Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM

PENYAKIT TANAMAN TAHUNAN


“PENYAKIT PENTING PADA TANAMAN PEPAYA”

Disusun oleh:
Nama : Harun Al Rasyid (E1K020030)
Shift : Shift II
Hari/Tanggal : Kamis / 9 Februari 2023
Dosen Pembimbing : 1. Dr. Mimi Sutrawati., S.P., M.Si
2. Dr. Ir. Hendri Bustamam., MS
Coass : 1. Wirtha Dwi Junia Zai (E1K019015)
2. Selta Fiona (E1K018021)

LABORATORIUM PROTEKSI TANAMAN


JURUSAN PERLINDUNGAN TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salah satu komoditas hortikultura dari kelompok buah - buahan yang saat ini cukup
diperhitungkan adalah tanaman pisang. Pengembangan komoditas pisang bertujuan memenuhi
kebutuhan akan konsumsi buah buahan seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan
meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi dimana pisang merupakan sumber
vitamin, mineral dan juga karbohidrat. Selain rasanya lezat, bergizi tinggi dan harganya relatif
murah, pisang juga merupakan salah satu tanaman yang mempunyai prospek cerah karena di
seluruh dunia hampir setiap orang gemar mengkonsumsi buah pisang (Komaryati dan Adi,
2012).
Buah pisang mengandung gizi cukup tinggi, kolesterol rendah serta vitamin B6 dan
vitamin C tinggi. Zat gizi terbesar pada buah pisang masak adalah kalium sebesar 373 miligram
per 100 gram pisang, vitamin A 250-335 gram per 100 gram pisang dan klor sebesar 125
miligram per 100 gram pisang. Pisang juga merupakan sumber karbohidrat, vitaminn A dan C,
serta mineral. Komponen karbohidrat terbesar pada buah pisang adalah pati pada daging
buahnya, dan akan diubah menjadi sukrosa, glukosa dan fruktosa pada saat pisang matang (15-
20 %) (Ismanto, 2015).
Produksi pisang di Indonesia pada tahun 2013 sebesar 6.279.290 ton atau mengalami
peningkatan sebesar 90238 ton atau sekitar 1,45% dibandingkan tahun 2012. Sementara itu
produksi pisang di Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2013 yaitu sebesar 342.298 ton.
Sumatera Utara merupakan provinsi penghasil pisang terbesar kedua di Sumatera setelah
provinsi Lampung. Dan di Sumatera Utara sendiri pisang merupakan tanaman buah dengan
produksi paling tinggi dibanding tanaman buah lainnya (Badan Pusat Statistik, 2015).

1.2 Tujuan
Mengetahui penyakit dan gejala yang ditimbulkan tanaman pisang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Pisang adalah salah satu suku Musaceae,. berasal dari kawasan Asia Tenggara. Tanaman
pisang ini cocok untuk tumbuh di daerah tropis serta merupakan tanaman yang tidak musiman
tetapi dapat berbuah sepanjang tahun. Tanaman pisang merupakan salah satu kekayaan Indonesia
dengan nama latin Musa sp, dimana memiliki keragaman jenis antara lain, pisang kepok, pisang
ambon, pisang raja, pisang badak, pisang susu, pisang abaka, pisang nangka, pisang pipit dan
sebagainya. (Amilda, 2014).
Tanaman pisang merupakan salah satu komoditas yang banyak tumbuh dan tersebar
diseluruh daerah di Indonesia. Tanaman pisang (Musa spp.) tergolong ke dalam famili
Musaseae. Pisang merupakan salah satu tanaman hortikultura yang buahnya banyak digemari
dan dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Pisang memiliki kandungan gizi, seperti vitamin C,
B kompleks, B6 dan serotonin yang aktif sebagai neurotransmiter dalam kelancaran fungsi otak
(Syifa, 2014).
Berdasarkan data BPS (2019), didapatkan data produksi tanaman buah pisang tahun
2013-2017 di Jawa Timur mengalami satu kali penurunan produksi pada tahun 2014 dan terus
mengalami peningkatan produksi dari tahun 2015-2017, berikut ini merupakan data produksi
buah pisang yang didapatkan sebesar 1.527.375 ton/tahun (2013), 1.336.685 ton/tahun (2014),
1.629.437 ton/tahun (2015), 1.865.772 ton/tahun (2016), 1.960.129 ton/tahun (2017).
Penyakit antraknosa merupakan penyakit terpenting pada buah pisang, karena pathogen
tersebut dapat menyerang buah pisang yang masih muda maupun buah yang sudah matang.
Gejala serangan pathogen ini ada pada buah pisang yaitu berupa bintikbintik kecil
kehitaman,yang kemudian berkembang meluas kearah ujung buah. Gejala ini selanjutnya terus
berkembang cepat membentuk noda dan menyatu dengan noda lainnya sehingga membentuk
noda yang sangat besar sehingga buah pisang tersebut tidak menarik untuk dikomsumsi (Rumah
lewang &Amanupunyo, 2012).
BAB III
METEDOLOGI
3.1. Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang diperlukan dalam prakktikum kali ini adalah
1) Gelas Objek
2) Gelas Penutup
3) Lampu Spritus
4) Mikroskop
5) Carter
6) Gunting
7) Alat tulis kuliah (ATK)
8) Jarum
9) Kaca preparat
10) Kamera handphone
11) Bagian tanaman pisang yang terserang berbagai penyakit
3.2. Cara Kerja
Cara kerja yang di perlukan dalam praktikum ini adalah
1. Mengamati bagian-bagian tanaman yang sakit, buat gambar dan deskripsi penyakit
2. Mengkorek bagian tanaman yangg sakit dengan menggunakan pisau scalpel atau
silet bertangkai, pindahkan ke atas gelas objek. Tetesi dengan air steril, kemudian
lekapkan dengan gelas penutup.
3. Mengamati di bawah mikroskop dengan perbesaran 100-400 X
4. Memfoto hasil pengamatan yang di dapat menggunakan kamera handphone
5. Membuat gambar dan deskripsinya pada LKP
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Gambar hama Keterangan :

Tampak gejala serangan makroskopis pada


buah pepaya

Tampak miselium cendawan pada tanaman


pepaya, dengan perbesaran 40

4.2 Pembahasan
Jamur
Curvularia
sudah dikenal menjadi
patogen pada beberapa jenis
tanaman, karena
memiliki kisaran inang yang luas.
Lal (2013
Jamur
Curvularia
sudah dikenal menjadi
patogen pada beberapa jenis
tanaman, karena
memiliki kisaran inang yang luas.
Lal (2013
Jamur
Curvularia
sudah dikenal menjadi
patogen pada beberapa jenis
tanaman, karena
memiliki kisaran inang yang luas.
Lal (2013)
Jamur
Curvularia
sudah dikenal menjadi
patogen pada beberapa jenis
tanaman, karena
memiliki kisaran inang yang luas.
Lal (2013)
Di Indonesia serangan penyakit antraknosa sangat umum terjadi pada buah menjelang tua
dan matang, terutama pada musim hujan (Bernadiknus dan Wiranta, 2006). Penyakit antraknosa
tersebut disebabkan oleh jamur Colletotrichum sp. Colletotrichum sp. adalah penyebab penyakit
antraknosa dan memainkan peranan penting pada ekonomi subsistem pertanian di seluruh dunia.
Patogen ini menginfeksi sejumlah tanaman mulai dari monokotil hingga tanaman dikotil.
Antraknosa disebabkan oleh sejumlah spesies jamur Colletotrichum sp, di antaranya C.
gloeosporioides, C. acutatum, C. dematium, C. capsici dan C. coccodes (Sudirga, 2016).
Antraknosa adalah penyakit utama pascapanen yang disebabkan oleh C. gloeosporioides
yang menyerang buah-buahan di daerah tropis dan sub tropis (Capdeville, 2007). Bercak
antraknosa pada buah umumnya berwarna hitam dengan marjin pucat. Daerah yang terkena akan
melebar dan menjadi cekung dan bergabung membentuk bercak yang besar. Pada proses
pematangan buah, gejala ini membentuk bercak kecil yang banyak dan berwarna gelap dan akan
membentuk lingkaran yang membesar, menyatu dan menjadi cekung. Meskipun penyakit ini
biasanya muncul pada proses pematangan buah, kadang-kadang akan terkena infeksi pada buah
yang masih muda (Harahap, Tatik, Lubis, & Hasanuddin, 2013).
Banyak cara yang dilakukan untuk mengendalikan penyakit pada tanaman. Menurut Sila
dan Sopialena (2016) pengendalian secara kimiawi cenderung lebih disukai oleh para petani di
Indonesia karena lebih kelihatan hasilnya. Bahan aktif yang umum diaplikasikan di lapangan
untuk pengendalian antraknosa yang disebabkan oleh jamur Colletotrichum ialah klorotalonil,
mankozeb, propineb dan benomil yang sering dipakai dalam perlakuan benih (Andriani, Desta,
Wiyono, & Widodo, 2017). Fungisida mankozeb merupakan fungisida kontak yang berfungsi
mencegah infeksi jamur dengan menghambat perkecambahan spora yang menempel
dipermukaan tanaman. Mankozeb merupakan fungisida dari golongan ditiokarbamat, berupa
maneb (Mn-etilenbisditiocarbamate) yang ditambah ion zink. Penambahan zink (seng)
mengurangi fitoksisitas maneb (mangan) dan meningkatkan sifat fungisidalnya serta menambah
ion seng pada tanaman yang kekurangan hara (Widiastuti, Agustina, Wibowo, & Sumardiyono,
2011)
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil yang di dapatkan di lapangan dan di laboratorium dengan mengamati dibawah
mikroskop dan mengidantifikasi dengan buku identifikasi patogen cendawan yaitu,
Colletotrichum sp. Dengan gejala serangan adanya bercak konsentrik berwarna abu abu atau
kehitaman dengan titik berwarna oranye pada permukaan buah.

5.2 Saran
Untuk praktikum selanjutnya praktikkan memiliki komunikasi yang lebih intenst
dengan coass agar praktikum berjalan dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA

Amilda, Y. 2014. Eksplorasi Tanaman Pisang Barangan (Musa acuminata) di Kabupaten Aceh
Timur. [Tesis]. Medan: Program Studi Magister Agroteknologi Universitas Sumatera
Utara.
Andriani, Desta, Suryo Wiyono, & Widodo. (2017). Sensitivitas Colletotrichum spp. pada Cabai
terhadap Benomil, Klorotalonil, Mankozeb, dan Propineb. Jurnal Fitopatologi Indonesia,
13(4), 119-126
Ani Widiastuti, Wahyu Agustina, Arif Wibowo, dan Christanti Sumardiyono. 2011. Hama dan
Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Jurnal
Perlindungan Tanaman Indonesia, Vol. 17, No. 2, 2011: 73–7 Badan Pusat Statistik.
2015. Produksi Tanaman Pisang Seluruh Provinsi. Diakses dari www.bps.go.id pada
tanggal 14 Maret 2015.
Bernadiknus T dan Wiranta W. (2006). Bertanam cabai pada musim hujan. Tanggerang:
Agromedia Pustaka.
Capdeville D.G., et al. (2007). Selection and testing of epiphytic yeasts to control anthracnose in
post-harvest of papaya fruit. Sci Hort. 111:179–185
Harahap, Tatik F.H., Lubis, L., & Hasanuddin.(2013). Efek Temperatur Terhadap Virulensi
JamurColletotrichum gloeosporioides Penz. Sacc.Penyebab Penyakit Antraknosa Pada
Tanaman Kakao (Theobroma cacao L.). Jurnal Online Agroekoteknologi, 2(1), 411-420
Rumahlewang W., Amanupunyo HRD. 2012. Patogenisitas Colletotrichum musae Penyebab
Penyakit Antraknosa pada Beberapa Varietas Buah Pisang. Jurnal Ilmu Budidaya
Tanaman Agrologia Vol. 1(1): 76-81.
Sila, S., & Sopialena. (2016). Efektifitas beberapa fungisida terhadap perkembangan penyakit
dan produksi tanaman cabai(Capsicum frutescens). Jurnal AGRIFOR, 15(1): 117-130.
Sudirga, S.K. (2016). Isolasi dan identifikasi jamur Colletotrichum spp. isolat PCS penyebab
penyakit antraknosa pada buah cabai besar (Capsicum annuum L.) di Bali. Jurnal
Metamorfosa, 3(1): 23-30
Syifa F. 2014. Penggunaan giberelin dalam pembibitan tiga jenis pisang (Musa paradisiaca L.).
[Skripsi]. Institut Pertanian Bogor, Bogor

Anda mungkin juga menyukai