Anda di halaman 1dari 7

Alat – Alat Kultur Jaringan Beserta Fungsinya

1. Petridish
Cawan Petridish difungsikan untuk pembiakan bakteri dalam mikrobiologi, sebagai alat
penimbang sample, untuk mengeringkan bahan sample. Pada kultur jaringan Cawan
Petridish digunakan untuk wadah/tempat memotong-motong eksplan.

2. Spatula
Spatula difungsikan untuk mengambil bahan kimia yang berbentuk padat dan dapat
dipakai sebagai pengaduk larutan.

3. Pinset
Pinset digunakan untuk mengambil atau menarik beberapa sampel. Fungsi pinset itu
untuk menjepit benda kecil atau pun yang sangat lembek(lembut), ada beberapa sampel
atau zat-zat yang terdapat di laboratoriumm yang bisa menyebabkan alergi atau iritasi
pada manusia.

4. Pinset Dental
Pinset digunakan untuk mengambil atau menarik beberapa sampel. Fungsi pinset itu
untuk menjepit benda kecil atau pun yang sangat lembek(lembut), ada beberapa sampel
atau zat-zat yang terdapat di laboratoriumm yang bisa menyebabkan alergi atau iritasi
pada manusia.

5. Timbangan 0.01-100gr
Timbangan Teknis 0.01 g berfungsi untuk mengukur berat suatu benda dengan
kemampuan baca 0.01g. Untuk menjaga akurasi timbangan perlu dilakukan kalibrasi alat
dengan standart Nasional.

6. Timbangan Analytical 0.1 mg


Timbangan Laboratorium, Timbangan Analaytical Balance digunakan untuk
menimbanga bahan-bahan laboratorium, Seperti partikel atau bahan dasar kimia.
Timbangan Analytical balance memiliki keunggulan dalam akurasi penghitungan dengan
pencapaian empat angka dibelakang koma dalam satuan gram (0.0001 gr), jika di
konversikan dalam mg menjadi (0.1 mg). Timbangan Laboratorium sudah dilengkapi
dengan kaca penutup yang berfungsi untuk menghalangi angin pada saat melakukan
penimbangan.

7. Gelas ukur
Gelas Ukur/Cylinder digunakan untuk mengukur volume larutan yang bentuknya seperti
corong ataupun gelas yang mempunyai ukuran volume mililiter berfariasi.

8. Bunsen
Pembakar Bunsen (Bunsen Burner) Salah satu alat yang berfungsi untuk menciptakan
kondisi yang steril adalah pembakar bunsen. Untuk sterilisasi jarum ose atau yang lain,
bagian api yang paling cocok untuk memijarkannya adalah bagian api yang berwarna biru
(paling panas). Perubahan bunsen dapatmenggunakan bahan bakar gas atau metanol.

9. Corong kaca
Corong Gelas dan pelastik digunakan untuk memindahkan cairan dari wadah satu ke
wadah yang lain terutama pada wadah dengan berdiameter kecil. Funnel juga dapat
membantu penyaringan dengan menaruh kertas saring pada mulut corong.

10. Corong Plastik


Corong Gelas dan pelastik digunakan untuk memindahkan cairan dari wadah satu ke
wadah yang lain terutama pada wadah dengan berdiameter kecil. Funnel juga dapat
membantu penyaringan dengan menaruh kertas saring pada mulut corong.

11. Pengaduk kaca


Pengaduk kaca digunakan untuk mengaduk larutan-larutan yang ada pada kultur jaringan.

12. Pipet Pelastik


Pipet digunakan untuk memindahkan sejumlah cairan dari wadah satu ke wadah yang
lain.
13. Plastik Warp
Warping plastic digunakan untuk menutup botol dan menjaga suhu dan kelembaban
dalam botol, sehingga udara dan kondisi luar tidak mengkontaminasi kondisi botol.

14. Enkase
Enkase digunakan untuk menjaga ruang kerjauntuk stabilitas dan sterilisasi media alat
kultur jaringan.

15. Botol Kultur


Botol Kultur digunakan sebagai wadah sample/ekspan dibudidayakan.

16. Tutup Botol kultur


Tutup botol plastik digunakan untuk penutup botol kultur sehingga suhu dan kelembaban
dalam botol dapat terjaga.

17. Rak Kultur


Rak kultur digunakan untuk tempat letak budidaya sample/eksplan yang sudah dalam
botol kultur. Rak kultur dapat disesuaikan dengan jumlah motor.

18. Autoclave electric


Autoclave adalah salah satu alat yang digunakan untuk mensterilisasi alat-alat kultur
jaringan. Fungsi kerja autoclave dengan menghasilkan uap bersuhu dan bertekanan tinggi
(121°C, 15lbs) yang akan membunuh mikroorganisme yang ada pada alat-alat kultur
jaringan seperti Cylinder, Beaker, Petridish, dan lain-lain.

19. Laminar Airflow


Laminar AirFlow berfungsi untuk membuat ruang kerja tetap steril. Laminar AirFlow
akan menghisap udara dari luar dan menyaringnya sehingga udara dari luar tidak
mengkontaminasi ruang kerja laminar AirFlow.
20. Freezer
Lemari pendigin berfungsi untuk menyimpan sampel yang dianalisa serta media-media
yang mudah menguap dan media yang tidak tahan terhadap panas.

21. Incubator
Incubator adalah alat untuk menginkubasi atau memeram mikroba pada suhu yg
terkontrol.

22. Oven
Laboratory Oven berfungsi sebagai alat sterilisasi yang menggunakan prinsip suhu
bertekanan tinggi sehingga mikroorganisme yang terdapat pada alat/media kultur jaringan
mati. Laboratory Oven juga berfungsi sebagai alat analisa kadar air dan laboratory oven
digunakan untuk mengeringkan alat yang telah digunakan

23. Shaker
Shaker ini digunakan dalam proses pengadukan dengan sistem orbital dalam proses
pembuatan bakteri atau larutan. Dapat memuat beberapa erlenmeyer, sehingga proses
pembuatan bakteri/larutan menjadi lebih efisien.

24. Hot Plate & Magnetic Stirer


Shaker ini digunakan dalam proses pengadukan dengan sistem orbital dalam proses
pembuatan bakteri atau larutan. Dapat memuat beberapa erlenmeyer, sehingga proses
pembuatan bakteri/larutan menjadi lebih efisien.
Sejarah

Gottlieb Haberlandt, seseorang ahli botani dari Jerman adalah orang yang pertama
kali membuktikan bahwa sel tanaman bersifat totipotent. Hasil penelitian dipublikasikan
pada tahun 1902 yaitu jmengisolasi sel dari jaringan daun Lamium purpureum dan
Eichornia crassipes, epidermis Ornithogalum dan rambut epidermis Pulmonaria
mollissima. Haberlandt me njelakan bahwa pada tanaman utuh, pertumbuhan sel
sederhana akan berhenti sesudah sel tersebut dapat berfungsi menunjang keseluruhan
organ isme tersebut.
Pada tahun 1934 Gautheret mengulturkan sel-sel cambium Salix capraea dan
Populus nigra dalam medium Knop’s ysng ditambah dengan glukosa dan sistein
hidroklorit dan dillaporkan sel-sel tersebut mampu berproliferasi selama beberapa bulan.
Penambahan vitamin B dan IAA (Indol acetic acid) saNGAt memacu pertumbuhan sel-
sel cambium Salix capraeae. Skoog (1944) dan Skoog dan Tsui (1951) menunnjukan
bahwa didalam kultur in vitro jaringan pembuluh daun tembakau , penambahan aenn dan
fosfat konsentrasi tinggi menngkatka pertumbuhan kalus dan pembentukan tunas, tetapi
penambahan IAA menyebabkan pertumbuhan tunas terhambat. Tahun 1958-1959 oleh
Reinert (Jerman) dan Steward (Amerika Serikat) tentang terbentuknya embrio somatic
dari jaringan umbi akar wortel. Vasil dan Vasil, 1986 ; Vasil, 1988 ; Vasil et al, 1992)
tentang kultur embrionik menggunakan eksplan embrio padi-padian yang belum masak.
Tahun 1956 Routien dan Nickell memperoleh hak paten tentang produksi metabolit
sekunder secara in vitro dalam skala industry pertama kali yang dilakukan oleh
perusahaan Pfizer selama kurun waktu 1950-1960 (Gautheret,1985).Teknik kultur
jaringan tumbuhan pertama kali diterapkan pada kultur pucuk tanaman anggrek bebas
virus oleh Morel (1960). Perbanyakan tanaman anggrek berkontribusi pada
pengembangan teknik kultur pucuk untuk perbanyakan spesies tanaman lain (Bhojwani
dan Razdan, 1996). Tahun 1973, Nag dan Street berhasil meregenerasi tanaman lengkap
dari sel-sel wortel yang disimpan dalam temperature beku (-196°C) di dalam nitrogen
cair. Seibert (1976) tentang regenerasi tanaman lengkap dari pucuk tanaman jelai
(carnation) setelah disimpan dalam temperature beku dalam nitrogen cair. Laporan
pertama terjadinya variasi morfologi pada kultur jaringan dipublikasi oleh Asosiasi Petani
Tebu Hawai. Heinz dan Mee (1971) tentang terjadiya variasi hibrida tanaman tebu yang
berasal dari kultur sel.
Heinz et al 1977 tentang klon-klon Saccharum yang tahan berbagai penyakit
akibat jamur dan virus dengan variasi kecepatan pertumbuhan dan kandungan gula.
Skirvin dan Janick, 1976a, b dan Shepard et al., 1980 tentang varietas tanaman budidaya
geranium dan kentang dari hasil kultur jaringan. Kameya dan Hinata tahun 1970 tentang
menginduksi terbentuknya kalus dari eksplan serbuk sari Brassica sp. Nitsch dan Norrel,
1973; Nitsch, 1974) memperoleh tanaman haploid dari kultur mikrospora Nicotiana dan
Datura. Bhojwai dan Razdan, 1996 tentang 134 spesies tanaman haploid yang di peroleh
melalui pengembangan kultur anther atau kultur mikrospora. Bhojwai dan Razdan, 1996
memperkenalkan konsep isolasi protoplas secara enzimatis. Nagata dan Takebe, 1971;
Takebe el al., 1971 berhasil menunjukkan sifat totipotensi dari protoplas. Power et al.,
1970 berhasil melakukan fusi protoplas menggunakan NaNO3 . Metode untuk
meningkatkan efisiensi fusi protoplas, diantaranya menggunakan pH tinggi dan
konsentrasi 𝐶𝑎2+ tinggi (Keller, 1974) elektrofusi (Zimmermann dan Vienka. 1982) dan
perbaikan metode dan media kultur.
Hibrida somatic yang pertama kali diperoleh adalah silangan somatic antara
Nicotiana glauca dan N. langsdorffii pada tahun 1972 oleh Carlson et al. tahun 1978
Melchers et al. berhasil memperoleh hibrida intergenerik antara dua induk yang secara
seksual inkopatibel, yaitu kentang dan tomat, tetapi hibrida somatic yang dihasilkan
steril. Teknik fusi protoplas saat ini digunakan untuk menghasilkan hibrida asimetris,
yaitu hanya salah satu genom inti dari tanaman donor yang dipindahkan kedalam
tanaman penerima (Bhojwani dan Razdan, 1996). Tahun 1907 Smith dan Townsend
menunjukkan bahwa bakteri tanah gram negative menyebabkan penyakit crown
gall(seperti tumor) pada tanaman(Bhojwani dan Razdan, 1996). Braun (1974)
berpendapat bahwa kemungkinan selam infeksi,bakteri memindahkan sesuatu yang dapat
mengiduksi tumor ke dalam genom tanaman. Adanya transfer materi genetik bakteri
kedalam sel-sel crown gall juga diajukan oleh Morel(1971) berdasarkan pengamatannya
yaitu bahwa sel-sel crown gall memeperoleh kemampuan baru untuk mensintensis opine,
jenis asam amino baru. Chilton et,al 1977 tentang prnggunaan bakteri sebagai suatu
sistem untuk memindahkangen dalam tanaman. Horsch et,al.1984 tentang eksprewsi gen
asing dan hasil transfer dengan perantara A. tumifaciens. Abel et,al.1986 tentang hasil
rekayasa genetika yang telah berhasil dimanfaatkan dan ditanam secara luas

Anda mungkin juga menyukai