PENDAHULUAN
normal yang dapat hidup dipermukaan kulit, hidung dan tenggorokan, tetapi jika
dan Amikasin. Sehingga bakteri ini tergolong sebagai bakteri Multi Drug Resistance
stap
daun berbentuk lanset memanjang dan buah berbentuk buni. Pisang dapat kita
wilayah Indonesia dapat dijadikan tempat untuk bercocok tanam pisang, termasuk
1
di Gorontalo. Di Gorontalo, pisang merupakan komoditas buah-buahan utama
yang di produksi sebanyak 4.404 ton (Dinas Pertanian Provinsi Gorontalo, 2016).
yaitu liar dan dapat dibudidaya. Pisang liar umumnya memiliki buah pisang yang
berbiji, berkulit keras dan tebal sehingga tidak dapat di konsumsi, sedangkan
pisang budidaya merupakan pisang yang di tanam atau dibudidaya yang memiliki
rasa yang manis, mempunyai biji yang kecil, serta daging buah yang lembut.
Salah satu pisang liar yang terdapat di Gorontalo adalah pisang abati (Musa
balbisiana Colla). Hal ini dibuktikan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Hastuti et al (2019) menunjukkan bahwa ada empat spesies pisang liar yang
zebrina, Musa acuminata var. banksii, Musa acuminata var. lutraensis, Musa
acuminata var. sigiensis, Musa acuminata ssp. microcarpa, Musa borneensis dan
Musa textilis. Dimana terdapat spesies yang paling umum ditemukan di hampir
Salah satu pisang liar atau pisang hutan yang di jadikan sebagai antibakteri
dalam penelitian ini adalah getah pisang abati (Musa balbisiana Colla). Tidak
seperti pisang pada umumnya, pisang abati (batu) merupakan pisang dengan ciri
khas daging buah yang banyak mengandung biji. Kurangnya perhatian masyarakat
Dusun Tumba terhadap pisang abati karena tidak menguntungkan dari segi
ekonomi untuk dibudidaya. Selain itu, kesulitan dalam menanam pisang abati
adalah tidak tahan terhadap angin dan hujan lebat, karena akan membuat daun
2
menjadi robek sehingga menurunkan mutu dan harga jual daun. Menurut
sering dijadikan sebagai obat untuk mengobati berbagai macam luka, mulai dari
luka goresan, luka bakar, luka dicakar hewan, dll. Sebelum di aplikasikan di
bagian tubuh yang terluka, bonggol pisang tersebut dibakar terlebih dahulu
sehingga didapatkan air dari pisang abati. Sehingga dari persepsi masyarakat
Dusun Tumba, perlu dilakukan penelitian ilmiah tentang kemampuan getah pisang
ulkus diabetic.
permukaan akar nantinya akan menjadi lokasi tumbuhnya tunas baru dan terletak
di permukaan tanah.
Penelitian ini lebih terfokus pada getah bonggol pisang abati untuk melihat
adanya aktivitas antibakteri. Hal ini dikarenakan senyawa antibakteri yang paling
lainnya seperti akar, pelepah daun, jantung pisang dan buah. Hal ini didukung
oleh penelitian yang dilakukan Ningsih et al (2013) yaitu tentang uji aktivitas
antibakteri ekstrak etanol bonggol pisang kepok kuning (Musa paradisiaca L.)
bakteri uji, dibandingkan dengan bagian lain tanaman pisang kepok kuning.
3
Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Kusuma et al (2019), untuk melihat
potensi antibakteri ekstrak etanol bonggol pisang klutuk wulung (Musa balbisiana
BB) terhadap bakteri penyebab infeksi pada luka yang diketahui bahwa terdapat
zona hambat pada konsentrasi 100% sebesar 17,05 mm dan 50% sebesar 10,75
bersifat antibakteri pada ekstrak etanol bonggol pisang klutuk wulung adalah
flavonoid, saponin, tanin dan kuinon. Masing-masing dari senyawa ini memiliki
variasi perlakuan konsentrasi 25%, 50%, 75%, dan 100% untuk melihat
dan 100% dikarenakan pada penelitian sebelumnya diperoleh hasil bahwa ekstrak
2018).
aureus yang diketahui menjadi salah satu penyebab terjadinya ulcus diabetic.
Ulkus diabetic merupakan luka yang disebabkan oleh diabetes mellitus tipe II.
Ketika kulit dari pasien penderita Diabetes Mellitus (DM) tergores dan tidak di
tangani dengan benar maka bakteri akan lebih mudah masuk dan membuat luka
tersebut menjadi lebih parah. Hal ini di karenakan kadar glukosa yang tinggi akan
4
menjadi tempat strategis perkembangan bakteri. Hal ini didukung oleh penelitian
bakteri pada luka kaki diabetik berdasarkan lama penderita luka kaki diabetes
aureus dengan lama waktu >6 bulan. Bakteri Staphylococcus aureus merupakan
flora normal yang terdapat dipermukaan kulit, dan menjadi pathogen apabila
jumlahnya diambang batas. Luka yang dibiarkan terbuka dan tanpa penanganan
Staphylococcus aureus”.
berikut :
1.2.1 Apakah terdapat pengaruh air perasan batang pisang batu (Musa balbisiana
1.2.2 Apakah terdapat konsentrasi terbaik dari air perasan batang pisang batu
aureus?
sebagai berikut :
5
1.3.1 Untuk mengetahui pengaruh air perasan batang pisang batu (Musa
1.3.2 Untuk mengetahui konsentrasi terbaik air perasan batang pisang batu (Musa
berikut :
penelitian selanjutnya.
bahwa air perasan batang pisang batu (Musa balbisiana Colla) dapat dijadikan
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pisang abati (batu) merupakan jenis tanaman pisang yang banyak terdapat
batu dalam daging buahnya. Pisang abati (batu) termasuk famili Musaceae dari
lapisan lilin yang cukup tebal, terdapat biji pada buahnya, mempunyai kulit buah
yang keras dan tebal serta buahnya tidak dapat langsung dimakan dalam bentuk
segar. Pisang abati (batu) mempunyai rasa yang manis dan bau yang harum ketika
tanaman pisang abati (batu) adalah pada daunnya, karena seringkali digunakan
sebagai pembungkus makanan karena tidak mudah sobek (Irbi’ati, 2002 dalam
7
Gambar 2.1 Foto morfologi Musa balbisiana. A. Pangkal daun, B.Petiole, C.
Getah pohon pisang abati (batu) merupakan salah satu tanaman yang
pembentukan pembuluh darah baru pada luka dan mengencerkan dahak. Selain
itu, getah pisang juga mengandung flavonoid yang berfungsi sebagai antioksidan
kulit dan membran mukosa. Serta mengandung asam askorbat yang berperan
8
dalam memperkuat dam mempercepat pertumbuhan jaringan ikat (Wakkary, et al,
2017).
1. Flavonoid
2. Safonin
3. Tannin
4.
(kokus) yang terlihat seperti sekumpulan anggur dan hidup secara fakultatif
anaerob. Bakteri ini mempunyai diameter 0,5-1,0 µm, tidak berkapsul, serta tidak
membutuhkan suhu optimum yaitu 35-380C untuk tumbuh. Tetapi, bakteri ini juga
masih bisa tumbuh pada aw 0,86 dan aw mempunyai optimum pada 0,990-0,995.
9
Bakteri Staphylococcus aureus merupakan flora normal yang dapat hidup
dipermukaan kulit, hidung dan tenggorokan. Bakteri ini memproduksi toksin yang
disebut enterotoksin yang terdiri atas 6 macam yaitu: enterotoksin A, B, C1, C2, D,
dan E. Bakteri ini bersifat pathogen karena mudah mengkontaminasi makanan dan
makanan yaitu akibat terjadinya inflamasi pada kelenjar usus dan gastroenterititis.
Gejala keracunan ini biasanya tampak pada 8 jam (biasanya 2-4 jam) setelah
Bakteri gram positif mempunyai dinding sel yang terdiri atas 60-100
bakteri gram negative. Bakteri gram positif juga memiliki polimer iurus asam N-
mempunyai dinding sel yang mengandung substansi asam teikoat yang dikaitkan
pada asam muramat dari lapisan peptidoglikan. Fungsi utama dari asam teikoat ini
adalah untuk mengatur pembelahan sel normal. Asam teikoat mempunyai 2 wujud
bentuk utama yaitu asam teikoat ribitoi dan asam teikoat gliserol (Ismail, 2019).
10
Gambar 2.3 Sel Staphylococcus aureus hasil pewarnaan Gram pembesaran lensa
okuler 10x dan lensa objektif 100x (sumber: Karimela, et al, 2017).
Bakteri gram positif mempunyai dinding sel terluar yang terdiri dari
pada bakteri gram negatif mempunyai dinding sel yang terdiri dari peptidoglikan
tipis yang dibungkus oleh lapisan lipoprotein atau lipoposakarida. Sehingga pada
saat pewarnaan gram, bakteri gram positif berwarna ungu disebabkan kompleks
pemucat, sedangkan pada bakteri gram akan berwarna merah. Hal ini disebabkan
karena perbedaan struktur luar dinding sel bakteri gram positif dan negative (Lay,
1994).
Kurva pertumbuhan bakteri dapat dibagi dalam empat fase yaitu fase adaptasi,
virus, parasit) yang terpapar obat antibiotic, sehingga menyebabkan infeksi terus
kemampuan bakteri untuk bertahan hidup dari paparan antibiotic. Bakteri tersebut
11
Beberapa antibiotik yang sering menyebabkan resistensi terhadap bakteri
Warganegara, 2012).
penggunaan antibiotik yang terlalu sering, tidak rasional, tidak adekuat, dan tidak
didahului oleh uji sensitivitas, 2) terapi antibiotik yang lama, akan memudahkan
peningkatan resistensi karena resiko untuk terinfeksi strain bakteri resisten makin
2.3 Antibakteri
Antibakteri dapat berupa bahan kimia alami atau sintetik. Berdasarkan mekanisme
12
Pengrusakan struktur sel oleh senyawa yang bersifat antimikroba dengan
2019).
tertentu dalam sel serta mengatur aktivitas difusi bahan-bahan penting, dan
sehingga dapat menghalangi sintesis asam folat yang merupakan asam amino
DNA dan RNA mempunnyai peran sangat penting sebagai bahan baku
pembentukan sel bakteri, sehingga jika DNA dan RNA terhambat akan
13
2.5 Kerangka Berpikir
Senyawa Antibakteri
Uji Aktivitas
Antibakteri
14
Pertumbuhan Bakteri
Staphylococcus aureus
2.6 Hipotesis
2.6.1 Terdapat pengaruh air perasan batang pisang batu (Musa balbisiana colla)
2.6.1 Terdapat konsentrasi terbaik dari air perasan batang pisang batu (Musa
15
BAB III
METODE PENELITIAN
2020.
aureus yang dilihat dari besarnya zona hambat dari kertas cakram (papper disk)
yang direndam dengan air perasan batang pisang batu (Musa balbisiana Colla).
deskriptif analitik, serta rancangan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
16
Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan 6 perlakuan dan 4 kali ulangan,
(r-1) (n-1) ≥ 15
n= Banyaknya Ulangan
penelitian ini adalah 4 kali ulangan sesuai dengan cara perhitungan berikut ini :
(6 - 1) (n - 1) ≥ 15
5 (n - 1) ≥ 15
5n - 5 ≥ 15
5n ≥ 20
n≥4
17
Perlakuan 5 : Air perasan batang pisang batu dengan konsentrasi 100%
1. Variabel bebas (x) : Konsentrasi air perasan batang pisang batu (Musa
Balbisiana Colla).
1. Bakteri uji yang digunakan merupakan stok biakan murni yang diperoleh dari
Staphylococcus aureus.
2. Air perasan batang pisang batu (Musa balbisiana Colla) : air perasan batang
pisang batu di ambil dari batang semu yang berwarna hijau. Selanjutnya
kemudian menyimpan hasil perasan tersebut dalam wadah yang bersih dan
steril. Hasil dari perasan tersebut nantinya akan dijadikan sebagai bahan
antibakteri.
18
Alat-alat yang digunakan adalah autoklaf, oven, pisau, incubator, almari
pendingin, cawan petri, tabung reaksi, pipet, kaca objek, kaca penutup, batang
pengaduk, erlenmeyer, gelas ukur, gelas kimia, neraca analitik, kaca arloji,
Bahan yang digunakan adalah aquadest, media NA, media NB, media
MHA (Mueller Hinton Agar), larutan NaCl 0,9 %, aquadest, alcohol 70%, tissue,
kertas cakram, biakan murni bakteri Staphylococcus aureus, air perasan pisang
terlebih dulu dicuci dengan deterjen dan dibilas dengan air suling, untuk alat-alat
yang tahan pemanasan tinggi seperti terbuat dari gelas dan besi yaitu: cawan petri,
jarum ose, erlenmeyer, tabung reaksi, gelas kimia, pinset, spatula dan batang
pengaduk disterilkan dengan menggunakan oven (panas kering) pada suhu 180 0C
selama 2 jam. Sedangkan alat-alat dan bahan yang tidak tahan pemanasan tinggi
autoklaf (panas kering) pada tekanan 1 atm dengan suhu 1210C selama 15 menit.
19
Alat logam disterilkan dengan cara dipijarkan dengan meggunakan lampu spiritus
(Syamsuddin, 2018).
Colla) tersebar di Provinsi Gorontalo. Sampel yang digunakan adalah air perasan
pisang abati/batu 10 cm dari bonggol akar dan memotong kira-kira dengan ukuran
0,5 x 0,5 cm. Dalam penelitian ini digunakan bonggol pisang tersebut sebelumnya
di bakar selama 30 menit selanjutnya diperas untuk mendapatkan air dari getah
pisang abati. Hasil perasan getah bonggol pisang abati tersebut, kemudian
diencerkan dengan konsentrasi 25%, 50%, 75% dan 100% menggunakan aquadest
steril.
dengan volume media yang yang akan dibuat. Melarutkan bahan yang telah
ukur (sesuai dengan volume yang ingin dibuat). Lalu cukupkan dengan akuades
20
disterilkan dalam autoclave pada suhu 1210C selama 15 menit. Setelah disterilkan,
Media untuk uji antibakteri yang digunakan adalah MHA (Mueller Hinton
MHA yaitu pepton (6 g), kasein (17,5 g), pati (1,5 g) dan agar (10 g). Semua
kandungan tersebut (38 g) dilarutkan dalam 1 liter (1000 ml) aquadest. Cara
dalam autoklaf 1210c selama 15 menit. Dan membiarkan dingin sampai mencapai
dilakukan dengan komposisi media NA adalah Beef Extract 3,0 g, Pepton 5,0 g
dan Agar 15 g. Semua kandungan tersebut dilarutkan dalam 1 liter (1000 ml)
dalam autoklaf selama 15 menit, pada suhu 1210C, tekanan 1-2 atm. Menunggu
21
hingga agak dingin sekitar suhu 40- 450C. Menaruh ke cawan petri atau tabung
Bakteri uji yang digunakan diperoleh dari Universitas Gadjah Mada seksi
nald kemudian dimasukkan ke dalam tabung reaksi lalu diinokulasi secara zig-zag
pada media Nutrient Agar kemudian diinkubasi ke dalam inkubator pada suhu
atas hot plate stirer pada suhu 100 0C dan diaduk hingga mendidih. Setelah itu
media disterilisasi dalam autoclave pada suhu 1210C selama 15-30 menit. Media
laminary air flow. Selanjutnya biakkan bakteri Staphylococcus aureus dari hasil
dikulturasi menggunakan rotary shaker selama 48 jam (2 hari) pada suhu 370C
dengan kecepatan agitasi 160 rpm (Suduri, 2017; Karim, dkk, 2018).
22
gelombang 580 nm, hingga diperoleh nilai absorbansi kekeruhan (optical density)
pada suspensi bakteri uji adalah 0,600. Nilai optical density 0,600 atau nilai
kekeruhan ini akan digunakan sebagai standar kekeruhan suspensi bakteri uji
Air dari perasan batang pisang batu (Musa balbisiana Colla) masing-
25%, 50%, 75%, 100% dengan pelarut aquadest steril hingga homogen.
lebih 18 ml dalam cawan petri steril dan dibiarkan hingga merata dan membeku.
Sebanyak 500 μl inokulum bakteri 106 dipipet dan dituang dalam media yang
perbenihan rata dengan suspensi bakteri, sisa suspensi bakteri pada media
perbenihan dibuang ditempat yang aman. Cakram yang telah direndam selama 5
menit dalam larutan uji dengan konsentrasi 25%, 50%, 75%, 100% diletakkan di
atas media tersebut yang dilakukan sebanyak 4 kali pengulangan (Kusuma, et al,
2019).
(Kusuma, et al, 2019). Selanjutnya, zona hambat atau zona bening yang terbentuk
23
3.7.6 Analisis Penghambatan Air Perasan Batang Pisang Batu (Musa
konsentrasi tertinggi air perasan bonggol pisang abati/batu dilakukan uji lanjut
selanjutnya diinkubasi pada suhu 37o C selama 24 jam sebagai starter. Selanjutnya
log 2 (t)
g=
(log Xt-log Xo)
Keterangan :
24
Tekhnik pengumpulan data dalam penelitian ini diperoleh dengan cara
mengukur zona hambat atau zona bening yang terbentuk dengan menggunakan
horizontal dengan cara menggunakan rumus dan ilustrasi seperti pada Gambar
3.1.
Gambar 3.1 Cara Pengukuran Diameter Zona Hambat (Bontjura dkk, 2015).
Pengamatan zona hambat atau zona bening dapat dilihat dari luasnya zona
bening yang terbentuk. Setiap luas zona bening yang terbentuk memiliki kategori
zona hambat atau zona bening yang dinyatakan oleh Greenwood dalam
.
1 Tidak Aktif (-) ≤10
2 Lemah (+) 11 – 15
3 Sedang (++) 16 – 20
4 Kuat (+++) ≥ 20
(Sumber : Widyaningtias, 2014).
25
3.9 Tekhnik Analisis Data
Pengaruh air perasan batang pisang batu (Musa balbisiana colla) terhadap
zona bening dari perlakuan air perasan batang pisang batu (Musa balbisiana
colla).
uji F untuk mengetahui pengaruh air perasan batang pisang batu (Musa balbisiana
data tidak normal, maka dilakukan uji alternatif yaitu Kruskal-Wallis. Apabila
pada uji ANOVA didapatkan hasil yang signifikan yaitu p <0,05 maka dilakukan
analisis Post-hoc. Uji Post-hoc untuk ANOVA satu arah adalah bonferroni
26