Anda di halaman 1dari 4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Biopestisida
Pestisida memiliki definisi sebagai pembunuh hama pada tanaman.
Pestisida atau pembasni hama merupakan bahan yang digunakan manusia
khususnya petani dengan tujuan untuk mengendalikan, menolak dan membasmi
organisme pengganggu (Mesran dkk, 2018). Tanaman yang rusak akan
menimbulkan kerugian pada manusia khususnya para petani yang menanam
tanaman guna memenuhi kebutuhan bahan makanan dalam negeri. Dalam sejarah
peradaban manusia pestisida telah cukup lama digunakan khususnya di bidang
pertanian dan bidang Kesehatan. Pestisida di dalam bidang kesehatan merupakan
salah satu sarana yang penting untuk melindungi manusia dari serangga
pengganggu dan penyakit berbahaya manusia. Adanya pestisida menyebabkan
manusia saat ini telah bebas terhadap beberapa jenis penyakit yang berbahaya
seperti penyakit malaria, demam berdarah dan penyakit kaki gajah.
Pestisida adalah jenis racun yang mempunyai nilai ekonomis di kalangan
petani. Berbagai macam jenis pestisida memiliki kemampuan untuk menghilangkan
dan membasmi hama yang merugikan tanaman. Pestisida di dalam bidang pertanian
telah memiliki banyak manfaatnya yang dirasakan oleh petani diantaranya ialah
meningkatkan hasil produksi lahan pertanian serta tercapainya target panen
tanaman. Selain itu pestisida juga merupakan sarana yang sangat diperlukan
terutama digunakan untuk melindungi tanaman dan hasil tanaman, ternak maupun
ikan dari kerugian yang disebabkan oleh hama. Penggunaan pestisida di kalangan
petani khalayak ini cukup meningkat dari tahun ke tahun karena petani beranggapan
bahwa menggunakan pestisida maka hama akan hilang (Sutriadi dkk, 2020).
Peptisida bermakna pembasmi hama yang terbuat dari bahan kimia, maka
biopeptisida merupakan pembasmi hama yang terbuat dari bahan-bahan alami.
Biopeptisida merupakan pestisida yang bersumber dari mahluk hidup atau bahan
hayati seperti bakteri, mikroorganisme dan virus. Biopestisida sama halnya dengan
pestisida dari bahan kimia, biopestisida digunakan untuk mengendalikan hama
yang merugikan dan mengganggu tanaman. Biopestisida tidak mengandung bahan
kimia beracun dan tidak berbahaya bagi kesehatan manusia secara langsung.
Biopestida aman untuk digunakan oleh tanaman yang dikonsumsi manusia.
Biopestisida berdasarkan sumbernya dapat dibedakan menjadi dua jenis
yakni biopestisida jenis nabati dan biopestisida jenis hayati. Biopestisida nabati
adalah hasil ekstraksi bagian tertentu dari tanaman seperti dari akar, biji dan daun
yang senyawa atau metabolit sekunder dan mempunyai sifat racun terhadap hama
seperti serangga dan penyakit tertentu. Biopestisida nabati umumnya digunakan
mengendalikan penyakit yang bersifat bakterisidal. Sumber bahan baku
biopestisida yang berasal dari bahan-bahan alami tidak akan meracuni tanaman,
mencemari lingkungan dan juga berbahaya bagi kesehatan tubuh (Kusumaningtyas
dkk, 2017). Penggunaan hasil ekstrak bahan alami secara berkelanjutan kepada
tanaman juga diyakini tidak menimbulkan resisten hama yang mengganggu
tanaman seperti yang terjadi dalam pestisida berbahan kimia.Jenis tanaman yang
mampu dan dapat mengendalikan hama yakni seperti kencur (Sutriadi dkk, 2020).
Biopestisida dari sumber hayati merupakan formulasi dari biopestisida yang
mengandung mikroba tertentu yang berupa jamur, bakteri, maupun virus yang
memiliki sifat antagonis. Sifat antagonis mikroba terhadap mikroba lainnya yang
dapat menyebabkan penyakit tanaman. Sifat antagonis mikroba selanjutnya yakni
menghasilkan senyawa tertentu yang bersifat racun kepada hama seperti serangga
maupun nematoda yang menyebabkan penyakit tanaman yang hidup. Formulasi
Beuveria bassiana mampu mengendalikan hama kumbang moncong yang
merupakan hama utama. Formulasi tersebut mengendalikan kumbang mawar serta
kutu yang terdapat di daun pada tanaman krisan.
Bakteri yang banyak digunakan dan telah diteliti sebagai agen atau sumber
hayati pada biopestisida hayati adalah genus Bacillus seperti B. polimyxa, B. subtilis
dan B. thuringiensis. Genus Pseudomonas seperti P. Fluorenscens-Pf, kelompok
cendawan seperti Trichoderma harzianum dan Gliocladium sp. Formulasi
biopestisida hayati yang ditemukan oleh Badan Lingkungan Hidup diantaranya
ialah Bio-PF. Bio-PF mengandung senyawa untuk mengendalikan penyakit layu.
bercak daun yang disebabkan oleh Fusarium sp, Phytium sp dan Vericillum A.
Produksi biopestisida di dalam negeri khususnya Indonesia akan sangat
amat memungkinkan. Faktor pendukung perlunya produksi biopestisida
diantaranya ialah bahwasannya negara Indonesia kaya akan dengan berbagai jenis
tanaman di daerah tropis dan lebih sesuai untuk iklim Indonesia. Umumnya
biopestisida yang ada dieksplorasi dari berbagai jenis mikroorganisme yang
merupakan musuh alami, sehingga dari ketersediaan bahan baku sangatlah
melimpah (Musa dkk, 2020). Kekayaan alam Indonesia akan keanekaragaman
hayati merupakan sumber daya alam yang potensial untuk dimanfaatkan bagi
kesejahteraan rakyat. Jenis jamur Trichoderma harzianum dapat dijadikan produk
biofungisida yang efektif untuk mengendalikan jamur penyakit tanaman
holtikultura, sayuran dan tanaman perkebunan. Jamur Metarrrhizium anisopliae
dan jamur entomopatogen lainnya dapat dijadikan produk-produk bioinsektisida.
Produk bioinsektisida dengan bahan aktif jamur-jamur di atas biasanya
disebut dengan produk monoinsektisida, yang efektif terhadap hama serangga
tanaman padi, sayuran dan perkebunan. Bakteri Bacillus thuringiensis berhasil
mengendalikan hama serangga pada sayuran dalam produk yang dikenal petani
sebagai racun. Teknologi dalam pembuatan biopestisida tidak terlalu silit untuk
dapat diadopsi dan dikembangkan di dalam negeri. Ragam teknologi pembuatan
biopestisida dari yang canggih dan mahal. Langkah utama dan terpenting ialah
usaha untuk memproduksi biopeptisida dengan harga relatif murah. Salah satu
pemecahan masalah tersebut yakni dengan memformulasikan dengan baik bahan
baku kualitas analitik yang telah digunakan di luar negeri. Bahan baku tersebut
kemudian diganti dengan bahan baku yang terdapat di dalam negeri yang lebih
relatif terjangkau dan mudah didapatkan oleh produsen.
Biopestisida digunakan untuk menyerang hama yang terdapat pada tanaman
yang ditanam oleh petani. Hama yang paling sulit untuk dihilangkan yakni hama
serangga. Hama yang menyerang tanaman padi dapat berupa tikus, penggerek
batang (Scirpophaga innotata), kupu-kupu (Nyimphula depunctalis), Homoptera
jenis Nilapervata lugens, hama wereng hijau (Nephotettix apicalis), hama walang
sangit (Leptocorixa acuta), hama lembing hijau (Nezara viridula), dan hama ganjur
(Pachydiplosis oryzae) (Irawan dkk, 2019).
Irawan, P., Qayyimah, D., Ahmad, M. I., Amir, R. A., & Alghifari, R. M. 2019.
Efektivitas ekstrak batang bratawali I (Tinospora crispa L.) dan daun sirsak
(Annona muricata L.) terhadap mortalitas hama penggerek batang padi
(Scirphopaga innotata). Indonesian Journal of Fundamental Sciences. Vol.
5(1): 47-58.

Kusumaningtyas, R.D., Hardi,S., dan Ria, W. 2017. Pengolahan Limbah Kulit


Durian di Wilayah Gunungpati Menjadi Biopestisida yang Ramah
Lingkungan. Jurnal Rekaya. Vol.15 Juli 2017 : 38-42.

Mesran., Pristiwanto., dan Imelda, S. 2018. Implementasi Promenthee II dalam


Pemilihan Terbaik Untuk Perawatan Daun Pada Tanaman Cabe. Journal of
Computer Engineering System and Science. Vol.3(2) : 19-25.

Musa, Weny.J.A., Duengo, S., dan Kilo, A., K. 2020. Biopestisida Nabati dari
Tumbuhan Tradisional Asal Gorontalo di Desa Mustika. Jurnal Pengabdian
Pada Masyarakat. Vol.5(3): 715-723.

Sutriadi, M.T., Harsanti, E.S., Wahyuni, Sri., dan Wihardjaka. 2019. Pestisida
Nabati : Prospek Pengendali Hama Ramah Lingkungan. Jurnal Sumber
Daya Lahan. Vol.13(2) : 89-100.

Anda mungkin juga menyukai