Disusun oleh :
Kelompok 4C
Agroekoteknologi C
Pisang merupakan salah satu jenis buah-buahan yang banyak disukai oleh
masyarakat Indonesia, karena dapat dikonsumsi secara langsung serta dapat
dijadikan berbagai macam bentuk olahan. Produksi dan produktivitas pisang tiap
tahun di Indonesia pada lima tahun terakhir meningkat sekitar 1-6% dengan hasil
produksi pada tahun 2021 sebanyak 8.741.147 ton. Salah satu upaya untuk
meningkatkan produksi pisang dapat dilakukan dengan pembudidayaan melalui
kultur jaringan. kultur jaringan memiliki banyak kelebihan seperti perbanyakan
bibit dapat dilakukan dengan cepat dalam skala banyak, kontinuitas ketersediaan
bibit terjaga, bibit yang dihasilkan akan sama dengan induknya, tingkat
keseragaman pertumbuhan bibit tinggi, hemat biaya pengiriman, dan bebas hama
penyakit (Sandra, 2013).
Kultur jaringan merupakan sebuah metode perbanyakan tanaman yang
digunakan untuk menumbuhkan bagian tanaman dengan menerapkan prinsip
isolasi pada kondisi aseptik. Teori dasar yang melandasi teknik kultur jaringan
adalah teori totipotensi yang menjelaskan sel tanaman memiliki potensi untuk
tumbuh menjadi satu tanaman yang utuh. Kultur jaringan memiliki keunggulan
yaitu dapat menghasilkan anakan dalam jumlah yang banyak dalam waktu
singkat, bersifat sama seperti induknya, dan sehat (Cokrowati et al.,2018). Kultur
jaringan terbagi menjadi beberapa tahapan yaitu sterilisasi eksplan, inisiasi,
subkultur atau multiplikasi, pengakaran dan aklimatisasi. Sterilisasi eksplan
merupakan tahapan penting yang harus dilakukan untuk menghilangkan bagian
tanaman yang tidak diperlukan dan mensterilkannya agar terhindar dari
kontaminan lalu setelah itu dilakukanlah tahap inisiasi yaitu penanaman ekplan
pada media kultur secara aseptik.
1.1.2. Tujuan dan Manfaat
TINJAUAN PUSTAKA
Kingdom : Plantae
Divisi : Tracheophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Zingiberales
Famili : Musaceae
Genus : Musa L.
Spesies : Musa paradisiaca L. (ITIS, 2023).
Tanaman pisang dapat tumbuh dengan baik pada daerah dengan curah
hujan yang cukup tinggi per tahunnya dengan tingkat keasaman tanah yang netral
yaitu ph 6-7,5. Tanaman pisang dapat tumbuh normal dengan curah hujan sekitar
2000-3000 mm/tahun (Batubuaya et al., 2018). Iklim yang cocok untuk
pertanaman pisang adalah iklim lembab dengan suhu normal dan tanah yang
sesuai yaitu tanah bertekstur lempung berpasir. Pisang dapat ditanam di kebun di
dataran rendah hangat bersuhu 21℃ - 32℃ dan beriklim lembab (Nashar, 2015).
4.2 Sterilisasi Eksplan
4.3 Inisiasi
3.1. Materi
Materi yang digunakan dalam praktikum ini meliputi alat dan bahan.
Bahan yang digunakan adalah bonggol anakan pisang dengan tinggi 30 – 40 cm
sebagai eksplan yang digunakan, aquades, fungisida, bakterisida, detergen,
hidrogen peroksida (H2O2), Natrium hipoklorit (NaOCl 2,5%), povidone iodine
10%, serta alkohol sebagai larutan pensteril. Alat yang digunakan adalah pisau
untuk memotong eksplan, Laminar Air Flow (LAF) sebagai tempat kegiatan
sterilisasi eksplan, aluminium foil untuk membungkus cawan petri, pinset untuk
mengambil bahan, skalpel untuk memotong bahan, api bunsen untuk sterilisasi
pijar, plastic wrap untuk menutup tutup botol media, dan botol/wadah untuk
larutan pensteril.
3.2. Metode
Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah bagian atas anakan
pisang dipotong, lalu bagian terluar pelepah serta bonggol dikupas hingga
tingginya ± 10 cm dengan diameter ± 1,5 – 2 cm dengan tidak memotong titik
tumbuh tunasnya. Potongan bonggol dicuci dengan detergen lalu dibilas dengan
air mengalir, kemudian direndam pada larutan bakterisida yaitu Agrept sebanyak
2 g/L dan dilanjutkan fungisida yaitu Dithane M45 sebanyak 3 g/L. Perendaman
bonggol oleh fungisida dan bakterisida dilakukan selama 24 jam. Setelah 24 jam
direndam, eksplan disterilisasi di dalam LAF.
4.1.
Persentase Eksplan Hidup
4.2.
Persentase Kontaminasi
5.1. Simpulan
5.2. Saran