Anda di halaman 1dari 17

TUGAS MAKALAH

PENGGUNAAN PESTISIDA DAN PENGAPLIKASIANNYA

Oleh :

Nama : MHD. REZA FAHLEVI


Nim : 1903100071
Mata Kuliah : Organisme Pengganggu Tanaman Perkebuan
Dosen Pengampuh : WIDYA LESTARI, S.Si., M.Si

UNIVERSITAS LABUHANBATU
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
AGROTEKNOLOGI
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, dan
hidayah-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan
selesai dengan tepat waktu.
Adapun maksud dan tujuan dari karya tulis ini Penulis susun sebagai Tugas
mata kuliah Organisme Pengganggu Tanaman Perkebunan.
Pada kesempatan ini, Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya
kepada :
1. Tuhan Yang Maha Esa
2. Kedua orang tua.
3. Widya Lestari, S.Si., M.Si selaku dosen pengampu mata kuliah Organisme
Pengganggu Tanaman Perkebunan.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Untuk itu
Penulis mengharapkan bentuk kritik maupun saran yang bersifat membangun sangat
Penulis perhatikan sebagai perbaikan dalam pembuatan karya-karya lain di masa
mendatang. Semoga makalah ini berguna bagi pembaca.

Rantau Prapat, 11 November 2021

Penulis

i
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hampir semua diantara kita pernah mendengar kata pestisida, herbisida,


insektisida atau nama lainnya. Hampir dalam semua sisi kehidupan kita tidak bisa
lepas dari pestisida dalam berbagai bentuknya. Dari gunung sampai pantai, dari desa
sampai kota. Petani di pegunungan pun tidak lepas dari penggunaa pestisida.
Menurut Atmawijaya, pada tahun 1985 diperkirakan menggunakan 10.000 ton
pestisida, pada tahun 1991 meningkat menjadi 600.000 ton. Jumlah ini mencapai 5 %
konsumsi dunia. Pestisida merupakan suatu bahan yang banyak dijumpai dan
digunakan secara luas dalam kehidupan sehari-hari untuk berbagai tujuan penggunaan
termasuk perlakuan yang bersifat pencegahan maupun untuk tujuan pengendalian
organisme pengganggu pada hampir semua sektor dalam masyarakat, diantaranya
sektor kesehatan, pertanian, kehutanan, perikanan, perdagangan, perindustrian,
ketenagakerjaan, perhubungan, lingkungan hidup dan di rumah tangga.
Manfaat yang dimiliki pestisida mendorong petani untuk menggunakan
pestisida dalam mengendalikan organisme pengganggu tanaman. Pestisida tidak
hanya dapat membunuh organisme sasarannya saja melainkan dapat membunuh
bukan sasarannya, seperti manusia. Hal ini dikarenakan masih banyak petani yang
menggunakan pestisida tanpa memperhatikan segi ekologi dan kesehatan, meskipun
sudah banyak peraturan mengenai pemakaian pestisida yang dikeluarkan oleh
pemerintah (Alsuhendra dan Ridawati, 2013).
Menurut data Badan Pusat Statistik, pada tahun 2013 jumlah petani
hortikultura yang ada di Indonesia masih cukup banyak yaitu 11.950.989 jiwa dengan
jumlah laki-laki sebanyak 9.342.562 jiwa dan perempuan sebanyak 2 2.608.427 jiwa.
Jawa Tengah sendiri memiliki 2.377.021 jiwa petani hortikultura yang sudah
mengalami penurunan dari tahun 2003 sebanyak 1.452.375 jiwa. Jumlah usaha
hortikultura tahunan dan semusim menurut kelompok tanaman sayur di Kabupaten
Boyolali yaitu 16.320 jiwa untuk tahunan dan sebesar 43.911 jiwa untuk semusim.
Meskipun sempat terjadi penurunan jumlah petani tetapi masih tetap memungkinkan
terjadinya paparan pestisida yang dapat menyebabkan keracunan pestisida.
Untuk itu dalam makalah ini dituangkan beberapa bahan aktif yang ada dalam
pestisida dan cara pengaplikasiannya. Pestisida yang digunakan dalam makalah ini
yaitu insektisida, fungisida dan herbisida.

1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut:
1. Apa saja bahan aktif yang terkandung dalam produk insektisida, fungisida dan
herbisida?
2. Bagaimana cara aplikasi dari berbagai produk insektisida, fungisida dan
herbisida?

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian ini adalah:
1. Mengetahui bahan aktif yang terkandung dalam produk insektisida, fungisida
dan herbisida
2. Mengetahui cara aplikasi dari berbagai produk insektisida, fungisida dan
herbisida
1.4 Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Pestisida yang digunakan hanya 3 saja yaitu insektisida, fungisida dan
herbisida. Dan memberikan 2 contoh produknya.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pestisida


Pestisida adalah substansi kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus
yang digunakan untuk mengendalikan berbagai hama. Yang dimaksud hama di
sini adalah sangat luas, yaitu serangga, tungau, tumbuhan pengganggu, penyakit
tanaman yang disebabkan oleh fungi (jamur), bakteria dan virus, kemudian
nematoda (bentuknya seperti cacing dengan ukuran mikroskopis), siput, tikus,
burung dan hewan lain yang dianggap merugikan. Pestisida juga diartikan sebagai
substansi kimia dan bahan lain yang mengatur dan atau menstimulir pertumbuhan
tanaman atau bagian-bagian tanaman.
Sesuai konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT), penggunaan pestisida
ditujukan bukan untuk memberantas atau membunuh hama, namun lebih
dititiberatkan untuk mengendalikan hama sedemikian rupa hingga berada dibawah
batas ambang ekonomi atau ambang kendali.
Di Indonesia untuk keperluan perlindungan tanaman, khususnya untuk
pertanian dan kehutanan pada tahun 2008 hingga kwartal I tercatat 1702 formulasi
yang telah terdaftar dan diizinkan penggunaannya. Sedangkan bahan aktif yang
terdaftar telah mencapai 353 jenis.
Dalam pengendalian hama tanaman secara terpadu, pestisida adalah
sebagai alternatif terakhir. Dan belajar dari pengalaman, Pemerintah saat ini tidak
lagi memberi subsidi terhadap pestisida. Namun kenyataannya di lapangan petani
masih banyak menggunakannya. Menyikapi hal ini, yang terpenting adalah baik
pemerintah maupun swasta terus menerus memberi penyuluhan tentang
bagaimana penggunaan pestisida secara aman dan benar. Aman terhadap diri dan
lingkungannya, benar dalam arti 5 tepat (tepat jenis pestisida, tepat cara aplikasi,
tepat sasaran, tepat waktu, dan tepat takaran).
2.2 Peranan Pestisida di Rumah Tangga
Pestisida tidak hanya berperan dalam mengendalikan jasad-jasad
pengganggu dalam bidang pertanian saja, namun juga diperlukan dalam

3
bidang kehutanan terutama untuk pengawetan kayu dan hasil hutan yang
lainnya,
dalam bidang kesehatan dan rumah tangga untuk mengendalikan
vektor (penular) penyakit manusia dan binatang pengganggu kenyamanan
lingkungan, dalam bidang perumahan terutama untuk pengendalian rayap
atau gangguan serangga yang lain.
Pada umumnya pestisida yang digunakan untuk pengendalian jasad
pengganggu tersebut adalah racun yang berbahaya, tentu saja dapat
mengancam kesehatan manusia. Untuk itu penggunaan pestisida yang
tidak bijaksana jelas akan menimbulkan efek samping bagi kesehatan
manusia, sumber daya hayati dan lingkungan pada umumnya.
2.3 Macam dan Contoh Pestisida
Pestisida dapat digolongkan menjadi bermacam-macam dengan
berdasarkan fungsi dan asal katanya. Penggolongan tersebut disajikan sbb.:
1. Akarisida, berasal dari kata akari yang dalam bahasa Yunani berarti
tungau atau kutu. Akarisida sering juga disebut sebagai mitesida.
Fungsinya untuk membunuh tungau atau kutu.
2. Algisida, berasal dari kata alga yang dalam bahasa latinnya berarti
ganggang laut. Berfungsi untuk melawan alge.
3. Avisida, berasal dari kata avis yang dalam bahasa latinnya berarti
burung. Berfungsi sebagai pembunuh atau zat penolak burung serta
pengontrol populasi burung.
4. Bakterisida, berasal dari kata latin bacterium atau kata Yunani bacron.
Berfungsi untuk melawan bakteri.
5. Fungisida, berasal dari kata latin fungus atau kata Yunani spongos
yang berarti jamur. Berfungsi untuk membunuh jamur atau cendawan.
6. Herbisida, berasal dari kata latin herba yang berarti tanaman setahun.
Berfungsi membunuh gulma (tumbuhan pengganggu).
7. Insektisida, berasal dari kata latin insectum yang berarti potongan,
keratan atau segmen tubuh. Berfungsi untuk membunuh serangga.
8. Larvisida, berasal dari kata Yunani lar. Berfungsi untuk membunuh
ulat atau larva.

4
9. Molluksisida, berasal dari kata Yunani molluscus yang berarti
berselubung tipis lembek. Berfungsi untuk membunuh siput.
10. Nematisida, berasal dari kata latin nematoda atau bahasa Yunani nema
yang berarti benang. Berfungsi untuk membunuh nematoda (semacam
cacing yang hidup di akar).
11. Ovisida, berasal dari kata latin ovum yang berarti telur. Berfungsi
untuk membunuh telur.
12. Pedukulisida, berasal dari kata latin pedis berarti kutu, tuma.
Berfungsi untuk membunuh kutu atau tuma.
13. Piscisida, berasal dari kata Yunani piscis yang berarti ikan.
Berfungsi untuk membunuh ikan
13. Rodentisida, berasal dari kata Yunani rodera yang berarti pengerat.
Berfungsi untuk membunuh binatang pengerat, seperti tikus.
14. Predisida, berasal dari kata Yunani praeda yang berarti pemangsa.
16. Berfungsi untuk membunuh pemangsa (predator).
15. Silvisida, berasal dari kata latin silva yang berarti hutan. Berfungsi
untuk membunuh pohon.
16. Termisida, berasal dari kata Yunani termes yang berarti serangga
pelubang daun. Berfungsi untuk membunuh rayap.
2.4 Formulasi dan Kimia Pestisida
Pestisida sebelum digunakan harus diformulasi terlebih dahulu. Pestisida
dalam bentuk murni biasanya diproduksi oleh pabrik bahan dasar, kemudian
dapat diformulasi sendiri atau dikirim ke formulator lain. Oleh formulator baru
diberi nama. Berikut ini beberapa formulasi pestisida yang sering dijumpai:
1. Cairan emulsi (emulsifiable concentrates/emulsible concentrates)
Pestisida yang berformulasi cairan emulsi meliputi pestisida yang di
belakang nama dagang diikuti oleb singkatan ES (emulsifiable solution),
WSC (water soluble concentrate). B (emulsifiable) dan S (solution).
Biasanya di muka singkatan tersebut tercantum angka yang menunjukkan
besarnya persentase bahan aktif. Bila angka tersebut lebih dari 90 persen
berarti pestisida tersebut tergolong murni. Komposisi pestisida cair terdiri
dari tiga komponen, yaitu bahan aktif, pelarut serta bahan perata. Pestisida

5
golongan ini disebut bentuk cairan emulsi karena berupa cairan pekat
yang dapat dicampur dengan air dan akan membentuk emulsi.
2. Butiran (granulars)
Formulasi butiran biasanya hanya digunakan pada bidang pertanian
sebagai insektisida sistemik. Dapat digunakan bersamaan waktu tanam
untuk melindungi tanaman pada umur awal. Komposisi pestisida butiran
biasanya terdiri atas bahan aktif, bahan pembawa yang terdiri atas talek
dan kuarsa serta bahan perekat. Komposisi bahan aktif biasanya berkisar
2-25 persen, dengan ukuran butiran 20-80 mesh. Aplikasi pestisida
butiran lebih mudah bila dibanding dengan formulasi lain. Pestisida
formulasi butiran di belakang nama dagang biasanya tercantum singkatan
G atau WDG (water dispersible granule).
3. Debu (dust)
Komposisi pestisida formulasi debu ini biasanya terdiri atas bahan aktif
dan zat pembawa seperti talek. Dalam bidang pertanian pestisida
formulasi debu ini kurang banyak digunakan, karena kurang efisien.
Hanya berkisar 10-40 persen saja apabila pestisida formulasi debu ini
diaplikasikan dapat mengenai sasaran (tanaman).
4. Tepung (powder)
Komposisi pestisida formulasi tepung pada umumnya terdiri atas bahan
aktif dan bahan pembawa seperti tanah hat atau talek (biasanya 50-75
persen). Untuk mengenal pestisida formulasi tepung, biasanya di belakang
nama dagang tercantum singkatan WP (wettable powder) atau WSP
(water soluble powder).
5. Oli (oil)
Pestisida formulasi oli biasanya dapat dikenal dengan singkatan SCO
(solluble concentrate in oil). Biasanya dicampur dengan larutan minyak
seperti xilen, karosen atau aminoester. Dapat digunakan seperti
penyemprotan ULV (ultra low volume) dengan menggunakan atomizer.
Formulasi ini sering digunakan pada tanaman kapas.
6. Fumigansia (fumigant)

6
Pestisida ini berupa zat kimia yang dapat menghasilkan uap, gas, bau,
asap yang berfungsi untuk membunuh hama. Biasanya digunakan di
gudang penyimpanan.
Pestisida tersusun dan unsur kimia yang jumlahnya tidak kurang dari 105
unsur. Namun yang sering digunakan sebagai unsur pestisida adalah 21
unsur. Unsur atau atom yang lebih sering dipakai adalah carbon,
hydrogen, oxigen, nitrogen, phosphor, chlorine dan sulfur. Sedangkan
yang berasal dari logam atau semi logam adalah ferum, cuprum, mercury,
zinc dan arsenic.
2.5 Cara dan Petunjuk Penggunaan Pestisida
Cara penggunaan pestisida yang tepat merupakan salah satu faktor yang
penting dalam menentukan keberhasilan pengendalian hama. Walaupun jenis
obatnya manjur, namun karena penggunaannya tidak benar, maka menyebabkan
sia-sianya penyemprotan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan
pestisida, di antaranya adalah keadaan angin, suhu udara, kelembapan dan curah
hujan. Angin yang tenang dan stabil akan mengurangi pelayangan partikel
pestisida di udara. Apabila suhu di bagian bawah lebih panas, pestisida akan naik
bergerak ke atas. Demikian pula kelembapan yang tinggi akan mempermudah
terjadinya hidrolisis partikel pestisida yang menyebabkan kurangnya daya racun.
Sedang curah hujan dapat menyebabkan pencucian pestisida, selanjutnya daya
kerja pestisida berkurang. Hal-hal teknis yang perlu diperhatikan dalam
penggunaan pestisida adalah ketepatan penentuan dosis. Dosis yang terlalu tinggi
akan menyebabkan pemborosan pestisida, di samping merusak lingkungan. Dosis
yang terlalu rendah menyebabkan hama sasaran tidak mati. Di samping berakibat
mempercepat timbulnya resistensi.

1. Dosis pestisida
Dosis adalah jumlah pestisida dalam liter atau kilogram yang digunakan
untuk mengendalikan hama tiap satuan luas tertentu atau tiap tanaman yang
dilakukan dalam satu kali aplikasi atau lebih. Ada pula yang mengartikan
dosis adalah jumlah pestisida yang telah dicampur atau diencerkan dengan
air yang digunakan untuk menyemprot hama dengan satuan luas tertentu.

7
Dosis bahan aktif adalah jumlah bahan aktif pestisida yang dibutuhkan
untuk keperluan satuan luas atau satuan volume larutan. Besarnya suatu
dosis pestisida biasanya tercantum dalam label pestisida.
2. Konsentrasi pestisida
Ada tiga macam konsentrasi yang perlu diperhatikan dalam hal penggunaan
pestisida :
1) Konsentrasi bahan aktif, yaitu persentase bahan aktif suatu pestisida dalam
larutan yang sudah dicampur dengan air.
2) Konsentrasi formulasi, yaitu banyaknya pestisida dalam cc atau gram setiap
liter air.
3) Konsentrasi larutan atau konsentrasi pestisida, yaitu persentase kandungan
pestisida dalam suatu larutan jadi
3. Alat semprot
Alat untuk aplikasi pestisida terdiri atas bermacam-macam seperti knapsack
sprayer (high volume) biasanya dengan volume larutan konsentrasi sekitar
500 liter. Mist blower (low volume) biasanya dengan volume larutan
konsentrasi sekitar 100 liter. Dan Atomizer (ultra low volume) biasanya
kurang dari 5 liter.
4. Ukuran droplet
Ada bermacam-macam ukuran droplet :
a. Veri coarse spray lebih 300 µm
b. Coarse spray 400-500 µm
c. Medium spray 250-400 µm
d. Fine spray 100-250 µ
e. Mist 50-100 µm
f. Aerosol 0,1-50 µm
g. Fog 5-15 µm

8
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Insektisida

(a) (b)
Pada gambar (a) insektisida dengan nama produk tamacron dengan bahan
aktif profenofos 500 g/l, Bahan aktif ini termasuk dalam golongan organofospat.
Organofosfat merupakan insektisida yang bekerja dengan menghambat enzim
asetilkolinesterase, sehingga terjadi penumpukan asetilkolin yang berakibat pada
terjadinya kekacauan pada sistem pengantar impuls saraf ke sel-sel otot. Keadaan
ini menyebabkan impuls tidak dapat diteruskan, otot menjadi kejang, dan akhirnya
terjadi kelumpuhan (paralisis) dan akhirnya serangga mati. Tamacron ini
merupakan insektisida racun kontak dan perut berbentuk pekatan yang dapat
diemulsikan berwarna kuning kecoklatan untuk mengendalikan hama kutu daun
dan thrips pada tanaman cabai.
Pada gambar (b) insektisida dengan nama produk karate dengan bahan
aktif permetrin 50 g/l. bahan aktif ini termasuk kedalam golongan Piretroid dan
Piretrin. Piretroid merupakan piretrum sintetis, yang mempunyai sifat stabil bila
terkena sinar matahari dan relatif murah serta efektif untuk mengendalikan
sebagian besar serangga hama. Piretroid mempunyai efek sebagai racun kontak
yang kuat, serta mempengaruhi sistem saraf tepi dan saraf pusat serangga.
Peretroid awalnya menstimulasi sel saraf untuk berproduksi secara berlebih dan
akhirnya menyebabkan paralisis dan kematian.

9
Karate merupakan Insektisida racun kontak dan perut berbentuk pekatan
yang dapat diemulsikan berwarna kuning muda untuk mengendalikan hama ulat
grayak ( Spodoptera Litura ) pada tanaman cabai.
a. Cara Kerja (Mode of Action) Insektisida
Cara kerja atau Mode of Action adalah kemampuan pestisida dalam
mematikan hama atau penyakit sasaran menurut cara masuknya bahan
beracun ke organisme sasaran dan menurut sifat dari bahan kimia tersebut.
Berdasarkan cara masuknya ke dalam jasad sasaran, insektisida dibagi
menjadi enam (6) golongan sperti uraian berikut ini :
1. Racun perut/lambung merupakan bahan beracun pestisida yang dapat
merusak sistem pencernaan jika tertelan oleh serangga
2. Racun kontak merupakan bahan beracun pestisida yang dapat
membunuh atau mengganggu perkembangbiakan serangga, jika bahan
beracun tersebut mengenai tubuh serangga.
3. Racun nafas merupakan bahan racun pestisida yang biasanya
berbentuk gas atau bahan lain yang mudah menguap (fumigan) dan
dapat membunuh serangga jika terhisap oleh sistem pernafasan
serangga tersebut.
4. Racun saraf merupakan pestisida yang cara kerjanya mengganggu
sistem saraf jasad sasaran
5. Racun protoplasmik merupakan racun yang bekerja dengan cara
merusak protein dalam sel tubuh jasad sasaran
6. Racun sistemik merupakan bahan racun pestisida yang masuk ke
dalam sistem jaringan tanaman dan ditranslokasikan ke seluruh bagian
tanaman, sehingga bila dihisap, dimakan atau mengenai jasad
sasarannya bisa meracuni. Jenis pestisida tertentu hanya menembus ke
jaringan tanaman (translaminar) dan tidak akan ditranlokasikan ke
seluruh bagian tanaman (Gigih 2011).
3.2 Fungisida

\
(a) (b)
Pada gambar (a) fungisida dengan nama produk kamikaze dengan bahan

10
aktif isoprotiolan 318 g/l, Bahan aktif ini termasuk dalam golongan ditiolan.
Ditiolan ini Mengganggu sintesis membran dan lipid. Cara kerja ditiolan yaitu
Sintesis membran dan lipid ( fosfolipid biosintesis). Penjelasan lebih panjangnya
adalah resistensi diketahui pada jenis jamur spesifik, berisiko rendah hingga
sedang. Pengelolaan resistensi diperlukan jika digunakan untuk patogen berisiko
resistensi. Fungisida ini merupakan fungisida sistemik yang bersifat protektif dan
kuratif berbentuk pekatan yang dapat diemulsikan untuk mengendaliakan penyakit
blas daun dan blas leher pada tanaman padi sawah. Dosis penggunaannya 1l/ha
dengan penyemprotan hand sprayer (volume tinggi) digunakan larutan semprot
500l/ha. Apabila ditemukan gejala serangan blas.
Pada gambar (b) fungisida dengan nama produk Belvo dengan
bahan aktif Sulfur 80%, Bahan aktif ini termasuk dalam golongan
inorganik. Cara kerja Golongan inorganik ini Kontak pada banyak target,
terjadi aktivitas kontak bahan aktif fungisida pada banyak target dan
umumnya dianggap sebagai kelompok fungisida dengan risiko rendah
tanpa ada tanda-tanda resistensi. Tidak ada resistensi silang antara anggota
kelompok M1 sampai M9.
a. Cara Kerja (Mode of Action) Fungisida
Informasi mengenai mekanisme ketahanan dan risiko resistensi
perlu diketahui. Jika resistensi di lapangan diketahui terhadap salah satu
kelompok MoA, kemungkinan besar ketahanan silang ke kelompok MoA
lain dapat terjadi. Peningkatan derajat resistensi silang dapat berbeda antar
anggota kelompok MoA dan antar spesies patogen atau bahkan di dalam
spesies yang sama. Perlu juga diinformasikan tentang resistensi dan status
resistensi silang patogen tertentu terhadap fungisida kombinasi, agar dapat
diambil tindakan pengelolaan resistensi. Pengelolaan resistensi
dipengaruhi oleh faktor intrinsik dari fungisida, risiko patogen dan risiko
agronomi di lapangan. FRAC membagi risiko resistensi fungisida menjadi
beberapa tingkatan, yaitu (FRAC 2011c): 1) Resistensi tinggi, apabila
terjadi penurunan keefektifan yang parah di areal yang luas akibat
terjadinya perkembangan resistensi pada satu atau lebih patogen target di
suatu wilayah tertentu dalam waktu beberapa tahun 2) Resistensi
menengah, apabila terjadi penurunan keefektifan yang terdeteksi pada
beberapa kondisi atau pada lingkup terbatas, dan isolat yang resisten
diperoleh dari sampel patogen target 3) Resistensi rendah, apabila terjadi
penurunan keefektifan atau terjadinya resistensi isolat tidak terdeteksi atau
sangat jarang setelah bertahun-tahun penggunaan

11
3.3 Herbisida

(a) (b)
Pada gambar (a) herbisida dengan nama produk vulgar dengan
bahan aktif 2, 4 D dimetilamin 865 g/l, Bahan aktif ini termasuk dalam
golongan 2,4 D atau Asam Fenoksi-karboksilik. Cara kerjanya yaitu
bereaksi seperi asam indol asetat (sintetik Auksin). Herbisida sistemik
purna tumbuh berbentuk larutan dalam air berwarna coklat, untuk
mengandalikan gulma pada padi sawah dan tebu.
Pada gambar (b) herbisida dengan nama produk Bablass 490 SL
dengan bahan aktif IPA Glifosat 490 g/l, Bahan aktif ini termasuk dalam
golongan glisin . Cara kerjanya yaitu enghambat sintesis Enzim EPSP.
Herbisida sistemik purna tumbuh berbentuk larutan dalam air berwarna
kuning keemasan, untuk mengandalikan gulma berdaun lebar seperti
ageratum conyzoides.
A. Cara Kerja (mode of action) Herbisida
Petani, konsultan, dan peneliti perlu mengetahui herbisida yang
paling cocok untuk mengendalikan gulma tertentu. Untuk mendukung
penggunaan herbisida yang cocok dalam pengelolaan resistensi maka
klasifikasi herbisida perlu dilakukan. Herbisida diklasifikasikan menurut
abjad berdasarkan sasarannya, mode of action, kesamaan gejala induksi
atau kelas bahan kimianya. Jika kelompok herbisida yang berbeda namun
memiliki target sasaran yang sama maka hanya satu huruf yang digunakan
atau dikelompokkan pada satu kelas. Sebagai contoh pada proses
mekanisme penghambatan fotosintesis terdapat pada subklas C1, C2 , C3
dan D1 menunjukkan perilaku mengikat yang berbeda dan target sasaran
yang berbeda. Sedangkan peluruhan protein dapat disebabkan oleh
mekanisme yang berbeda pada masing-masing kelas, dengan demikian
dibagi pada subkelompok F1, F2 dan F3. Mekanisme penghambatan
pertumbuhan dikelompokkan pada subgrup K1, K2 dan K3. Herbisida

12
dengan target sasaran yang tidak dikenal diklasifikasikan dalam kelas Z
sebagai kelompok "tidak diketahui".

13
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa:
1. Bahan aktif yang terkandung dalam suatu pestisida banyak
ragamnya, tergantung mau digunakan sebagai insektisida,
fungisida ataupun herbisida. Bahan aktif yang digunakan dalam
makalah ini untuk insektisida ialah profenofos dan premetrin.
Untuk bahan aktif fungisida yaitu sulfur dan isoprotiolan,
sedangkan bahan aktif pada herbisida yaitu 2, 4 D diametilamin
dan glifosat.
2. Cara pengaplikasian pestisida ini pun berbeda-beda, misalnya ada
yang langsung disemprotkan seperti memakai spray ada juga yang
dilarutkan dengan air sampai terbentuk warna larutan sesuai
instruksi yang ditujukan.

4.2 Saran
Saran dari penulis sebaiknya sebelum melakukan peninjauan tentang
produk-produk pestisida sebaiknya dilakukan eksperimennya terlebih dahulu.

14
DAFTAR PUSTAKA

1) Pengenalan Pestisida Oleh Joeli Hartono Rianto. Kasubdit Pendaftaran


Pestisida/Sekretaris II Komisi Pestisida
2) Alternatif Pestisida Untuk Rumah Tangga Senin, 12-01-2009 18:37:29
oleh: Mediansyah
3) Bates N., et all, Paediatric Toxicology : Hanbbook of Poisoning in
Children, Macmillan Refference LTD, London, 1997.
4) Direktorat Pupuk dan Pestisida, Pestisida Untuk Pertanian dan
Kehutanan, Dit Pupuk dan Pestisida Ditjen Bina Sarana Pertanian Deptan
RI, Jakarta, 2001.
5) Direktorat Pupuk dan Pestisida, Pestisida Higiene Lingkungan, Dit
Pupuk dan Pestisida Ditjen Bina Sarana Pertanian Deptan RI, Jakarta,
2001. Olson K.R., Poisoning and Drug Overdosis 4th ed. Appleton &
Lange, USA. 2004.
6) Sentra Informasi Keracunan, Pedoman Penatalaksanaan Keracunan
Untuk Rumah Sakit, Sentra Informasi Keracunan DitJen POM Depkes
RI, Jakarta, 2001.
7) National Poisons Information Centre, Management Guidelines for
Pesticides Poisonings, National Poisons Information Centre Department
of Pharmacology, New Delhi, 1995.
8) Fong T.S. et all, Management of Drug Overdose & Poisoning, Ministry
of Health Singapore, Singapore, 2001.
9) National Poisons Information Centre, Management Guidelines for
Pesticides Poisonings, National Poisons Information Centre Department
of Pharmacology, New Delhi, 1995.
10) Fong T.S. et all, Management of Drug Overdose & Poisoning, Ministry
of Health Singapore, Singapore, 2001.
11) Modul Pelatihan Pengendali Hama (Pest Control) Tingkat Supervisor
Dinas Kesehatan DKI Jakarta bekerjasama dengan DPP IPPHAMI
tanggal 10-15 Maret 2003.

15

Anda mungkin juga menyukai