Anda di halaman 1dari 10

PESTISIDA

Pestisida merupakan senyawa kimia yang disusun untuk mengendalikan


hama dan penyakit yang menyerang tanaman. Di Indonesia pestisida sering
digunakan untuk mengendalikan hama dan penyakit yang menyerang tanaman tetapi
pada saat ini pestisida banyak ditemukan residu khususnya di tanaman dan tanah
sehingga menyebabkan pencemaran lingkungan terutama pestisida kimia. Pada
dasarnya pestisida dibagi menjadi 2 menurut jenisnya yaitu pestisida kimia dan
pestisida alami atau nabati. Pestisida kimia merupakan pestisida yang dibuat dari
bahan kimia oleh manusia yang berguna dalam pengendalian hama dan penyakit
tanaman. Pestisida kimia ini sering memiliki residu kimia yang tinggi baik didalam
tanaman ataupun didalam tanah sehingga mengganggu lingkungan. Banyaknya
terjadi gangguan lingkungan akibat pestisida kimia sehingga memunculkan suatu ide
yaitu Pengendalian Hama Terpadu (PHT) yang salah satu tujuannya adalah
mengendalikan hama dengan menggunakan musuh alami dan penggunaan pestisida
nabati.

Pestisida nabati merupakan pestisida yang digunakan untuk pengendalian


hama dan penyakit bagi tanaman yang terbuat dari bahan alami seperti organ
tanaman, atau minyak yang dihasilkan oleh tanaman. Pestisida nabati memiliki
beberapa keunggulan seperti mudah terurai oleh sinar matahari, tidak menyebabkan
gangguan lingkungan dan lin-lain sedangkan untuk kerugian bagi penggunaan
pestisida nabati ini yaitu cara aplikasiannya harus berulang kali karena mudah terurai
oleh sinar matahari, harganya tidak terjangkau oleh petani karena pembuatan
pestisida ini menggunakan bahan dari alam yang memiliki stok yang tidak
mencukupi bagi pembuatan pestisida nabati secara masal. Pestisida memiliki
beberapa jenis menurut hama yang akan dikendalikan yaitu insektisida, nematisida,
bakterisida dan lain-lain.

Pembuatan pestisida nabati ini sangat mudah dan tidak perlu peralatan yang
canggih cukup blender. Misalkan pembuatan pestisida nabati menggunakan daun
mimba. Caranya adalah daun dimasukkan kedalam blender dan ditambahkan air
secukupnya lalu diambil air dari hasil gilingan kemudian didiamkan semalam. Secara
ekonomis sebenarnya pengguaan pentisid nabati ini dapat dikembangkan tetapi
masalahnya adalah bahan baku untuk pestisida ini perlu dikembangkan sehingga
penggunaan pestisida nabati dapat dioptinalkan oleh petani sehingga petani beralih
untuk menggunakan pestisida nabati. Keuggulan pestisida nabati ini salah satunya
adalah pestisida nabati tidak mengganggu kehidupan musuh alami sehingga tidak
terjadi gangguan pada lingkungan.

Penggunaan pestisida nabati ini diharapkan dapat menekan populasi hama


yang menyerang tanaman tetapi penggunaan pestisida ini jarang sekali mematikan
hama tetapi hanya menyebabkan toxin pada hama tersebut sepeti racun perut,
penguranag nafsu makan hama dan lain-lain. Penyebab tersebut yang mengurangi
minat petani untuk menggunakan pestisida nabati karena petani menginginkan hama
yang menyerang tanaman dapat langsung mati dan populasinya menurun secara
drastis tetapi petani tidak memikirkan residu yang akan terjadi pada lingkungan.
Penggunaan pestisida kimia juga harus mematuhi peraturan penggunaan seperti
menggunakan pakaian yang lengkap ketika dilakukan penyemprotan, menggunakan
dosis yang tepat dan lain-lain.

Pestisida tidak hanya berperan dalam mengendalikan jasad-jasad pengganggu


dalam bidang pertanian saja, namun juga diperlukan dalam bidang kehutanan
terutama untuk pengawetan kayu dan hasil hutan yang lainnya, dalam bidang
kesehatan dan rumah tangga untuk mengendalikan vektor (penular) penyakit manusia
dan binatang pengganggu kenyamanan lingkungan, dalam bidang perumahan
terutama untuk pengendalian rayap atau gangguan serangga yang lain.
Pada umumnya pestisida yang digunakan untuk pengendalian jasad
pengganggu tersebut adalah racun yang berbahaya, tentu saja dapat mengancam
kesehatan manusia. Untuk itu penggunaan pestisida yang tidak bijaksana jelas akan
menimbulkan efek samping bagi kesehatan manusia, sumber daya hayati dan
lingkungan pada umumnya.
Bahan ini terdiri dari bahan aktif utama yang dimanfaatkan sebagai senyawa
utama dalam formulasi pembuatannya. Semua zat kimia itu atau bahan lain serta
jasad renik dan virus yang dimanfaatkan untuk melakukan perlindungan tanaman
adalah pestisida.
Awal mula munculnya pestisida sejak 2500 SM di Meso Potamia, Siberia
dengan menggunakan senyawa kimia alami belerang. Dan 350 SM Aristoteles
dengan fumigant (gas pengendali hama di gudang penyimpanan). Lalu bagaimana
bahan aktif pestisida diketemukan?
Dalam bidang pertanian pestisida merupakan sarana untuk membunuh hama-
hama tanaman. Dalam konsep Pengendalian Terpadu Hama, pestisida berperan
sebagai salah satu komponen pengendalian. Prinsip penggunaannya adalah:
1. Harus kompatibel dengan komponen pengendalian lain, seperti komponen hayati
2. Efisien untuk mengendalikan hama tertentu
3. Meninggalkan residu dalam waktu yang tidak diperlukan
4. Tidak boleh persistent, jadi harus mudah terurai
5. Dalam perdagangan (transport, penyimpanan, pengepakan, labeling) harus
memenuhi persyaratan keamanan yang maksimum
6. Harus tersedia antidote untuk pestisida tersebut
7. Sejauh mungkin harus aman bagi lingkungan fisik dan biota
8. Relatif aman bagi pemakai (LD50 dermal dan oral relatif tinggi)
9. Harga terjangkau bagi petani.
Idealnya teknologi pertanian maju tidak memakai pestisida. Tetapi sampai
saat ini belum ada teknologi yang demikian. Pestisida masih diperlukan, bahkan
penggunaannya semakin meningkat. Pengalaman di Indonesia dalam menggunakan
pestisida untuk program intensifikasi, ternyata pestisida dapat membantu mengatasi
masalah hama padi. Pestisida dengan cepat menurunkan populasi hama, hingga
meluasnya serangan dapat dicegah, dan kehilangan hasil karena hama dapat ditekan.
Pengalaman di Amerika Latin menunjukkan bahwa dengan menggunakan
pestisida dapat meningkatkan hasil 40 persen pada tanaman coklat. Di Pakistan
dengan menggunakan pestisida dapat menaikkan hasil 33 persen pada tanaman tebu,
dan berdasarkan catatan dari FAO penggunaan pestisida dapat menyelamatkan hasil
50 persen pada tanaman kapas.
Dengan melihat besarnya kehilangan hasil yang dapat diselamatkan berkat
penggunaan pestisida, maka dapat dikatakan bahwa peranan pestisida sangat besar
dan merupakan sarana penting yang sangat diperlukan dalam bidang pertanian.
Usaha intensifikasi pertanian yang dilakukan dengan menerapkan berbagai teknologi
maju seperti penggunaan pupuk, varietas unggul, perbaikan pengairan dan pola
tanam akan menyebabkan perubahan ekosistem yang sering diikuti oleh
meningkatnya problema serangan jasad pengganggu. Demikian pula usaha
ekstensifikasi pertanian dengan membuka lahan pertanian baru, yang berarti
melakukan perombakan ekosistem, sering kali diikuti dengan timbulnya masalah
serangan jasad pengganggu. Dan tampaknya saat ini yang dapat diandalkan untuk
melawan jasad pengganggu tersebut yang paling manjur hanya pestisida. Memang
tersedia cara lainnya, namun tidak mudah untuk dilakukan, kadang-kadang
memerlukan tenaga yang banyak, waktu dan biaya yang besar, hanya dapat dilakukan
dalam kondisi tertentu yang tidak dapat diharapkan efektifitasnya. Pestisida saat ini
masih berperan besar dalam menyelamatkan kehilangan hasil yang disebabkan oleh
jasad pengganggu.

Macam Dan Contoh Nama Pestisida

Pestisida dapat digolongkan menjadi bermacam-macam dengan berdasarkan


fungsi dan asal katanya. Penggolongan tersebut disajikan sbb:
1. Akarisida, berasal dari kata akari yang dalam bahasa Yunani berarti tungau
atau kutu. Akarisida sering juga disebut sebagai mitesida. Fungsinya untuk
membunuh tungau atau kutu.
2. Algisida, berasal dari kata alga yang dalam bahasa latinnya berarti ganggang
laut. Berfungsi untuk melawan alge.
3. Avisida, berasal dari kata avis yang dalam bahasa latinnya berarti burung.
Berfungsi sebagai pembunuh atau zat penolak burung serta pengontrol populasi
burung.
4. Bakterisida, berasal dari kata latin bacterium atau kata Yunani bacron.
Berfungsi untuk melawan bakteri.
5. Fungisida, berasal dari kata latin fungus atau kata Yunani spongos yang
berarti jamur. Berfungsi untuk membunuh jamur atau cendawan.
6. Herbisida, berasal dari kata latin herba yang berarti tanaman setahun.
Berfungsi membunuh gulma (tumbuhan pengganggu).
7. Insektisida, berasal dari kata latin insectum yang berarti potongan, keratan
atau segmen tubuh. Berfungsi untuk membunuh serangga.
8. Larvisida, berasal dari kata Yunani lar. Berfungsi untuk membunuh ulat atau
larva.
9. Molluksisida, berasal dari kata Yunani molluscus yang berarti berselubung
tipis lembek. Berfungsi untuk membunuh siput.
10. Nematisida, berasal dari kata latin nematoda atau bahasa Yunani nema yang
berarti benang. Berfungsi untuk membunuh nematoda (semacam cacing yang hidup
di akar)
11. Ovisida, berasal dari kata latin ovum yang berarti telur. Berfungsi untuk
membunuh telur.
12. Pedukulisida, berasal dari kata latin pedis berarti kutu, tuma. Berfungsi untuk
membunuh kutu atau tuma.
13. Piscisida, berasal dari kata Yunani piscis yang berarti ikan. Berfungsi untuk
membunuh ikan.
14. Rodentisida, berasal dari kata Yunani rodera yang berarti pengerat. Berfungsi
untuk membunuh binatang pengerat, seperti tikus.
15. Predisida, berasal dari kata Yunani praeda yang berarti pemangsa. Berfungsi
untuk membunuh pemangsa (predator).
16. Silvisida, berasal dari kata latin silva yang berarti hutan. Berfungsi untuk
membunuh pohon.
17. Termisida, berasal dari kata Yunani termes yang berarti serangga pelubang
daun. Berfungsi untuk membunuh rayap.

Formulasi Pestisida

Pestisida sebelum digunakan harus diformulasi terlebih dahulu. Pestisida


dalam bentuk murni biasanya diproduksi oleh pabrik bahan dasar, kemudian dapat
diformulasi sendiri atau dikirim ke formulator lain. Oleh formulator baru diberi
nama. Berikut ini beberapa formulasi pestisida yang sering dijumpai:
1. Cairan emulsi (emulsifiable concentrates/emulsible concentrates)
Pestisida yang berformulasi cairan emulsi meliputi pestisida yang di belakang nama
dagang diikuti oleb singkatan ES (emulsifiable solution), WSC (water soluble
concentrate). B (emulsifiable) dan S (solution). Biasanya di muka singkatan tersebut
tercantum angka yang menunjukkan besarnya persentase bahan aktif. Bila angka
tersebut lebih dari 90 persen berarti pestisida tersebut tergolong murni. Komposisi
pestisida cair biasanya terdiri dari tiga komponen, yaitu bahan aktif, pelarut serta
bahan perata. Pestisida golongan ini disebut bentuk cairan emulsi karena berupa
cairan pekat yang dapat dicampur dengan air dan akan membentuk emulsi.

2. Butiran (granulars)
Formulasi butiran biasanya hanya digunakan pada bidang pertanian sebagai
insektisida sistemik. Dapat digunakan bersamaan waktu tanam untuk melindungi
tanaman pada umur awal. Komposisi pestisida butiran biasanya terdiri atas bahan
aktif, bahan pembawa yang terdiri atas talek dan kuarsa serta bahan perekat.
Komposisi bahan aktif biasanya berkisar 2-25 persen, dengan ukuran butiran 20-80
mesh. Aplikasi pestisida butiran lebih mudah bila dibanding dengan formulasi lain.
Pestisida formulasi butiran di belakang nama dagang biasanya tercantum singkatan G
atau WDG (water dispersible granule).
3. Debu (dust)
Komposisi pestisida formulasi debu ini biasanya terdiri atas bahan aktif dan zat
pembawa seperti talek. Dalam bidang pertanian pestisida formulasi debu ini kurang
banyak digunakan, karena kurang efisien. Hanya berkisar 10-40 persen saja apabila
pestisida formulasi debu ini diaplikasikan dapat mengenai sasaran (tanaman).
4. Tepung (powder)
Komposisi pestisida formulasi tepung pada umumnya terdiri atas bahan aktif dan
bahan pembawa seperti tanah hat atau talek (biasanya 50-75 persen). Untuk
mengenal pestisida formulasi tepung, biasanya di belakang nama dagang tercantum
singkatan WP (wettable powder) atau WSP (water soluble powder).
5. Oli (oil)
Pestisida formulasi oli biasanya dapat dikenal dengan singkatan SCO (solluble
concentrate in oil). Biasanya dicampur dengan larutan minyak seperti xilen, karosen
atau aminoester. Dapat digunakan seperti penyemprotan ULV (ultra low volume)
dengan menggunakan atomizer. Formulasi ini sering digunakan pada tanaman kapas.
6. Fumigansia (fumigant) Pestisida ini berupa zat kimia yang dapat menghasilkan
uap, gas, bau, asap yang berfungsi untuk membunuh hama. Biasanya digunakan di
gudang penyimpanan.

Dampak Pestisida Terhadap Hasil Pertanian

Risiko bagi konsumen adalah keracunan residu (sisa-sisa) pestisida yang


terdapat dalam hasil pertanian. Risiko bagi konsumen dapat berupa keracunan
langsung karena memakan produk pertanian yang tercemar pestisida atau lewat
rantai makanan. Meskipun bukan tidak mungkin konsumen menderita keracunan
akut, tetapi risiko konsumen umumnya dalam bentuk keracunan kronis, tidak segera
terasa, dan dalam jangka panjang mungkin menyebabkan gangguan kesehatan.

Dampak Pestisida Terhadap Lingkungan

Dibalik manfaatnya yang besar, pestisida memiliki dampak yang cukup


merugikan pada pemakaiannya. Pestisida dapat merusak ekosistem air yang berada di
sekitar lahan pertanian. Jika pestisida digunakan, akan menghasilkan sisa-sisa air
yang mengandung pestisida. air yang mengandung pestisida ini akan mengalir
melalui sungai atau aliran irigasi.

Penggunaan pestisida oleh petani dapat tersebar di lingkungan sekitarnya; air


permukaan, air tanah, tanah dan tanaman. Sifat mobil yang dimiliki akan
berpengaruh terhadap kehidupan organisme non sasaran, kualitas air, kualitas tanah
dan udara. Pestisida sebagai salah satu agen pencemar ke dalam lingkungan baik
melalui udara, air maupun tanah dapat berakibat langsung terhadap komunitas
hewan, tumbuhan terlebih manusia. Pestisida yang masuk ke dalam lingkungan
melalui beberapa proses baik pada tataran permukaan tanah maupun bawah
permukaan tanah. Penurunan kualitas air tanah serta kemungkinan terjangkitnya
penyakit akibat pencemaran air merupakan implikasi langsung dari masuknya
pestisida ke dalam lingkungan. Aliran permukaan seperti sungai, danau dan waduk
yang tercemar pestisida akan mengalami proses dekomposisi bahan pencemar. Dan
pada tingkat tertentu, bahan pencemar tersebut mampu terakumulasi. Pestisida di
udara terjadi melalui proses penguapan oleh foto-dekomposisi sinar matahari
terhadap badan air dan tumbuhan. Selain pada itu masuknya pestisida diudara
disebabkan oleh driff yaitu proses penyebaran pestisida ke udara melalui
penyemprotan oleh petani yang terbawa angin. Akumulasi pestisida yang terlalu
berat di udara pada akhirnya akan menambah parah pencemaran udara. Gangguan
pestisida oleh residunya terhadap tanah biasanya terlihat pada tingkat kejenuhan
karena tingginya kandungan pestisida persatuan volume tanah. Unsurunsur hara
alami pada tanah makin terdesak dan sulit melakukan regenerasi hingga
mengakibatkan tanah-tanah masam dan tidak produktif.

Anda mungkin juga menyukai