Anda di halaman 1dari 22

PENGELOLAAAN ORGANISMA

PENGGANGGU TANAMAN

Disusun oleh :

Dr.IR. Bilman WS,MP.


Dr.Ir. Uswatun Nurjannah, MP

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
BENGKULU
2016

1
Fakultas/Prodi           : Pertanian / Agroekoteknologi
Matakuliah               : Pengelolaan Organisma Pengganggu Tanaman
Kode Mata Kuliah     : AGT 214
Bobot : 2-1.
Semester   : 3 ( tiga)
MatakuliahPrasyarat         : -

TATA TERTIB

1. Praktikum Pengelolaan Organism Pengganggu Tanaman (POPT) diikuti oleh mahasiswa


yang namanya sudah terdaftar dalam pengikut praktikum.
2. Sebelum praktikum, pelajari lebih dahulu penuntun praktikum pada acara yang
bersangkutan.
3. Apabila tidak mengikuti praktikum maka nilai praktikum nol dan berakibat nilai mata
kuliah pengelolaan organism pengganggu tanaman (POPT) E. Tidak ada praktikum
susulan.
4. Praktikum berupa individu karena kondisi sekarang.
5. Hal-hal yang penting dan belum tertulis akan diberitahukan menyusul.

Ttd. Pengasuh Praktikum.

2
PEMBUATAN LAPORAN DAN PENILAIAN

1. Kontribusi nilai praktikum terhadap nilai akhir adalah 25%


2. Penilaian praktikum meliputi :
 Pretest
 Aktifitas
 Laporan akhir
 Responsi
3. Laporan akhir : dikirim melalui email atau perangkat lain yang dapat diakses kepada
coass atau dosen pembimbing praktikum masing-masing dosen.
 Dibuat perorangan
 Dibuat dengan format baku laporan/ karya ilmiah, dengan penekanan pada
pelaksanaan, hasil dan pembahasan.
 Laporan akhir diserahkan paling lambat seminggu setelah selesai pengamatan
untuk masing- masing acara.
 Laporan yang sama persis sebagian (kecuali bahan dan metode serta data) atau
seluruhnya akan dieri nilai 0 (nol).
4. Jumlah halaman tidak dibatasi, terdiri dari :
 Sampul : poin = 0 – 5%
 Pendahuluan : poin = 0 – 15%
 Tinjauan pustaka : poin = 0 – 10%
 Bahan dan metode : poin = 0 – 10%
 Hasil dan pembahasan : poin = 0 – 40%
 Kesimpulan : poin = 0 – 40%
 Daftar pustaka : poin = 0 – 10%
5. Perincian nilai akhir praktikum adalah sebagai berikut :
 Pretest = 10%
 Aktifitas = 30%
 Laporan = 30%
 Responsi = 30%

3
I. MORFOLOGI HAMA

A. Dasar Teori

Hama tanaman adalah binatang yang mengganggu atau menimbulkan kerusakan pada tanaman.
Dunia binatang (Animal Kingdom) terbagi menjadi beberapa golongan besar yang masing-
masing disebut Filum. Dari masing-masing filum tersebut dapat dibedakan lagi menjadi
golongan-golongan yang lebih kecil yang disebut Klas. Dari Klas ini kemudian digolongkan lagi
menjadi Ordo (Bangsa) kemudian Famili (suku), Genus (Marga) dan Spesies (jenis). Beberapa
filum yang anggotanya diketahui berpotensi sebagai hama tanaman adalah Aschelminthes
(Kelas: Nematoda), Mollusca (Kelas: Gastropoda, siput), Chordata (binatang bertulang belakang
Kelas: Aves, Mamalia), dan Arthropoda (Kelas: Insecta atau Hexapoda dan Arachnida Aves
atau unggas adalah anggota kelompok hewan bertulang belakang (vertebrata) yang memiliki
bulu dan sayap. Beberapa diantaranya sebagai hama tanaman (burung gelatik, gereja, betet) dan
ada yang sebagai predator hama (elang). Mamalia dicirikan oleh adanya kelenjar susu, yang
pada betina menghasilkan susu sebagai sumber makanan anaknya, adanya rambut, dan tubuh
yang endoterm atau "berdarah panas". Beberapa anggota Mamalia penting sebagai hama
tumbuhan antara lain: Kelompok kera (ordo Primates, famili Cercopithecidae) yang seringkali
merusak tanaman, misalnya kera (Nacaca irus), lutung atau budeng (Cercopithecus naurus).
Kelompok kera ini menyukai buah-buahan, misalnya pisang, coklat, jagung, kelapa, tebu, dan
cabang-cabang muda tanaman. Kelompok babi (ordo Ungulata, famili Suidae) sangat menyukai
ubi-ubian, jagung, tebu, batang kelapa sawit muda, misalnya celeng atau babi hutan (Sus vitatus).
Kelompok musang (Paradoxurus hermaproditus), menyukai buah-buahan, nenas, kakao, kapas,
kopi. Kelompok binatang mengerat (ordo Rodentia) merupakan mamalia yang paling banyak
menimbulkan kerugian pada tanaman. Tupai (fam. Sciuridae) di Jawa, Bali, Sulawesi Sciurus
notatus, dan di Sumatra, Kalimantan S. Vittatus menyukai buah kelapa, kopi, kapok, durian dll.
Tikus (fam. Muridae) terdiri dari tikus rumah (Rattus diardi) merugikan bahan-bahan simpanan,
tikus lading (Rattus jalorensis) dan tikus sawah (Rattus brovicaudatus, R. argentiventer). Filum
Mollusca yang anggotanya berperan sebagai hama adalah dari klas Gastropoda. Moluska
merupakan hewan triploblastik selomata yang bertubuh lunak. Ke dalamnya termasuk semua
hewan lunak dengan maupun tanpa cangkang, seperti berbagai jenis siput, kiton, kerang-
kerangan, serta cumi-cumi dan kerabatnya. Moluska merupakan filum terbesar kedua dalam
kerajaan binatang setelah filum Arthropoda. Tubuh tidak bersegmen. Simetri bilateral. Tubuhnya
terdiri dari "kaki" muskular, dengan kepala yang berkembang beragam menurut kelasnya. Kaki
dipakai dalam beradaptasi untuk bertahan di substrat, menggali dan membor substrat, atau
melakukan pergerakan. Gastropoda memiliki cangkang bergelung pada tahap dewasa. Contoh
Gastropoda hama adalah Achatina fulica atau bekicot, Pomacea ensularis canaliculata (keong
emas). Filum Aschelminthes yang banyak dikenal berperan sebagai hama tanaman (bersifat
parasit) adalah anggota kelas Nematoda. Namun, tidak semua anggota Nematoda bertindak
sebagai hama, sebab ada di antaranya yang berperan sebagai nematoda saprofag serta sebagai
nematoda predator (pemangsa). Nematoda berasal dari kata Yunani yang berarti benang.
Berbentuk memanjang seperti tabung, kadang-kadang membengkok, melengkung, seperti

4
kumparan. Gerakan nematode dalam media air biasanya meliuk-liuk seperti ular. Nematoda
dapat ditemukan di tanah, air tawar, air laut dan di jaringan tanaman dan jaringan binatang
(nematoda parasit binatang). Jenis-jenis nematoda yang ditemukan di alam dapat bertindak
sebagai parasit dan saprofitik. Nematoda parasitik tanaman dapat menyerang bagian tanaman
sesuai dengan sifat parasitasi nematoda itu sendiri. Ada yang bersifat ektoparasit, endo parasit
ataupun ekto-endo parasit. Bagian tanaman yang terserang dapat berupa akar, batang, daun, dan
bahkan pada bagian biji. Tubuh nematode tidak bersegmen, bentuknya silindris memanjang,
kecuali pada beberapa genera yang berjenis kelamin betina, simetris bilateral, merupakan
binatang yang mempunyai tiga lapisan (triploblastik) atau terdiri dari tiga lapis blastula (lapisan
ini terbentuk dan berkembang di dalam telur), mempunyai rongga tubuh semu, tubuhnya
transparan (dan tidak berwarna), memiliki sistem organ tubuh lengkap, yang berupa sistem
pencernaan (memanjang dengan bentuk esofagus yang bervariasi) sistem ekskresi, sistem syaraf,
sistem pengeluaran, dan sistem reproduksi. Tidak memiliki sistem peredaran darah. Nematoda
parasit tanaman biasanya mempunyai stilet. Contoh genus nematoda antara lain: Anguina,
Ditylenchus, Tylenchorhynchus, Pratylenchus, Radopholus, Hirschmaniella, Hoplolaimus,
Scutellonema, Rotylenchus, Helicotylenchus, Rotylenchulus. Heterodera dan Meloidogyne

Arthropoda merupakan phylum terbesar dari semua binatang penyebab hama tumbuhan. Lebih
dari 75% binatang-binatang yang kita kenal termasuk di dalam phylum ini, dan 90% diantaranya
termasuk dalam kelas Insekta (Hexapoda ±67,5% dari total binatang). Ciri-ciri phylum
Arthropoda antara lain: tubuh terdiri dari ruas-ruas (segment) yang dapat dibedakan dalam dua
atau tiga daerah (region), bentuk simetris bilateral, dan alat-alat tambahannya (apendik) juga
bersegmen dan berpasangan. Dua kelas penting sebagai penyebab hama tumbuhan, yaitu kelas
Insekta (Hexapoda) dan Arachnida.

Insekta atau serangga mempunyai ciri khas tubuh terdiri dari tiga daerah yang jelas, yaitu caput
(kepala), thorax, dan abdomen, antena sepasang, kaki tiga pasang pada thorax, sehinga disebut
juga hexapoda, dapat bersayap dua pasang, sepasang, atau tanpa sayap. Berdasarkan struktur
thorax dan perkembangan alat-alat tambahan pada abdomen, insekta dibedakan menjadi dua
subkelas, yaitu Apterygota dan Pterygota.
Ciri-ciri Apterygota: tidak bersayap (pterygum), abdomen dilengkapi sepasang atau lebih alat
tambahan selain cerci dan alat genetalia, dan metamorfosenya tidak nyata (ametabola). Terdiri
atas empat ordo, yaitu Thysaunura, Diplura, Protura, dan Collembola.
Ciri-ciri Pterygota: bersayap satu atau dua pasang atau tidak bersayap tetapi berasal dari
keturunan bersayap, tidak ada alat tambahan pada abdomen selain cerci dan alat genetalia.
Beberapa ordo penting sebagai hama tanaman adalah Orthoptera, Hemiptera, Coleoptera,
Lepidoptera, Hymenoptera, Diptera, dan Thysanoptera.

Pada dasarnya alat mulut serangga terdiri atas empat bagian, yaitu labrum, mandubula, maxilla,
dan labium. Dari bermacam-macam jenis serangga, sesuai dengan cara memperoleh makanannya
maka alat mulutnya mempunyai struktur dan bentuk yang bermacam-macam pula. Ada beberapa
macam tipe alat mulut, antara lain: pengunyah, pencucuk-pengisap, penjilatpengisap, pengisap.
Arachnida merupakan kelas kedua terbesar dari phylum Arthropoda dengan ciri-ciri tubuh
terbagi atas dua daerah, yaitu cephalothorax (kepala dan thorax) dan abdomen, tidak mempunyai

5
antena dan mata facet, kaki empat pasang pada cephalothorax, lubang genetalia di dekat bagian
depan dari abdomen, dan metamorfosenya belum jelas.

Kelas arachnida terdiri atas empat ordo, yaitu Arancida, Acarina, Scorpionida, dan Phalangida.
Ordo penting penyebab hama tumbuhan adalah Acarina (mites, ticks, tungau). Ordo Acarina atau
tungau terdiri atas dua golongan, yaitu golongan yang berukuran besar disebut ticks dan yang
berukuran kecil disebut mites. Alat mulut Acarina berupa penusuk dan pengisap. Alat mulut ini
terdiri atas sepasang cheli cerac (penusuk) yang masing-masing terdiri atas tiga segmen dan
sepasang pedipalpus. Cheli cerac sering sangat panjang membentuk alat penusuk seperti jarum.
Segmen ketiga atau paling ujung kadang-kadang bersama segmen kedua membentuk sepasang
penjepit yang kecil.

B. Tujuan Praktikum:
Mempelajari ciri morfologi hama tanaman dan mempelajari tipe alat mulut serta mengenal
gejala kerusakan tanaman akibat masing-masing serangannya.

C. Bahan dan alat praktikum:


1. Arthropoda 1 (Insekta Metamorfosis tidak sempurna):
i. ordo Orthoptera ( Belalang kayu dan nimfanya, Valanga nigricornis),
ii. ordo Hemiptera (Walang sangit),
iii. ordo Homoptera (Wereng).

2. Arthropoda 2 (Insekta Metamorfosis sempurna)


i. ordo Lepidoptera (kupu-kupu dan larvanya),
ii. ordo Coleoptera (Kumbang Kelapa),

3. masa covid silahkan adek adek mahasiswa menyesuaikan

D. Cara Kerja:
1. Specimen belalang kayu
Belalang kayu mewakili tipe alat mulut penggigit - pengunyah. Temukan bagian-bagian utama
dari tubuh kemudian temukan juga: labrum, labium, mandibula, maksila, dan hypopharynx. s.
Perhatikan bentuk dan letak bagian-bagian tersebut, serta pelajari pula fungsi dari masing-
masing bagian. Perhatikan gejala kerusakan yang diakibatkannya dan bagaimana cara
pengendaliannya. Perhatikan bagian-bagian alat mulut dari specimen yang ada, gambar dan
beri keterangan masing-masing bagian tersebut. Perhatikan gejala kerusakan yang
diakibatkannya, gambar dan beri keterangan. Bandingkan tipe alat mulut serangga dewasa
dengan larva dan nimfanya. Bandingkan tipe alat mulutnya antara yang dewasa dengan
larva/nimfanya. Cari dinternet.
2. Specimen kepik hijau
Kepik mewakili tipe alat mulut pencucuk-penghisap. Temukan bagian-bagian utama dari
tubuh kemudian temukan juga: stilet, labrum, dan labium. Perhatikan gejala kerusakan yang
diakibatkannya dan bagaimana cara pengendaliannya. Bandingkan tipe alat mulutnya antara
yang dewasa dengan larva atau nimfa nya. Perhatikan bagian-bagian alat mulut dari specimen
yang ada, gambar dan beri keterangan masing-masing bagian tersebut. Perhatikan gejala

6
kerusakan yang diakibatkannya, gambar dan beri keterangan. Perhatikan bedanya dengan
specimen belalang kayu.
3. Specimen Thrips (Ordo Thysanoptera)
Thrips mewakili tipe alat mulut pemarut-penghisap. Perhatikan di bawah mikroskop
bagianbagian utama dari tubuh kemudian temukan juga: paruh konikal yang pendek dengan tiga
stilet. Perhatikan cara kerjanya dan gejala kerusakan yang diakibatkannya serta bagaimana cara
pengendaliannya.

5. Specimen kupu-kupu
Kupu-kupu mewakil tipe alat mulut pengisap. Temukan bagian-bagian utama dari tubuh
kemudian temukan juga: alat mulutnya yang mempunyai saluran yang panjang yang disebut
probocis, bentuknya bergulung seperti coil, apabila sedang tidak digunakan dan
memanjang apabila serangga tersebut sedang makan. Perhatikan cara kerjanya dan gejala
kerusakan yang diakibatkannya serta bagaimana cara pengendaliannya. Gambar dan
beriketerangan. Bandingkan tipe alat mulutnya antara yang dewasa dengan larva atau nimfanya.

Dari cara kerja yang sudah dibuat ini kemungkinan seperti loupe dan mikroskop tidak ada
silahkan browsing internet.

Format Pengamatan :

Sebutkan bagian-bagian dari hama dan kerusakan yang


dirimbulkan tersebut yaitu:
1. Ciri-ciri penting tubuh
2. Tipe alat mulut
3. Bentuk kerusakan
4. laporan dikumpul melalui email ke coass nya.

7
III. KERUSAKAN TANAMAN OLEH PENGGANGGU

A. DASAR TEORI
Mengenal abnormalitas atau kerusakan pada tanaman yang disebabkan oleh berbagai
pengganggu akan sangat membantu dalam diagnosis.
B. TUJUAN PRAKTIKUM
Untuk dapat mengenal ciri-ciri perubahan morfologi bagian tanaman yang terserang organisme
pengganggu tanaman dan menentukan penyebab perubahan tersebut.

C. BAHAN DAN ALAT


1. Bahan : Tanaman / bagian tanaman yang tidak normal.

D. Cara Pengamatan
1. Perhatikan dengan teliti dan gambar skematis tanaman atau bagian tanaman sampel jeruk yang
tersedia, terutama pada bagian yang mengalami kerusakan.
2. Catat apa saja yang berubah jika dibandingkan dengan yang normal.
3. Amati dan gambar ada tidaknya tanda penyakit atau keberadaan binatang hama serta
tuliskan ciri-ciri yang membedakan dari kerusakan lainnya
4.Jelaskan bagaimana mekanisme terjadinya kerusakan tersebut.

8
ACARA VI
ANALISA VEGETASI

Tujuan instruksional khusus


Mahasiswa mampu menghitung kerapatan mutlak dan relatif jenis- jenis gulma pada are
tertentu, dapat menghitung Summed Dominance Ratio (SDR), dan dapt menentukan jenis gulma
yang dominan.

Dasar teori
Analisis vegetasi adalah bentuk analisis yang dapat memberikan gambaran kepada kita
mengenai keadaan permukaan lahan yang ditutupi vegetasi yang dapat dinyatakan secara
kualitatif ataupun kuantitatif.
Dalam ekologi, analisis vegetasi ditujukan untuk mempelajari suksesi, yaitu perubahan
komposisi gulma dari suatu habitat sejalan dengan waktu atau dari waktu ke waktu.
Sedangkan pada pengendalian gulma, analisis vegetasi ditujukan untuk mengevaluasi hasil
suatu tindakan.
Sesuai dengan keadaan vegetasi di suatu lahan, maka pemilihan metode analisis yang tepat
dapat memberikan hasil yang lebih mendekati dari kenyaatan yang sesungguhnya di
lapangan.

Analisis vegetasi gulma terkait dengan perhitungan SDR yang dapat menentukan jenis-
jenis gulma yang dominan dan tidak dominan. Hasilnya bermanfaat untuk menentukan metode
pengendalian yang tepat, dan mengetahui jenis- jenis gulma yang tahan dan yang peka terhadap
suatu metode tindakan pengendalian.

Pemilihan metode yang tepat dan efisien tergantung pada tujuan analisis vegetasi dan kondisi
gulma. Misalnya untuk eveluasi hasil dari tindakan pengendalian gulma, maka metode yang tepat
dan akurat adalah metode kuadrat. Pada areal dengan kondisi gulma yang saling menutup dapat
dilakukan dengan metode titik. Pada areal dengan gulma yang menggerombol secara spot- spot
dapat dilakukan dengan metode garis. Untuk pengamatan selintas meliputi kawasan yang luas
dan tidak tersedia waktu yang cukup maka dapat dilakukan dengan metode estimasi visual.
Metode ini sering digunakan oleh peneliti yang cukup berpengalaman.

Analisis vegetasi gulma dilakukan pada petak- petak sampel yang luasnya telah ditetapkan
secara proporsional, dan penentuannya secara acak maupun secara subyektif. Cara subyektif
yaitu memilih sejumlah petak contoh yang menurut pengamatan dapat mewakili populasi seluruh
areal dalam jarak yang sama sebagai letak petak contoh. Kemudian sejumlah petak contoh yang
diperlukan dipilih secara acak (gambar 1). Sampling beraturan yaitu dengan meletakkan petak
contoh secara beraturan dengan jarak yang sama dalam suatu areal. Sedangkan sampling
bertingkat dilakukan apabila vegetasi terdiri atas beberapa blok atau struktur yang berbeda- beda
fisionominya. Kemudian dilakukan sampling acak tidak langsung untuk setiap stratum (gambar
2). Pada metode kuadrat luas petak sampel minimal 0.5 cm x 0.5 cm bujur sangkar pada areal

9
dengan kondisi gulma tidak terlalu rapat dan penyebarannya merata. Seluruh gulma dalam petak
sampel di identifikasi, dihitung jumlah dan diukur bobot kering (destruktif) pada setiap jenis
gulma.
Metode garis adalah dengan meletakkan petak contoh yang memanjang di atas sebuah
komunitas vegetasi. Gerombolan gulma yang terletak pada lintasan garis lurus dihitung jumlah
gerombolan, luas gerombolan. Metode titik dilakukan dengan cara mengatur kawat berujung
runcing pada lintasan lurus panjang 1 m, jarak antar kawat 10 cm. Jenis gulma yang tersentuh
ujung runcing kawat didaftar sebagai individu gulma tersampling (10 individu gulma perlintasan
lurus 1 m). Kemudian maju 10 cm dan dilakukan sampling seperti sebelumnya, demikian
seterusnya sampai selesai pada petak sampel 1m x 1m kemudian pindah ke petak sampel
berikutnya.

Gambar 1 : sampling acak tidak langsung Gambar 2: Sampling bertingkat

Data yang diperoleh dari analisa vegetasi dibagi atas dua golongan yaitu kualitatif dan
kuantitatif menunjukkan bagaimana suatu jenis tumbuhan tersebar dan berkelompok,
stratifikasinya, periodisitas, dll. Sedangkan data kuantitatif menunjukkan jumlah ukuran, berat
segar/kering, dan luas daerah yang ditumbuhi.
Parameter yang diamati adalah persentase penyebaran gulma, kerapatan, frekuensi, dan skala 5-
10. Kerapatan adalah jumlah individu suatu jenis tumbuhan pada setiap petak contoh. Frekuensi
adalah berapa jumlah petak contoh yang memuat suatu jenis tumbuhan (%), dan dominasi
digunakan untuk menyatakan berapa luas areal yang ditumbuhi oleh suatu jenis tumbuhan.

Materi praktikum yang dilaksanakan dalam analisa vegetasi adalah :


1. Lokasi
2. Peralatan
3. Ukuran dan jumlah petak contoh
4. Tally sheet
5. Table rekapitulasi
6. Contoh analisa data

10
7. Menaksir nilai inp
Bahan dan alat :
1. Petak kuadrat ukuran 0.5 x 0.5 m (bisa dibuat sendiri dari kayu a bambu)
2. Buku identifikasi (cari diinternet)
3. Seperangkat alat tulis

Pelaksanaan :
1. Setiap mahasiswa mencari areal perkebunan kelapa sawit petani untuk di analisa,
kemudian menentukan hari/tanggal pelaksanan .
2. Lakukan analisa vegetasi bisa berdua atau lebih dengan protokol kesehatan
3. Lemparkan petak kuadrat dari tepi areal dengan cara obyektif, dimana si pelempar
menutup mata pada saat melemparkan petak- kuadrat.
4. Catat dan hitunglah semua jenis/spesies gulma yang ada pada petak contoh (petak-
kuadrat lemparan pertama). Kalau tidak kenal ambil bawa pulang identifikasi dirumah.
5. Setelah selesai menghitung gulma pada petak pertama, carilah petak contoh kedua
dengan melemparkan petak- kuadrat dari posisi petak pertama.
6. Ulangi sebanyak 10 kali dengan cara yang sama dengan sebelumnya (lihat contoh tabel
pengamatan)
7. Setelah selesai mengumpulkan data dari lapangan, hitunglah kerapatan nisbi, frekuensi
nisbi, dan Summed Dominance Ratio (SDR) untuk setiap jenis gulma sebagai berikut:
8. Cara menghitunh masing-masing parameter :

Kerapatan mutlak suatu jenis = jumlah individu jenis itu dalam petak contoh.

Kerapatan mutlak jenis itu


Kerapatan nisbi suatu jenis = x100%
Jml keraptn mutlak semua jenis

Frekuensi mutlak suatu jenis = jumlah petak contoh yang berisi jenis itu

Frekuensi mutlak jenis itu


Frekuensi nisbi suatu jenis = x 100%
Jml frek. mutlak semua jenis

Dominansi mutlak suatu jenis = jumlah dari nilai kelindungan/berat kering jenis itu.

Dominansi mutlak jenis itu


Dominansi nisbi suatu jenis = x 100%
Jml dom. mutlak semua jenis

11
Dari angka-angka tersebut dapat diperoleh indeks nilai penting (important value) dengan
menjumlahkan nilai-nilai parameter yang diukur.

INP = Jumlah Besaran Nisbi Parameter yang dihitung

Selanjutnya oleh Numata digunakan Nilai Summed Dominance Ratio (SDR) untuk
menyatakan pentingnya suatu jenis gulma.

Jumlah besaran nisbi yang dihitung


SDR =
Banyaknya parameter yang dihitung

Untuk mengetahui tingkat kesamaan vegetasi yang tumbuh antara lahan satu dengan
yang lainnya digunakan rumus koefisien komunitas (C).

2W
C= x 100%
a+b

C : Koefisien Kumunitas
W : jumlah nilai yang lebih kecil dari masing-masing spesies penyusun vegetasi
yang dibandingkan.
a : jumlah nilai SDR I
b : jumlah nilai SDR II

Tugas :
1. Hitunglah kerapatan nisbi, frekuensi nisbi, dan SDR untuk setiap jenis gulma.
2. Laporan dikumpulkan satu minggu setelah pelaksanaan praktikum dikirim melalui e mail
kemasing-masing coass.

12
IV.IDENTIFIKASI GULMA

A. Dasar teori :
Setiap jenis gulma memiliki sifat yang berbeda satu dengan yang lain, misalnya tipe
pertumbuhan, cara perkembangbiakan dan daya kompetisi terhadap tanaman. Tipe pertumbuhan
gulma ada yang tegak, menjalar dan ada yang memamnjat. Cara perkembangbiakan gulma ada
yang melalui biji, umbi , stolon, rhizoma, dll. Pengenalan sifat- sifat tersebut berhubungan erat
dengan kemampuan bersaing dengan tanaman, dan pada akhirnya dapat dijadikan salah satu
bahan pertimbangan untuk menentukan metode dan cara pengendaliannya. Gulma yang
berkembangbiak dengan rhizoma seperti alang- alang (Imperata cylindrica L) lebih sulit daripada
gulma yang berkembangbiak dengan biji seperti misalnya babadaton (Ageratum conyzoides L)
oleh sebab itu, metode pengendalian alang- alang sebaiknya secara kimiawi yaitu dengan
penyemprotan herbisida sistemik. Sedangkan babadotan, cara pengendaliannya lebih mudah
misalnya secara manual.

Berdasarkan bentuk morfologi daun, gulma dikelompokkan menjadi tiga golongan, yaitu:
gulma berdaun lebar, gulma berdaun sempit atau rumput, dan gulma teki. Berdasarkan sifat
fisiologis ketiganya memiliki respon berbeda terhadap aplikasi herbisida tertentu. Beberapa jenis
herbisida selektif hanya membunuh gulma berdaun lebar (contohnya 2,4 D), dan yang lain
mematikan gulma berdaun sempit atau rumputan saja (misalnya Metolakhor).

Berdasarkan siklus hidupnya gulma digolongkan menjadi tiga golongan, yaitu gulma semusim
(annual) dan gulma tahunan (perenial).pengenalan jenis- jenis gulma dan golongannya
memudahkan untuk menentukan skala prioritas dan metode pengendalian. Pengendalian gulma
semusim mudah dilakukan, misalnya cukup dengan menggunakan herbisida sistemik.

Tumbuhan parasitik termasuk gulma karena berkompetisi dengan inangnya. Gulma


biasanya mampu menghasilkan biji dan bunga yang mirip dengan biji dan bunga yang dihasilkan
tanaman inangnya. Tingkat asosiasi tumbuhan parasit dengan tanaman ada 3 macam, yaitu: efifit,
hemiparasit dan parasit benar. Tumbuhan efifit secara fisiologis tidak tergantung tanaman inang
tetapi efifit sangat tergantung kepada dukungan dan perlindungan tanaman inang dari pengaruh
faktor luar. Tumbuhan hemiparasit merupakan kelompok tumbuhan parasit yang tergantung
kepada inangnya, terutama untuk memenuhi kebutuhan air dan mineral, sedangkan tumbuhan
parasit benar termasuk kelompok tumbuhan tingkat tinggi yang tidak mempunyai klorofil,
sehingga untuk mencukupi kebutuhan nutriennya sangat tergantung kepada tanaman inang.

Dalam mengidentifikasi gulma dapat ditempuh satu atau kombinasi dari sebagian atau seluruh
cara- cara di bawah ini:
1. Mencocokkan spesimen dengan spesimen awetan yang sudah teridentifikasi (herbarium).
2. Berkonsultasi dengan para ahli
3. Mencocokkan dengan kunci identifikasi
4. Mencocokkkan dengan determinasi yang ada
5. Mencocokkan dengan ilustrasi yang tersedia.

13
Bagian gulma yang diamati, meliputi:

1. Bagian vegetatif gulma


Bagian vegetatif gulma yang dapat dipakai sebagai faktor identifikasi adalah akar, batang dan
daun.
a. Akar
Perakaran pada gulma dapat berupa akar tunggang (biasa ditemui pada gulma golongan
berdaun lebar) dan akar serabut (biasa ditemui pada gulma golongan rerumputan dari teki-
tekian).
b. Batang
Bagian batang yang menjadi ciri identifikasi gulma antara lain adalah:
Bentuk batang: bulat, segitiga, lonjong, pipih, berongga, segi empat, segi lima dsb.
Pertumbuhan batang: menjalar, melilit, tegak, bercabang banyak, bercabang menggarpu
dan sebagainya.
c. Daun
Bagian daun yang menjadi ciri identifikasi gulma antara lain:
 Bentuk daun : bulat, lanset, lonjong, pita, jarum, jantung, segitiga, dsb.
 Warna daun : hijau tua, hijau, kuning, merah, ungu, dsb.
 Tepi daun : rata, bergerigi, berombak, dsb.
 Daging daun : tebal, tipis, kaku,dsb.
 Duduk daun : tersebar, berhadapan, berhadapan- bersilang, berkarang, dsb.
 Jumlah daun : tunggal, majemuk
 Tulang daun : menyirip, menjari, lutus/sejajar, dsb.
 Ujung daun : runcing, meruncing, berlekuk, rata, dsb.
 Pangkal daun : bulat, membulat, runcing, meruncing,rata, dsb.
d. Modifikasi akar, batang dan daun
Berupa rimpang, stolon, umbi, umbi lapis, dan akr tinggal.

2. Bagian generatif gulma


Pada struktur generatif untuk identifikasi gulma terdiri dari bunga, buah dan biji.
a. Bunga
Bagian bunga yang biasa menjadi faktor identifikasi adalah:
 Jumlah bunga : tunggal atau majemuk
 Lrtak bunga : di ujung, tersebar, dll
 Bentuk bunga : bonggol, bulir, malai, dll
 Warna bunga : merah, hijau, kuning,dll
 Simetri bunga : asimetri, simetri, bilateral, dd
b. Buah
 Jenis buah : buah sejati atau buah senu
 Daging buah : buah berdaging (buni, pepo, batu, empulur, dll), buah kering
(berbiji tunggal, polong, dll).
c. Biji
Biji dapat ditandai dengan ciri- ciri yang berlainan, misalnya bentuk, warna, ukuran dan
keadaan permukaan yang tidak sama. Sebagai contoh: pada Amaranthaceae, bijinya berwarna
hitam dan mengkilat.

14
B. Tujuan :
Mahasiswa mampu mengenali jenis- jenis gulma, nama daerah, nama latin spesies gulma,
bentuk morfologi dan bagian anatomi, dan membedakan golongan gulma.

C. Bahan dan alat


1. Pisau atau gunting
2. Buku identifikasi masa covid bias dicari padananya di google ya.
4. Spesimen lengkap (akar, batang, daun, bunga) dan segar dari gulma yang mewakili dari
gulma berdaun lebar, gulma berdaun sempit, dan teki- tekian. Setiap golongan diwakili
oleh 2 jenis gulma.
3. Alat tulis, buku gambar, dan pensil warna)

D. Pelaksanaan
1. Gambar secara makroskopis bagian- bagian gulma, meliputi bagian vegetatif dan
generatif.
2. Beri keterangan pada gambar dan buat klasifikasi gulma tersebut (klas, ordo, famili,
genus, dan spesies) pada sudut kanan bagian bawah dari gambar.
3. SETELAH identifikasi silahkan dilanjutkan membuat herbarium lihat diinternet.

Tugas
1. Setelah selesai praktikum, tolong kirim laporan sementara melalui media yang disiapkan
koas.
2. Laporan praktikum diserahkan satu minggu setelah pelaksanaan praktikum melalui
email..
3. Apa yang dimaksud dengan gulma teki, rumput dan daun lebar? Berilah masing- masing
5 contoh spesies!
4. Apa sajakah perbedaan antara gulma berdaun sempit dan teki?
5. Sebutkan alat perkembangbiakan yang banyak dipunyai oleh gulma berdaun lebar?
6. Sebutkan jenis- jenis alat perkembangbiakan vegetatif yang dipunyai oleh gulma rumput
dan teki, serta berilah defenisinya!
7. Gambarkan alat bantu yang dipunyai oleh biji gulma untuk membantu penyebaran biji
tersebut!

Nb. Usahakan identifikasi gulma berbarengan dengan analisa vegetasi

15
V. PESTISIDA DAN ALAT APLIKASINYA

A. DASAR TEORI
Pestisida berasal dari dua kata yakni pest (=pengganggu) dan cide (= racun). Pestisida dalam arti
sehari-hari masyarakat pertanian merupakan zat kimia yang bersifat racun dan dapat digunakan
untuk membunuh atau menghambat pertumbuhan pengganggu tanaman. Pada PP No. 7 tahun
1973 yang termasuk pestisida tidak hanya zat kimia saja tetapi juga bahan lain serta jasad renik
dan virus yang ditujukan untuk pengendalian pengganggu tanaman, hasil pertanian, pengganggu
hewan piaraan dan ternak, binatang dan jasad renik pengganggu bangunan dan pengganggu alat
pertanian. Menurut The United Stated Federal Environmental Pesticide Control Act, pestisida
adalah semua zat atau campuran zat yang khusus untuk mengendalikan serangga pengganggu,
binatang mengerat, nematoda, jamur, gulma, virus, bakteri dan jasad renik lain yang terdapat
pada manusia dan binatang, termasuk semua zat yang digunakan untuk mengatur pertumbuhan
tanaman atau pengering hasil pertanian. Pestisida dapat dikelompokkan berdasarkan sasarannya,
misalnya insektisida (racun insekta), rodentisida (racun binatang mengerat), herbisida (racun
gulma), fungisida (racun jamur), bakterisida (racun bakteri), virisida (racun virus), avisida (racun
burung), silvisida (racun pohon hutan) dan lain-lain.
Dalam perdagangan, pestisida dijual dalam berbagai formulasi. Pestisida yang diberi kode WP
(wetable powder) dijual dalam formulasi tepung untuk disemprotkan, kode EC (emulsible
concentrate) dijual dalam formulasi emulsi untuk disemprotkan, kode DC (dust concentrate)
dijual dalam formulasi serbuk untuk diserbukkan, kode G (granular) dijual dalam formulasi
butiran untuk ditaburkan atau dibenamkan dalam tanah, kode F (fumigan) dijual dalam formulasi
padat atau cair denngan bahan aktif berbentuk gas. Pestisida yang sama dengan formulasi
berbeda akan menyebabkan cara aplikasi dan penggunaan alat yang berbeda pula. Oleh karena
itu formulasi pestisida yang kita punyai, dalam penggunaannya perlu dipertimbangkan dengan
alat-alat yang kita miliki. Alat-alat dalam pengertian ini adalah alat-alat yang dipergunakan
untuk membantu aplikasi pestisida dalam formulasi tertentu. Beberapa alat aplikasi pestisida
misalnya : (1) Penyuntik tanah (soil injector), dipergunakan untuk pestisida berformulasi butiran;
(2) Penugal bercorong, dipergunakan untuk pestisida berformulasi EC dan WP; (3) Penyerbuk
(duster), dipergunakan untuk pestisida berformulasi DC; (4) Penyemprot (Sprayer),
dipergunakan untuk pestisida berformulasi EC, WP, S dan sejenisnya yang diencerkan dulu
sebelum disemprotkan; (5) penghembus dipergunakan untuk pestisida berformulasi F, padat atau
cair dengan bahan aktif gas; dan (6) pengkabut (blower, atomizer), dipergunakan untuk pestisida
berformulasi cair (ULV) yang tidak perlu lagi diencerkan tetapi menggunakan tekanan yang
sangat tinggi. Setiap jenis alat aplikasi tersebut ada bermacam-macam tipe. Sebagai contoh :
jenis sprayer ada beberapa tipe, yaitu : hand, knapsack, otomatis, semi otomatis, bertekanan
tinggi dan lain-lain.

B. TUJUAN PRAKTIKUM
Untuk mengamati dan membedakan macam-macam formulasi pestisida, cara penyiapannya dan
alat-alat yang sesuai digunakan untuk mengaplikan pada formulasi yang bersangkutan.

C. Bahan dan alat

16
1. Bahan
Macam-macam jenis pestisida, meliputi pestisida yang digunakan untuk pengendalian hama dan
penyakit serta gulma dengan berbagai formulasi, seperti : D, G, WP, EC, DC, ULV, dan lain-
lain.

2. Alat
Macam-macam alat aplikasi pestisida, seperti: penugal, soil injektor, spreader, duster, emposan,
semi-automatic sprayer, power sprayer, automatic high sprayer, mist blower.

D. Cara Kerja
Mengingat masa covid diharapkan praktikan bisa mencari di internet .
1. Amati alat semprot punggung yang tersedia beserta bagian-bagiannya.
2. Gambar bagian-bagian tersebut didalam kertas HVS
3. Jika sudah selesai, mints tanda tangan Dosen Pembimbing pada laporan sementara
saudara.
Tugas
1. Laporan diserahkan satu minggu setelah pelaksanaan praktikum melalui email
2. Sebutkan fungsi dari masing-masing bagian alat semprot tersebut.
3. Sebutkan macam-macam alat semprot

TABEL PENGAMATAN UNTUK IDENTIFIKASI GULMA

IDENTIFIKASI GULMA DAUN LEBAR

Nama gulma Ciri batang


No Latin Indonesia Perakaran Bentuk permukaa Pertb.an
n
1
2
3
4
5
6
7
8
9

No Ciri daun
Bentuk Warna Tepi Duduk Tulang Ujung Pangkal

17
1
2
3
4
5
6
7
8
9

N Modifikasi
Bunga Buji Perkembangbiakan
o Batang
Letak Bentuk Warna Bentuk Warna Generatif Vegetatif
1
2
3
4
5

IDENTIFIKASI GULMA RUMPUT

Nama gulma Ciri batang


No Latin Indonesia Perakaran Bentuk permukaa Pertb.an
n
1
2
3
4
5

No Ciri daun
Bentuk Warna Tepi Duduk Tulang Ujung Pangkal

18
1
2
3
4
5
6
7
8
9

N Modifikasi
Bunga Buji Perkembangbiakan
o Batang
Letak Bentuk Warna Bentuk Warna Generatif Vegetatif
1
2
3
4
5
6
7
8
9

IDENTIFIKASI GULMA TEKI

Nama gulma Ciri batang


No Latin Indonesia Perakaran Bentuk permukaa Pertb.an
n
1
2
3
4
5

No Ciri daun

19
Bentuk Warna Tepi Duduk Tulang Ujung Pangkal
1
2
3
4

N Modifikasi
Bunga Buji Perkembangbiakan
o Batang
Letak Bentuk Warna Bentuk Warna Generatif Vegetatif
1
2
3
4
5
6
7
8
9

E. FORMAT PENGAMATAN untuk pestisida


No Nama Bahan formulasi Waktu Cara warna dosis Jenis gulma
pestisida/Herbesida aktif aplikasi aplikasi yang
dikendalikan

20
21
22

Anda mungkin juga menyukai