15
Warta Perkaretan 2017, 36(1), 15 - 28
such as data collection, exploration, isolation and metabolit sekundernya juga merupakan
purification of secondary metabolites, as well as sumber penting untuk memperoleh pestisida
study the mechanism of action of the secondary nabati dan produk turunan pestisida nabati.
metabolites to control rubber plant disease. Perhatian terhadap metabolit sekunder
sebagai pestisida nabati telah banyak
Keywords: botanical pesticide, secondary mengalami peningkatan seiring dengan
metabolites, rubber plant diseases adanya resistensi hama penyakit, serta resiko
keracunan dan kerusakan lingkungan akibat
Pendahuluan pestisida buatan. Eksplorasi produk metabolit
sekunder sebagai bahan pengendali hama
Ekstrak tanaman telah digunakan selama penyakit menunjukkan peningkatan karena
berabad-abad sebagai obat tradisional, bahan bersifat non fitotoksik dan mudah
pengawet hasil pertanian, pengusir hama, terdegradasi (Syakir, 2011; Cavoski, et al.,
minyak wangi serta rempah-rempah. 2011).
Beberapa contoh ekstrak tanaman yang telah Saat ini pestisida nabati banyak
digunakan adalah lavender dan citronella dikembangkan dan mendapatkan perhatian
sebagai repellent (Geetha dan Roy, 2014; sebagai salah satu usaha ke arah pengem-
Kongkaewet al., 2011),rape seed oil dan quassia bangan teknologi pertanian alternatif.
sebagai pestisida (EFSA, 2013; Psota et al., Banyak bagian tanaman yang mempunyai
2010), laminarindan lecithinesebagai fungisida potensi sebagai pestisida nabati yaitu akar,
(Yoon et al., 2013; EFSA, 2014), pine oil batang, daun dan bunga. Limbah pertanian,
sebagai herbisida serta caraway seed oil sebagai misalnya limbah pabrik rokok dan jamu, juga
penghambat pertumbuhan(Isman, 2006). dapat dimanfaatkan sebagai pestisida nabati.
Dari beberapa contoh penggunaan ekstrak Dengan kekayaan plasma nutfah Indonesia,
tanaman tersebut, kelompok senyawa dalam tidak mustahil apabila ada diantaranya yang
ekstrak tanaman yang sering digunakan mengandung metabolit sekunder yang dapat
adalah pyrethrum, neem, rotenon dan minyak mengatasi penyakit tanaman karet. Prospek
atsiri. Ekstrak tanaman lainnya yang banyak penelitian dan pengembangan metabolit
dimanfaatkan sebagai pestisida dalam sekunder untuk penyakit tanaman karet
pertanian organikdiantaranya adalah ekstrak sangat terbuka.
dari tanaman daun sirih, cengkeh, serai, Tulisan ini memberikan informasi
srikaya, akar tuba, nimba dan jambu mete mengenai jenis metabolit sekunder tanaman
(Syakir, 2011). Pada hakikatnya, ekstrak dan jalur pembentukannya, serta prospek
tanaman merupakan kumpulan metabolit pemanfaatan metabolit tersebut sebagai
sekunder dengan jenis, kadar dan fungsi yang pestisida nabati untuk mengendalikan
berbeda-beda sesuai kebutuhan dan kondisi penyakit pada tanaman karet. Informasi yang
tanaman. disajikan diharapkan dapat menjadi
Tanaman mampu mensintesis berbagai informasi tambahan untuk melakukan
metabolit sekunder dengan struktur dan penelitian mengenai metabolit sekunder
kerangka karbon yang kompleks dan unik. khususnya terkait pengendalian penyakit
Metabolit sekunder tersebut merupakan salah pada tanaman karet. Melalui penelitian
satu sumber keanekaragaman struktur kimia tersebut diharapkan muncul formula
dan aktivitas biologi. Sekitar 14 – 28% alternatif pestisida nabati yang murah dan
ekstrak tanaman tingkat tinggi digunakan ramah lingkungan.
sebagai obat-obatan, dan 74% diantaranya
diketahui mempunyai fungsi medisinal
setelah melalui proses etnomedik atau
penggunaan sebagai obat tradisional
(Cavoski, et al., 2011). Tanaman dan
16
Prospek pemanfaatan metabolit sekunder tumbuhan sebagai pestisida nabati untuk
pengendalian patogen padatanaman karet
17
Warta Perkaretan 2017, 36(1), 15 - 28
18
Prospek pemanfaatan metabolit sekunder tumbuhan sebagai pestisida nabati untuk
pengendalian patogen padatanaman karet
Alkaloid adalah suatu golongan senyawa terbesar yang ditemukan di alam, yang
organik yang terbanyak ditemukan di alam. terbentuk melalui jalur shikimat. Flavonoid
Alkaloid dapat ditemukan dalam berbagai Senyawa-senyawa ini merupakan zat warna
bagian tumbuhan antara lain biji, daun, merah, ungu, dan biru, dan sebagian zat
ranting dan kulit kayu. Hampir semua warna kuning yang ditemukan dalam
alkaloid yang ditemukan di alam mempunyai tumbuh-tumbuhan. Flavanoid mempunyai
keaktifan fisiologis tertentu.Ada yang bersifat kerangka dasar karbon yang terdiri dari 15
racun tetapi ada juga yang sangat berguna atom karbon. Di mana dua cincin benzen
sebagai obat (Ting et al., 2014; Lee et al., (C6) terikat pada suatu rantai propan (C3)
2014).Kuinin, morfin dan striknin adalah sehingga membentuk suatu susunan C6-C3-
alkaloid yang terkenal dan mempunyai efek C6. Susunan ini dapat menghasilkan tiga jenis
fisiologis dan psikologis. Semua alkaloid struktur, yakni 1,3-diarilpropan atau
mengandung paling sedikit sebuah atom flavonoid, 1,2-diarilpropan atau isoflavonoid,
nitrogen yang biasanya bersifat basa. dan 1,1-diarilpropan atau
Alkaloid berasal dari beberapa asam amino neoflavonoid(Dewick, 2009). Senyawa-
yang dibedakan atas alkaloid alilsiklik berasal senyawa flavonoid yang biasanya ditemukan
dari asam amino ornitin dan lisin, alkaloid di alam yaitu flavon, flavanol dan
aromatik berasal dari fenilalanin dan tiroksin, antosianidin. Senyawa isoflavonoid yaitu
dan alkaloid aromatik jenis indol berasal dari isoflavon, rotenoid dan kumestan, sedangkan
triptofan. neoflavonoid meliputi jenis-jenis 4-
Flavanoid adalah kelompok senyawa arilkumarin dan berbagai dalbergoin.
polifenolik dalam tanaman yang biasa
ditemukan pada sayuran, buah, bunga, biji, 3. Jalur mevalonat dan metileritritol fosfat
mapun madu dan propolis (Ahmadet al., Jalur mevalonat dan metileritritol fosfat
2015). Kelompok ini merupakan jenis fenolik (non-mevalonat) merupakan jalur pembentuk
19
Warta Perkaretan 2017, 36(1), 15 - 28
kelompok senyawa terpenoid dan steroid Contoh senyawa dan struktur dari kelompok
(Dewick, 2009). Jalur mevalonat terjadi di terpenoid disajikan pada Gambar 3 (Dewick,
sitosol dan mitokondria, sedangkan jalur 2009). Terpenoid yang ditemukan di alam
metileritritol fosfat terjadi di plastida. Pada sebagian besar merupakan komponen
jalur mevalonat, prekursol awalnya adalah minyak atsiri. Kelompok senyawa minyak
asetil Co-A, sedangkan pada jalur atsiri dianggap mempunyai efek kuratif
metileritritol fosfat, prekursor awal berupa dalam pengobatan alternatif (Kabera et al.,
piruvat dan gliseraldehid-3-fosfat (Nes & 2014). Terpenoid adalah kelompok senyawa
Zhou, 2001). Kedua jalur tersebut akan yang memberikan rasa, bau, dan warna pada
membentuk isopentenil pirofosfat (IPP) dan tumbuhan. Terpenoid biasanya terdapat pada
dimetilalil pirofosfat (DMAPP) yang daun dan buah tanaman tingkat tinggi
merupakan prekursor universal pembentukan misalnya pada tanaman pinus dan sitrus.
rantai lima karbon, C5. Hasil penyulingan terfraksi dari minyak atsiri
Terpenoid merupakan kelompok terbesar terdiri dari senyawa-senyawa golongan
dari semua metabolit (Bohlmann & Keeling, terpenoid yang mengandung 10 atom atau 15
2008). Terpenoid tersusun dari rangkaian atom karbon. Bahan-bahan alam lainnya
unit isopren (rantai lima karbon) yang selain minyak atsiri mengandung pula
terhubung melalui ikatan kepala ke ekor. terpenoid dengan 20, 30 dan 40 atom
Terpenoid diklasifikasikan menjadi karbon.Senyawa terpenoid yang sangat
hemiterpen (C5), monoterpen (C10), familiar dalam kehidupan sehari-hari adalah
sesquiterpen (C15), diterpen (C20), sesterterpen karet alam (cis 1,4 poliisopren).
(C25), triterpen (C30), dan tetraterpen (C40).
20
Prospek pemanfaatan metabolit sekunder tumbuhan sebagai pestisida nabati untuk
pengendalian patogen padatanaman karet
21
Warta Perkaretan 2017, 36(1), 15 - 28
Tabel 1. Beberapa contoh produk pestisida nabati hasil riset yang telah diformulasi menjadi
produk komersial di Indonesia
No Nama produk Bahan aktif OPT target
1 Bio Protektor 1 Eugenol, Sitronelal, Keong mas pada padi; Wereng coklat
Geraniol, Xanthorrhizol pada padi; Croccidolomia sp pada kubis;
kutu A. hartii pada rimpang jahe;
penggerek buah kakao (C. cramerella)
2. Bio Protektor 2 Eugenol Keong Mas pada padi; Croccidolomia sp.
pada kubis; kutu A. hartiipada rimpang
jahe; Helopeltis sp & penggerek buah
kakao
3. CEES Eugenol, Sitronelal Bercak daun jahe (Phyllosticta sp.); layu
bakteri jahe (R. solanacearum);
Nematoda (Meloidogyne sp.); Rayap
kayu kering (C. cynocephalus); kutu daun
tungau Tetranychus sp. pada tanaman
hias; kutu A. hartii pada rimpang jahe;
Helopeltis sp pada kakao; penggerek
buah kakao (C. cramerella)
4. CEKAM Eugenol, Sinamaldehid Bercak daun jahe (Phyllosticta sp.); layu
bakteri jahe (R. solanacearum); nematoda
(Meloidogyne sp.); kutu A. hartii pada
rimpang; tungau Tetranychus sp. pada
tanaman hias; nyamuk demam
berdarah (A. aegypti)
5. ASIMBO Sitronelal Asam Salisilat Helopeltis sp pada kakao
Penggerek buah kakao (C. cramerella)
6. NEEM Plus Azadirachtin, Sitronelal Wereng coklat pada padi
Sumber : Syakir, 2011
22
Prospek pemanfaatan metabolit sekunder tumbuhan sebagai pestisida nabati untuk
pengendalian patogen padatanaman karet
100
Persentase Penghambatan (%)
80
60
40
20
0
Ageratum Centrosema Emilia coccinea Ocimum Solanum Kontrol
conyzoides pubescence basilicum torvum
Jenis Tanaman
23
Warta Perkaretan 2017, 36(1), 15 - 28
Tabel 2. Penelitian ekstrak tanaman untuk menghambat penyebab penyakit pada tanaman karet
No Ekstrak tanaman Senyawa Aktif OPT Target Referensi
1. Daun kemangi (Ocimum Alkaloid, Corynespora Muniret al., 2008
sanctum L.) terpenoid cassiicola
2. Daun bangun-bangun Flavanoid, Rigidoporus Siregar et al., 2015
(Coleus amboinicus) saponin, steroid, microporus
polifenol.
3. Ekstrak kunyit (Curcuma Atsiri, curcumin, Rigidoporus Kusdiana et al.,
domestica) tannin, resin microporus 2016
4. Daun Myracrodruon Polifenol, Colletotrichum Naruzawa dan
urundeuva, Lafoensia pacari alkaloid gloeosporioides dan Papa, 2011
dan Caryocar brasiliense C. Cassiicola
5. Plumeria alba α-amyrin dan C. gleosporoides Nor et al., 2014
asam
heksadekanoat
6. Peganum harmala Alkaloid C. cassiicola Razzaghi-Abyaneh,
2013
7. Achillea millefolium Nerolidol C. cassiicola Carlos et al., 2010;
Chan et al., 2016
8. Olea cuspidata, Cymbopogon Isothiosianat Corticium Prashad et al., 2014
citratus & Brassica juncea salmonicolor
1. Umbi gadung (Dioscorea composita): ini tidak hanya racun untuk manusia,
mengandung saponin, amilum, CaC2O4, tetapi juga dapat dimanfaatkan untuk
antidotum, besi, kalsium, lemak, garam racun serangga. Daun tembakau kering
fosfat, protein, dan vitamin. Komponen mengandung 2 – 8 % nikotin. Nikotin
penting pada gadung yaitu zat beracun merupakan racun syaraf yang bereaksi
asam sianida (HCN). cepat dan berperan sebagai racun kontak
2. Akar tuba (Deris sp): senyawa yang telah bagi serangga (ulat perusak daun, aphids,
ditemukan antara lain adalah rotenon triphs)dan pengendali jamur (fungisida).
(diekstrak menggunakan eter/aseton dan 5. Sirih (Piper bettle): Minyak atsiri dari daun
menghasilkan 2 – 4 % resin rotenon). sirih mengandung minyak terbang,
Rotenon bekerja sebagai racun sel yang seskuiterpen, pati, diatase, gula, zat samak
sangat kuat. Kematian OPT terjadi dan kavikol yang memiliki daya
beberapa jam sampai beberapa hari mematikan kuman, antioksidasi dan
setelah terkena rotenon. Ekstrak akar tuba fungisida anti jamur. Kandungan bahan
juga memiliki sifat insektisida untuk aktif fenol dan kavikol daun sirih hutan
mengendalikan Nesiodiocoris tenuis yang juga dapat dimanfaatkan sebagai pestisida
menyerang tanaman tomat (Rante et al., nabatiuntuk mengendalikan hama
2013). penghisap daun.
3. Brotowali (Tinospora sp): bersifat
fungistatik terhadap jamur dan Colletotrichum gleosporoides, penyebab
mengandung senyawa berberin yang penyakit gugur daun Colletotrichum pada
berkhasiat menghambat pertumbuhan tanaman karet, juga menyerang tanaman
bakteri. lain diantaranya tanaman jambu biji dan
4. Tembakau (Nicotiana tobacum): Senyawa pepaya. Ekstrak daun dan batang tanaman
yang dikandung adalah nikotin. Nikotin Kamboja Putih (Plumeria alba), famili
24
Prospek pemanfaatan metabolit sekunder tumbuhan sebagai pestisida nabati untuk
pengendalian patogen padatanaman karet
25
Warta Perkaretan 2017, 36(1), 15 - 28
Direktorat Jendral Prasarana dan Sarana Herrmann, K.M. and Weaver, L.M. (1999).
Pertanian. (2014). Pestisida Pertanian dan The Shikimate Pathway. Annual Reviewof
Kehutanan Terdaftar 2014. Jakarta: Plant Physiology and Plant Molecular
Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Biology,50, 473-503.
Pertanian. Isman, M.B., (2006) Botanical insecticides,
Duke, A.(2000). Constituens and deterrents, and repellents in modern
Ethnobotanical Databases. Phytochemical agriculture and an increasingly regulated
database, USDA-ARS-NGRL.Retrieved world, Annual Review of Entomology,51, 45–
fromhttp://www.ars-grin.gov/cgi- 66.
bin/duke/farmacy-scroll3.pl. Kabera, J.N., Semana, E., Mussa, A.R., and
European Food Safety Authority. (2013). He, X.(2014). Plant Secondary
Conclusion on the peer review of the Metabolites: Biosynthesis, Classification,
pesticide risk assessment of the active Function and Pharmacological Properties.
substance plant oils/rapeseed oil. European Journal of Pharmacy and Pharmacology, 2,
Food Safety Authority Journal, 11(1), 3058. 377-392.
[45 pp.] Kongkaew, C., Sakunrag, I.,
European Food Safety Authority. (2014). Chaiyakunapruk, N., and Tawatsin, A.
Outcome of the consultation with (2011). Effectiveness of citronella in
Member States and EFSA on the basic preventing mosquito bites. Tropical
substance application for lecithins for use Medicine and International Health,16(7),
in plant protection as a fungicide on 802–810.
vineyards, fruit trees, vegetables and Kusdiana, A.P.J., Munir, M., dan
ornamentals. EFSA supporting publication Suryaningtyas, H. (2016). Studi
2014:EN-643. 34 pp. pemanfaatan ekstrak kunyit (Curcuma
Geetha, R.V., and Roy, A. (2014). Essential domestica Valeton) untuk pengendalian
Oil Repellents- A short Review. penyakit jamur akar putih pada tanaman
International Journal Drug Development and karet. Warta Perkaretan, 35(1), 25-36.
Research, 6(2), 20-27. Lee, S.T., Welch, K.D., Panter, K.E.,
Gleason, F and Chollet, R. (2012). Plant Gardner, D.R., Garrossian, M., and
Biochemistry. Massachusetts: Jones & Chang, C.T. (2014). Cyclopamine: From
Bartlett Learning. Cyclops Lambs to Cancer Treatment.
Haron, F.F., Sijam, K.,Omar, D., and Journal Agriculture and Food Chemistry,
Rahmani, M. (2013). Chemical 62(30),7355-7362.
composition and screening for antifungal Mariska, I. (13 Agustus 2013). Metabolit
activity of Allamanda spp. (Apocynaceae) Sekunder: Jalur pembentukan dan
crude extracts against Colletotrichum kegunaannya. Balai Besar Penelitian
gloeosporioides, causal agent of anthracnose Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik.
in papaya. Australian Journal of Basic and Diakses dari
Applied Sciences, 7(1), 88-96. http://biogen.litbang.pertanian.go.id/
Hasanah, M., Tangkas, I.M., danSakung, Munir, M. (2011). Potensi dan pemanfaatan
J.(2012). Daya insektisida alami bahan nabati untuk pengendalian penyakit
kombinasi perasan umbi gadung dan gugur daun Corynespora dan
ekstrak tembakau. Jurnal Akademika Colletotrichum pada tanaman karet.
Kimia, 1(4), 166-173. Warta Perkaretan,30(1), 18-25.
26
Prospek pemanfaatan metabolit sekunder tumbuhan sebagai pestisida nabati untuk
pengendalian patogen padatanaman karet
Munir, M., Purwoko, T., dan Prasad, R.R., and Anamika. (2015). Effects
Pawirosoemardjo, S. (2008). Potensi of plant leaf extract against Colletotrichum
penghambatan ekstrak daun kemangi gleosporoides causing post-harvest disease
(Ocimum sanctum L.) terhadap of papaya. Journal of Agricultural Science,
pertumbuhan Corynespora cassiicola 7(5), 195-198.
penyebab penyakit gugur daun pada Psota, V., Ouředníčková, J., andFalta,
tanaman karet (Hevea brasiliensis Muell. V.(2010). Control of Hoplocampa testudinea
Arg.). Prosiding Seminar Nasional using the extract from Quassia amara in
Pengelolaan Organisme Pengganggu organic apple growing. Horticultural
Tumbuhan dan Sumber Hayati yang Science, 37(4), 139-144.
berwawasan lingkungan dalam menyikapi Rahman, M., Ahmad, S.H., Mahmud,
dampak Pemanasan Global. Palembang, T.M.M., and Mohamad, Z.A.R.(2011).
Oktober 2008. Extraction of Jatropha curcas fruits for
Naruzawa, E.S., and Papa, M.F.S. (2011). antifungal activity against anthracnose
Antifungal activity of extracts from (Collethotrichum gloeosporioides) of
Brazilian Cerrado plants on Colletotrichum papaya. African Journal of Biotechnology, 10,
gloeosporioidesand Corynespora cassiicola. 9796-9799.
Revista Brasiliera de Plantas Medicinais, Rahman, M., Ahmad, S.H., Mohamed,
13(4), 408-412. M.T.,and Abdurrahman, M.Z. (2014).
Nes, W.D. andZhou, W.(2001). Terpenoids: Antimicrobial compounds from leaf
Higher. Encyclopedia of Life Sciences. extracts of Jatropha curcas, Psidium guajava,
Nature Publishing Group. Retrieved from and Andrographis paniculata.The Scientific
http://rubisco.ugr.es World Journal, 2014, 1-8.
Nor, M.M., Hassan, H.H.M., Ravi, Rante, C.S., Sembel, D.T., Meray, E.R.M.,
N.H.N.M., and Omar, M.N. (2014). Ratulangi, M.M., Dien, M.F.,and
Effect of Plumeria alba’s bioactive extract Kandowangko, D.S. (2013). Penggunaan
against Colletotrichum gleosporoides in Vitro insektisida botanis untuk mengendalikan
and in Vivo. Journal of Agricultural Science hama pada tanaman tomat. Eugenia, 19(2),
and Technology,4(3B),195-199. 97-102.
Nurhayati. (2007). Pertumbuhan Razzaghi-Abyaneh, M.,Shams-Ghahfarokhi,
Colletotrichum capsici penyebab M., and Rai, M. (2013). Antifungal
antraknosa buah cabai pada berbagai Metabolites from Plants. Berlin: Springer-
media yang mengandung ekstrak Verlag. Retrieved from
tanaman. Jurnal Rafflesia, 9(1), 32-35. http://www.springer.com/978-3-642-
Ogbebor, N., and Adekunle, A.T. (2005). 38075-4
Inhibition of conidial germination and Santi, S.R. (2010). Senyawa aktif antimakan
mycelial growth of Corynespora cassiicola dari umbi gadung. Jurnal Kimia, 4(1), 71-
(Berk & Curt.) of rubber (Hevea 78.
brasiliensis Muell. Arg.) using extracts of Santosa, M. dan Hertiana, T.
swome plants. Africans Journal of (2005).Kandungan senyawa kimia dan
Biotechnology, 4(9), 996-1000. efek ekstrak air daun bangun-bangun
Prashad, D., Ram, V., Sharma, I., and (Coleus amboinicus, L.) pada aktivitas
Sharma, S. (2014). Compatibility of native fagositosis netrofil tikus putih (Rattus
potential antagonists with fungicides and norvegicus). Majalah Farmasi Indonesia,
essential oils against Corticium 16(3), 141-148.
Salmonicolor. The Bioscan,9(1), 417-423.
27
Warta Perkaretan 2017, 36(1), 15 - 28
28