ABSTRAK
Katuk atau Sauropus androgynus merupakan tanaman yang mudah tumbuh di Indonesia.
Katuk biasanya digunakan daunnya untuk memperbanyak produksi ASI oleh masyarakat
Indonesia. Katuk atau Sauropus androgynus mermiliki banyak kandungan kimia yang
memiliki efek farmakologis. Tujuan pembuatan review ini adalah untuk mengulas mengenai
efek farmakologi yang yang dapat dihasilkan oleh katuk. Efek farmakologi daun katuk yang
telah diteliti meliputi antibakteri, antianemia, antiinflamasi dan dapat meningkatkan produksi
ASI.
Kata kunci: Katuk, efek farmakologi
ABSTRACT
Katuk (Sauropus androgynus) is a plant that is easy to grow in Indonesia. Katuk usually used
leaves to increase milk production by the people of Indonesia. Katuk or Sauropus androgynus
have many chemicals that have pharmacological effects. The purpose of this review is to
review the pharmacological effects that can be produced by katuk. Pharmacological effects of
katuk leaf that have been studied include antibacterial, antianemia, antiinflamasi and can
increase milk production
menunjukkan zona hambat yang lebih adalah 0%, 10%, 15%, 20%, 25% dan
besar dibandingkan dengan ekstrak air 30%. Hasil dari pengujian tersebut pada
pada pengujian menggunakan bakteri kelompok kontrol (0%) terdapat 312 koloni
Staphylococcus aureus yaitu rata-rata bakteri. Semakin tinggi konsetrasi dari
diameter zona penghambatannya sebesar ektrak, akan semakin kecil jumlah koloni
11,33 mm sedangkan ektrak air sebesar yang tumbuh pada media tersebut. Hal ini
8,33 mm. Dibandingkan dengan zona dibuktikan pada konsentrasi ekstrak 30%
hambat gentamicin 14,66 mm, ekstrak diperoleh koloni rata-rata dari pengujian
etanol memiliki aktivitas yang lebih tersebut 0 kolon dan pada konsentrasi
rendah. Ekstrak etanol menunjukkan zona ekstrak 25% terdapat 10 koloni, sedangkan
hambat yang lebih banyak pada bakteri pada konsentrasi ekstrak 15% dan 20%
Klebsiela pnemoniae dibandingkan dengan terdapat 124 dan 55 koloni (Winarsih et
Staphylococcus aureus (Paul,Mariya dan al., 2015).
Anto,K. Beena, 2011).
Pada penelitian lain, aktivitas
Ekstrak dari bagian daun lebih antimikroba yang dimiliki ekstrak daun
efektif daripada ekstrak bagian batang dan katuk (Sauropus androgynus) dapat
akar. Pada ekstrak metanol dan etanol menghambat pertumbuhan beberapa
memiliki nilai penghambatan yang bakteri yang ditandai dengan adanya zona
signifikan terhadap bakteri Proteus hambat. Ekstrak yang diuji dalam
vulgaris, Bacillus cereus dan pengujian beberapa bakteri tersebut
Staphylococcus aureus. Penghambatan meliputi ekstrak metanol, ekstrak etanol
kurang signifikan pada pengujian dengan dan ekstrak air. Bakteri yang diuji yaitu
menggunakan bakteri Klebsiella bakteri gram positif (Bacillis cereus,
pneunomoniae, E.coli dan Pseudomonas Bacillis subtilis dan Staphylococcus
aeroginosa (K,Gayathramma et al., 2012). aureus) dan bakteri gram negarif
(Escherichia coli, Klebsiella pnemoniae
Ekstrak daun katuk juga dapat
dan Salmonella typhimurium) (Ariharan et
digunakan sebagai antibakteri Salmonella
al., 2013).
typhi. Ekstrak yang digunakan pada
pengujian merupakan ekstrak yang Pada pengujian ekstrak Sauropus
diperoleh dnegan melalui prosess maserasi androgynus (L) Merr terhadap bakteri
dengan menggunakan etanol 96%. Propionibacterium acnes tidak terdapat
Konsentrasi ekstrak yang digunakan pada zona hambat, sedangkan pada
pengujian antibakteri Salmonella typhi Staphylococcus epidermis tredapat zona
Farmaka
Suplemen Volume 16 Nomor 2 401
hambat. Sehingga ekstrak daun katuk dapat Aktivitas antimikroba daun katuk
digunakan sebagai obat jerawat yang telah terbukti dapat digunakan untuk
disebabkan karena Staphylococcus beberapa bakteri. Jika aktivitas katuk
epidermis namun tidak dapat digunakan sebagai antibakteri dibandingkan dengan
pada jerawat yang disebabkan karena aktivitas antibakteri dari rosela maka
Propionibacteriuum acnes (Mulyani et al., menghasilkan zona inhibisi infus dauk
2017). katuk terhadap Candida albican rata-rata
lebih kecil dari zona inhibisi yang
Selain digunakan dalam bentuk
dihasilkan oleh rosela (Kusumanegara et
ekstrak langsung, daun katuk juga dapat
al., 2017).
digunakan dalam bentuk salep. Dalam
bentuk salep, pada konsentrasi ektrak salep ANTIINFLAMASI
20% memiliki daya hambat yang lebih
Patch ekstrak daun katuk memiliki
baik terhadap bakteri Staphylococcus
efekivitas yang relatif sama dengan
aureus dibandingkan dengan konsentrasi
natrium diklofenak dalam penyembuhan
ekstrak 10% dan 15% (Zukhri et al., 2018).
radang. Dengan menggunakan dosis
Senyawa yang berperan untuk anti ekstrak 400 mg/kg BB, terjadi
bakteri meliputi alkaloid, flavonoid, tanin penghambatan peradangan berkisar 66,67-
dan saponin. Flavonoid memiliki 100% (Desnita et al, 2018).
mekanisme menghambat sintesis protein
ANTIANEMIA
sehingga akan menyababkan membran
bakteri rusak. Saponin bekerja dengan Klorofil dari daun katuk memiliki
merusak membran dengan cara potensi sebagai alternatif pengobatan
mengganggu permeabilitasnya. Mekanisme anemia hemolitik dengan adnya
alkaloid sebagai antibakteri yaitu dengan peningkatan kadar Hb dan ferritin.
menghambat pembentukan bakteri yang Perawatan klorofil daun katuk dapat
menyebabkan bakteri menjadi rusak dan meningkatkan ferritin pada tikus meskipun
mati. Tanin merusak dinding sel dan perbedaan yang dihasilkan tidak signifikan
menghambat pertumbuhan bakteri sebagai secara statistik Klorofil daun katuk
mekanisme antibakteri (Zukhri et al., berpotensi dapat digunakan sebagai
2018). Tanin merupakan antimikroba yang antioksidan akibat stres oksidatif (Suparmi
dapat menghambat pertumbuhan kapang, et al., 2016).
bakteri dan kamir (Kursia et al., 2016).
MENINGKATKAN PRODUKSI ASI
Farmaka
Suplemen Volume 16 Nomor 2 402
Mutiara medika. Vol. 15 No. 2:96- dalam ransum. Jurnal Ilmu Ternak
103. Vol.6 No.1
Wiradimadja,R. 2006. Peningkatan Kadar Zukhri,S et al. 2018. Uji Sifat Fisik dan
Vitamin A pada Telur Ayam Antibakteri Salep Ekstrak Daun
melalui Penggunaan Daun Katuk Katuk (sauropus androgynus (l)
(Sauropus androgynus L.Merr) merr.). JIK Vol XI, No 1.