Anda di halaman 1dari 46

ii Universitas Muhammadiyah Palembang

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Antibakteri merupakan zat yang menekan pertumbuhan atau perkembangan


untuk membunuh bakteri. Antibakteri dibagi atas dua berdasarkan mekanisme
kerjanya, bersifat menghambat pertumbuhan bakteri disebut bekteriostatika dan yang
bersifat membunuh bakteri disebut bakterisida. Antibakteri bisa memiliki aktivitas
bakteriosatika menjadi aktivitas bakterisida jika kadarnya ditingkatkan melebihi
kadar hambat minimum (KMH). Bakteri dibedakan menjadi dua bagian yaitu gram
positif dan negative, bakteri gram positif mempunyai beberapa contoh diantaranya
Staphylococcus sp ,Streptococus sp,dan Bacillus sp sedangkan bakteri gram negative
terdiri dari Enterobacteri agglomerans, Proteus sp, Neiserra sp,dan Salmonella typhi.

Bakteri Salmonella typhi adalah penyebab demam tifoid. Demam tifoid dapat
ditularkan melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi akibat penanganan
yang tidak higienis (Susanto, 2020). Tingginya jumlah penderita tifoid disebabkan
oleh lingkungan yang tidak sehat atau tercemar, salah satu penyebabnya adalah
pembawa penderita tifus yang dapat mencemari lingkungan karena buang air besar
sembarangan. Pada feses penderita tifus dapat ditemukan bakteri Salmonella typhi
yang dapat menyebarkan kuman penyakit di lingkungan sekitar (Susanto, 2020).

Di Indonesia demam tifoid diperkirakan sekitar 13-17 kasus,jadi dalam


setahun angka kematian kasus demam tifoid berkisar 600.000-1.500.000 per tahun
(Susanto,2020). Prevalensi demam tifoid di Indonesia mencapai (1,7%),distribusi
prevalensi paling tinggi adalah pada usia 5-14 tahun (1,9%),pada usia 15-24 tahun
(1,5%) dan pada usia 1 tahun (0,8%).Di kota Makassar data mengenai

Universitas Muhammadiyah Palembang


3

penderita.demam tifoid di RSUD Kota Maksassr ditemukan sekitar 97% kasus


(Fatmawati 2022).
Pengobatan penyakit demam tifoid bisa dilakukan secara medis dan
tradisional. Pengobatan secara medis menggunakan obat-obatan yang mengandung
bahan dasar kimia, seperti Amoxicillin, Kloramfenikol,Azithromycin. Pemberian obat
tersebut dapat diberikan secara oral maupun dengan disuntikkan ke dalam otot atau
vena. Di bawah perawatan Tradisional menggunakan bahan alami .Obat tradisional
sudah lama dikenal Sebelumnya umumnya diwariskan dan diperbanyak Secara
lisan. Setiap daerah memiliki ciri khasnya masing-masing, terpisah dalam pengobatan
tradisional. Hal ini tergantung pada kondisi alam dan ketersediaan tanaman di setiap
daerah (Susanto,2020). Saat ini antibiotic yang masih banyak digunakan untuk
demam tifoid adalah, Amoksisilin, Siproliaksin, dan Kotrimoksazol, dan
Kloramfenikol.
Kloramfenikol merupakan pilihan utama untuk pengobatan demam tifoid
karena efektif, murah, mudah didapat, dan dapat diberikan secara oral. Selain itu,
kandungan kloramfenikol dapat menghambat sintesis protein bakteri pada enzim
peptidil transferase sehingga berperan sebagai katalis untuk membentuk ikatan
peptida dalam proses sintesis protein kuman (Jefri, 2017).
Ada beberapa tanaman yang bersifat antibakteri diantaranya daun jambu biji,
buah belimbing wuluh, kayu manis, daun kersen, the hijau, daun mentimun, dan
bunga rosella.Rosella adalah salah satu jenis tumbuhan herbal yang sering digunakan
sebagai pagar musiman. Tanaman Rosella ini memiliki banyak khasiat dan manfaat
bagi manusia. Mulai dari batangnya bisa membuat tas rami dan menggunakan
daunnya sebagai bahan baku kosmetik. Bunganya memiliki banyak efek positif untuk
kesehatan. (Fariyatul,2019). Bunga Rosella terbukti mempunyai kandungan kimia
alkaloid,flavonoid,saponin,dan tannin. Manfaat dari air seduhan rosella bisa sebagai
diuretic,memperlancar buang air besar,dan bisa menurunkan panas sebagai
antibakteri. Senyawa Alkaloid dapat menghambat bakteri dengan cara merusak

Universitas Muhammadiyah Palembang


4

komponen penyususn peptidoglikan pada bagian sel bakteri sehingga lapisan di


dinding sel tidak dapat terbentuk secara utuh dan mengakibatkan kematian sel
(Heru,2022). Senyawa flavonoid yang terdapat pada bunga Rosella mampu
menghambat dan membunuh mikroorganisme yang dapat menyebabkan penyakit
pada manusia. Infeksi oleh bakteri terutama pada penyakit dengan tanda-tanda yang
khas,seperti peradangan,nekrosis,dan pembentukan abses (Reanza,2019). Flavonoid
menghambat pertumbuhan bakteri dengan cara merusak bagian dinding
sel,menonaktifkan pada kerja enzim,berikatan dengan adhesion,dan merusak sel
membrane (Aditya,2017). Mekanisme kerja pada kandungan Saponin sebagai
antibakteri yaitu dengan membuat denaturasi protein lalu permukaan dinding sel
bakteri akan diturunkan dan dipermeabilitas bakteri membrane akan dirusak .
Sedangkan senyawa tannin bisa membentuk ikatan hydrogen dan memungkinkan
protein akan terdenaturasi akibatnya metabolisme protein menjadi terganggu
(Heru,2022). Kelopak bunga ini juga dapat digunakan sebagai pewarna berbagai
macam makanan dan minuman (Fariyatul,2019).

Pada penelitian terdahulu belum ada penelitian yang dilakukan untuk


mengetahui aktivitas antibakteri bunga rosella (Hibiscuss sabdariffa L) yang
menggunakan bakteri Salmonella typhi. Hal tersebut menjadi alasan sehingga akan
dilakukannya penelitian Uji Aktivitas Ekstrak Etanol Bunga Rosella (Hibiscuss
sabdariffa L) Terhadap Bakteri Salmonella typhi.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah diatas,terdapat rumusan


masalah pada penelitian ini adalah :

Universitas Muhammadiyah Palembang


5

1. Apakah ekstrak etanol bunga rosella (Hibiscus sabdariffa L) memiliki aktivitas


antibakteri terhadap bakteri Salmonella typhi secara in vitro dengan berbagai
konsentrasi ?
2. Berapa konsentrasi optimum ekstrak etanol bunga rosella (Hibiscus sabdariffa L)
yang efektif terhadap antibakteri pada bakteri Salmonella typhi?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak etanol bunga rosella (Hibiscus


sabdariffa L ) terhadap pertumbuhan bakteri Salmonella typhi secara in vitro dengan
berbagai konsentrasi.

1.3.2 Tujuan Khusus

1 Mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak etanol bunga rosella (Hibiscus


sabdariffa L) terhadap bakteri Salmonella typhi.

2. Mengetahui konsentrasi optimum antibakteri dari ekstrak etanol bunga rosella


(Hibiscus sabdariffa L) terhadap bakteri Salmonella typhi.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

1. Memberikan bukti-bukti ilmiah tentang uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol


bunga rosella (Hibiscus sabdariffa L) terhadap bakteri Salmonella typhi
secara in vitro dengan berbagai macam konsentrasi.
2. Menambah wawasan peneliti dan dapat menerapkan ilmu dan pengetahuan
yang sudah diperoleh selama di bangku perkuliahan.

Universitas Muhammadiyah Palembang


6

1.4.2 Manfaat Praktisi

1. Penelitian ini bisa memberikan informasi ilmiah dan ilmu pengetahuan


dibidang Kedokteran untuk masyarakat luas tentang manfaat dari ekstrak
etanol bunga rosella (Hibiscus sabdariffa L) yang bisa digunakan sebagai
antibakteri secara in vitro dengan berbagai konsentrasi.
2. Memberikan informasi untuk masyarakat umum terkait herbal medicine pada
infeksi demam tifoid akibat bakteri Salmonella typhi yang mudah didapatkan
dengan harga yang sangat terjangkau yaitu menggunakan Bunga rosella
(Hibiscuss sabdariffa L).

1.5 Keaslian Penelitian

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

Nama Judul Penelitian Desain Hasil


Penelitian
Reanza Musmulya Perbandingan Uji Eksperimental Hasil penelitian ini
Putri,Vivi Eulis Aktivitas Laboratorium menunjukan
Diana,& Khairani Antibakteri Dari bahwa ekstrak
Fitri.2019 Ekstrak Etanol etanol,bunga,daun
Bunga,Daun dan dan akar rosella
Akar Tumbuhan memiliki
Rosella (Hibiscus perbedaan daya
sabdariffa L) hambat yang
Terhadap Bakteri cukup signifikan

Universitas Muhammadiyah Palembang


7

(Sthaphylococcus terhadap bakteri


aureus) Staphylococcus
aureus.zona
hambat terbesar
pada
Staphylococcus
aureus.
Heru Purwanto Aktivitas Eksperimental Ekstrak etanol
Nugroho,Prima Antibakteri Laboratorium daun Psidium
Nnada Ekstrak Etanol guajava L,
Fauziah,&Mochamad Daun Jambu Biji mempunyai
Arief Alislam.2022 (Psidium guajava kemampuan
L.) Pada Bakteri memperhambat
Salmonella typhi pertumbuhan
ATCC 14028 bakteri Salmonella
typhi pada
konsentrasi 50%
dan 75%
sedangkan pada
konsentrasi 15%
dan 25% tidak
memperhambat
Dwi Sudarwati & Uji Aktivitas Eksperimental Daun kelor dan
Woro Sumarni.2016 Senyawa Laboratorium bunga rosella
Antibakteri Pada terbukti
Ekstrak Daun mengandung
Kelor dan Bunga senyawa flavonoid
Rosella yang terbukti

Universitas Muhammadiyah Palembang


8

dapat menghambat
pertumbuhan
bakteri
berdasarkan tabel
percobaan
Yossi Ayu Purwanto, Interaksi Eksperimental Kombinasi anatara
Zainul Fadli,& Reza Antagonis Laborsatorium Kloramfenikol
Hakim.2022 Kloramfenikol dengan fraksi
Dengan Reaksi N- heksana, dan air
Heksana Dan dari ektrak etanol
Fraksi Air Umbi Allium sativa L
Bawang Putih memiliki interaksi
(Allium sativa L) antagonis yang
Terhadap bisa menghambat
Salmonella typhi pertumbuhan
bakteri sedangkan
dengan fraksi etil
asetat memiliki
bentuk not
distinguishable.

Universitas Muhammadiyah Palembang


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Rosella (Hibiscus Sabdarifa L.)

2.1.1 Definis Tanaman Rosella (Hibiscus Sabdarifa L.)

Tanaman Rosella (Hibicus Sabdarifa L.) merupakan anggota famili


Malvaceae. Rosella dapat tumbuh dengan baik di daerah beriklim tropis dan
subtropis. Tanaman ini mempunyai habitat daerah yang terbentang dari India hingga
Malaysia. Hingga sekarang tanaman ini masih tersebar luas di berbagai negara
(Maryani, 2008 ; (Pujiyono, 2019)

2.1.2 Taksonomi Tanaman Rosella

Sebagaimana penjelasan diatas, berikut inilah merupakan klasifikasi dari


taksonomi tanaman Rosella (Pangaribuan, 2016) :

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta

Superdivisio : Spermatophyta

Divisio : Magnoliophyta

Kelas : Magniliopsida

Sub-kelas : Dilleniidae

Ordo : Malvales

8 Muhammadiyah Palembang Universitas


9

Familia : Malvaceae

Genus : Hibiscus

Spesies : Hibiscus sabdariffa L

Gambar 2. 1 Bunga Rosella

Sumber : mongabay.co.id

2.1.3 Morfologi Tanaman Rosella


Tanaman Rosella dengan nama latin Hibiscus sabdariffa L merupakan
tanaman asli dari Afrika Tropis, namun telah banyak dibudidayakan di berbagai
negara seperti Indonesia, India, Malaysia, Mesir dan Sudan. Tanaman Rosella
termasuk dalam spesies Hibiscus dan Famili Malvaceace (Ayu Sutiany, 2019). Pohon
Rosella tumbuh dari biji atau benih dengan ketinggian yang mampu mencapai 3-5
meter, batangnya bulat, tegak, berkayu dan berwarna merah. Daun nya tunggal,
berbentuk bullat telur, pertulangan enjari, ujung tumpul, tepi bergerigi, pangkal

Universitas Muhammadiyah Palembang


10

berlekuk. Panjang daun 6-15 cm dan lebarnya 5-8 cm, tangkai daun bulat berwarna
hijau dengan panjang 4-7 cm.
Tumbuhan Rosella memiliki bunga yang akan keluar setiap tahun, bunga
Rosella berwarna cerah, kelopak bunga atau kaliksnya berwarna merah gelap dan
lebih tebal. Bagian bunga Rosella yang mampu diproses menjadi makanan ialah
kelopak bunganya (kaliks) yang memiliki rasa yang amat masam. Dari hasil olahan
kelopak bunga Rosella dapat dijadikan jenis makanan berupa saos, jelly, minuman,
serbu (teh) atau manisan Rosella. Daun muda Rosella biasanya juga dapat dimakan
sebagai ulam atau salad (Wijayanti, 2010). Hasil olahan tersebut yang mayoritas
digunakan sebagai konsumsi yang biasa di olah oleh masyarakat.

2.1.4 Kandungan Tanaman Rosella

Secara umum kandungan dalam tumbuhan Rosella yakni memiliki


antioksidan yang tinggi, hal tersebut dapat dilihat dari semakin pekat warna merah
pada kelopak bunga Rosella maka dirasa semakin asam dan memiliki kandungan
antosianin (antioksidan) semakin tinggi. Antisionin berperan menjaga kerusakan sel
akibat penyerapan sinar ultraviolet berlebihan. Sehingga mampu melindungi sel-sel
tubuh dari perubahan akibat radikal bebas. Kemudian pada bagian kelopak bunga
Rosella mengandung vitamin C. Vitamin A, dan asam amino yang diperlukan tubuh,

2.1.3 Morfologi Tanaman Rosella

Tanaman Rosella dengan nama latin Hibiscus sabdariffa L merupakan


tanaman asli dari Afrika Tropis, namun telah banyak dibudidayakan di berbagai
negara seperti Indonesia, India, Malaysia, Mesir dan Sudan. Tanaman Rosella
termasuk dalam spesies Hibiscus dan Famili Malvaceace (Ayu Sutiany, 2019). Pohon
Rosella tumbuh dari biji atau benih dengan ketinggian yang mampu mencapai 3-5
meter, batangnya bulat, tegak, berkayu dan berwarna merah. Daun nya tunggal,

Universitas Muhammadiyah Palembang


11

berbentuk bullat telur, pertulangan enjari, ujung tumpul, tepi bergerigi, pangkal
berlekuk. Panjang daun 6-15 cm dan lebarnya 5-8 cm, tangkai daun bulat berwarna
hijau dengan panjang 4-7 cm.
Tumbuhan Rosella memiliki bunga yang akan keluar setiap tahun, bunga
Rosella berwarna cerah, kelopak bunga atau kaliksnya berwarna merah gelap dan
lebih tebal. Bagian bunga Rosella yang mampu diproses menjadi makanan ialah
kelopak bunganya (kaliks) yang memiliki rasa yang amat masam. Dari hasil olahan
kelopak bunga Rosella dapat dijadikan jenis makanan berupa saos, jelly, minuman,
serbu (teh) atau manisan Rosella. Daun muda Rosella biasanya juga dapat dimakan
sebagai ulam atau salad (Wijayanti, 2010). Hasil olahan tersebut yang mayoritas
digunakan sebagai konsumsi yang biasa di olah oleh masyarakat.

2.1.4 Kandungan Tanaman Rosella

Secara umum kandungan dalam tumbuhan Rosella yakni memiliki


antioksidan yang tinggi, hal tersebut dapat dilihat dari semakin pekat warna merah
pada kelopak bunga Rosella maka dirasa semakin asam dan memiliki kandungan
antosianin (antioksidan) semakin tinggi. Antisionin berperan menjaga kerusakan sel
akibat penyerapan sinar ultraviolet berlebihan. Sehingga mampu melindungi sel-sel
tubuh dari perubahan akibat radikal bebas. Kemudian pada bagian kelopak bunga
Rosella mengandung vitamin C. Vitamin A, dan asam amino yang diperlukan tubuh,
dan 18 diantaranya terdapat pada kelopak bunga Rosella. Adapun terdapat juga
arigin, lisin, protein dan kalsium yang bagus untuk proses peremajaan sel tubuh.
Kadar antioksidan Rosella paling tinggi dapat diperoleh ketika dikonsumsi dalam
bentuk kering (Wijayanti, 2010).
Tidak hanya itu menurut penelitian yang dilakukan (Subaryanti, 2013) ekstra
dari bunga Rosella mengandung senyawa kimia seperti akaloida, flavonoida, saponin,
triterpenoid, minyak atsiri, tannin, fenolik, steroid, dan glikosida. Pengujian
dilakukan uji mikrobiologi dengan metode difusi untuk menentukan ona hambat dan

Universitas Muhammadiyah Palembang


12

metode dilusi sebagai penentu kadar hambat minimum (KHM) dari uji bakteri. Dari
beberapa senyawa dari ekstra kandungan bunga Rosella beberapa seperti flavonoid,
saponin, polisakarida, asam organik dan akaloid dirasa aman dan berguna sebagai
penghambat pertumbuhan bakteri pantogen. (Tirta, 2010, ; Anonim, 2010, ;
(Dharmawibawa)
Senyawa flavonoid itu sendiri yang memiliki kandungan anthocyanin,
gossypeptin (hexahydroxyflavone) 3- glucoside, flavonol glucoside hibiscritin,
flavonoid gossypeptin, delphinidine 3- monoglucoside, cyanidin 3-monoglucoside,
termasuka dalam kelompok senyawa fenol yang terbesar yang ditemukan di alam.
Senyawa-senyawa ini merupakan zat warna merah, ungu dan biru dan sebagai zat
warna kuning yang ditemukan dalam tumbuh tumbuhan (Ross, 2003; Lenny, 2006, ;
(Dharmawibawa)

2.1.5 Manfaat Tanaman Rosella

Tanaman Rosella disebutkan memiliki banyak manfaat dan kegunaan, Rosella


digunakan sebagai ramuan herbal atau pengobatan tradisional karena dirasa mampu
mengobati batuk, lesu, demam, tekanan perasaan, gusi berdarah (skurvi) dan
mencegah penyakit hati. Kadar antioksidan yang tingga pada kelopak Rosella juga
sebagai penghambat radikal bebas. Sebagaimana bunga Rosella dapat juga diolah
menjadi bahan konsumsi yakni pembuatan jus, saos, sirup dan sebagai bahan
pewarna yang didalamnya memiliki khasiat diantaranya : Menurunkan asam urat,
Menurunkan kadar kolesterol tubuh, Mencegah kanker, tumor, kista dan sejenisnya
(Pangaribuan, 2016).
Selain sebagai pengobatan herbal kandungan senyawa kimia yang terdapat
dari esktra bunga Rosella yakni berfungsi sebagai antibakteria, dan mampu
menghambat pertumbuhan bakteri, salah satunya yakni Escherichia coli dan
Salmonella typh (Ayu Sutiany, 2019). Sehingga terdapat penelitian yang
menggunakan ekstra bunga Rosella sebagai antimikrobba alternatif yang aman untuk

Universitas Muhammadiyah Palembang


13

produk pangan karena dianggap memiliki efek antimikroba pada bakteri pantogen
(Esmeralda Rangel-Vargas, 2016).

2.1.6 Efek Bunga Rosella Sebagai Antibakteri

Beberapa hasil uji guna melihat antibakteri yang terkandung dalam bunga
Rosella dilakukan dengan mengkstrak Rosella. Bahwa terdapat ektrak etanol dari
kelopak bunga Rosella, sehingga hal tersebut menjelaskan mengapa bunga Rosella
memiliki daya antibakteri (Subaryanti, 2013). Kemudian terdapat juga dalam
penelitian (Muhammad Ali Faturrohman, 2012)
senyawa aktif yang terkandung dari sari ekstra bunga Rosella memiliki
kepolaran sebagai antibakteri yang mampu menghambat mikroorganisme patogen,
sebagaimana yang terkandung dalam senyawa kimia tanaman Rosella antara lain
saponin, flavonoid, alkaloid, tritepenoid, dan tanin ( Rostinawati 2009 ; (Muhammad
Ali Faturrohman, 2012). Maka dari hasil uji senyawa-senyawa tersebut yang diduga
memiliki aktivitas antibakteri dan membut bakteri tidak mampu berkembang dan
menjalankan fungsinya dengan baik.

2.2 Bakteri Salmonella typhi

2.2.1 Definis Bakteri Salmonella typhi

Salmonella typhi merupakan bakteri patogenesis, yakni kemampuan dalam


menimbulkan sebuah penyakit. Termasuk dalam family Entero bacteriaceae , dan
merupakan klasifikasi dari Salmonella SP. Salmonella SP juga disebut bakteri
berbentuk batang, pada pengecatan gram berwarna merah muda (gram negatif),
memiliki kapsul, tidak dan memiliki spora. Sifat dari bakteri ini tnra-cellular
paracites yakni fakultatif. Terdiri dari dinding sel yang tersusun atas lapisan-lapisan
berupa murein , lipoprotein, fosfolipid, protein dan lipoposakarida (LPS) (Dzen, 2008
; (Selviana, 2018).

Universitas Muhammadiyah Palembang


14

Salmonella typhi dapat ditularkan melalui makanan dan minuman yang


terkontaminasi bakteri. Beberapa bakteri dihancurkan oleh asam lambung dan sisanya
berlanjut di saluran pencernaan dan berkembang biak. Jika bakteri masuk dalam
jumlah banyak, kira-kira 106-109. Jika respon imun humoral IgA mukosa usus tidak
baik, bakteri akan masuk ke usus halus. Pertama akan menembus sel epitel terutama
sel M kemudian masuk ke lamina propria. Di dalam lamina propria bakteri
berkembang biak dan difagositosis oleh sel fagosit terutama makrofag (Nelwan,
RHH., 2007; (I Dewa Ayu Made Dian Lestari, 2017).

2.2.2 Taksonomi Bakteri Salmonella typhi

Sebagai berikut merupakan klasifikasi dari taksonomi bakteri Salmonella


Tyhimurium :

Kingdom : Bacteria

Ordo : Gamma Proteobacteria

Kelas : Enterobacteriales

Familia : Enterobacteriaceae

Genus : Salmonella

Spesies : Salmonella enteric

Sub Spesies : enteric 1

Serotipe : typhi (I Dewa Ayu Made Dian Lestari, 2017)

Universitas Muhammadiyah Palembang


15

Gambar 2. 2 Salmonella typhi


Sumber : iStock

2.2.3 Morfologi Bakteri Salmonella typhi

Salmonella typhi merupakan bakteri berbentuk batang berbentuk spora,


berukuran 103,5 m x 0,5-0,8 m. Ukuran koloni rata-rata 2-4 mm, memiliki flagela
peritrichous. Salmonella typhi juga mampu memfermentasi glukosa dan manosa
tanpa membentuk gas, tetapi bakteri ini tidak memfermentasi laktosa dan sukrosa.
Sehingga sebagian besar isolat Salmonella typhi yang berasal dari bahan klinis
menghasilkan H2S (Jawetz et al., 2006; (I Dewa Ayu Made Dian Lestari,
2017).Menurut Kementerian Kesehatan RI tahun 2006, pada media SSA (Salmonella
dan Shigella Agar) diisolasi pada suhu 37°C, menunjukkan koloni yang terlihat
cembung, transparan dan memiliki bercak hitam di tengahnya, dan bakteri Salmonella
typhi akan mati pada suhu 60°C selama 15-20 menit melalui pesteurisasi yaitu
perebusan dan klorinasi.
Bakteri Salmonella bersifat motil, gram negatif, anaerob fakultatif dan
berbentuk batang. Sel luar terdiri dari struktur lipopolisakarida kompleks (LPS) yang
bebas dari lisis sel sampai batas tertentu selama kultur. Bagian lipopolisakarida dapat
berfungsi sebagai endotoksin, dan berperan penting dalam menentukan virulensi

Universitas Muhammadiyah Palembang


16

organisme. Kompleks endotoksin makromolekul ini terdiri dari tiga komponen,


lapisan luar O-polisakarida, bagian tengah (inti R), dan lapisan lipid A bagian dalam.
merupakan agen penyebab penyakit endemik dan mampu menimbulkan kerugian
yang besar, karena pada umumnya organisme dari genus Salmonella merupakan
sumber berbagai macam infeksi, mulai dari gastroenteritis ringan sampai berat yaitu
demam tifoid dan bakteremia (Jawetz et al, 2010). ; (I Dewa) Ayu Made Dian Lestari,
2017).

2.2.4 Patogenesis Salmonella typhi

Bakteri Salmonella typhi dapat menyebabkan infeksi pada manusia. Beberapa


dari bakteri ini adalah reservoir bagi manusia dan patogen bagi hewan. Salmonella
dapat menyebar melalui mulut dengan makanan dan minuman yang terkontaminasi.
Lalu apa yang menyebabkan bakteri Salmonella menjadi infeksi pada tubuh manusia,
jika menimbulkan masalah klinis berkisar 103-108 sel/mL. Ditemukan juga bahwa
faktor inang juga mempengaruhi bakteri dalam tubuh antara lain keasaman lambung,
fiora usus normal, dan daya usus lokal (Selviana, 2018). Namun, penyebab pasti
penularan Salmonella typhi saat ini belum diketahui secara pasti, karena
menyebabkan infeksi invasif dengan menembus sel epitel usus dan merangsang
pembentukan sel inflamasi. Bakteri ini juga berpotensi menghasilkan racun yang
tidak tahan panas. Salmonella SP merupakan bakteri yang termasuk mikroorganisme
yang sangat kecil dan tidak terlihat oleh mata. Selain itu, bakteri ini tidak
meninggalkan bau atau rasa pada makanan. Biasanya bakteri dapat dideteksi melalui
pemeriksaan laboratorium. Salmonella SP menyebabkan penyakit yang secara umum
disebut Salmonellosis, yang dibagi menjadi 3 kelompok:

1. Golongan Gastroenteritis (Food Poisoning), Merupakan gejala yang paling sering


dari infeksi Salmonella sp. Gejala initerutama ditimbulkan oleh S. Enteriditis dan
S. Typhimurium, biasanya terjadi demam, kejang perut dan diare yang terjadi
antara 12-72 jam setelah mengkonsumsi minuman yang terkontaminasi. Penyakit

Universitas Muhammadiyah Palembang


17

tersebut dapat berlangsung selama 4-7 hari dan kebanyakansembuh tanpa


pengobatan atau pemberian antibiotik, akan tetapi diareakan bertambah parah
den mengharuskan penderita berobat ke rumah sakit terutama untuk penggantian
cairan elektrolit. Penyakit ini berakibat fatal jika orang tua dan bayi yang
kekebalannyarendah mengkonsumsi minuman yang terkontaminasi kuman
tersebut. Pada penderita ini, infeksi biasanya menyebar dari usus ke pembuluh
darah kemudian ke seluruh jaringan tubuh dan dapat menyebabkan kematian
kecuali jika penderita cepat memperoleh pengobatan dengan antibiotik.
2. Golongan Bakterimia (Septikemia), Biasanya ini dihubungkan dengan S.
cholerasius tetapi dapat disebabkan oleh setiap serotip Salmonella sp, infasi dini
dalam darah setelah infeksi melalui mulut dengan kemungkinan lesi fokal di
paru-paru, tulang, selaputotak, dan sebagainya. Tetapi sering tidak ada
manifestasi usus, biakan darah tetap positif.
3. Golongan Entericfever (Typhoid Fever /Typhus Abdominalis) Disebabkan oleh
S. typhi, S. paratyphi A, S. Schootmulleri Salmonella sp yang termakan mencapai
usus halus dan masuk ke kelenjar getah bening lalu dibawa ke aliran darah.
Kuman dibawa oleh darah menuju berbagai organ, termasuk usus dimana
organisme ini berkembang biak dalam jaringan limfoid dan diekskresi dalam
tinja. (Hediati)

2.2.5 Manifes Klinis Infeksi Bakteri Salmonella typhi

Pada jangkitan bakteri Salmonella typhi, sering kali adanya infeksi yang
disebut Salmonellosis. Menurut berbagai sumber terdapat 4 manifes gejala klinis
pada manusia yang disebabkan oleh infeksi Salmonella typhi :
1. Gastroenteritis atau keracunan makanan adalah infeksi usus dan tidak ada toksin
sebelumnya. Terjadi karena konsumsi makanan yang terkontaminasi Salmonella
typhi. Misalnya daging dan telur. Masa inkubasi 8-48 jam, gejala mual, sakit

Universitas Muhammadiyah Palembang


18

kepala, muntah, diare berat, dan tinja berdarah. Terjadi demam ringan yang akan
sembuh dalam 2-3 hari. Bakteremia jarang terjadi pada pasien (2-4%) kecuali
pada pasien dengan imunitas rendah (Destiana, 2020).
2. Demam tifoid yang disebabkan oleh Salmonella typhi, dan demam paratifoid
yang disebabkan oleh Salmonella Typhi A, B, dan C. Kuman yang masuk
melalui mulut ke lambung mencapai usus halus, kemudian ke kelenjar getah
bening. Kemudian memasuki saluran toraks. Kemudian kuman masuk ke aliran
darah (bakteremia) timbul gejala dan mencapai hati, limpa, sumsum tulang,
ginjal dan lain-lain. Selanjutnya pada organ tersebut, Samonella typhi
berkembang biak (Julius, 1990; (Destiana, 2020).
3. Bakteremia (septikemia) dapat ditemukan pada demam tifoid dan infeksi
Salmonella non-typhi. Kehadiran Salmonella typhi dalam darah membawa risiko
infeksi yang tinggi. Ada invasi awal aliran darah dengan gejala yang menonjol
adalah demam dan bakteremia intermiten. Dan timbul kelainan lokal pada bagian
tubuh seperti osteomielitis, pneumonia, abses paru, meningitis dan lain-lain.
Penyakit ini tidak menyerang usus dan kultur fesesnya negatif (Karsinah et al.,
1994 pada www.repo.stikesicme KTI 2018; (Destiana, 2020).
4. Pembawa asomatik adalah semua individu yang terinfeksi Salmonella typhi.
Akan mengeluarkan kuman dalam tinja untuk jangka waktu yang bervariasi yang
disebut pembawa konvalesen, jika dalam 2-3 bulan penderita tidak lagi
mengeluarkan Salmonella typhi. Dan jika dalam 1 tahun penderita masih
mengeluarkan Salmonella maka disebut sebagai karier kronik (Karsinah, 1994
pada www.repo.tikesicme KTI 2018; (Destiana, 2020).
5. Anamnesis, demam meningkat secara bertahap pada minggu pertama kemudian
demam berlanjut (terus menerus) atau mereda pada minggu kedua. Demam
merupakan gejala klinis terpenting yang terjadi pada pasien tifoid. Demam bisa
muncul secara tiba-tiba, dalam waktu 1-2 hari menjadi parah dengan gejala yang
menyerupai septikemia karena Streptococcus atau Pneumococcus daripada
Salmonella typhi. Di sisi lain, sakit kepala parah yang menyertai demam tinggi

Universitas Muhammadiyah Palembang


19

dapat menyerupai gejala meningitis. Salmonella typhi juga dapat melewati sawar
darah otak dan menyebabkan meningitis. Manifestasi mental terkadang
mendominasi gambaran klinis, yaitu kebingungan, stupor, psikosis atau koma.
Sakit perut terkadang tidak bisa dibedakan dari radang usus buntu. Pada stadium
lanjut, peritonitis dapat muncul karena perforasi usus. (I Dewa Ayu Made Dian
Lestari, 2017)
6. Pemeriksaan fisik Febris, kesadaran mendung, bradikardi relatif (suhu 1°C tidak
diikuti peningkatan denyut nadi 8x/menit), lidah berselaput (bagian tengah kotor,
tepi dan ujung merah, dan tremor), hepatomegali , splenomegali, sakit perut ,
roseolae (jarang di Indonesia). (Cita, 2011).
7. Ditemukan leukopenia, leukositosis, atau leukosit normal, aneosinofilia,
limfopenia, LED meningkat, anemia ringan, trombositopenia, gangguan fungsi
hati. Kultur darah positif (kultur empedu). Dalam keadaan normal, darah steril
dan tidak ada flora normal yang diketahui dalam darah. Adanya bakteri dalam
darah disebut bakteremia. Pasien dengan gejala klinis demam selama tiga hari
atau lebih dan konfirmasi hasil kultur darah positif Salmonella Typhi paratyphi
dapat digunakan sebagai diagnosis pasti demam tifoid. (Cita, 2011).

2.2.6 Pengobatan Infeksi Bakteri Salmonella typhi

Mewabahnya infeksi bakteri Salmonella typhi sebenarnya dapat dicegah


seperti pada penelitian (Destiana, 2020) dengan cara mengendalikannya. Yang dapat
dilakukan adalah pengukuran senitasi harus dilakukan untuk mencegah kontaminasi
makanan dan air dengan hewan pengerat atau hewan lain yang dapat menularkan
bakteri Salmonella typhi. Sering juga disebutkan bahwa pengolahan ternak, seperti
telur dan daging hewan, cara pengolahannya juga harus higienis dan selalu
memperhatikan cara mencuci dan memasak yang benar. Dilakukan observasi terlebih
dahulu terhadap yang terinfeksi, pemberian injeksi suspensi Salmonella typhi yang

Universitas Muhammadiyah Palembang


20

dibunuh dengan aseton, pemberian booster injeksi beberapa bulan kemudian, dan
kemudian memberikan resistensi parsial terhadap hasil infeksi. Maka pengobatan
yang dianjurkan untuk mengatasi infeksi bakteri Salmonella typhi adalah dengan
pemberian antibiotik yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri. Antibiotik yang
digunakan biasanya dari golongan yang paling sensitif terhadap Salmonella typhi
yaitu Amikacin, Amoxicillin, Amoxicillin-Acid, Clavulanate, Cefriakson,
Cefotaxime, Ciproloccin, Meropenem, dan Chloramphenicol. Di RSUD Dr. Seotomo
Surabaya (Irma Suswanti, 2011).

2.3 Penggunaan Antibiotik

2.3.1 Antibiotik Kloramfenikol

Kloramfenikol adalah antibiotik spektrum luas yang menghambat


pertumbuhan berbagai bakteri gram positif dan gram negatif. Antibiotik ini termasuk
Khloremphenicol dan Tiampenikol. Antibiotik ini telah digunakan sejak tahun 1948
sampai sekarang di Indonesia, karena harganya yang terjangkau dan efektifitasnya
terhadap Salmonella typhi masih tinggi. Namun bakteri Salmonella typhi
menimbulkan resistensi karena adanya plasmid yang menghasilkan enzim
Kloramfenikol Acetyltransferase (CAT) sehingga mengaktifkan Kloramfenikol (Irma
Suswanti, 2011).
Antibiotik golongan ini mampu bekerja dengan cara menghambat sintesis

bakteri yang mengikat ribosom 50S sehingga menghambat pembentukan rantai

peptida. Kloramfenikol tidak boleh diberikan jika leukosit <2000/mm3. Dalam

Tiamphenicol adalah turunan dari -methylsufony (-SO2CH3) dengan spektrum aksi

dan sifat yang mirip dengan kloramfenikol. Dosis acuan Dewasa 4x 500 mg (2 gram)

selama 14 hari, untuk anak 50-100 mg/kg BB/hari maks 2 gram selama 10-14 hari

dibagi 4 dosis. (Lidia, 2020).

Universitas Muhammadiyah Palembang


21

Gambar 2. 3 Struktur Kloramfenikol


Sumber : Google Image

2.3.2 Antibiotik Sefriakson

Alternatif kedua adalah pemberian antibiotik Sefriakson, sebagaimana


penelitian yang dilakukan di RSUD Dr. Seotomo Surabaya menunjukkan bahwa
sensitivitas Seftriaxone terhadap Salmonella typhi cukup rendah, dan lamanya
pengobatan juga dapat menyebabkan resistensi jika pengobatan dengan Cefriacon
dilakukan sebentar, kurang dari 10-4 hari. Cefriaxone termasuk golongan sefalosporin
generasi ketiga yang bekerja menghambat transpeptidase peptidoglikan sehingga
sintesis dinding sel terhambat (Barrali, 2006; (Irma Suswanti, 2011).Sefalosporin
merupakan antibiotik -laktam yang bekerja dengan cara menghambat sintesis dinding
sel mikroba (Departemen Kesehatan RI, 2011). Republik Indonesia) (Depkes RI),
2000). Antibiotik cefriaxone pada penelitian ini memberikan hasil yang lebih efektif
dari segi lamanya durasi terapi dan lebih efisien dari segi farmakoekonomi.
Mekanisme resistensi Salmonella typhi terhadap Sefriakson dapat dijelaskan yaitu
dengan memproduksi enzim -laktam dari Sefriakson dan menghilangkan daya
antimikroba (Petri, 2007; (Irma Suswanti, 2011).Penggunaan dan dosis sesuai untuk
anak-anak dan orang dewasa, durasi waktu terapi yang relatif singkat (Irma Suswanti,
2011).5 hari), dan efektif menghilangkan bakteri dari feses dan mampu menghindari
kekambuhan. Dosis dewasa menggunakan 2-4 gram sehari selama 3-5 hari, kemudian
anak-anak 80mg/kg BB/ hari dalam dosis tunggal pada siang hari. (Departemen
Kesehatan Republik Indonesia (Depkes) RI), 2000).

Universitas Muhammadiyah Palembang


22

Gambar 2. 4 Struktural Sefriakson


Sumber : Google Image

2.4 Mekanisme Kerja Antibakteri

Sebelum mengulas kinerja Antibakteri, pengertian Antibakteri menurut Paju


et al, 2013, adalah zat yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri bahkan
membunuh bakteri patogen. Jenis antibakteri dibedakan menjadi dua, yaitu
bakteriostatik yang menekan pertumbuhan bakteri dan bakterisida yang membunuh
bakteri (Safitri, 2016; (Alce K. Magani, 2020).
Sebagaimana yang telah dijelaskan bahwa Antibakteri mampu menghambat
dan membunuh bakteri, dikarenakan senyawanya bersifat selektif bagi parasit maka
dijelaskan pula meknisme kerja Antibakteri dalam prosesnya. Menurut Waluyo, 2010
; (Adang, 2021) mekanisme kerja bakteri dibagi menjadi empat cara :
1. Penghambat Sintesis Dinding,
Dalam hal ini, sifat antibakteri berperan sebagai penghambat pembentukan
peptidoglikan pada dinding sel bakteri. Hal ini menyebabkan kerusakan sel
karena tidak adanya lapisan pelindung.
2. Pengubahan Fungsi Membran Plasam,
Yaitu, membran sel memiliki peran penting dalam penghalang melalui
permeabilitas selektif, kemudian melakukan transpor aktif dan mengontrol
pengaturan di dalam sel. Hal ini karena membran sel merupakan tempat

Universitas Muhammadiyah Palembang


23

terjadinya aktivitas biosintetik tertentu. Beberapa zat Antibakteri dapat merusak


dan melemahkan salah satu atau lebih fungsi tersebut, sehingga pertumbuhan sel
akan terhambat dan mati.
3. Penghambat Sintesis Protein
Sintesis protein merupakan hasil akhir dari dua proses utama, yaitu transkripsi
(proses pemindahan instruksi genetik dan DNA ke mRNA), kemudian translasi
(proses penguraian kode salinan DNA di bawah mRNA). Oleh karena itu,
antibiotik mampu menghambat protein dengan menghambat perlekatan tRNA
dan mRNA pada ribosom.
4. Penghambat Sintesis Asam Nukleat
Melalui DNA, RNA dan protein, ketiganya memegang peran yang sangat penting
dalam proses kehidupan normal sel. Ketiaka terjadi gangguan apapun pada
pembentukan atauri fungsi zat-zat tersebut maka dapat mengakibatkan kerusakan
total pada sel. Sehingga bahan Antibakteri yang mamp menghambat
pertumbuhan bakteri dengan ikatan kuat enzim DNA dan RNA bakteri, dan
kemudian mengakibatkan penghambatan sintesis RNA bakteri.

2.5 Metode Uji Antibakteri

Dalam penelitian ini uji aktivitas Bakteri perlu dilakukan untuk menentukan

tingkat kerentanan bakteri terhadap senyawa Antibakteri. Sesuai dengan penelitian

yang dilakukan oleh Adang, 2021 uji aktivitas bakteri dapat di lakukan dengan

metode :

1. Metode Difusi

Penentuan aktivitas antibakteri pada metode ini didasarkan pada kemampuan

difusi dari zat antibakteri dalam lempeng agar yang telah diinokulasikan dengan

Universitas Muhammadiyah Palembang


24

bakteri uji. Kemudian dari hasil uji akan diperoleh berupa ada atau tidaknya zona

hambat atau zona bening yang akan terbentuk

Dayat hambat bakteri Kategori

≥ 20 mm Sangat kuat

10-20 mm Kuat

5-10 mm Sedang

≤ 5 mm Lemah

Tabel 2.1Klasifikasi Diameter Zona Hambat


Sumber : E-Journal UNSARAT

Pada metode difusi juga dibagi menjadi 3 sebagaimana yang sering dilakukan
(Sylvia. 2010 ; (Adang, 2021) :
 Metode Cakram (disk), dilakukan untuk mengetahui kepekaan
mikroorganisme terhadap berbagai zat antibakteri. Pada metode ini
digunakan kertas saring (paper disk) yang berfungsi menampung zat
antibakteri. Paper disk kemudian diletakkan pada plat agar yang telah
diinokulasi mikroorganisme uji, kemudian diinkubasi pada waktu dan
suhu tertentu, sesuai dengan kondisi optimum mikroorganisme uji.
Sehingga pengamatan yang diperoleh berupa ada tidaknya daerah bening
yang terbentuk di sekitar kertas cakram yang menunjukkan adanya zona
hambat atau zona bening pada pertumbuhan mikroorganisme.
 Metode silinder, dilakukan dengan meletakkan beberapa silinder di atas
media agar yang telah diinokulasi bakteri dan diisi dengan larutan yang

Universitas Muhammadiyah Palembang


25

akan diuji dan diinkubasi. Setelah inkubasi, diamati pertumbuhan bakteri


untuk melihat ada tidaknya daerah hambat di sekitar silinder.
 Metode sumur (hole/cup), cawan agar yang telah diinokulasi
mikroorganisme uji dibuat lubang yang kemudian diprobe dengan zat
antimikroba uji. Kemudian setiap lubang diisi dengan bahan uji. Setelah
itu, media diinkubasi pada suhu dan waktu yang sesuai untuk
mikroorganisme uji. Pengamatan akan diperoleh berupa ada tidaknya zona
hambat yang akan terbentuk di sekitar lubang.

2. Metode Dilusi Mencampur zat antibakteri dan media agar yang kemudian

diinokulasi dengan mikroorganisme uji. Pengamatan akan didapatkan berupa

tumbuh atau tidaknya bakteri pada media. Aktivitas antimikroba dengan melihat

konsentrasi hambat minimum (KHM) yang merupakan konsentrasi antimikroba uji

yang masih memiliki efek penghambatan terhadap pertumbuhan mikroorganisme

uji. Ada 2 cara metode pengenceran yang dapat digunakan, yaitu pengenceran

serial dalam tabung dan pengenceran pelat agar (Pratiwi, 2008; (Adang, 2021).

3. Metode difusi-dilusi, melakukan uji episilometer atau biasa disebut e-test adalah
metode kuantitatif untuk pengujian antimikroba. Metode ini dilakukan dengan
menggunakan strip plastik yang sudah mengandung antibakteri dengan konsentrasi
terendah hingga konsentrasi tertinggi ditempatkan pada media agar yang telah
ditanami mikroorganisme. Penghambatan pertumbuhan mikroorganisme dapat
diamati dengan jelas adanya di sekitar strip (Pratiwi, 2008; (Adang, 2021).

Universitas Muhammadiyah Palembang


26

2.6 Metode Ekstraksi

2.6.1 Definisi Ekstraksi

Ekstraksi adalah pemisahan zat target dan zat yang tidak digunakan dimana
teknik pemisahannya didasarkan pada perbedaan distribusi zat terlarut antara dua
atau lebih yang bercampur satu sama lain. Definisi lain dari ekstraksi adalah
proses yang dilakukan untuk memperoleh senyawa kimia dari jaringan tumbuhan
dan hewan dengan pelarut yang sesuai. dalam prosedur ekstraksi standar. Ada
beberapa jenis ekstraksi yang sering digunakan, antara lain sebagai berikut
(Fatmawati & Fernanda, 2019).

2.6.2 Ekstraksi Cara Dingin

a). Maserasi
Maserasi adalah metode ekstraksi sederhana, maserasi dilakukan dengan
merendam bubuk simplisia dalam sari. Cairan sari akan menembus dinding
sel dan akan masuk ke dalam rongga sel yang berisi zat aktif, zat aktif
tersebut akan terlarut oleh perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di
dalam sel dan di luar sel. Kemudian solusi yang paling terkonsentrasi
didorong keluar. Peristiwa ini terjadi berulang-ulang sehingga terjadi
keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel
(Sudarwati & Fernanda, 2019).
b). Perkolasi
Perlokasi adalah proses mengekstraksi simplisia dengan melewatkan
perlahan pelarut yang sesuai di atas simplisia dalam perkolator. Perkolasi
bertujuan untuk menarik zat berkhasiat secara lengkap dan biasanya
dilakukan untuk zat berkhasiat yang tahan panas atau tidak tahan panas
(Sudarwati & Fernanda, 2019).

Universitas Muhammadiyah Palembang


27

2.6.3 Ekstraksi Cara Panas

Metode ini tentu melibatkan panas dalam proses ekstraksinya. Dengan


adanya panas secara otomatis bisa mempercepat proses penyarian
disbanding cara dingin. Berikut adalah beberapa macam metode ekstraksi
cara panas(Sudarwati & Fernanda,2019).
a). Refluxs
Refluks adalah salah satu metode untuk sintesis senyawa anorganik yang
digunakan ketika pelarut yang mudah menguap digunakan dalam sintesis.
Prinsip dari metode refluks adalah pelarut yang mudah menguap yang
digunakan akan menguap pada suhu tinggi, tetapi akan didinginkan oleh
kondensor sehingga pelarut yang sebelumnya berupa uap akan menjadi
terkondensasi di dalam kondensor dan jatuh kembali ke dalam reaksi. tempat
sehingga pelarut akan tetap selama reaksi (Sudarwati & Fernanda). ,2019).
b). Soxlhet
Sokletasi adalah metode atau suatu proses pemisahan suatu komponen yang
ada dalam zat padat dengan cara penyarian berulang-ulang dengan
menggunakan suatu tertentu,sehingga semua komponen yang diinginkan
akan terisolasi. Metode ini digunakan pada pelarut organic tertentu.Dengan
cara pemanasan, lalu uap yang timbul setelah dingin secara lanjut akan
membasahi sampel, secara teratur pelarut akan dimasukan kembali ke dalam
labu dengan membawa senyawa kimia yang diisolasi tersebut (Sudarwati &
Fernanda,2019).
c). Infusa
Infusdasi adalah cara ekstraksi dengan menggunakan pelarut air.Pada waktu
proses infusdasi berlangsung,temperature pada pelarut air harus mencapai
suhu 90°C selama 15 menit. Cara yang sering digunakan adalah serbuk atau
simplisia dipanaskan dalam panic dengan air secukupnya selama 15 menit

Universitas Muhammadiyah Palembang


28

dihitung mulai dari suhu mencapai 90°C sambal sesekali diaduk (Sudarwati
& Fernanda,2019)

2.7 Pelarut

2.7.1 Etanol

Etanol adalah bahan kimia yang ada di dalam minuman beralkohol, etanol
banyak digunakan sebagai pelarut dalam dunia farmasi dan industri makanan juga
minuaman. Bahan ini tidak berwarna dan tidak mempunyai rasa tetapi memiliki
bau yang khas dan mudah terbakar.Selain digunakan dalam makanan dan
minuman juga digunakan sebagai pengganti bahan bakar kendaraan bermotor
(Utami, 2009).

Rumus molekul : C2H5OH


Berat molekul : 46.07 g/mol
Titik didih : 78,29[3]
Titik leleh : -144,14[3]
Tekanan uap : 58 kPa (20°C)
Kelarutan dalam air : tercampur penuh[2]
Densitas : 0,7893 g/cm3[3]
Suhu kritis : 241°C
Viskositas : 1,200 Cp (20°C)
Kapasitas panas : 0,5 Kcal/kg°c

Universitas Muhammadiyah Palembang


29

2.8 Kerangka Teori

Bagan 2.1 Kerangka Teori

Kontrol positif
Bunga Rosella kloramfenikol
Mengandung zat
Menghambat
alkaloid,flavonoid,
sintesis protein
saponin,dan tannin.
kuman

Menghambat
pertumbuhan koloni
bakteri

Pengobatan infeksi Salmonella


typhi

Bakteri sel tidak berkembang

Senyawa Zona hambat


KMH ekstrak
kimia dalam bakteri
etanol bunga
bunga Salmonella
rosella
rosella thypi

Universitas Muhammadiyah Palembang


30

Kererangan :

= Variabel yang diteliti

= Variabel yang tidak diteliti

2.9 Hipotesis

H0 : Ekstrak etanol bunga rosella (Hibiscus sabdariffa L) tidak memiliki


aktivitas antibakteri terhadap bakteri Salmonella typhi melalui uji secara in
vitro dengan berbagai konsentrasi.
H1 : Ekstrak etanol bunga rosella (Hibiscus sabdariffa L) memiliki aktivitas
antibakteri terhadap bakteri Salmonella typhi melalui uji secara in vitro
dengan berbagai konsentrasi.

Universitas Muhammadiyah Palembang


BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik secara in vitro


berdesain penelitian posttest only control group.

3.2. Waktu dan Tempat Penelitian

3.2.1 Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan (mulai dari setelah penyusunan proposal


selesai sampai dengan penyusunan tugas akhir) pada bulan Oktober-November 2022.

3.2.2 Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Laboratorium Fakultas Kedokteran


Muhammadiyah Palembang.

3.3 Sampel dan Besar Sampel Penelitian

3.3.1 Sampel Penelitian

Sampel penelitian ini adalah bunga rosella yang diambil dari tanaman warga
Desa Pulau Panggung Kec. Semende Darat Laut Kab.Muara Enim Provinsi Sumatera
Selatan, selanjutnya sampel dipastikan merupakan jenis bunga rosella (Hibiscus
sabdariffa L) yang akan dilakukan uji determinasi di laboratorium biologi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Palembang.

2.3.2 Besar Sampel Penelitian

32 Universitas Muhammadiyah Palembang


33

Sampel penelitian ini adalah ekstrak bunga rosella (Hibiscus sabdariffa L)


yang mempunyai 6 perlakuan.Perlakuan yang dipakai adalah ekstrak bunga rosella
(Hibiscus sabdariffa L) dengan konsentrasi 25% (kelompok 1),konsentrasi 50%
(kelompok 2),konsentrasi 75% (kelompok 3),konsentrasi 100% (kelompok
4),kloramfenikol 30 mg sebagai control positif (kelompok 5),dan aquades sebagai
control negatif (kelompok 6).

3.4 Objek Uji

Objek uji pada penelitian ini adalah biakan murni bakteri Salmonella typhi
yang diperoleh dari laboratorium Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

3.5 Kelompok Perlakuan

Tabel 3. 1 Kelompok Perlakuan

No Kelompok Perlakuan
1. Kelompok 1 (K1) Kelompok bakteri
Salmonella typhi yang
diberikan ekstrak bunga
rosella dengan konsentrasi
25%.
2. Kelompok 2 (K2) Kelompok bakteri
Salmonella typhi yang
diberikan ekstrak bunga
rosella dengan konsentrasi
50%.
3. Kelompok 3 (K3) Kelompok bakteri
Salmonella typhi yang
diberikan ekstrak bunga
rosella dengan konsentrasi
75%.
4. Kelompok 4 (K4) Kelompok bakteri
Salmonella tyhii yang
diberikan ekstrak bunga

Universitas Muhammadiyah Palembang


34

rosella dengan konsentrasi


100%.

1.6 Variabel Penelitian

3.6.1 Variabel Terikat

1. Zona hambat pertumbuhan Salmonella typhi.

2. Senyawa kimia yang terkandung dalam bunga rosella.

3.Konsentrasi hambat minimum (KMH) ekstrak bunga rosella..

3.6.2 Variabel Bebas

1. Ekstrak bunga rosella dengan konsentrasi 25%

2. Ekstrak bunga rosella dengan konsentrasi 50%

3. Ekstrak bunga rosella dengan konsentrasi 75%

4. Ekstrak bunga rosella dengan konsentrasi 100%

1.7 Definisi Operasional

Tabel 3. 2 Definisi Operasional

N Variabel Definisi Alat Cara Ukur Skala Hasil Ukur


o Ukur Ukur
1. Konsentrasi Ekstrak Mikro Rumus Ordina Ekstrak
ekstrak bunga rosella pipet pengenceran l bunga
bunga (Hibiscus V1x M1 = V2 rosella
rosella. sabdariffa L) x M2 dengan
yang berbagai
diperoleh konsentrasi
kemudian a.Konsentra

Universitas Muhammadiyah Palembang


35

diencerkan si 25%
dengan b.Konsentra
menggunaka si 50%
n rumus c.Konsentra
pengenceran si 75%
V1 x M1= V2 x d.Konsentra
M2.Pengencer si 100%
an ini
dilakukan
sesuai
dengan
konsentrasi
yang
dibutuhkan
oleh peneliti.
2. Zona Zona yang Penggar Menghitung Rasio Diameter
hambat ditandai is diameter (mm)
pertumbuha dengan zona
n bakteri daerah bening.
Salmonella bening
thypi dimana
bakteri
Salmonella
typhi tidak
tumbuh pada
media Agar
(NA).
3. Kandungan Kandungan Uji Dilakukan Nomin a.Alkaloid
senyawa senyawa Fitokim uji dari al hasil positif
kimia yang kimia yang ia ekstrak jika ada
terkandung terkandung bunga endapan
dalam dalam bunga rosella putih atau
bunga rosella untuk kuning
rosella. (Hibiscus mengetahui b.Flavonoid
sabdariffa L) kandungan hasilnya
yang bersifat senyawa positif jika
antibakteri. kimia yang ada endapan
mempunyai merah atau
sifat sebagai warna
antibakteri merah pada
melalui uji media agar.
pada d.Sapo

Universitas Muhammadiyah Palembang


36

masing- c.Tannin
masing hasilnya
setiap positif jika
senyawa terbentuk
yang ingin warna biru
dilakukan tua atau
penilaian. coklat
kehujauan.
nin,hasil
positif jika
berbentuk
putih
selama
kurang 10
menit
dengan
ketinggian
1-10 cm.
4. Konsentrasi Ekstrak Penilaia Menilai Nomin Warna pada
Hambat bunga rosella n secara tingkat al medium
Minimum (Hibiscus visual kejernihan uji :
(KMH) sabdariffa L) dan a.Keruh
pada pada kekeruhan b.Jernih
ekstrak konsentrasi disetiap
bunga paling rendah masing-
rosella yang dapat masing
bekerja konsentrasi
sebagai uji dan
antibakteri control uji.
ditandai
dengan
warna jernih
pada medium
pengujian.

5. Nilai Nilai Microso Penilaian Nomin Nilai


kesetaraan kesetaraan ft Excel rata-rata al kesetraan
ekstrak ekstrak diameter antara 1 mg
bunga bunga rosella zona ekstrak
rosella (Hibiscus hambat bunga
dengan sabdariffa L) eksrtak rosella
antibiotik dengan bunga dengan 30

Universitas Muhammadiyah Palembang


37

kloramfeni antibiotik rosella mg


kol dan kloramfeniko dengan antibiotik
seftriakson l yang bisa berbagai kloramfenik
menghasilkan macam ol.
diameter konsentrasi
zona hambat dan
yang sama. antibiotic
kloramfenik
ol pada
bakteri
Salmonella
typhi lalu
ditentukan
nilai
kesetaraann
ya.

3.8 Langkah Kerja

3.8.1 Persiapan Alat dan Bahan

Berikut alat dan bahan yang akan digunakan untuk melakukan uji
antibakteri,uji konsentrasi hambat (KMH),uji fitokimia,dan uji nilai kesetaraan bunga
rosella dan bakteri Salmonella typhi.

A.Alat

1. Cawan Petri 9. Inkubator

2. Autoclave 10. Pipet tetes

3. Blender 11. Erlenmayer ukuran1L

4. Tabung reaksi 12.Rotaryvacum evaporator

5. Bunsen 13. Mikropipet

Universitas Muhammadiyah Palembang


38

6. Pinset 14. Kertas cakram

7. Penggaris 15. Jarum ose steril

8. Kertas saring Whatman 16. Cutton bud

B.Bahan

1.Bakteri Salmonella tyhpi 9. Larutan FeCl3 1 %

2. Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L) 10. Alumunium foil

3. Kontrol positif antibiotik (kloramfenikol) 11. Larutan Mayer

4. Aquades steril 12. Larutan Hcl pekat

5. Pelarut Flavonoid (Etanol) 13. Larutan H2SO4

6. Air suling steril 14. Larutan ammonia

7. Media Nutrient Agar 15. Serbuk magnesium

8. Larutan Nacl 0,9 % 16. Media Nutrient Broth

3.8.2 Cara Kerja

A.Strerilisasi Alat

Alat-alat yang digunakan dicuci dan dibersihkan lalu dikeringkan.Setelah itu,alat


disterilkan menggunakan autoclave selama 15 menit pada suhu 121°C dengan
tekanan 2 atm.

B.Pembuatan Simplisia Bunga Rosella

Universitas Muhammadiyah Palembang


39

1. Sebanyak 2-3 kg bunga rosella kemudian dicuci bersih di air bersih mengalir.

2. Bunga Rosella dilepas dari kelopaknya dan disimpan di suhu ruangan selama 7x24
jam.

3. Bunga Rosella yang sudah kering mudah patah dan warnanya berubah menjadi
merah tua.

4. Bunga rosella yang sudah jering kemudian diblender sampai menjadi serbuk.

C.Ekstraksi Bunga Rosella

Ekstraksi bunga rosella dilakukan dengan cara metode maserasi,serbuk bunga


rosella dimasukkan kedalam erlenmayer sebanyak 175 gram kemudian ditambahkan
pelarut Etanol hingga mencapai 100 Ml.Maserasi dilakukan pada suhu kamar selama
24 jam.Kemudian hasil filtrate dari maserasi disaring menggunakan kertas saring
Whatman untuk dipisahkan dari sari dan ampasnya.Selanjutnya dilakukan remaserasi
satu kali dalam 24 jam,menggunakan ampas sisa maserasi pertama dan ditambahkan
1000 ml pelarut etanol lalu disaring dan dicampurkan dengan hasil maserasi
pertama.Hasil filtrate diuapkan dengan menggunakan rotary vacuum evaporator pada
sihu 40°C sampai mendapatkan ekstrak pekat dan disimpan di wadah steril.

D.Pembuatan Konsentrasi Ekstrak Bunga Rosella

Stok ekstrak bunga rosella dibuat dalam berbagai jenis konsentrasi yaitu
25%,50%,75%,dan 100% dengan cara menambhakan aquades dengan jumlah tertentu
pada setiap konsentrasi dengan menggunakan perhitungan V1 x M1 – M2 x M2.

Tabel 3. 3 Jumlah Ekstrak Bunga Rosella yang Dibutuhkan

Universitas Muhammadiyah Palembang


40

No V1 M1 V2 M2
1. 0,5 mL 100 % 2 mL 25 %
2. 1 Ml 100 % 2 mL 50 %
3. 1,5 mL 100 % 2 mL 75 %
4. 2 mL 100 % 2 mL 100%

Keterangan : V1 : Volume larutan yang akan diencerkan (ml)

V2 : Volume larutan (air dan ekstrak) yang diinginkan (ml)

M1 : Konsentrasi ekstrak bunga rosella yang tersedia (%)

M2 : Konsentrasi bunga rosella yang akan dibuat (%)

E. Pembuatan Media Nutrient Agar (Na)

1. Timbang sebanyak 14,5 gram medium instant.


2. Suspensikan dalam akuadest dan volume akhir dibuat 500 ml.
3. Panaskan suspensi ini sampai agar-agar menjadi matang.
4. Masukkan ke dalam tabung reaksi (± 5ml untuk media miring, dan ± 10 ml untuk
media tegak).
5. Sterilkan dengan autoclave pada temperatur 121 oC dan tekanan 15 lbs. Selama
15 menit.
6. Simpan pada tempat yang dingin dan kering (dalam kulkas).

F. Pembuatan Media Biakan Bakteri Salmonella thypi

1. Siapkan kultur murni Salmonella thypi sejumlah 1 ose suspensikan dalam larutan
saline steril ( NaCl 0,9%) sebanyak 10 Ml.

2. Kemudian dihomogenkan dengan standard larutan McFarland 0,5 supaya


mendapatkan suspensi standard.

3.Bakteri diambil menggunakan cotton bud steril,kemudian ditanamkan secara aseptis


pada media NA padat di cawan petri dengan metode sebar.

Universitas Muhammadiyah Palembang


41

4. Kemudian cawan petri ditutup dan siap digunakan untuk dilakukan uji aktivitas
antibakteri.

G. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Bunga Rosella Terhadap Bakteri


Salmonella thypi

Teknik spread plate merupakan teknik isolasi mikroba dengan cara


menginokulasi kultur mikroba secara pulasan/sebaran di permukaan media agar yang
telah memadat.

Cara kerja :

1. Pindahkan 0,1 mL suspensi berisi bakteri secara aseptis ke permukaan media yang
telah memadat dalam cawan petri menggunakan pipet.
2. Sterilisasi spreader/batang bengkok/batang Drigalsky dengan cara dicelupkan
dalam alkohol 70% kemudian dibakar dengan dilewatkan diatas api, biarkan
spreader dingin.
3. Tebarkan/sebarkan kultur bakteri dengan spreader secara merata dan biarkan
sampai permukaan agar mengering.
4. Setelah permukaan agar mengering, selanjutnya inkubasikan secara terbalik
selama 24 jam pada suhu kamar ataupun inkubator dan amatipertumbuhannya.
5. .Lalu ukur aktivitas antibakteri dengan adanya zona hambat yang menunjukan
adanya efek daya hambat pada control positif dan negative.

3.9 Cara Pengolahan dan Analisis Data

3.9.1 Cara Pengolahan Data

Universitas Muhammadiyah Palembang


42

a. Editing (pengelohan data), merupakan kegiatan untuk memeriksa kelengkapan


data, dalam hal ini yang diperiksa adalah data pada lembar pemeriksaan
antropometri anak dan data status gizi ibu, apakah data yang telah ada sudah
lengkap, jelas, relevan, dan konsisten.
b. Coding (pengkodean data), merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf
menjadi data berbentuk bilangan atau angka. Kegunaannya adalah untuk
mempermudah pada saat analisis data dan juga mempercepat pada saat entry data.
c. Processing (pemprosesan data), merupakan proses agar data yang telah
dikumpulkan dapat dianalisis yang dilakukan dengan cara entry (memasukkan)
data dari lembar observasi dan pemeriksaan ke dalam komputer untuk diolah lebih
lanjut menggunakan software SPSS.
d. Cleaning (pembersihan data), merupakan pengecekan kembali data yang sudah di
entry tujuannya adalah menyaring Kembali dan yang diambil hanya data yang
benar dan tidak meragukan agar meminimalisir kesalahan.

3.9.2 Analisis Data

1.Analisis Univariat

Analisis univariat digunakan untuk membuat gambaran distribusi frekuensi


setiap variabel penelitian. Tujuan dilakukannya analisis univariat dalam penelitian ini
adalah untuk mengetahui pola distribusi frekuensi masing-masing variabel yaitu
kejadian stunting pada anak 24-59 bulan.

2.Analisis Bivariat

Universitas Muhammadiyah Palembang


43

Analisis biavariat digunakan untuk menganalisis kedua variabel penelitian,


yakni variabel independent (malnutrisi pada ibu hamil) dan variabel dependen
(stunting pada anak). Dengan menggunakan uji Chi-square. Uji Chi-Square
merupakan uji statistik non-parametrik yang membandingkan dua kelompok atau
lebih pada data-data yang telah dikategorisasikan. Dengan uji statistik tersebut dapat
digunakan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh antar variabel dengan hasil
signifikan (bermakna) p value < 0,05 atau tidak.

3.10 Alur Penelitian

Universitas Muhammadiyah Palembang


44

Bagan 3.1 Alur Penelitian

Uji determinasi Pembuatan media uji


tanaman,sterilisasi,dan proses Nutrient Agar ( NA)
pengeringan

Bakteri Salmonella thypi


Ekstraksi rosella dengan ditanam di Media NA
metode maserasi

K1 K2 K3 K4

Pencelupan masing-masing ekstrak dan


control uji ke kertas cakram 15 menit

Uji Fitokimia Uji Konsentrasi Hambat


bunga rosella Minimum (KMH) Inkubasi di suhu 37°C
selama 24 jam

Uji aktivitas antibakteri

Uji nilai kesetaraan

Olah data dan analisis data

Membuat hasil dan pembahasan

Membuat kesimpulan dan saran

Universitas Muhammadiyah Palembang


45

Keterangan : 1. K1 : ekstrak dari bunga rosella pada konsentrasi 25%

2. K2 : ekstrak dari bunga rosella pada konsentrasi 50%

3. K3 : ekstrak dari bunga rosella pada konsentrasi 75%

4. K4 : ekstrak dari bunga rosella pada konsentrasi 100%

3.11 Dummy Tabel

Tabel 3. 4 Dummy Tabel Uji Senyawa Fitokimia

Senyawa Hasil Uji Senyawa Fitokimia


Fitokimia Keterangan
Positif Negatif
Uji Alkaloid
Uji Flavonoid
Uji Tanin
Uji Saponin

Tabel 3. 5 Dummy Tabel Uji Aktivitas Antibakteri

Kelompok Diameter Zona Hambat (mm) Nilai Respon


Perlakuan Replikasi Rata-rata Hambat
1 2 3 4 (mm)
Konsentrasi 25%
Konsentrasi 50%
Konsentrasi 75%
Konsentrasi 100%
Kloramfenikol 30 mg
Aquades steril

Tabel 3. 6 Dummy Tabel Uji Konsentrasi Hambat Minimum (KHM)

Kejernihan dan Kekeruhan Medium Uji


Kelompok Replikasi
Perlakuan 1 2 3 4
Konsentrasi 25%
Konsentrasi 50%
Konsentrasi 75%

Universitas Muhammadiyah Palembang


46

Konsentrasi
100%
Kontrol media
Kontrol suspense
Kontrol pelarut
Kontrol ekstrak

3.12 Anggaran Penelitian

Tabel 3. 7 Estimasi Anggaran

No Nama Jumlah Harga Total


1 Pelarut etanol 2 liter Rp 50.000 Rp 100.000
2 Kertas saring 15 lembar Rp 6.000/ Rp 90.000
Whatman 42 lembar
3 Bunga Rosella 3 kg - -
4 Aquades steril 500 mL RP 5.000 Rp 25.000
5 Media Nutrient Agar 14,5 gram Rp 10.000/ gram Rp 145.000
(NA)
6 Alumunium foil 1 roll Rp 25.000 Rp 25.000
7 NaCl 0,9 % 10 mL Rp 7.000 Rp 7.000
8 Bakteri Salmonella 1 media cawan Rp 500.000 Rp 500.000
typhi petri
9 Cutton bud 100 buah Rp.10.000 Rp.10.000
10 Kertas cakram 50 disk Rp 150.000 Rp.150.000
11 Kloramfenikol 50 disk Rp 200.000 Rp 200.000
12 Media Nutrient 2 gram Rp 8.000 Rp 16.000
Broth
TOTAL Rp 1.268.000

Universitas Muhammadiyah Palembang

Anda mungkin juga menyukai