PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penggunaan pestisida kimia atau bahan kimia lain banyak dikurangi
berkaitan dengan dampak negatif yang dapat berakibat fatal terhadap manusia
dan
juga
lingkungan
ditimbulkan
akibat
penggunaannya.
Dalam
BAB II
ISI
2.1 Pengertian Pestisida
Pestisida adalah substansi (zat) kimia yang digunakan untuk membunuh
atau mengendalikan berbagai hama. Berdasarkan asal katanya pestisida
berasal dari bahasa inggris yaitu pest berarti hama dan cida berarti pembunuh.
Yang dimaksud hama bagi petani sangat luas yaitu: tungau, tumbuhan
4.
penyakit
hama
khususnya
serangga
akan
mengurangi
mikroba
lainnya
(penyebab
penyakit
tanaman)
atau
Cara kerjanya
azadirachtin
Daun dan biji ini diformulasikan dalam bentuk minyak atau dalam
bentuk serbuk. Minyak yang terbuat dari biji mimba telah banyak
dijual dipasaran dengan dosis 5-10 ml per liter air. Minyak ini cukup
efektif saat digunakan untuk mengendalikan beberapa jenis hama yang
merusak tanaman. Pestisida dari bahan ini tidak meninggalkan residu
berbahaya pada tanaman dan lingkungan, karena di alam senyawa
yang terkandung dalam tumbuhan ini mudah terurai. Walaupun begitu
ada efek toksisitas yang ditimbulkan yaitu dapat menyebabkan iritasi
mata dan jaringan lunak.
Cara pembuatan:
Haluskan daun atau biji mimba, campurkan dengan daun
tembakau, larutkan dengan air dan diamkan selama 1 malam
kemudian semprotkan pada tanaman yang terserang hama atau
penyakit.
2. Tembakau (Nicotinae tobacum L.)
jenis ulat dan belalang yang menyerang pada tanaman semusim. Cara
kerja pestisida nabati jenis ini yaitu sebagai racum kontak, racun perut
dan racun pernafasan.
Cara pembuatan:
- Keringkan daun atau batang tanaman tembakau sebanyak 100200 gram. Dengan cara ini, daun dan batang tanaman tembakau
-
Bahan aktif paling banyak terdapat pada akar. Insektisida nabati ini
aktif sebagai racun kontak dan perut berbagai spesies serangga hama.
Tanaman serai mempunyai aroma yang khas dan tidak disukai oleh
tikus. Oleh karena itu, serai yang ditanam dipinggiran sawah dapat
dugunakan sebagai tanaman yang menghambat serangan tikus. Zat
aktif dalam serai yang tidak disukai nyamuk dan beberapa serangga
lainnya adalah dipentena, farnesol, geraniol, mirsena, metil heptenol,
nerol, stiral dan sitronela.
Farnesol
garnesol
Cara pembuatan:
Menghaluskan daun dan batangnya mengunakan blender atau
ditumbuk. Hasil tumbukan lalu ditambah air untuk diencerkan.
Larutan ini dapat langsung diaplikasikan sebagai pestisida untuk
Zat piretrin ini sudah sejak lama diketahui sebagai pestisida nabati
yang efektif untuk mengendalikan hama tanaman yaiu ulat, kutu dan
serangga. Pestisida nabati ini aktif sebagai racun kontak yang
mempengaruhi system syaraf serangga, masuk ke dalam tubuh
serangga melalui spirakel. Piretrin bersifat reversible yaitu apabila
serangga yang teracuni tidak mati karena dosis racunnya kurang, maka
serangga tersebut dapat pulih kembali. Menghambat perkembangan
serangga, penolak (repellent) dan penetasan telur.
Cara pembuatan:
Rendam 50 gram serbuk bunga piretrum dengan 5 liter air,
tanbahkan 2 sendok makan sabun colek atau detergen, aduk sampai
rata dan diamkan selama 1 malam. Setelah 1 malam kemudian
disaring, pestisida siap digunakan dengan mencampurkan 500 ml
larutan pestisida dengan 10 liter air dan disemprotkan pada
tanaman.
2.4 Pestisida Hayati
2.4.1 Insektisida Biologi (Bioinsektisida)
Bioinsektisida berasal dari mikroba yang digunakan sebagai insektisida.
Mikroorganisme yang menyebabkan penyakit pada serangga tidak dapat
menimbulkan gangguan terhadap hewan-hewan lainnya maupun tumbuhan.
Jenis mikroba yang akan digunakan sebagai insektisida harus mempunyai
sifat yang spesifik artinya harus menyerang serangga yang menjadi sasaran
dan tidak pada jenis-jenis lainnya. Agen hayati yang paling banyak
digunakan sebagai insektisida biologi adalah dari jenis bakteri, jamur dan
menggunakan
insektisida
mikroba.
Bakteri
Bacillus
10
Bacillus thuringiensis
11
lainnya. Namun, dapat larut pada kondisi pH sekitar 9,5. Kondisi ini
ditemukan dalam usus serangga (dalamhal ini, ulat). Hal ini lah yang
menyebabkan Bt merupakan agen insektisida yang spesifik.
Bacillus thuringiensis mudah dikembangbiakkan,
dan
dapat
12
3. Toksin
akan
merusak
dinding
sel
epitel
dan
merusak
2.4.2
Fungisida Biologi
Turex(Biofungisida)
WP
Xentari WDG
Fungisida berasal dari kata latin fungus atau kata Yunani spongos yang
berarti jamur, berfungsi untuk membunuh jamur atau cendawan. Fungisida
biologi adalah semua jenis organisme hidup yang dapat digunakan untuk
mengendalikan jamur yang berperan sebagai hama atau penyebab penyakit
pada tanaman, hewan, dan manusia. Dari pengalaman di lapangan,
penyakit yang dominan pada tanaman budidaya disebabkan oleh jamur.
Penyakit ini dapat menyebabkan busuk pada akar atau pangkal batang
tanaman.
Fungisida biologi (biofungisida) merupakan alternatif yang digunakan
untuk penyakit tanaman yang disebabkan oleh jamur. Beberapa fungisida
yang telah digunakan adalah:
13
yang
paling
banyak
digunakan
adalah
spora
menimbulkan
penyakit
atau
merugikan
bagi
tanaman.
Trichoderma
Aktivitas antagonis Trichoderma dapat meliputi persaingan, parasitisme, predasi atau pembentukan toksin seperti antibiotik. Trichoderma
dapat digunakan untuk menangani masalah kerusukan tanaman akibat
cendawan patogen.
Dalam aktivitasnya sebagai penghambat pertumbuhan dan perkembangan cendawan patogen, Trichoderma memiliki kemampuan dan
mekanisme yang bervariasi pada setiap spesiesnya. Perbedaan kemampuan
ini disebabkan oleh faktor ekologi yang membuat produksi bahan
metabolit yang bervariasi pula.
Metabolit yang diproduksi Trichoderma bersifat volatile dan non
volatile. Metabolit non volatile lebih efektif dibandingkan dengan yang
14
lain
Trichoderma
Trichoderma
konigili.
harzianum,
Trichoderma
Trichoderma
sp.
mampu
viridae,
dan
menghambat
kemampuan
berkompetisi
dengan
cendawan
patogen,
Trichoderma harzianum
15
16
17
Pupuk Prima
EvaGROW
Pupuk TABUR MAS
Tsunami MGP
M-Dec
Top Fungi
Marfu-P
Super Trico,
dan lain-lain.
18
Kelemahan
Daya kerja relatif lambat
Tidak membunuh langsung
jasad sasaran
Tidak tahan terhadap sinar
matahari
Kurang praktis
Tidak tahan disimpan
Penyemprotan
dilakukan
berulang- ulang
Cepat terurai dan aplikasinya
harus lebih sering.
Daya racunnya rendah (tidak
langsung mematikan serangga/
memiliki efek lambat).
Kapasitas produksinya masih
rendah dan belum dapat
dilakukan dalam jumlah massal
(bahan tanaman untuk pestisida
nabati belum banyak dibudidayakan secara khusus).
Ketersediaannya di toko-toko
pertanian masih terbatas
Phitotoksitas rendah,
yaitu
tidak
meracuni dan merusak tanaman.
Bahan baku sangat melimpah dan
tersedia di alam
Karena bersifat selektif maka relatif
aman terhadap organisme yang bersifat
sebagai predator atau pemangsa alami
Mudah dibuat dan diperbanyak sendiri
bahkan oleh petani awam sekalipun
Selain itu juga berfungsi sekaligus
sebagai pupuk organik cair.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penggunaan biopestisida adalah salah satu solusi untuk mengurangi
penggunaan pestisida kimia dalam pengendalian organisme pengganggu
tanaman (OPT) yang membawa dampak buruk bagi lingkungan dan manusia.
Penggunaan biopestisida memiliki banyak keunggulan diantaranya ramah
lingkungan dalam pengendalian OPT pada tanaman, dapat mencegah ledakan
hama sekunder, produk pertanian yang dihasilkan bebas dari residu pestisida,
dan menghemat biaya produksi karena biaya pengendalian OPT berlebih.
Pembuatan biopestisida seperti pestisida nabati menggunakan bahan yang
berasal dari tumbuhan atau bagian-bagian tumbuhan seperti daun dan buah
sedangkan pestisida hayati berasal dari mikroba seperti jamur, bakteri,
maupun virus.
Biopestisida dapat dibuat sendiri dan juga dapat diperoleh dari produk
yang sudah ada dipasaran. Selain memiliki keunggulan penggunaan
biopestisida ini juga memiliki kekurangan seperti tidak langsung membunuh
hama dan bekerja lambat sehingga perlu berkali-kali penyemprotan, tidak
tahan sinar matahari, tidak tahan simpan.
19
DAFTAR PUSTAKA
20
21