Disusun Oleh :
Nama
NIM
: 4442122621
Kelompok : 2
Kelas
: VI B
JURUSAN AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan
STERILISASI EKSPLAN PADA ENDOSPERMA DURIAN (Durio zibethinus
Murr.) DAN INDUKSI KALUS SECARA IN VITRO ini dengan baik dan tepat
waktu.
Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat untuk melengkapi nilai pada
mata kuliah Kultur Jaringan pada program studi Agroekoteknologi Fakultas
Pertanian Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
Laporan ini dapat terselesaikan dengan baik berkat bantuan dan dukungan
dari berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Dr. Susi Susiyanti, SP, M.Si selaku dosen Perbanyakan tanaman jurusan
Agroekoteknologi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa;
2. Asisten Imas Nawaningsih Laboratorium mata kuliah Pemuliaan Tanaman
jurusan Agroekoteknologi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa;
3. Perpustakaan Universitas Sultan ageng Tirtayasa selaku fasilitator materi.
4. Kedua orang tua yang selalu memberi dukungan dan doa
5. Semua teman-teman dan sahabat-sahabat dari program studi
Agrokoteknologi angkatan 2012
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, untuk itu saran
dan kritik yang membangun penulis butuhkan demi kesempurnaan laporan yang akan
datang. Penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya dan pembaca pada umumnya.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Tujuan ......................................................................................................3
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Botani dan Sistematika Tanaman .............................................................4
2.2 Kultur Endosperma ..................................................................................6
2.3 Hormon BAP ............................................................................................8
III. METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Waktu Dan Tempat..................................................................................10
3.2 Alat Dan Bahan.......................................................................................10
3.3 Cara Kerja ..............................................................................................10
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil........................................................................................................11
4.2 Pembahasan ............................................................................................11
V. PENUTUP
5.1 Simpulan.................................................................................................14
5.2 Saran.......................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................15
LAMPIRAN..........................................................................................................16
ii
DAFTAR TABEL
No Judul
1
Halaman
Tabel Hasil Pengamatan.............................................................
iii
11
I. PENDAHULUAN
bahkan
mempunyai
kemampuan
totipotensi. Totipotesi
adalah
kemampuan setiap sel, dari mana saja sel tersebut diambil, apabila diletakan
dalam lingkungan yang sesuai akan dapat tumbuh menjadi tanaman yang
sempurna (Hendaryono & Wijayani 1994).
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan untuk keberhasilan kultur jaringan
yaitu bahan sterilisasinya, kandungan unsur kimia dalam media, hormon yang
digunakan, substansi organik yang ditambahkan dan terang atau gelapnya saat
inkubasi. Dari sekian banyak permasalahan, yang harus diteliti dan diperhatikan
adalah sterilisasi eksplan yang ingin dikulturkan, karena sangat besar pengaruhnya
terhadap pertumbuhan dan perkembangan eksplan serta bibit yang dihasilkannya
(Daisy 1994).
Menurut Sandra (2003), prinsip dasar sterilisasi eksplan adalah mensterilkan
eksplan dari berbagai mikroorganisme, tetapi eksplannya tidak ikut mati. Setiap
tanaman memerlukan perlakuan khusus sehingga sebelum mengulturkan tanaman
baru perlu melakukan percobaan sterilisasi. Sebagai patokan, konsentrasi bahan
dan waktu yang diperlukan untuk sterilisasi eksplan sebagai berikut :
1. Sterilisasi Ringan
Eksplan direndam dalam cairan pemutih pakaian 20% selama 10 menit, lalu
bilas dengan air steril. Setelah itu, eksplan direndam dalam cairan pemutih
pakaian 15% selama 10 menit, lalu bilas dengan air steril. Terakhir, eksplan
direndam dalam cairan pemutih pakaian 10% selama 10 menit, lalu bilas dengan
air steril tiga kali.
2. Sterilisasi Sedang
Eksplan direndam dalam HgCl2 0.1-0.5 mg/l selama 7 menit, lalu bilas
dengan air steril. Setelah itu, eksplan direndam dalam cairan pemutih pakaian
15% selama 10 menit, lalu bilas dengan air steril. Terakhir, eksplan direndam
dalam cairan pemutih pakaian 10% selama 10 menit, lalu bilas dengan air steril
tiga kali.
3. Sterilisasi Keras
Eksplan kuljar direndam dalam HgCl2 0,1-0,5 mg/l selama 10 menit, lalu
bilas dengan air steril. Setelah itu, eksplan direndam dalam alkohol 90% selama
15 menit, lalu bilas dengan air steril. Terakhir, eksplan direndam dalam cairan
pemutih pakaian 20% selama 10 menit, lalu dibilas dengan air steril tiga kali.
Di Indonesia terdapat banyak kultivar dan klon durian, terutama durian jenis
Durio zibethinus Murr. atau yang biasa disebut durian budidaya. Reza (2002)
melaporkan sebanyak 28 kultivar durian unggul yang ada di Indonesia.
Banyaknya kultivar durian tadi menyebabkan kesulitan untuk membedakannya,
disebabkan oleh kurangnya informasi mengenai ciri kultivar durian.
Dari banyaknya kultivar durian yang ada di pasar Indonesia serta banyaknya
permintaan akan buah durian yang semakin marak di karenakan masyarakat sudah
tidak memandang buah durian sebagai si buah dengan aroma busuk. Untuk
mendapatkan
buah
yang
bagus
dari
bibit
induk
yang
bagus
untuk
II.TINJAUAN PUSTAKA
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Class
: Dicotyledoneae
Ordo
: Malvales
Familia
: Bombacaceae
Genus
: Durio
Spesies
: Durio zibethinus L.
10
2 MST
Warna kalus
Putih kekuningan
Struktur kalus
kompak
Persentase kontaminasi
0%
12.5%
Gambar
4.2
Pembahasan
Pada Praktikum ini Kegiatan kultur jaringan sangat erat kaitannya dengan
kondisi steril. Kondisi steril ini sangat menentukan sekali terhadap keberhasilan
kegiatan kultur. Sterilisasi ini dilakukan dari mulai alat-alat dan eksplan yang akan
digunakan, ruang kultur hingga praktikan semuanya harus dalam keadaan steril.
Kegiatan penanaman pun tidak jauh dari kondisi steril / aseptik karena dengan
kondisi seperti ini kemungkinan berhasil lebih besar dan kegagalan / kontaminasi
sedikit bahkan tidak ada. Hal ini sesuai dengan pendapat Gunawan (1988) yang
menyatakan bahwa kontaminasi yang terjadi pada kultur jaringan merupakan
momok yang cukup mengganggu proses kultur jaringan. Namun kontaminasi juga
dapat dicegah dengan perlakuan-perlakuan yang aseptik.
Menurut Susilowati (2001) sumber kontaminasi dapat berasal dari eksplan
tumbuhan, organisme kecil yang masuk ke dalam media, alat yang tidak steril dan
lingkungan kerja yang kotor. Sehingga harus dilakukan sterilisasi lingkungan
kerja, alat-alat, media dan bahan tanaman. Sebelumnya, tangan praktikan
disemprot alkohol terlebih dahulu sebelum melakukan penanaman dengan tujuan
supaya bakteri atau jamur yang terbawa bisa mati. Alat-alat seperti pinset dan
scalpel pun di sterilkan dulu dengan mencelupkan ke alkohol kemudian dibakar
11
sampai nyala apinya hilang (setiap alat tersebut akan digunakan terlebih dahulu
disterilkan dengan cara seperti itu). Eksplan Durian diambil dari bagian bijinya
kemudian
Alumunium foil penutup botol dibuka kemudian mulut botol diflamir dengan
bunsen. Disamping itu, eksplan diambil dengan menggunakan pinset dan
langsung ditanam. Saat penanaman berlangsung usahakan posisi eksplan berada
ditengah media dan sedikit masuk ke media. Setelah itu, botol ditutup lagi dengan
alumunium foil dan dieratkan dengan plastik. Langkah tersebut terus dilakukan
hingga semua eksplan tertanam. Botol- botol yang sudah ditanamani eksplan
disimpan di rak inkubasi kultur dengan kondisi lingkungan yang mendukung
untuk pertumbuhan dan perkembangan eksplan. Laminair Air Flow ada beberapa
hal yang perlu diperhatikan, diantaranya:
a. Sebaiknya tidak meletakan lampu alkohol terlalu dekat dengan filter.
b. Sebaiknya tidak menumpuk alat-alat, botol-botol media, dan benda- benda
lain di depan tempat tempat kerja Laminair Air Flow agar tidak
menghalangi aliran udara.
c. Sebaiknya tidak mencelupkan alat tanam dengan nyala api ke dalam
alkohol. Alat tanam yang baru saja diambil dari botol berisi alkohol dan
dibakar di lampu alkohol akan tetap menyala sampai akohol yang melekat
di alat tanam tersebut habis terbakar. Nyala api alkohol yang terdapat pada
alat tanam tersebut tidak terlihat jelas di tempat yang terang.
d. Sebaiknya tidak mendekati lampu alkohol dengan tangan yang baru saja
disemprot alkohol.
e. Sampah-sampah bekas penanaman dibersihkan dari Laminair Air Flow.
Jenis tanaman yang dikulturkan adalah Durian yang merupakan tanaman
tahunan. Pengamatan dilakukan selama kurang lebih 1 minggu, pada pengamatan
pertama, eksplan pada botol kultur mengalami browning dengan persentase
kontaminasi 0 %, tak terkontaminasi browning berwarna putih bening
Keberhasilan ini tak terlepas dari mengikuti tahapan dengan baik dan selalu
memperhatikan dasar teknis yang dilakukan dari mulai sterilisasi alat, bahan dan
juga saat penanaman yang dalam keadaan steril
12
13
jaringan
pembuluh,
sel-selnya
bervariasi
dalam
ukuran,
5.2. Saran
Dalam praktikum sebaiknya dilakukan dengan
kesalahan dalam melakukan prosedur kerja dan untuk pengerjaan bahan kimia
gunakan standart keselamatan yang sudah disediakan laboratorium.
14
DAFTAR PUSTAKA
Armini, N. M., G. A. Wattimena dan L. W. Gunawan. 1991. Perbanyakan
tanaman. Hal 17-149. Dalam: Tim Laboratorium Kultur Jaringan Tanaman
(Eds.). Bioteknologi Tanaman 1. Pusat Antar Universitas Bioteknologi.
Insitut Pertanian Bogor. Bogor.
Chaturvedi, R., M. K. Razdana, and S. S. Bhojwania. 2003. An Efficient
Protocol for the Production of Triploid Plants from Endosperm Callus of
Neem, Azadirachta indica A. Juss. J. of Plant Physiol. 160:557-564.
George E.F, P. D. Sherrington. 1984. Plant propagation by tissue culture :
Handbook and Directory of Comercial Laboratories. England: Exegetics
Limited.
Gunawan, L. W. 1987. Teknik Kultur Jaringan. Laboratorium Kultur Jaringan
Tanaman. Pusat Antar Universitas Bioteknologi Institut Pertanian Bogor.
Bogor. 252 hal.
Gunawan L.W. 1988. Teknik kultur jaringan tumbuhan. Laboratorium Kultur
Jaringan Tumbuhan. IPB. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Depdikbud.
Gunawan, L.W. 1995. Teknik Kultur Jaringan In Vitro dalam Hortikultura.
Penebar Swadaya: Jakarta
Hidayat.2007.Induksi Pertumbuhan Eksplan Endosperm Ulin dengan IAA dan
Kinetine.Jurnal Agritrop, 26 (4) : 147 - 152 (2007) issn : 0215 8620.
Wattimena, G. A. 1988. Zat Pengatur Tumbuh Tanaman. Pusat Antar Universitas
Institut Pertanian Bogor. Bogor. 145 hal.
Yang, X., K. Akira, and H. Kojiro. 2000. Callus Induction and Embryoid
Regeneration from the Endosperm Culture of Tosa-Buntan Pummelo (Citrus
grandis L. Osb.). Environ. Control in Biol. 38(4):241-246.
LAMPIRAN
15
Gambar
Keterangan
Sterilisasi alat pinset dan pisau
sebelum melakukan pemotongan
dan penanaman eksplan dengan
api Bunsen
Botol
kultur
ditutup
menggunakan alumunium foil
dan wrap dengan rapat
15