BAB 1
PENDAHULUAN
Bakteri Salmonella typhi adalah penyebab demam tifoid. Demam tifoid dapat
ditularkan melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi akibat penanganan
yang tidak higienis (Susanto, 2020). Tingginya jumlah penderita tifoid disebabkan
oleh lingkungan yang tidak sehat atau tercemar, salah satu penyebabnya adalah
pembawa penderita tifus yang dapat mencemari lingkungan karena buang air besar
sembarangan. Pada feses penderita tifus dapat ditemukan bakteri Salmonella typhi
yang dapat menyebarkan kuman penyakit di lingkungan sekitar (Susanto, 2020).
dapat menghambat
pertumbuhan
bakteri
berdasarkan tabel
percobaan
Yossi Ayu Purwanto, Interaksi Eksperimental Kombinasi anatara
Zainul Fadli,& Reza Antagonis Laborsatorium Kloramfenikol
Hakim.2022 Kloramfenikol dengan fraksi
Dengan Reaksi N- heksana, dan air
Heksana Dan dari ektrak etanol
Fraksi Air Umbi Allium sativa L
Bawang Putih memiliki interaksi
(Allium sativa L) antagonis yang
Terhadap bisa menghambat
Salmonella typhi pertumbuhan
bakteri sedangkan
dengan fraksi etil
asetat memiliki
bentuk not
distinguishable.
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivisio : Spermatophyta
Divisio : Magnoliophyta
Kelas : Magniliopsida
Sub-kelas : Dilleniidae
Ordo : Malvales
Familia : Malvaceae
Genus : Hibiscus
Sumber : mongabay.co.id
berlekuk. Panjang daun 6-15 cm dan lebarnya 5-8 cm, tangkai daun bulat berwarna
hijau dengan panjang 4-7 cm.
Tumbuhan Rosella memiliki bunga yang akan keluar setiap tahun, bunga
Rosella berwarna cerah, kelopak bunga atau kaliksnya berwarna merah gelap dan
lebih tebal. Bagian bunga Rosella yang mampu diproses menjadi makanan ialah
kelopak bunganya (kaliks) yang memiliki rasa yang amat masam. Dari hasil olahan
kelopak bunga Rosella dapat dijadikan jenis makanan berupa saos, jelly, minuman,
serbu (teh) atau manisan Rosella. Daun muda Rosella biasanya juga dapat dimakan
sebagai ulam atau salad (Wijayanti, 2010). Hasil olahan tersebut yang mayoritas
digunakan sebagai konsumsi yang biasa di olah oleh masyarakat.
berbentuk bullat telur, pertulangan enjari, ujung tumpul, tepi bergerigi, pangkal
berlekuk. Panjang daun 6-15 cm dan lebarnya 5-8 cm, tangkai daun bulat berwarna
hijau dengan panjang 4-7 cm.
Tumbuhan Rosella memiliki bunga yang akan keluar setiap tahun, bunga
Rosella berwarna cerah, kelopak bunga atau kaliksnya berwarna merah gelap dan
lebih tebal. Bagian bunga Rosella yang mampu diproses menjadi makanan ialah
kelopak bunganya (kaliks) yang memiliki rasa yang amat masam. Dari hasil olahan
kelopak bunga Rosella dapat dijadikan jenis makanan berupa saos, jelly, minuman,
serbu (teh) atau manisan Rosella. Daun muda Rosella biasanya juga dapat dimakan
sebagai ulam atau salad (Wijayanti, 2010). Hasil olahan tersebut yang mayoritas
digunakan sebagai konsumsi yang biasa di olah oleh masyarakat.
metode dilusi sebagai penentu kadar hambat minimum (KHM) dari uji bakteri. Dari
beberapa senyawa dari ekstra kandungan bunga Rosella beberapa seperti flavonoid,
saponin, polisakarida, asam organik dan akaloid dirasa aman dan berguna sebagai
penghambat pertumbuhan bakteri pantogen. (Tirta, 2010, ; Anonim, 2010, ;
(Dharmawibawa)
Senyawa flavonoid itu sendiri yang memiliki kandungan anthocyanin,
gossypeptin (hexahydroxyflavone) 3- glucoside, flavonol glucoside hibiscritin,
flavonoid gossypeptin, delphinidine 3- monoglucoside, cyanidin 3-monoglucoside,
termasuka dalam kelompok senyawa fenol yang terbesar yang ditemukan di alam.
Senyawa-senyawa ini merupakan zat warna merah, ungu dan biru dan sebagai zat
warna kuning yang ditemukan dalam tumbuh tumbuhan (Ross, 2003; Lenny, 2006, ;
(Dharmawibawa)
produk pangan karena dianggap memiliki efek antimikroba pada bakteri pantogen
(Esmeralda Rangel-Vargas, 2016).
Beberapa hasil uji guna melihat antibakteri yang terkandung dalam bunga
Rosella dilakukan dengan mengkstrak Rosella. Bahwa terdapat ektrak etanol dari
kelopak bunga Rosella, sehingga hal tersebut menjelaskan mengapa bunga Rosella
memiliki daya antibakteri (Subaryanti, 2013). Kemudian terdapat juga dalam
penelitian (Muhammad Ali Faturrohman, 2012)
senyawa aktif yang terkandung dari sari ekstra bunga Rosella memiliki
kepolaran sebagai antibakteri yang mampu menghambat mikroorganisme patogen,
sebagaimana yang terkandung dalam senyawa kimia tanaman Rosella antara lain
saponin, flavonoid, alkaloid, tritepenoid, dan tanin ( Rostinawati 2009 ; (Muhammad
Ali Faturrohman, 2012). Maka dari hasil uji senyawa-senyawa tersebut yang diduga
memiliki aktivitas antibakteri dan membut bakteri tidak mampu berkembang dan
menjalankan fungsinya dengan baik.
Kingdom : Bacteria
Kelas : Enterobacteriales
Familia : Enterobacteriaceae
Genus : Salmonella
Pada jangkitan bakteri Salmonella typhi, sering kali adanya infeksi yang
disebut Salmonellosis. Menurut berbagai sumber terdapat 4 manifes gejala klinis
pada manusia yang disebabkan oleh infeksi Salmonella typhi :
1. Gastroenteritis atau keracunan makanan adalah infeksi usus dan tidak ada toksin
sebelumnya. Terjadi karena konsumsi makanan yang terkontaminasi Salmonella
typhi. Misalnya daging dan telur. Masa inkubasi 8-48 jam, gejala mual, sakit
kepala, muntah, diare berat, dan tinja berdarah. Terjadi demam ringan yang akan
sembuh dalam 2-3 hari. Bakteremia jarang terjadi pada pasien (2-4%) kecuali
pada pasien dengan imunitas rendah (Destiana, 2020).
2. Demam tifoid yang disebabkan oleh Salmonella typhi, dan demam paratifoid
yang disebabkan oleh Salmonella Typhi A, B, dan C. Kuman yang masuk
melalui mulut ke lambung mencapai usus halus, kemudian ke kelenjar getah
bening. Kemudian memasuki saluran toraks. Kemudian kuman masuk ke aliran
darah (bakteremia) timbul gejala dan mencapai hati, limpa, sumsum tulang,
ginjal dan lain-lain. Selanjutnya pada organ tersebut, Samonella typhi
berkembang biak (Julius, 1990; (Destiana, 2020).
3. Bakteremia (septikemia) dapat ditemukan pada demam tifoid dan infeksi
Salmonella non-typhi. Kehadiran Salmonella typhi dalam darah membawa risiko
infeksi yang tinggi. Ada invasi awal aliran darah dengan gejala yang menonjol
adalah demam dan bakteremia intermiten. Dan timbul kelainan lokal pada bagian
tubuh seperti osteomielitis, pneumonia, abses paru, meningitis dan lain-lain.
Penyakit ini tidak menyerang usus dan kultur fesesnya negatif (Karsinah et al.,
1994 pada www.repo.stikesicme KTI 2018; (Destiana, 2020).
4. Pembawa asomatik adalah semua individu yang terinfeksi Salmonella typhi.
Akan mengeluarkan kuman dalam tinja untuk jangka waktu yang bervariasi yang
disebut pembawa konvalesen, jika dalam 2-3 bulan penderita tidak lagi
mengeluarkan Salmonella typhi. Dan jika dalam 1 tahun penderita masih
mengeluarkan Salmonella maka disebut sebagai karier kronik (Karsinah, 1994
pada www.repo.tikesicme KTI 2018; (Destiana, 2020).
5. Anamnesis, demam meningkat secara bertahap pada minggu pertama kemudian
demam berlanjut (terus menerus) atau mereda pada minggu kedua. Demam
merupakan gejala klinis terpenting yang terjadi pada pasien tifoid. Demam bisa
muncul secara tiba-tiba, dalam waktu 1-2 hari menjadi parah dengan gejala yang
menyerupai septikemia karena Streptococcus atau Pneumococcus daripada
Salmonella typhi. Di sisi lain, sakit kepala parah yang menyertai demam tinggi
dapat menyerupai gejala meningitis. Salmonella typhi juga dapat melewati sawar
darah otak dan menyebabkan meningitis. Manifestasi mental terkadang
mendominasi gambaran klinis, yaitu kebingungan, stupor, psikosis atau koma.
Sakit perut terkadang tidak bisa dibedakan dari radang usus buntu. Pada stadium
lanjut, peritonitis dapat muncul karena perforasi usus. (I Dewa Ayu Made Dian
Lestari, 2017)
6. Pemeriksaan fisik Febris, kesadaran mendung, bradikardi relatif (suhu 1°C tidak
diikuti peningkatan denyut nadi 8x/menit), lidah berselaput (bagian tengah kotor,
tepi dan ujung merah, dan tremor), hepatomegali , splenomegali, sakit perut ,
roseolae (jarang di Indonesia). (Cita, 2011).
7. Ditemukan leukopenia, leukositosis, atau leukosit normal, aneosinofilia,
limfopenia, LED meningkat, anemia ringan, trombositopenia, gangguan fungsi
hati. Kultur darah positif (kultur empedu). Dalam keadaan normal, darah steril
dan tidak ada flora normal yang diketahui dalam darah. Adanya bakteri dalam
darah disebut bakteremia. Pasien dengan gejala klinis demam selama tiga hari
atau lebih dan konfirmasi hasil kultur darah positif Salmonella Typhi paratyphi
dapat digunakan sebagai diagnosis pasti demam tifoid. (Cita, 2011).
dibunuh dengan aseton, pemberian booster injeksi beberapa bulan kemudian, dan
kemudian memberikan resistensi parsial terhadap hasil infeksi. Maka pengobatan
yang dianjurkan untuk mengatasi infeksi bakteri Salmonella typhi adalah dengan
pemberian antibiotik yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri. Antibiotik yang
digunakan biasanya dari golongan yang paling sensitif terhadap Salmonella typhi
yaitu Amikacin, Amoxicillin, Amoxicillin-Acid, Clavulanate, Cefriakson,
Cefotaxime, Ciproloccin, Meropenem, dan Chloramphenicol. Di RSUD Dr. Seotomo
Surabaya (Irma Suswanti, 2011).
dan sifat yang mirip dengan kloramfenikol. Dosis acuan Dewasa 4x 500 mg (2 gram)
selama 14 hari, untuk anak 50-100 mg/kg BB/hari maks 2 gram selama 10-14 hari
Dalam penelitian ini uji aktivitas Bakteri perlu dilakukan untuk menentukan
yang dilakukan oleh Adang, 2021 uji aktivitas bakteri dapat di lakukan dengan
metode :
1. Metode Difusi
difusi dari zat antibakteri dalam lempeng agar yang telah diinokulasikan dengan
bakteri uji. Kemudian dari hasil uji akan diperoleh berupa ada atau tidaknya zona
≥ 20 mm Sangat kuat
10-20 mm Kuat
5-10 mm Sedang
≤ 5 mm Lemah
Pada metode difusi juga dibagi menjadi 3 sebagaimana yang sering dilakukan
(Sylvia. 2010 ; (Adang, 2021) :
Metode Cakram (disk), dilakukan untuk mengetahui kepekaan
mikroorganisme terhadap berbagai zat antibakteri. Pada metode ini
digunakan kertas saring (paper disk) yang berfungsi menampung zat
antibakteri. Paper disk kemudian diletakkan pada plat agar yang telah
diinokulasi mikroorganisme uji, kemudian diinkubasi pada waktu dan
suhu tertentu, sesuai dengan kondisi optimum mikroorganisme uji.
Sehingga pengamatan yang diperoleh berupa ada tidaknya daerah bening
yang terbentuk di sekitar kertas cakram yang menunjukkan adanya zona
hambat atau zona bening pada pertumbuhan mikroorganisme.
Metode silinder, dilakukan dengan meletakkan beberapa silinder di atas
media agar yang telah diinokulasi bakteri dan diisi dengan larutan yang
2. Metode Dilusi Mencampur zat antibakteri dan media agar yang kemudian
tumbuh atau tidaknya bakteri pada media. Aktivitas antimikroba dengan melihat
uji. Ada 2 cara metode pengenceran yang dapat digunakan, yaitu pengenceran
serial dalam tabung dan pengenceran pelat agar (Pratiwi, 2008; (Adang, 2021).
3. Metode difusi-dilusi, melakukan uji episilometer atau biasa disebut e-test adalah
metode kuantitatif untuk pengujian antimikroba. Metode ini dilakukan dengan
menggunakan strip plastik yang sudah mengandung antibakteri dengan konsentrasi
terendah hingga konsentrasi tertinggi ditempatkan pada media agar yang telah
ditanami mikroorganisme. Penghambatan pertumbuhan mikroorganisme dapat
diamati dengan jelas adanya di sekitar strip (Pratiwi, 2008; (Adang, 2021).
Ekstraksi adalah pemisahan zat target dan zat yang tidak digunakan dimana
teknik pemisahannya didasarkan pada perbedaan distribusi zat terlarut antara dua
atau lebih yang bercampur satu sama lain. Definisi lain dari ekstraksi adalah
proses yang dilakukan untuk memperoleh senyawa kimia dari jaringan tumbuhan
dan hewan dengan pelarut yang sesuai. dalam prosedur ekstraksi standar. Ada
beberapa jenis ekstraksi yang sering digunakan, antara lain sebagai berikut
(Fatmawati & Fernanda, 2019).
a). Maserasi
Maserasi adalah metode ekstraksi sederhana, maserasi dilakukan dengan
merendam bubuk simplisia dalam sari. Cairan sari akan menembus dinding
sel dan akan masuk ke dalam rongga sel yang berisi zat aktif, zat aktif
tersebut akan terlarut oleh perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di
dalam sel dan di luar sel. Kemudian solusi yang paling terkonsentrasi
didorong keluar. Peristiwa ini terjadi berulang-ulang sehingga terjadi
keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel
(Sudarwati & Fernanda, 2019).
b). Perkolasi
Perlokasi adalah proses mengekstraksi simplisia dengan melewatkan
perlahan pelarut yang sesuai di atas simplisia dalam perkolator. Perkolasi
bertujuan untuk menarik zat berkhasiat secara lengkap dan biasanya
dilakukan untuk zat berkhasiat yang tahan panas atau tidak tahan panas
(Sudarwati & Fernanda, 2019).
dihitung mulai dari suhu mencapai 90°C sambal sesekali diaduk (Sudarwati
& Fernanda,2019)
2.7 Pelarut
2.7.1 Etanol
Etanol adalah bahan kimia yang ada di dalam minuman beralkohol, etanol
banyak digunakan sebagai pelarut dalam dunia farmasi dan industri makanan juga
minuaman. Bahan ini tidak berwarna dan tidak mempunyai rasa tetapi memiliki
bau yang khas dan mudah terbakar.Selain digunakan dalam makanan dan
minuman juga digunakan sebagai pengganti bahan bakar kendaraan bermotor
(Utami, 2009).
Kontrol positif
Bunga Rosella kloramfenikol
Mengandung zat
Menghambat
alkaloid,flavonoid,
sintesis protein
saponin,dan tannin.
kuman
Menghambat
pertumbuhan koloni
bakteri
Kererangan :
2.9 Hipotesis
Sampel penelitian ini adalah bunga rosella yang diambil dari tanaman warga
Desa Pulau Panggung Kec. Semende Darat Laut Kab.Muara Enim Provinsi Sumatera
Selatan, selanjutnya sampel dipastikan merupakan jenis bunga rosella (Hibiscus
sabdariffa L) yang akan dilakukan uji determinasi di laboratorium biologi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Palembang.
Objek uji pada penelitian ini adalah biakan murni bakteri Salmonella typhi
yang diperoleh dari laboratorium Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
No Kelompok Perlakuan
1. Kelompok 1 (K1) Kelompok bakteri
Salmonella typhi yang
diberikan ekstrak bunga
rosella dengan konsentrasi
25%.
2. Kelompok 2 (K2) Kelompok bakteri
Salmonella typhi yang
diberikan ekstrak bunga
rosella dengan konsentrasi
50%.
3. Kelompok 3 (K3) Kelompok bakteri
Salmonella typhi yang
diberikan ekstrak bunga
rosella dengan konsentrasi
75%.
4. Kelompok 4 (K4) Kelompok bakteri
Salmonella tyhii yang
diberikan ekstrak bunga
diencerkan si 25%
dengan b.Konsentra
menggunaka si 50%
n rumus c.Konsentra
pengenceran si 75%
V1 x M1= V2 x d.Konsentra
M2.Pengencer si 100%
an ini
dilakukan
sesuai
dengan
konsentrasi
yang
dibutuhkan
oleh peneliti.
2. Zona Zona yang Penggar Menghitung Rasio Diameter
hambat ditandai is diameter (mm)
pertumbuha dengan zona
n bakteri daerah bening.
Salmonella bening
thypi dimana
bakteri
Salmonella
typhi tidak
tumbuh pada
media Agar
(NA).
3. Kandungan Kandungan Uji Dilakukan Nomin a.Alkaloid
senyawa senyawa Fitokim uji dari al hasil positif
kimia yang kimia yang ia ekstrak jika ada
terkandung terkandung bunga endapan
dalam dalam bunga rosella putih atau
bunga rosella untuk kuning
rosella. (Hibiscus mengetahui b.Flavonoid
sabdariffa L) kandungan hasilnya
yang bersifat senyawa positif jika
antibakteri. kimia yang ada endapan
mempunyai merah atau
sifat sebagai warna
antibakteri merah pada
melalui uji media agar.
pada d.Sapo
masing- c.Tannin
masing hasilnya
setiap positif jika
senyawa terbentuk
yang ingin warna biru
dilakukan tua atau
penilaian. coklat
kehujauan.
nin,hasil
positif jika
berbentuk
putih
selama
kurang 10
menit
dengan
ketinggian
1-10 cm.
4. Konsentrasi Ekstrak Penilaia Menilai Nomin Warna pada
Hambat bunga rosella n secara tingkat al medium
Minimum (Hibiscus visual kejernihan uji :
(KMH) sabdariffa L) dan a.Keruh
pada pada kekeruhan b.Jernih
ekstrak konsentrasi disetiap
bunga paling rendah masing-
rosella yang dapat masing
bekerja konsentrasi
sebagai uji dan
antibakteri control uji.
ditandai
dengan
warna jernih
pada medium
pengujian.
Berikut alat dan bahan yang akan digunakan untuk melakukan uji
antibakteri,uji konsentrasi hambat (KMH),uji fitokimia,dan uji nilai kesetaraan bunga
rosella dan bakteri Salmonella typhi.
A.Alat
B.Bahan
A.Strerilisasi Alat
1. Sebanyak 2-3 kg bunga rosella kemudian dicuci bersih di air bersih mengalir.
2. Bunga Rosella dilepas dari kelopaknya dan disimpan di suhu ruangan selama 7x24
jam.
3. Bunga Rosella yang sudah kering mudah patah dan warnanya berubah menjadi
merah tua.
4. Bunga rosella yang sudah jering kemudian diblender sampai menjadi serbuk.
Stok ekstrak bunga rosella dibuat dalam berbagai jenis konsentrasi yaitu
25%,50%,75%,dan 100% dengan cara menambhakan aquades dengan jumlah tertentu
pada setiap konsentrasi dengan menggunakan perhitungan V1 x M1 – M2 x M2.
No V1 M1 V2 M2
1. 0,5 mL 100 % 2 mL 25 %
2. 1 Ml 100 % 2 mL 50 %
3. 1,5 mL 100 % 2 mL 75 %
4. 2 mL 100 % 2 mL 100%
1. Siapkan kultur murni Salmonella thypi sejumlah 1 ose suspensikan dalam larutan
saline steril ( NaCl 0,9%) sebanyak 10 Ml.
4. Kemudian cawan petri ditutup dan siap digunakan untuk dilakukan uji aktivitas
antibakteri.
Cara kerja :
1. Pindahkan 0,1 mL suspensi berisi bakteri secara aseptis ke permukaan media yang
telah memadat dalam cawan petri menggunakan pipet.
2. Sterilisasi spreader/batang bengkok/batang Drigalsky dengan cara dicelupkan
dalam alkohol 70% kemudian dibakar dengan dilewatkan diatas api, biarkan
spreader dingin.
3. Tebarkan/sebarkan kultur bakteri dengan spreader secara merata dan biarkan
sampai permukaan agar mengering.
4. Setelah permukaan agar mengering, selanjutnya inkubasikan secara terbalik
selama 24 jam pada suhu kamar ataupun inkubator dan amatipertumbuhannya.
5. .Lalu ukur aktivitas antibakteri dengan adanya zona hambat yang menunjukan
adanya efek daya hambat pada control positif dan negative.
1.Analisis Univariat
2.Analisis Bivariat
K1 K2 K3 K4
Konsentrasi
100%
Kontrol media
Kontrol suspense
Kontrol pelarut
Kontrol ekstrak