obatan herbal adalah metabolit Waktu dan Tempat
sekunder yang bertindak pada berbagai sifat Penelitian dilaksanakan dari bulan Juli
farmakologis (Neelamkavil & Thoppil, 2016). sampai Oktober 2020, bertempat di Laboratorium
Ekstrak tumbuhan menyediakan sumber penting Biologi dan Laboratorium Dasar Universitas
untuk zat obat baru (Arasu et al., 2019) dan Bangka Belitung.
memiliki potensi untuk penemuan senyawa yang
berguna (Hassan et al., 2014). Koleksi Sampel
Tumbuhan obat memiliki aktivitas sebagai Sampel daun tumbuhan
antibakteri diperlukan untuk mengobati berbagai rukam (Flacourtium rukam) diperoleh dari
jenis penyakit dan tanpa efek samping kawasan kampung reklamasi, Air Jangkang,
(Mahalakshmi et al., 2016). Ekstrak yang terbukti Kecamatan Merawang, Kabupaten Bangka. Sampel
berpotensi efektif dapat digunakan sebagai dicuci dan dibilas dengan air suling dan
pencegahan alternatif alami untuk mengendalikan dikeringkan serta dihancurkan menggunakan
penyakit dari aplikasi agen antibakteri patogen mortar alu untuk direduksi menjadi partikel halus.
(Mostafa et al., 2018). Peningkatan infeksi bakteri Sampel yang sudah kering dilakukan penyimpanan
yang disebabkan oleh strain bakteri resisten dalam botol tertutup yang kedap udara selama dua
umumnya cenderung lebih sulit untuk diobati dan hari sebelum digunakan untuk analisis.
sekitar 1,6 kali lipat lebih mahal dibandingkan
dengan infeksi yang disebabkan oleh strain bakteri Mikroorganisme
yang rentan (Spellberg et al., 2011). Antibiotik Referensi strain bakteri diperoleh dari
sintetis dan alami memberikan pengobatan Laboratorium Mikrobiologi, Universitas Bangka
pertama untuk infeksi bakteri resisten obat (Perry Belitung, yang meliputi Staphylococcus aureus dan
et al., 2009). Escherichia coli dan Staphylococcus Escherichia coli (Isolat klinis). Strain disimpan pada
aureus merupakan bersifat patogen sehingga dapat suhu 4°C pada agar miring dan dikultur pada suhu
mengakibtakan berbagai jenis penyakit infeksi 37°C selama 24 jam pada agar nutrien sebelum uji
pada manusia (Parija, 2012). kerentanan.
Staphylococcus aureus yang resisten
terhadap metisilin, strain khusus S. aureus, Analisis fitokimia
diketahui telah mengembangkan resistensi Analisis fitokimia dari semua sampel
terhadap antibiotik β-laktam (Pendleton et al., ditentukan sebagai berikut:
2013). Bakteri Escherichia coli mengembangkan β-

52
Jurnal Biosains Vol. 7 No. 2. Agustus 2021 ISSN 2443-12xx (cetak)
DOI: https://doi.org/10.24114/jbio.v7i3.21595 ISSN 2460-68xx (online)

Uji alkaloid Uji Aktivitas Antibakteri


100 mg sampel bubuk dilarutkan dalam Aktivitas antibakteri diuji dengan metode
5 ml metanol dan kemudian disaring. Kemudian difusi cakram. Semua strain bakteri yang semalam
2 ml filtrat dicampur dengan 5 ml HCl berair tumbuh dalam kaldu disesuaikan ke inokulum ini
1%. Satu mililiter campuran diambil secara kepadatan 100 ml : 0.1 yang mengandung 3,2 × 108
terpisah dalam dua tabung reaksi. Beberapa tetes koloni forming unit. Selanjutnya, 20 μl disebarkan
reagen Dragendorff ditambahkan dalam satu ke 20 ml pelat agar steril dengan menggunakan
tabung dan terjadinya endapan oranye-merah cotton swab steril. Permukaan media dibiarkan
dianggap positif. Ke tabung kedua pereaksi Mayer kering selama sekitar 3 menit. Cakram kertas
ditambahkan dan penampilan endapan berwarna saring steril (berdiameter 5 mm) diresapi dengan
buff diambil sebagai tes positif untuk 100 μl ekstrak uji yang berbeda (40 mg/cakram)
keberadaan alkaloid (Sofowora, 1993). kemudian diletakkan di permukaan pelat agar ini.
Uji aktivitas antibakteri ini dilakukan dengan
Liebermann-Burchard test untuk steroid membandingkan pada konsentrasi pengujian 20%;
200 mg sampel bubuk dilarutkan dalam 40%; 60%; 80% dan 100%. Kanamycin (30
2 ml asam asetat secara terpisah; solusi μg/disc) digunakan sebagai kontrol positif. Pelat
didinginkan diikuti dengan penambahan beberapa kemudian diinkubasi pada suhu 37°C selama 24
tetes H2SO4 . Perkembangan warna dari ungu ke jam untuk bakteri setelah itu pertumbuhan bakteri
biru atau hijau kebiruan diambil sebagai cincin ditentukan dengan mengukur diameter zona
steroid tes positif (Sofowora, 1993). hambat (mm) menggunakan skala transparan.
Setiap ekstrak dianalisis dengan menggunakan dua
Tes untuk saponin kali ulangan, nilai rata-rata disajikan. Kanamycin
1 g sampel bubuk direbus dalam 10 ml air disc (30 μg/disc) digunakan untuk
suling dan kemudian disaring. 3 ml air suling membandingkan bioassay.
ditambahkan ke filtrat dan dikocok kuat-kuat
selama sekitar 5 menit. Pembentukan busa setelah Hasil dan Pembahasan
pengocokan diambil sebagai konfirmasi untuk Berdasarkan hasil penelitian pada grafik
keberadaan saponin (Sofowora, 1993). (Gambar 1), menunjukkan bahwa rendemen yang
didapatkan merupakan hasil bobot suatu ekstraksi
Tes Shinoda untuk flavonoid terhadap bobot bahan baku yang digunakan dalam
Lima ratus miligram sampel dilarutkan peroses ekstraksi. Hasil penelitian menujukkan
dalam 5 ml etanol, sedikit dihangatkan dan bahwa rendemen tertinggi yaitu pada jenis pelarut
kemudian dilakukan proses penyaringan. metanol yaitu sebesar 13,7% dan terendah pada
Beberapa keping magnesium ditambahkan pelarut n-heksana sebesar 5,3%. Hal ini
ke filtrat diikuti dengan penambahan beberapa dikarenakan metanol termasuk pelarut polar sama
tetes HCl. Hasil dari kehadiran flavonoid ditandai halnya dengan etanol, yang kedua-duanya sebagai
dengan warna pink, oranye, atau merah keunguan pelarut polar-protik yang dapat memberikan suatu
(Trease & Evans, 2002). ion OHˉ sehingga menyebabkan lebih mudah dalam
proses berinteraksi dengan gugus fungsional yang
Tes untuk tanin polar (Marnoto et al., 2012). Metanol dan etanol
500 mg sampel bubuk dicampur dengan merupakan jenis pelarut yang umumnya digunakan
10 ml air suling dan kemudian disaring diikuti untuk mengekstrak senyawa fitokimia dalam
dengan penambahan beberapa jumlah yang lebih banyak dan hampir untuk semua
tetes larutan besi klorida 1% . Terjadinya endapan senyawa dengan berat molekul rendah. Jenis
biru-hitam, hijau atau biru-hijau menunjukkan pelarut pengektraksi akan mempengaruhi hasil
adanya tanin (Trease & Evans, 2002). rendemen yang dihasilkan, hal ini sesuai dengan
konsep like disolve like, dimana senyawa polar
hanya akan larut pada pelarut polar dan
sebalikanya senyawa non polar hanya akan larut
dalam pelarut non polar juga (Mariana et al., 2013).

53
Jurnal Biosains Vol. 7 No. 2. Agustus 2021 ISSN 2443-12xx (cetak)
DOI: https://doi.org/10.24114/jbio.v7i3.21595 ISSN 2460-68xx (online)

16
13,7

12

Rendemen (%)
7,4
8 6,5
5,3
4

0
Metanol Etanol Klorofom n-heksana
Jenis pelarut ekstrak

Gambar 1. Hasil rendemen ekstrak F. rukam pada berbagai jenis pelarut

Uji fitokimia yang dilakukan ini berfungsi 2004). Hasil uji fenolik menujukkan bahwa
untuk mengetahui senyawa aktif yang terkandung terdapat pada semua jenis pelarut. Hasil ekstrak
pada daun tumbuhan F. rukam. Berdasarkan hasil kasar daun tumbuhan F. rukam yang direaksikan
penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa dengan FeCl3 menunjukkan hasil positif yang
senyawa fitokimia (Tabel 1) yang terkandung pada ditandai dengan terjadinya perubahan warna
daun tumbuhan F. Rukam. Konstituen fitokimia menjadi hitam pekat. Hasil tersebut disebabkan
seperti alkaloid, flavonoid, tanin, fenol, saponin, oleh adanya reaksi senyawa fenolik terhadap FeCl3
dan beberapa senyawa aromatik lainnya yang menyebabkan terjadinya perubahan warna.
merupakan metabolit sekunder dari tumbuhan Hasil uji fenolik bereaksi dengan FeCl 3 1%
yang berfungsi sebagai mekanisme pertahanan membentuk warna merah, ungu, biru, atau hitam
terhadap invasi oleh beberapa mikroorganisme, yang pekat karena FeCl3 bereaksi dengan gugus –
serangga dan herbivora lainnya (Bonjar et al., OH aromatis (Haryati et al.,, 2015).

Tabel 1. Hasil uji fitomikia esktrak daun F. rukam pada berbagai jenis pelarut
Jenis pelarut ekstrak
Uji fitokimia
Metanol n-heksan Kloroform Etanol
Fenolik + - + +
Tanin - - - -
Flavonoid + - + -
Saponin + - - +
Steroid - + + +
Terpenoid - - - -
Alkaloid
· Dragendorff - - - -
· Mayer - - - +
· Wagner - - - -

Hasil uji flavonoid terdapat pada pelarut Saponin merupakan senyawa bioaktif yang
metanol dan kloroform. Berdasarkan hasil tersebut diproduksi terutama oleh tanaman, tetapi juga oleh
diketahui bahwa terjadi perubahan warna, yaitu beberapa organisme laut dan serangga. Secara
warna kuning dengan permukaan larutan kimia, saponin umumnya terbentuk sebagai
berwarna merah muda. Hasil tersebut glikosida steroid atau triterpen polisiklik. Saponin
menunjukkan hasil positif adanya flavonoid. bersifat lyobipolar, sehingga saponin dapat
Perubahan warna tersebut disebabkan adanya berinteraksi dengan membran sel dan juga mampu
reaksi oksidasi, dimana senyawa flavonoid akan mengurangi tegangan permukaan larutan berair
dioksidasi oleh Mg2+ dengan membentuk (Thakur et al., 2011). Selain itu pada senyawa
kompleks dengan ion magnesium Hasil uji saponin steroid terdapat pada pelarut n-heksan, kloroform
terdapat pada pelarut metanol dan etanol dan etanol. Uji alkaloid hanya terdapat pada pelarut
(Setiabudi & Tukiran, 2017). etanol saja pada pereaksi Mayer, hal ini nitrogen

54
Jurnal Biosains Vol. 7 No. 2. Agustus 2021 ISSN 2443-12xx (cetak)
DOI: https://doi.org/10.24114/jbio.v7i3.21595 ISSN 2460-68xx (online)

pada alkaloid akan bereaksi dengan ion logam K+ (Staphylococcus aureus) dan gram negatif
dari kalium tetraiodomerkurat (II) membentuk (Escherichia coli) rentan terhadap ekstrak F. rukam.
kompleks kalium-alkaloid yang mengendap atau Pemilihan pelarut metanol dan etanol pada
endapan putih (Marliana et al., 2005). pengujian aktivitas antibakteri didasarkan
Hasil penelitian (Tabel 2) ini, keterwakilan pelarut dari hasil rendemen dan uji
menunjukkan bahwa bakteri gram positif fitokimia yang dilakukan sebelumnya.

Tabel 2. Hasil uji aktivitas antibakteri daun F. rukam terhadap isolat bakteri E. coli da S. aureus
Rata-rata Zona Hambat (mm) ± SD
No. Pelarut Isolat
20% 40% 60% 80% 100%
1 Metanol S. aureus 0±0 4,51 ± 2,16 8,95 ± 1,84 4,08 ± 5,77 1,43 ± 2,02
E. coli 4,36 ± 0,56 5,48 ± 0,45 9,03 ± 0,95 7,65 ± 0,90 2,67 ± 0,63
2 Etanol S. aureus 7,73 ± 2,79 7,45 ± 2,74 5,68 ± 3,76 6,85 ± 2,56 6,19 ± 3,11
E. coli 6,61 ± 2,18 6,04 ± 1,15 5,40 ± 2,38 4,62 ± 1,46 5,82 ± 1,61

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terbentuk pada penelitian ini tergolong dalam dua
hampir semua ekstrak tumbuhan efektif dalam kategori yaitu: kategori lemah dan kategori sedang.
menghambat pertumbuhan bakteri dengan Senyawa antibakteri berdasarkan kategori
berbagai efek penghambatan seperti yang kekuatan diameter penghambatannya terbagi
dijabarkan pada Tabel 2. Zona hambat tertinggi menjadi 4 kategori, yaitu sangat kuat (>20 mm),
terdapat pada konsentrasi 60% yang menggunakan kuat (11-20 mm), sedang (6-10 mm), dan lemah
pelarut metanol yaitu rata-rata sebesar 8,95 ± 1,84 (<5 mm) (Susanto et al., 2012).
pada isolat bakteri S. aures, sedangkan pada isolat Ekstrak dari pelarut etanol dan metanol
bakteri E.coli memiliki rata-rata sebesar 9,03 ± 0,95 merupakan ekstrak yang paling umum digunakan
. Hasil ini berbeda dengan menggunakan pelarut dan menunjukkan sifat antimikroba tertinggi. Uji
etanol dimana zona hambat tertinggi pada antimikroba seperti difusi cakram dilakukan dalam
konsentrasi 20% masing-masing 7,73 ± 2,79 pada menentukan konsentrasi hambat minimum untuk
isolat bakteri S. aureus dan 6,61 ± 2,18 pada isolat menguji keefektifan ekstrak dalam galur bakteri
bakteri E. Coli. Kemampuan ekstrak tumbuhan Nilai daya hambat dari ekstrak pelarut yang sama
rukam (F. rukam) untuk menghambat bervariasi meskipun semua ekstrak memiliki
pertumbuhan bakteri gram positif dan gram negatif khasiat antibakteri yang sama. Ini terlihat karena
terlepas dari pelarut yang digunakan untuk aktivitas penghambatan bakteri sangat bergantung
ekstraksi. Hal ini sesuai dengan pendapat Dike- pada senyawa bioaktif yang ada dalam ekstrak. Jadi,
Ndudim et al. (2016), menyatakan bahwa perbedaan konsentrasi hambat minimum antara
penghambatan bakteri oleh ekstrak tumbuhan dua ekstrak tumbuhan dapat dikaitkan dengan
dapat berfungsi sebagai sumber antibiotik dan adanya senyawa bioaktif yang berbeda atau
membenarkan manfaat penggunaan tumbuhan konsentrasi yang berbeda dari senyawa bioaktif
tradisional ini untuk tujuan terapeutik. yang sama. Senyawa bioaktif ini pada dasarnya
Ekstrak metanol F. rukam tidak memiliki adalah fitokimia seperti flavonoid, tanin, kumarin,
aktivitas penghambatan terhadap S. aureus pada triterpen, alkaloid, fenilpropanoid, sterol dan
konsentrasi 20%. Menurut De Zoysa et al. (2019), terpenoid (Bhatia et al., 2021).
bahawa kehadiran jumlah yang tidak memadai dari Aktivitas antibakteri pada bakteri gram
konstituen aktif atau konstituen dalam ekstrak positif (S. aureus) dan bakteri gram negatif (E. coli)
untuk menunjukkan aktivitas antimikroba dapat menunjukkan hasil yang berbeda tergantung jenis
menjadi alasan untuk hasil negatif. Tidak adanya pelarut yang digunakan. Perbedaan ini juga
aktivitas antimikroba bukan berarti senyawa diakibatkan konstituen morfologi antara bakteri
bioaktif tidak terdapat pada tumbuhan atau gram positif dan gram negatif mungkin menjadi
tumbuhan tidak memiliki aktivitas antimikroba alasan perbedaan sensitivitas antibakteri.
terhadap mikroorganisme. Penelitian ini Komponen struktur lipopolisakarida dalam
menunjukkan bahwa aktivitas antimikroba membran fosfolipid luar bakteri gram negatif
bergantung pada dosis dan pengaruh pelarut menyebabkan dinding sel tidak dapat ditembus
terhadap ekstraksi metabolit yang diperlukan oleh zat kimia antimikroba. Bakteri gram positif
untuk aktivitas antibakteri, sehingga ketersediaan memiliki lapisan luar peptidoglikan, yang membuat
ekstrak kasar F. rukam tergantung pada jenis dinding sel lebih permeabel terhadap zat
pelarut yang digunakan untuk ekstraksi dan antimikroba daripada lapisan lipopolisakarida.
konsentrasi F. rukam tersebut. Zona hambat yang Oleh karena itu, kompleksitas dinding sel bakteri

55
Jurnal Biosains Vol. 7 No. 2. Agustus 2021 ISSN 2443-12xx (cetak)
DOI: https://doi.org/10.24114/jbio.v7i3.21595 ISSN 2460-68xx (online)

gram negatif lebih tinggi dibandingkan dengan Nasional skema Penelitian Dosen Pemula (PDP)
bakteri gram positif. Selain itu, bakteri gram negatif dari Kemenristek-BRIN berdasarkan Surat
kurang rentan terhadap zat kimia antimikroba Keputusan Nomor 7.15/UN50/PG/IV/2020 dan
dibandingkan bakteri gram positif (Tan et al., 2014) Perjanjian atau Kontrak Nomor
Efek antimikroba yang diamati dari 035/SP2H/LT/DRPM/2020.
ekstrak F. rukam dianggap berasal dari induksi
fitokimia sebagai ekstrak yang mengandung Daftar Pustaka
senyawa bioaktif yang diketahui memiliki aktivitas Al-Saleem, M. S., Awaad, A. S., Alothman, M. R., &
antibakteri. Kehadiran beberapa fitokimia dengan Alqasoumi, S. I. 2018. Phytochemical
aktivitas antibakteri dalam ekstrak mungkin telah standardization and biological activities of
berkontribusi pada kerusakan sinergis bakteri certain desert plants growing in Saudi Arabia.
(Farasat et al., 2014). Bakteri gram negatif memiliki Saudi Pharmaceutical Journal, 26(2), 198–
resistensi terhadap aktivitas antimikroba dari 204.
ekstrak tumbuhan (Biswas et al., 2013). Senyawa Appapalam, S. T., & Panchamoorthy, R. 2017. Aerva
fitokimia berinteraksi dengan cara mengganggu lanata mediated phytofabrication of silver
membran sel fosfolipid, mengakibatkan nanoparticles and evaluation of their
peningkatan permeabilitas sel, yang menyebabkan antibacterial activity against wound
penipisan komponen sel. Pada sel bakteri, fitokimia associated bacteria. Journal of the Taiwan
menyebabkan koagulasi kandungan sel dan juga Institute of Chemical Engineers, 78, 539–551.
menonaktifkan deoxyribonucleic acid (DNA) yang Arasu, M. V., Arokiyaraj, S., Viayaraghavan, P.,
dimanifestasikan sebagai gangguan proses Kumar, T. S. J., Duraipandiyan, V., Al-Dhabi, N.
pertumbuhan bakteri (Godstime et al., 2014). A., & Kaviyarasu, K. 2019. One step green
Hasil didapatkan bahwa F. rukam sebagai synthesis of larvicidal, and azo dye degrading
salah satu tumbuhan obat potensial yang dapat antibacterial nanoparticles by response
digunakan untuk melawan berbagai patogen dalam surface methodology. Journal of
bentuk mentah dan sebagai ekstrak. Hal ini Photochemistry and Photobiology B: Biology,
diketahui dengan baik bahwa sebagian besar obat 190, 154–162.
sintetis berasal dari produk nabati (Kalaiselvi et al., Bhatia, P., Sharma, A., George, A. J., Anvitha, D.,
2013). Fitokimia yang ada dalam tanaman Kumar, P., Dwivedi, V. P., & Chandra, N. S.
menunjukkan bioaktivitas yang bermanfaat bagi 2021. Antibacterial activity of medicinal
kesehatan salah satunya sebagai aktivitas plants against ESKAPE: An update. Heliyon,
antimikroba (Mahmud & Khan, 2018). Tumbuhan 7(2), e06310.
pada umumnya mempunyai kandungan fitokimia Biswas, B., Rogers, K., McLaughlin, F., Daniels, D., &
yang beragam tergantung dari jenis tumbuhannya. Yadav, A. 2013. Antimicrobial activities of leaf
Fitokimia adalah senyawa turunan alami yang telah extracts of guava (Psidium guajava L.) on two
digunakan untuk mengobati berbagai penyakit (Ng gram-negative and gram-positive bacteria.
et al., 2018). Tumbuhan mengandung berbagai International Journal of Microbiology, 1–7.
macam metabolit sekunder termasuk tanin, Bonjar, G. H. S., Aghighi, S., & Nik, A. K. 2004.
terpenoid, alkaloid, dan flavonoid yang telah Antibacterial and Antifungal Survey in Plants
terbukti memiliki aktivitas antimikroba, used in Indigenous Herbal-Medicine of South
antioksidan, antitumor, dan aktivitas biologis East Regions of Iran. Journal of Biological
lainnya dan dapat sangat penting dalam kesehatan Sciences, 4(3), 405–412.
(Al-Saleem et al., 2018). Candella, F. 2020. Analisis Total Fenolik, Flavonoid
dan Aktivitas Antioksidan serta Antibakteri
Kesimpulan dari Ekstrak Kulit Batang Rukam (Flacourtia
Senyawa metabolit sekunder dari ekstrak rukam). [skripsi]. Jurusan Kimia, Fakultas
tumbuhan daun rukam (Flacoutia rukam) terdiri Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam:
dari: fenolik, flavonoid, saponin, steroid dan Universitas Sriwijaya.
alkaloid. Pelarut metanol mampu menghambat Christin, M. 2015. Buah rukam atau rukem.
aktivitas antibakteri tertinggi pada konsentrasi https://www.biodiversitywarriors.org.
60%, sedangkan ektraks yang menggunakan De Zoysa, M. H. N., Rathnayake, H., Hewawasam, R.
pelarut etanol memiliki zona hambat tertingginya P., & Wijayaratne, W. M. 2019. Determination
pada konsentrasi 20%. Zona hambat yang of in Vitro Antimicrobial Activity of Five Sri
terbentuk pada penelitian ini tergolong dalam dua Lankan Medicinal Plants against Selected
kategori yaitu: kategori lemah dan kategori sedang Human Pathogenic Bacteria. International
Journal of Microbiology, 1–8.
Ucapan Terimakasih Deshmukh, B. S., Waghmode, A., & Arts, A. 2011.
Penulis mengucapkan terima kasih atas Role of wild edible fruits as a food resource:
bantuan dari Program Penelitian Kompetitif Traditional knowledge. International Journal

56
Jurnal Biosains Vol. 7 No. 2. Agustus 2021 ISSN 2443-12xx (cetak)
DOI: https://doi.org/10.24114/jbio.v7i3.21595 ISSN 2460-68xx (online)

of Pharmacy & Life Sciences, 2(7), 919–924. Universitas Sriwijaya.


Dike-Ndudim, J. ., Anyanwu, G. ., Egbuobi, R. ., Mahmud, J., & Khan, R. A. 2018. Characterization of
Okorie, H. ., Udujih, H. ., Nwosu, D. ., & Okolie, Natural Antimicrobials in Food System.
N. J. . 2016. Anti-bacteria and phytochemical Advances in Microbiology, 8(11), 894–916.
potential of Moringa oleifera leaf extracts on Mariana, L., Andayani, Y., & Gunawan, R. 2013.
some wound and enteric pathogenic bacteria. Analisis Senyawa Flavonoid Hasil Fraksinasi
European Journal of Botany, Plant Sciences Ekstrak Diklorometana Daun Keluwih.
and Phytology, 3(1), 50–60. Chemistry Progress, 6(2), 50–55.
Fadiyah, I., Lestari, I., & Mahardika, R. G. 2020. Marliana, S. D., Suryanti, V., & Suyono. 2005.
Kapasitas Antioksidan Ekstrak Buah Rukam Skrining Fitokimia dan Analisis Kromatografi
(Flacourtia rukam) Menggunakan Metode Lapis Tipis Komponen Kimia Buah Labu Siam
Microwave Assisted Extraction (MAE). Indo. J. (Sechium edule Jacq . Swartz .) dalam Ekstrak
Chem. Res., 7(2), 107–113. Etanol. Biofarmasi, 3(1), 26–31.
Farasat, M., Khavari-Nejad, R. A., Nabavi, S. M. B., & Marnoto, T., Haryono, G., Gustinah, D., & Putra, F. A.
Namjooyan, F. 2014. Antioxidant activity, 2012. Ekstraksi Tannin Sebagai Bahan
total phenolics and flavonoid contents of Pewarna Alami Dari Tanaman Putrimalu
some edible green seaweeds from northern (Mimosa Pudica) Menggunakan Pelarut
coasts of the Persian gulf. Iranian Journal of Organik. Reaktor, 14(1), 39–45.
Pharmaceutical Research, 13(1), 163–170. Martini, N. L., Dwiyani, R., & Pradnyawathi, N. L. M.
Godstime, O., Felix, E., Augustina, J., & Christopher, 2015. Identifikasi dan Karakterisasi Sumber
E. 2014. Mechanisms of Antimicrobial Actions Daya Genetik Buah-buahan di Kabupaten
of Phytochemicals against Enteric Pathogens Bangli. Agrotrop: Journal on Agriculture
- A Review. Journal of Pharmaceutical, Science, 5(2), 179–186.
Chemical and Biological Sciences, 2(2), 77–85. Mostafa, A. A., Al-Askar, A. A., Almaary, K. S.,
Haryati, N., Saleh, C., & Erwin. 2015. Uji Toksisitas Dawoud, T. M., Sholkamy, E. N., & Bakri, M. M.
dan Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun 2018. Antimicrobial activity of some plant
Merah Tanaman Pucuk Merah (Syzygium extracts against bacterial strains causing food
Myrtifolium Walp.) Terhadap Bakteri poisoning diseases. Saudi Journal of Biological
Staphylococcus Aureus dan Escherichia Coli. Sciences, 25(2), 361–366.
Jurnal Kimia Mulawarman, 13(1), 35–40. Neelamkavil, S. V., & Thoppil, J. E. 2016. Evaluation
Hassan, H. U., Murad, W., Tariq, A., & Ahmad, A. of the Anticancer Potential of the Traditional
2014. Ethnoveterinary study of medicinal Medicinal Herb. South Indian Journal of
plants in Malakand Valley, District Dir Biological Sciences, 2(1), 41–45.
(Lower), Khyber Pakhtunkhwa, Pakistan. Ng, C. Y., Yen, H., Hsiao, H. Y., & Su, S. C. 2018.
Irish Veterinary Journal, 67(1), 1–6. Phytochemicals in skin cancer prevention and
Kalaiselvi, M., Subbaiya, R., & Selvam, M. 2013. treatment: An updated review. International
Synthesis and characterization of silver Journal of Molecular Sciences, 19(4), 1–24.
nanoparticles from leaf extract of Parthenium Parija, S. C. (2012). Textbook of Microbiology &
hysterophorus and its anti-bacterial and Immunology 2 nd Edition. Pudhucerry, India:
antioxidant activity. International Journal of Elsevier.
Current Microbiology and Applied Sciences, Pendleton, J. N., Gorman, S. P., & Gilmore, B. F. 2013.
2(6), 220–227. Clinical relevance of the ESKAPE pathogens.
Karmilasanti, K., & Supartini, S. 2011. Expert Review of Anti-Infective Therapy, 11(3),
Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Obat Dan 297–308.
Pemanfaatannya di Kawasan Tane’ Olen Desa Perry, C. C., Weatherly, M., Beale, T., &
Setulang Malinau, Kalimantan Timur. Jurnal Randriamahefa, A. 2009. Atomic
Penelitian Dipterokarpa, 5(1), 23–38. forcemicroscopy study of the antimicrobial
Lim, T. K. 2012. Flacoutia rukam. Edible Medicinal activity of aqueous garlic versus ampicillin
and Non-Medicinal Plants, 5, 776–779. against Escherichia coli and Staphylococcus
Mahalakshmi, N., Dhanasekaran, S., Ravi, C., & aureus. Journal of the Science of Food and
Lingathurai, S. 2016. In‐vitro antimicrobial Agriculture, 89(6), 958–964.
activities of Pongamia glabra and Phyllanthus Putri, D. V., Lestari, F., & Widiya, M. 2019. Uji Daya
niruri. South Indian Journal Of Biological Antibakteri Sari Pati Daun Rukam (Flacourtia
Sciences, 2(2), 236–244. rukam) terhadap Zona Hambat Escherichia
Mahanisa, A. S. 2019. Flavonoid apigenin dari coli. Jurnal Biosilampari : Jurnal Biologi, 2(1),
ekstrak daun tumbuhan rukam (Flacourtia 23–28.
rukam) serta uji aktivitas antioksidan dan Rasingam, L. 2012. Ethnobotanical studies on the
antibakteri. [skripsi]. Jurusan Kimia, Fakultas wild edible plants of Irula tribes of Pillur
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam: Valley, Coimbatore district, Tamil Nadu, India.

57
Jurnal Biosains Vol. 7 No. 2. Agustus 2021 ISSN 2443-12xx (cetak)
DOI: https://doi.org/10.24114/jbio.v7i3.21595 ISSN 2460-68xx (online)

Asian Pacific Journal of Tropical Biomedicine, 2011. Combating antimicrobial resistance:


2(3), 1493–1497. Policy recommendations to save lives. Clinical
Setiabudi, D. ., & Tukiran. 2017. Uji Skrining Infectious Diseases, 52(5), 397–428.
Fitokimia Ekstrak Metanol Kulit Batang Susanto, Sudrajat, D., & Ruga, R. 2012. Studi
Tumbuhan Klampok Watu (Syzygium kandungan bahan aktif tumbuhan meranti
litorale). UNESA Journal of Chemistry, 6(3), merah (Shorea leprosula Miq) sebagai sumber
155–160. senyawa antibakteri. Mulawarmnan
Shaikh, S., Fatima, J., Shakil, S., Rizvi, S. M. D., & Scientific, 11(2), 181–190.
Kamal, M. A. 2015. Antibiotic resistance and Tan, S. L., Lee, H. Y., & Mahyudin, N. A. 2014.
extended spectrum beta-lactamases: Types, Antimicrobial resistance of Escherichia coli
epidemiology and treatment. Saudi Journal of and Staphylococcus aureus isolated from food
Biological Sciences, 22(1), 90-101.. handler’s hands. Food Control, 44, 203–207.
Sofowora, A. 1993. Screening plants for bioactive Thakur, M., Melzig, M. F., Fuchs, H., & Weng, A. 2011.
agents. In medicinal plants and traditional in Chemistry and pharmacology of saponins:
Africa (2nd ed.). Ibadan, Nigeria: pectrum special focus on cytotoxic properties.
Books Ltd., Sunshine House. Botanics: Targets and Therapy, 19–29.
Spellberg, B., Blaser, M., Guidos, R. J., Boucher, H. W., Trease, G. ., & Evans, W. 2002. Farmakognosi (15th
Bradley, J. S., Eisenstein, B. I., & Gilbert, D. N. ed.). Berlin: Springer.

58

Anda mungkin juga menyukai