Anda di halaman 1dari 26

KERACUNAN MAKANAN AKIBAT PENCEMARAN

PEPTISIDA
(Tugas Kelompok Mata Kuliah Farmasi Forensik)

Disusun oleh:
Asma Wafiah

(2013210030)

Dessy Pranatalia

(2013210052)

Irena Setiawati

(2013210105)

Astri Jala Dara

(2014210025)

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PANCASILA
JAKARTA
2016

KERACUNAN MAKANAN AKIBAT PENCEMARAN PEPTISIDA


Kasus Keracunan Pestisida Racun Tikus di China
Harian China Daily Beijing, 4 Juli 2003 11:22
Keracunan makanan di Cina telah menewaskan 89 orang dan mengakibatkan
sebanyak 3643 orang dirawat dalam enam bulan pertama tahun ini, demikian menurut media
resmi Cina, Jumat, dikutip oleh Kementerian Kesehatan. Sebagian besar dari warga yang
tewas itu, atau sebanyak 52 orang, tewas langsung akibat keracunan makanan, yang juga
menyebabkan sebanyak 977 orang jatuh sakit. Jumlah total, sebanyak 116 kasus keracunan
makanan seperti yang dikutip kementerian kesehatan dalam enam bulan sebanyak 42 di
antaranya disebabkan karena tercemar produk kimia seperti pestisida atau racun tikus.

Kelompok 1
Asma Wafiah

(2013210030)

Dessy Pranatalia

(2013210052)

Irena Setiawati

(2013210105)

Astri Jala Dara

(2014210025)

Tugas Farmasi Forensik


Fakultas Farmasi Universitas Pancasila
Semester Ganjil 2016 -2017

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Hampir semua diantara kita pernah mendengar kata pestisida, herbisida, insektisida atau nama
lainnya. Hampir dalam semua sisi kehidupan kita tidak bisa lepas dari pestisida dalam
berbagai bentuknya. Dari gunung sampai pantai, dari desa sampai kota. Petani di
pegununganpun tidak lepas dari penggunaan pestisida. Petani sayuran di Dieng, Kopeng,
atau petani tembakau di lereng gunung Sindoro dan Sumbing. Nelayan dalam pembuatan
ikan asin misalnya, ada yang menggunakan pestisida. Tentunya cara ini tidak dibenarkan,
namun demikian adanya masyarakat kita. Pemakaian pestisida di rumah tangga seperti
penggunaan obat nyamuk, anti rayap / ngengat, pengusir nyamuk (repelent) dan banyak lagi
macamnya. Untuk itulah kita perlu mengenal lebih jauh tentang pestisida. Penggunaan
pestisida di Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat. Menurut Atmawijaya, pada tahun
1985 diperkirakan menggunakan 10.000 ton pestisida, pada tahun 1991 meningkat menjadi
600.000 ton.
Jumlah ini mencapai 5 % konsumsi dunia. Pestisida merupakan suatu bahan yang
banyak dijumpai dan digunakan secara luas dalam kehidupan sehari-hari untuk berbagai
tujuan penggunaan termasuk perlakuan yang bersifat pencegahan maupun untuk tujuan
pengendalian organisme pengganggu pada hampir semua sektor dalam masyarakat,
diantaranya sektor kesehatan, pertanian, kehutanan, perikanan, perdagangan, perindustrian,
ketenagakerjaan, perhubungan, lingkungan hidup dan di rumah tangga.
Tidak hanya di bidang pertanian, pengunaaan pestisida dalam rumah tangga
Indonesia sudah demikian luas juga. Berbagai merek obat serangga dapat kita temui di
etalase supermarket hingga warung kecil, memudahkan kita untuk mengakses racun ini dan
memasukkannya ke dalam rumah kita. Pestisida dalam rumah tangga biasanya digunakan
untuk mengatasi semut, mengatasi kecoa, mengusir lalat, mengatasi ngengat, mengatasi
tikus, mengatasi nyamuk. Walau banyak laporan dan penelitian tentang dampak negatif

pestisida ini (pada manusia dan lingkungan), seolah kita tidak punya pilihan lain selain
menyemprot hama pengganggu (dan pembawa penyakit) ini dengan obat hama. Sekalipun
sebagai bahan beracun (biosida) yang memiliki potensi menimbulkan dampak negatif
terhadap lingkungan dan kesehatan manusia, pestisida banyak digunakan karena mempunyai
kelebihan-kelebihan antara lain dapat diaplikasikan dengan mudah pada hampir semua
tempat dan waktu, hasilnya dapat dirasakan dalam waktu yang relatif singkat, dan dapat
diaplikasikan

dalam

areal

yang

luas.

Tanpa kita sadari terdapat berbagai jenis pestisida yang tersimpan dirumah. Pestisida ini
bukan saja digunakan di dalam rumah tetapi juga digunakan dihalaman rumah dan kebun
untuk melindungi tanaman dari gulma dan hewan perusak lainnya. Anak-anak merupakan
korban utama pada kasus keracunan ini karena rasa keingintahuannya yang tinggi dan
tingkah lakunya yaitu senang sekali memasukan apa saja yang ditemui ke dalam mulutnya
Memperhatikan hal-hal tersebut diatas maka merupakan suatu keharusan bahwa pestisida
perlu dikelola dengan sebaik-baiknya agar dapat diperoleh manfaat yang sebesar-besarnya
dengan dampak negatif yang sekecil-kecilnya. Untuk melindungi keselamatan manusia dan
sumber-sumber kekayaan alam khususnya kekayaan alam hayati maka dalam pengelolaan
pestisida antara lain adalah peraturan pemerintah nomor 7 tahun 1973. berdasarkan
peraturan pemerintah tersebut, maka setiap pestisida yang akan diedarkan, disimpan dan
digunakan harus terlebih dahulu terdaftar dan memperoleh izin menteri pertanian. Mengacu
pada peraturan pemerintah tersebut, menteri pertanian telah mengeluarkan beberapa
keputusan yang bersifat kebijaksanaan dalam kaitannya dengan pengelolaan pestisida, antara
lain keputusan menteri pertanian nomor 434.1 tahun 2001 tentang syarat dan tata cara
pendaftaran pestisida, dan keputusan menteri pertanian nomor 517 tahun 2002 tentang
pengawasan pestisida.

Tiap pestisida harus diberi label dalam bahasa Indonesia yang berisi keteranganketerangan yang dimaksud dalam surat Keputusan Menteri Pertanian No. 429/
Kpts/Mm/1/1973 dan sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang ditetapkan dalam pendaftaran
dan izin masing-masing pestisida. Dalam peraturan pemerintah tersebut yang disebut
sebagai pestisida adalah semua zat kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang
dipergunakan untuk:
1. Memberantas atau mencegah hama atau penyakit yang merusak tanaman, bagian tanaman
atau hasil pertanian.
2. Memberantas gulma
3. Mematikan daun dan mencegah pertumbuhan tanaman yang tidak diinginkan
4. Mengatur atau merangsang pertumbuhan tanaman atau bagian tanaman, kecuali yang
tergolong pupuk
5. Memberantas atau mencegah hama luar pada ternak dan hewan piaraan
6. Memberantas atau mencegah hama air
7. Memberantas atau mencegah binatang dan jasad renik dalam rumah tangga
8. Memberantas atau mencegah binatang yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia
atau binatang yang dilindungi, dengan penggunaan pada tanaman, tanah dan air.

B. Hipotesis
Keracunan makanan di Cina diduga disebabkan karena tercemar produk kimia seperti
pestisida yang terdapat pada racun tikus.
C. Perumusan Masalah
1. Apa penyebab terjadinya keracunan peptisida?
2. Bagaimana cara menangani kasus tersebut?
3. Apa dampak kontaminasi peptisida terhadap manusia?

D. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui tentang Pestisida Rumah Tangga
2. Tujuan Khusus
Pengertian dari Pestisida di rumah tangga
Peranan Pestisida di rumah tangga
Macam dan contoh pestisida
Formulasi dan kimia pestisida
Cara dan petunjuk penggunaan pestisida
Peraturan Pemerintah tentang pestisida Petunjuk keamanan dan pertolongan pertama
pada keracunan pestisida
Cara pestisida meracuni manusia
Alternatif pestisida dalam rumah tangga

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Pestisida
Pestisida adalah substansi kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang digunakan untuk
mengendalikan berbagai hama. Yang dimaksud hama di sini adalah sangat luas, yaitu
serangga, tungau, tumbuhan pengganggu, penyakit tanaman yang disebabkan oleh fungi
(jamur), bakteria dan virus, kemudian nematoda (bentuknya seperti cacing dengan ukuran
mikroskopis), siput, tikus, burung dan hewan lain yang dianggap merugikan.
Pestisida juga diartikan sebagai substansi kimia dan bahan lain yang mengatur dan atau
menstimulir pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian tanaman.
Sesuai konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT), penggunaan pestisida ditujukan
bukan untuk memberantas atau membunuh hama, namun lebih dititiberatkan untuk
mengendalikan hama sedemikian rupa hingga berada dibawah batas ambang ekonomi atau
ambang kendali. Di Indonesia untuk keperluan perlindungan tanaman, khususnya untuk
pertanian dan kehutanan pada tahun 2008 hingga kwartal I tercatat 1702 formulasi yang
telah terdaftar dan diizinkan penggunaannya. Sedangkan bahan aktif yang terdaftar telah
mencapai 353 jenis.
Dalam pengendalian hama tanaman secara terpadu, pestisida adalah sebagai alternatif
terakhir. Dan belajar dari pengalaman, Pemerintah saat ini tidak lagi memberi subsidi
terhadap

pestisida.

Namun

kenyataannya

di

lapangan

petani

masih

banyak

menggunakannya. Menyikapi hal ini, yang terpenting adalah baik pemerintah maupun
swasta terus menerus memberi penyuluhan tentang bagaimana penggunaan pestisida secara
aman dan benar. Aman terhadap diri dan lingkungannya, benar dalam arti 5 tepat (tepat jenis
pestisida, tepat cara aplikasi, tepat sasaran, tepat waktu, dan tepat takaran).
B. Peranan Pestisida di Rumah Tangga
Pestisida tidak hanya berperan dalam mengendalikan jasad-jasad pengganggu dalam bidang
pertanian saja, namun juga diperlukan dalam bidang kehutanan terutama untuk pengawetan
kayu dan hasil hutan yang lainnya, dalam bidang kesehatan dan rumah tangga untuk
mengendalikan vektor (penular) penyakit manusia dan binatang pengganggu kenyamanan

lingkungan, dalam bidang perumahan terutama untuk pengendalian rayap atau gangguan
serangga yang lain.
Pada umumnya pestisida yang digunakan untuk pengendalian jasad pengganggu
tersebut adalah racun yang berbahaya, tentu saja dapat mengancam kesehatan manusia.
Untuk itu penggunaan pestisida yang tidak bijaksana jelas akan menimbulkan efek samping
bagi kesehatan manusia, sumber daya hayati dan lingkungan pada umumnya.

C. Macam dan Contoh Pestisida


Pestisida dapat digolongkan menjadi bermacam-macam dengan berdasarkan fungsi dan asal
katanya. Penggolongan tersebut disajikan sbb.:
1. Akarisida, berasal dari kata akari yang dalam bahasa Yunani berarti tungau atau kutu.
Akarisida sering juga disebut sebagai mitesida. Fungsinya untuk membunuh tungau
atau kutu.
2. Algisida, berasal dari kata alga yang dalam bahasa latinnya berarti ganggang laut.
Berfungsi untuk melawan alge.
3. Avisida, berasal dari kata avis yang dalam bahasa latinnya berarti burung. Berfungsi
sebagai pembunuh atau zat penolak burung serta pengontrol populasi burung.
4. Bakterisida, berasal dari kata latin bacterium atau kata Yunani bacron. Berfungsi
untuk melawan bakteri.
5. Fungisida, berasal dari kata latin fungus atau kata Yunani spongos yang berarti jamur.
Berfungsi untuk membunuh jamur atau cendawan.
6. Herbisida, berasal dari kata latin herba yang berarti tanaman setahun. Berfungsi
membunuh gulma (tumbuhan pengganggu).
7. Insektisida, berasal dari kata latin insectum yang berarti potongan, keratan atau
segmen tubuh. Berfungsi untuk membunuh serangga.
8. Larvisida, berasal dari kata Yunani lar. Berfungsi untuk membunuh ulat atau larva.
9. Molluksisida, berasal dari kata Yunani molluscus yang berarti berselubung tipis
lembek. Berfungsi untuk membunuh siput.
10. Nematisida, berasal dari kata latin nematoda atau bahasa Yunani nema yang berarti
benang. Berfungsi untuk membunuh nematoda (semacam cacing yang hidup di akar).

11. Ovisida, berasal dari kata latin ovum yang berarti telur. Berfungsi untuk membunuh
telur.
12. Pedukulisida, berasal dari kata latin pedis berarti kutu, tuma. Berfungsi untuk
membunuh kutu atau tuma,
13. Piscisida, berasal dari kata Yunani piscis yang berarti ikan. Berfungsi untuk
membunuh ikan
14. Rodentisida, berasal dari kata Yunani rodera yang berarti pengerat. Berfungsi untuk
membunuh binatang pengerat, seperti tikus.
15. Predisida,

berasal

dari

kata

Yunani

praeda

yang

berarti

pemangsa.

16. Berfungsi untuk membunuh pemangsa (predator).


16. Silvisida, berasal dari kata latin silva yang berarti hutan. Berfungsi untuk membunuh
pohon.
17. Termisida, berasal dari kata Yunani termes yang berarti serangga pelubang daun.
Berfungsi untuk membunuh rayap.
D. Formulasi dan Kimia Pestisida
Pestisida sebelum digunakan harus diformulasi terlebih dahulu. Pestisida dalam bentuk murni
biasanya diproduksi oleh pabrik bahan dasar, kemudian dapat diformulasi sendiri atau
dikirim ke formulator lain. Oleh formulator baru diberi nama. Berikut ini beberapa formulasi
pestisida yang sering dijumpai:
1. Cairan emulsi (emulsifiable concentrates/emulsible concentrates)
Pestisida yang berformulasi cairan emulsi meliputi pestisida yang di belakang nama
dagang diikuti oleb singkatan ES (emulsifiable solution), WSC (water soluble
concentrate). B (emulsifiable) dan S (solution). Biasanya di muka singkatan tersebut
tercantum angka yang menunjukkan besarnya persentase bahan aktif. Bila angka tersebut
lebih dari 90 persen berarti pestisida tersebut tergolong murni. Komposisi pestisida cair
biasanya terdiri dari tiga komponen, yaitu bahan aktif, pelarut serta bahan perata.
Pestisida golongan ini disebut bentuk cairan emulsi karena berupa cairan pekat yang
dapat dicampur dengan air dan akan membentuk emulsi.

2. Butiran (granulars)
Formulasi butiran biasanya hanya digunakan pada bidang pertanian sebagai insektisida
sistemik. Dapat digunakan bersamaan waktu tanam untuk melindungi tanaman pada
umur awal. Komposisi pestisida butiran biasanya terdiri atas bahan aktif, bahan
pembawa yang terdiri atas talek dan kuarsa serta bahan perekat. Komposisi bahan aktif
biasanya berkisar 2-25 persen, dengan ukuran butiran 20-80 mesh. Aplikasi pestisida
butiran lebih mudah bila dibanding dengan formulasi lain. Pestisida formulasi butiran di
belakang nama dagang biasanya tercantum singkatan G atau WDG (water dispersible
granule).
3. Debu (dust)
Komposisi pestisida formulasi debu ini biasanya terdiri atas bahan aktif dan zat pembawa
seperti talek. Dalam bidang pertanian pestisida formulasi debu ini kurang banyak
digunakan, karena kurang efisien. Hanya berkisar 10-40 persen saja apabila pestisida
formulasi debu ini diaplikasikan dapat mengenai sasaran (tanaman).
4. Tepung (powder)
Komposisi pestisida formulasi tepung pada umumnya terdiri atas bahan aktif dan bahan
pembawa seperti tanah hat atau talek (biasanya 50-75 persen). Untuk mengenal pestisida
formulasi tepung, biasanya di belakang nama dagang tercantum singkatan WP (wettable
powder) atau WSP (water soluble powder).
5. Oli
Pestisida formulasi oli biasanya dapat dikenal dengan singkatan SCO (solluble concentrate
in oil). Biasanya dicampur dengan larutan minyak seperti xilen, karosen atau aminoester.
Dapat digunakan seperti penyemprotan ULV (ultra low volume) dengan menggunakan
atomizer. Formulasi ini sering digunakan pada tanaman kapas.
6. Fumigansia (fumigant)
Pestisida ini berupa zat kimia yang dapat menghasilkan uap, gas, bau, asap yang berfungsi
untuk membunuh hama. Biasanya digunakan di gudang penyimpanan.
Pestisida tersusun dan unsur kimia yang jumlahnya tidak kurang dari 105 unsur. Namun
yang sering digunakan sebagai unsur pestisida adalah 21 unsur. Unsur atau atom yang
lebih sering dipakai adalah carbon, hydrogen, oxigen, nitrogen, phosphor, chlorine dan

sulfur. Sedangkan yang berasal dari logam atau semi logam adalah ferum, cuprum,
mercury, zinc dan arsenic.
E. Cara dan Petunjuk Penggunaan Pestisida
Cara penggunaan pestisida yang tepat merupakan salah satu faktor yang penting dalam
menentukan keberhasilan pengendalian hama. Walaupun jenis obatnya manjur, namun
karena penggunaannya tidak benar, maka menyebabkan sia-sianya penyemprotan. Hal-hal
yang perlu diperhatikan dalam penggunaan pestisida, di antaranya adalah keadaan angin,
suhu udara, kelembapan dan curah hujan. Angin yang tenang dan stabil akan mengurangi
pelayangan partikel pestisida di udara. Apabila suhu di bagian bawah lebih panas, pestisida
akan naik bergerak ke atas. Demikian pula kelembapan yang tinggi akan mempermudah
terjadinya hidrolisis partikel pestisida yang menyebabkan kurangnya daya racun. Sedang
curah hujan dapat menyebabkan pencucian pestisida, selanjutnya daya kerja pestisida
berkurang.
Hal-hal teknis yang perlu diperhatikan dalam penggunaan pestisida adalah ketepatan
penentuan dosis. Dosis yang terlalu tinggi akan menyebabkan pemborosan pestisida, di
samping merusak lingkungan. Dosis yang terlalu rendah menyebabkan hama sasaran tidak
mati. Di samping berakibat mempercepat timbulnya resistensi.
1. Dosis pestisida
Dosis adalah jumlah pestisida dalam liter atau kilogram yang digunakan untuk
mengendalikan hama tiap satuan luas tertentu atau tiap tanaman yang dilakukan dalam
satu kali aplikasi atau lebih. Ada pula yang mengartikan dosis adalah jumlah pestisida
yang telah dicampur atau diencerkan dengan air yang digunakan untuk menyemprot
hama dengan satuan luas tertentu. Dosis bahan aktif adalah jumlah bahan aktif
pestisida yang dibutuhkan untuk keperluan satuan luas atau satuan volume larutan.
Besarnya suatu dosis pestisida biasanya tercantum dalam label pestisida.
2. Konsentrasi pestisida
Ada tiga macam konsentrasi yang perlu diperhatikan dalam hal penggunaan pestisida:
a. Konsentrasi bahan aktif, yaitu persentase bahan aktif suatu pestisida dalam
larutan yang sudah dicampur dengan air.

b. Konsentrasi formulasi, yaitu banyaknya pestisida dalam cc atau gram setiap


liter air.
c. Konsentrasi larutan atau konsentrasi pestisida, yaitu persentase kandungan
pestisida dalam suatu larutan jadi
3. Alat semprot
Alat untuk aplikasi pestisida terdiri atas bermacam-macam seperti knapsack sprayer (high
volume) biasanya dengan volume larutan konsentrasi sekitar 500 liter. Mist blower
(low volume) biasanya dengan volume larutan konsentrasi sekitar 100 liter. Dan
Atomizer (ultra low volume) biasanya kurang dari 5 liter.
4. Ukuran droplet
Ada bermacam-macam ukuran droplet:
a. Veri coarse spray lebih 300 m
b. Coarse spray 400-500 m
c. Medium spray 250-400 m
d. Fine spray 100-250
e. Mist 50-100 m
f. Aerosol 0,1-50 m
g. Fog 5-15 m
F. Petunjuk Keamanan dan Pertolongan Pertama Pada Keracunan Pestisida
1. Petunjuk Keamanan
a. Jangan makan/minum atau merokok pada waktu bekerja.
b. Pakailah sarung tangan, pelindung tubuh, topeng muka, gunakan pakaian
berlengan panjang /celana panjang serta jauhkan dari nyala api pada waktu
membuka wadah dan memindahkan pada waktu bekerja
c. Sebelum makan, minum atau merokok dan setelah bekerja, cucilah tangan atau
kulit yang terkena insektisida ini dengan air sabun, yang banyak, jangan
menggunakan insektisida ini 10 hari sebelum tanaman dipanen untuk tanaman
pangan.

d. Setelah digunakan cucilah dengan air semua peralatan semprot dan pakaian
pelindung jangan mencemari kolam, perairan dan sumber air lainnya dengan
insektisida ini atau wadah bekasnya.
e. Simpan insektisida ini secara tertutup rapat di tempat sejuk dan kering, jauh dari
bahan makanan, api, sumber air dan jangkauan anak-anak.
f. Rusakkanlah wadah bekasnya, kemudian tanamlah sekurang-kurangnya 0,5
meter di dalam tanah dan jauh dari sumber air.
2. Gejala Dini Keracunan
a. Kulit atau mata terasa gatal atau terbakar, pusing, sakit kepala, banyak
menimbulkan keringat, mual, mencret, badan gemetar, pingsan.
b. Apabila satu atau lebih gejala tersebut timbul, segera berhenti bekerja, lakukan
tindakan pertolongan pertama dan pergilah ke Puskesmas/dokter terdekat.
c. Petunjuk Pertolongan Pertama pada keracunan:
1) Tanggalkan pakaian yang terkena insektisida ini.
2) Apabila kulit terkena, segera cuci dengan sabun dan air yang banyak.
3) Apabila mata terkena, cucilah segera dengan air bersih selama
sedikitnya 15 menit.
4) Apabila tertelan dan penderita masih sadar, segera usahakan
permuntahan dengan memberikan segelas air hangat yang diberi 1
sendok garam dapur atau dengan cara menggelitik tenggorokan
penderita dengan jari tangan yang bersih sampai cairan muntahan
menjadi jernih.
5) Jangan memberi sesuatu melalui mulut kepada penderita yang
pingsan/tidak sadar.
6) Apabila terhisap segera dibawa ke ruangan yang berudara sejuk/segar,
apabila perlu berikan pernafasan buatan melalui mulut atau dengan
pemberian oksigen.
d. Perawatan oleh Dokter
Perawatan dilakukan secara simptomatik sesuai dengan gejala yang timbul.
G. Cara Pestisida Meracuni Manusia

1. Melalui kulit
Hal ini dapat terjadi apabila pestisida terkena pada pakaian atau langsung pada kulit.
Ketika petani memegang tanaman yang baru saja disemprot, ketika pestisida terkena pada
kulit atau pakaian, ketika petani mencampur pestisida tanpa sarung tangan, atau ketika
anggota keluarga mencuci pakaian yang telah terkena pestisida. Untuk petani atau pekerja
lapangan, cara keracunan yang paling sering terjadi adalah melalui kulit.
2. Melalui pernapasan
Hal ini paling sering terjadi pada petani yang menyemprot pestisida atau pada orangorang yang ada di dekat tempat penyemprotan. Perlu diingat bahwa beberapa pestisida
yang beracun tidak berbau.
3. Melalui mulut
Hal ini terjadi bila seseorang meminum pestisida secara sengaja ataupun tidak, ketika
seseorang makan atau minum air yang telah tercemar, atau ketika makan dengan tangan
tanpa mencuci tangan terlebih dahulu setelah berurusan dengan pestisida.
H. Alternatif Pestisida Dalam Rumah Tangga
Berikut ini beberapa pestisida alternatif yang dapat dimanfaatkan sesuai dengan jenis kegunaan
sehingga tidak mengakibatkan keracunan dan kerugian, yaitu:
1. Mengatasi semut
2. Taburkan bubuk cabe rawit atau bubuk kopi di tempat semut biasa datang, dapat juga
menggunakan perasan jeruk atau letakkan kulit jeruk pada tempat semut datang.
3. Mengatasi kecoa
Campurlah tepung gandum dengan gips kapur dengan perbandingan sama, atau
campuran baking soda dan gula, lalu taburkan di daerah yang ditempati kecoa. Dapat
juga dengan menaruh beberapa lembar daun salam (segar) di area yang dijelajahi
kecoa.
4. Mengusir lalat
Gantungkan setandan cengkih dalam ruangan. Cara lain ialah dengan membuat lem
perekat dari kertas perekat yang berwarna kuning terang yang diolesi sedikit madu.

Atau dengan menggunakan kulit jeruk yang digores, letakkan di tempat yang banyak
lalat.

5. Mengatasi ngengat
Gunakan merica utuh atau buatlah bungkusan berisi bunga mawar kering dan daun mint
kering, letakkan di lemari atau laci.
6. Mengatasi tikus
gunakan campuran gips kapur, tepung, sedikit gula dan bubuk coklat, lalu taburkan
campuran tersebut ditempat tikus biasa ditemukan. Perhatikan juga rumah anda,
apakah arsitektur rumah anda sudah cukup anti-tikus? Jangan sediakan tempat di
rumah anda untuk tikus berkembang biak, dan sedemikian rupa, halangi akses masuk
tikus ke rumah
7. Mengatasi nyamuk
Gunakan kain kelambu. Sebuah sapu lidi kecil sebagai pemukul juga sama ampuhnya
dengan raket beraliran listrik. jangan lupa pasang kasa pada pintu dan jendela.
Kemudian menyebarkan bunga melati atau kamboja di ruangan sdapat juga
mengurangi nyamuk. Pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dan bio-secutity yang
intinya menjaga kebersihan lingkungan adalah syarat mutlak untuk mengendalikan
nyamuk dan beberapa serangga lain.

BAB III
METODE PENELITIAN
A. Anamnesa
Pada penelitian ini dilaksanakan wawancara pada beberapa korban untuk memperoleh
informasi mengenai dugaan keracunan makanan di Cina. Narasumber diambil secara
acak mulai dari warga yang menjadi korban selamat dan warga yang jatuh sakit. Para
warga diberikan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan kasus tersebut, antara
lain:
1. Apa saja keluhan yang dialami
2. Lamanya waktu dirasakannya keluhan
B. Pemetaan Lokasi
Penelitian dilakukan selama 1 bulan dengan kisaran biaya 56 juta yang dibiayai oleh
pemerintah daerah, meliputi penyewaan alat-alat penelitian, transportasi dan segala
pendukung peralatan penelitian. Pengambilan sampel diambil dari beberapa titik.
Titik pertama sebanyak 1 sampel dari setiap lingkungan empat rumah warga (untuk
sampel makanan berupa olahan sayuran yang telah dimakan) dan titik kedua dari
setiap tiga pasar (untuk sampel bahan makanan berupa sayuran yang belum diolah)
sebanyak 1 sampel. Analisis peptisida dilaksanakan di laboratorium salah satu
universitas di Cina.
C. Pengambilan Sampel

Sampel yang diambil terdiri dari sampel biotik. Sampel biotik terdiri dari sampel
makanan berupa olahan sayuran yang telah dimakan oleh narasumber dan sampel
bahan makanan berupa sayuran yang belum diolah berasal dari tiga pasar. Titik
pengambilan sampel terbagi menjadi beberapa titik:
Titik pertama sebanyak 1 sampel dari setiap lingkungan empat rumah warga, sampel
berupa olahan sayuran yang telah dimakan, sampel diambil sebanyak 3-4 sampel.
Titik kedua sebanyak 1 sampel disetiap tiga pasar, sampel yang diambil meliputi bahan
makanan berupa sayuran yang belum diolah, sampel diambil sebanyak 3-4 sampel.
Sampel kemudian dibawa ke laboratorium untuk diperiksa.

Penelitian dilakukan selama 1 bulan dengan kisaran biaya 56 juta yang dibiayai oleh
pemerintah daerah, meliputi biaya penyewaan alat-alat penelitian, transportasi dan
biaya pendukung peralatan penelitian. Pada kebanyakan laboratorium analisis, sampel
untuk analisis peptisida dilakukan dengan alat Kromatografi gas-spektrometer massa
(GC-MS) atau Gas Chromatography-Mass Spectrometry (GC-MS) dan Kromatografi
Cair Kinerja Tinggi (KCKT) atau High Performance Liquid Chromatography
(HPLC).
3. Pembiayaan
Pembiayaan yang digunakan pada penyelidikan ini, meliputi:
Keterangan
Penyewaan Lab, GC-MS dan
Biaya transportasi
Biaya peneliti
Alat-Alat yang digunakan
Labu tentukur 100 ml
Labu tentukur 50 ml
Gelas Ukur 100 ml
Gelas Ukur 50 ml
Erlenmeyer 250 ml
Erlenmeyer 100 ml
Jumlah

KCKT

Jumlah
30.000.000
5.000.000
20.000.000
100.000
70.000
100.000
80.000
150.000
100.000
55.600.000

4. Analisis Laboratorium
Dilakukan analisis dengan Kromatografi gas-spektrometer massa (GC-MS) atau Gas
Chromatography-Mass Spectrometry (GC-MS) dan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi
(KCKT) atau High Performance Liquid Chromatography (HPLC) bertujuan untuk
memastikan bahwa keracunan makanan di Cina diduga disebabkan karena tercemar
produk kimia seperti pestisida atau racun tikus. Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi
(KCKT) lebih tinggi mendeteksi limit 5-50 kali disbandingkan dengan GC-MS.

Pestisida

Aldrin

BMR
(mg/kg
)
0,1

DDT

7,0
3,5
1,25
1,0

Diazinon

0,5
0,1
0,25
0,5
0,7
0,75

Fenitrotio
n

0,5
0,1
0,05

Karbaril

3
2
1
0,2

Jenis Pangan

Sayuran, buahbuahan, rempahrempah


Lemak, daging sapi,
kerbau, ungags
Apel, buah pir
Susu dan hasil
olahannya
Sayuran, kacangkacangan, rempahrempah, buah
buahan
Telur
Jagung, kacang
polong
Buncis, semangka,
gambas, lobak
Kacang-kacangan,
kecambah, ketimun
Lemak, daging sapi,
kerbau, kambing
Sayuran, buahbuahan, rempah
Sayuran, buahbuahan, the hijau
Biji coklat
Daging,
susu
dan hasil olahannya
Apel, pisang,
wortel, kembang
kol, seledri, terung,
kecambah, daging ,
unggas, lada, buah
anggur
Ketimun,semangka,
gambas
Barley, gandum
Jagung
Kentang

Batas Maksimum Residu (BMR)


BMR adalah konsentrasi residu yang diperbolehkan
berada dalam atau pada bahan pangan pada saat
dipasarkan, dinyatakan dalam mg/kg bahan pangan
(bpj, ppm) dan keberlakuannya di suatu Negara
ditetapkan secara hukum. Contoh BMR beberapa
pestisida dalam bahan pangan: Sudana (1986: 87)

BAB IV
HASIL ANALISIS LABORATORIUM
Hasil analisa laboratorium keracunan makanan di Cina diduga disebabkan karena tercemar
produk kimia seperti pestisida atau racun tikus.
Jenis peptisida
Aldrin
Diazinon
DDT
Fenitrotion
Karbaril

BMR
(mg/kg)
0.2
1.1
1.25
0.75

Sampel
Sayur-sayuran
Sayur-sayuran
Sayur-sayuran
Sayur-sayuran
Sayur-sayuran

Berdasarkan Sudana (1986: 87), tentang persyaratan makanan dan bahan makanan
yaitu sayur-sayuran, peptisida termasuk parameter yang berhubungan langsung dengan
kesehatan. Kadar maksimun peptisida yang diperbolehkan adalah:
Jenis peptisida
Aldrin
Diazinon
DDT
Fenitrotion
Karbaril

BMR
(mg/kg)
0.1
0.75
1.0
0.5

Sampel
Sayur-sayuran
Sayur-sayuran
Sayur-sayuran
Sayur-sayuran
Sayur-sayuran

BAB V
PEMBAHASAN
A. Analisis Terhadap Kasus Keracunan Pestisida di China
1. Penyebab Keracunan
Dilihat dari kasus keracunan makanan yang dilaporkan ke kementerian kesehatan itu
disebabkan karena makanan berupa sayuran yang tercemar oleh produk kimia
pestisida Racun Tikus yang digunakan dalam rumah tangga. Menurut analisa kami
kasus keracunan makanan terjadi karena racun tikus masuk kedalam bahan mentah
makanan berupa sayuran yang terdapat dipasar. Sehingga bahan mentah makanan
yang berupa sayuran menjadi terkontaminasi oleh racun tikus. Kemudian sayuran
yang telah terkontaminasi tersebut dikonsumsi oleh manusia sehingga menyebabkan
keracunan. Kenapa racun tikus bisa sampai masuk kedalam bahan mentah makanan
dan makanan jadi?
Hal ini bisa terjadi karena disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah:
a) Faktor Manusia
1. Faktor manusia ini bisa jadi disebabkan karena unsur kelalaian:
Kelalaian dalam penyimpanan.
2. Racun tikus yang digunakan ditempatkan berdekatan dengan bahan
makanan atau makanan sehingga racun tersebut tumpah atau dan masuk
kedalam makanan.
3. Kelalaian dalam pelabelan
Bisa jadi label atau merk yang ada telah terbuka baik disengaja atau tidak
sehingga tercampur dengan bahan makanan ataupun makanan jadi.
4.

Kelalaian dalam ketelitian kerja

Karena ketidak telitian kerja sehingga menyebabkan racun tikus tercampur


kedalam bahan makanan dan makanan.

b) Prilaku
1. Tidak

membiasakan

mencuci

tangan

dengan

sabun

sebelum

menyentuh makanan setelah memegang racun tikus


2. Merasa akrab dengan racun tersebut karena sudah terbiasa melihat dan
menggunakannya sehingga racun tikus tersebut bisa saja diletakan
disembarang tempat bahkan berdekatan dengan bahan makanan dan
makanan
3. Tidak membuang kemasan racun tikus di tempat yang seharusnya
sehingga bisa saja digunakan oleh anak-anak bermain, bahkan oleh
anak digunakan untuk tempat makanan
c) Pengetahuan
1. Rendahnya pengetahuan masyarakat tentang ancaman bahaya dari
racun tikus dan tata cara penggunaan dan penyimpanan yang aman
didalam rumah tangga.
2. Kurangnya sosialisasi dari pihak yang berkompeten dalam memberikan
penyuluhan kepada masyarakat tentang bahaya racun tikus tersebut
3. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang cara alternatif membasmi
tikus tanpa menggunakan racun
d) Kondisi alam
1. Tingginya angka kematian dan kesakitan yang disebabkan oleh
keracunan racun tikus di china menunjukan bahwa Keadaan alam yang
memungkinkan untuk berkembang biaknya tikus secara cepat sehingga
untuk membasmi tikus tersebut menyebabkan penggunaan racun tikus
meningkat bahkan sangat tinggi
2. China dengan keadaan alam yang luas dan masyarakat menyebar
bahkan ada yang tinggal didaerah pengunungan menyebabkan
transportasi tidak lancar dan jauh dari akses pelayanan kesehatan
sehingga masyarakat yang keracunan menjadi lambat tertolong dan
mengakibatkan banyak terjadi kasus kematian

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Pestisida adalah substansi kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang
digunakan untuk mengendalikan berbagai hama. Yang dimaksud hama di sini
adalah sangat luas, yaitu serangga, tungau, tumbuhan pengganggu, penyakit
tanaman yang disebabkan oleh fungi (jamur), bakteria dan virus, kemudian
nematoda (bentuknya seperti cacing dengan ukuran mikroskopis), siput, tikus,
burung dan hewan lain yang dianggap merugikan.
2. Pestisida tidak hanya berperan dalam mengendalikan jasad-jasad pengganggu
dalam bidang pertanian saja, namun juga diperlukan dalam bidang kehutanan
terutama untuk pengawetan kayu dan hasil hutan yang lainnya, dalam bidang
kesehatan dan rumah tangga untuk mengendalikan vektor (penular) penyakit
manusia dan binatang pengganggu kenyamanan lingkungan, dalam bidang
perumahan terutama untuk pengendalian rayap atau gangguan serangga yang
lain.
3. Pestisida dapat digolongkan menjadi bermacam-macam dengan berdasarkan
fungsi dan asal katanya yaitu Akarisida, Algisida, Avisida, Bakterisida,
Fungisida, Herbisida, Insektisida, Larvisida, Molluksisida, Nematisida, Ovisida,
Pedukulisida, Piscisida, Rodentisida, Predisida, Silvisida, Termisida, Atraktan,
Kemosterilan, Defoliant, Desiccant. Disinfektan, Repellent, Sterilan tanah,
Pengawet kayu, biasanya digunakan pentaclilorophenol (PCP). Stiker, Surfaktan
dan agen penyebar, Inhibitor, dan Stimulan tanaman.
4. Pestisida tersusun dan unsur kimia yang jumlahnya tidak kurang dari 105 unsur.
Namun yang sering digunakan sebagai unsur pestisida adalah 21 unsur. Unsur
atau atom yang lebih sering dipakai adalah carbon, hydrogen, oxigen, nitrogen,
phosphor, chlorine dan sulfur. Sedangkan yang berasal dari logam atau semi
logam adalah ferum, cuprum, mercury, zinc dan arsenic.
5. Untuk melindungi keselamatan manusia dan sumber-sumber kekayaan alam
khususnya kekayaan alam hayati, dan supaya pestisida dapat digunakan efektif,

maka peredaran, penyimpanan dan penggunaan pestisida diatur dengan Peraturan


Pemerintah No. 7 Tahun 1973. dan surat Keputusan Menteri Pertanian No. 429/
Kpts/Mm/1/1973
6. Dalam menggunakan pestisida agar tidak rusak maka harus sesuai dengan
petunjuk dan cara penggunaan yang sesuai dengan keamanan
7. Agar tidak terjadi keracunan yang lebih maka kita harus mengetahui gejala dini
dari keracunan
8. Pestisida dapat meracuni manusia melalui kulit, melalui mulut, dan melalui
pernapasan.
9. Apabila terjadi kasus keracunan maka dalam melakukan langkah awal harus
mengikuti petunjuk pertolongan pertama pada keracunan.
10. Perawatan keracunan oleh pestisida oleh Dokter dilakukan secara simptomatik
sesuai dengan gejala yang timbul.
11. Ada bemacam-macam pestisida alternatif yang berasal dari alam yang bisa
dimanfaatkan secara aman sesuai dengan jenis kegunaannya.
12. Tingginya angka keracunan pestisida Racun Tikus yang menimbulkan kesakitan
bahkan kematian yang terjadi di China disebabkan oleh berbagai faktor yaitu
faktor manusia seperti: kelalaian, perilaku, pengetahuan, keadaan alam dan aspek
hukum yang mengaturnya. Selain itu dalam memanfaatkan racun tikus haruslah
sesuai dengan aturan dan petunjuk pada kemasan serta pengetahuan tentang cara
pertolongan pertama pada keracunan racun tikus sehingga tidak menjadi berat
dan menimbulkan kematian.

B. Saran
Untuk mencegah agar terhindar dari keracunan racun tikus di rumah seperti yang terjadi di
China tersebut dapat diperhatikan beberapa hal yaitu:
1. Sebelum menggunakannya bacalah label yang ada dikemasan.
2. Jaga label jangan sampai rusak karena didalamnya terdapat informasi mengenai cara
menggunakannya, penyimpanan, bahayanya dan pertolongan pertama jika terjadi
keracunan serta informasi lainnya.
3. Racun tikus hendaklah disimpan dan dipasang ditempat yang aman (di tempat yang tidak
terjangkau oleh anak-anak seperti dilemari yang terkunci atau tempat yang agak tinggi)
sebelum dan setelah digunakan. Jangan menyimpan dan memasang dekat dengan bahanbahan makanan dan minuman.
4. Simpan dalam wadah aslinya dan jangan di pindahkan ke dalam wadah lain terutama ke
dalam wadah bekas makanan/minuman.
5. Jangan sekali-kali menggunakan bekas wadah untuk tempat makanan atau minuman
sekalipun untuk hewan peliharaan.
6. Jangan menggunakan racun tikus dengan tangan kosong, gunakanlah alat seperti sendok
plastik dan cuci tangan setelah menyediakan racun tersebut.
7. Selain itu perlu sangsi hukum tegas yang tertuang dalam peraturan maupun perundangundangan yang mengatur terhadap pelanggaran tata cara pebuatan, penjualan,
penyimpanan dan penggunaan racun tikus agar tidak membahayakan terhadap nyawa
manusia, misalnya bagi orang yang menyimpan, memasang dan membuang kemasan
bekas racun tikus secara sembarangan dan tidak mentaati aturan yang berlaku di hukum
dengan hukuman perdata yang berat.

BAB VII
DAFTAR PUSTAKA

1) SEDIKIT TENTANG PESTISIDA Oleh: Dwi Handojo


2) Pengenalan

Pestisida

Oleh

Joeli

Hartono

Rianto.

Kasubdit

Pendaftaran

Pestisida/Sekretaris II Komisi Pestisida


3) Alternatif Pestisida Untuk Rumah Tangga Senin, 12-01-2009 18:37:29 oleh:
Mediansyah
4) Bates N., et all, Paediatric Toxicology: Hanbbook of Poisoning in Children, Macmillan
Refference LTD, London, 1997.
5) Direktorat Pupuk dan Pestisida, Pestisida Untuk Pertanian dan Kehutanan, Dit Pupuk
dan Pestisida Ditjen Bina Sarana Pertanian Deptan RI, Jakarta, 2001.
6) Direktorat Pupuk dan Pestisida, Pestisida Higiene Lingkungan, Dit Pupuk dan Pestisida
Ditjen Bina Sarana Pertanian Deptan RI, Jakarta, 2001. Olson K.R., Poisoning and Drug
Overdosis 4th ed. Appleton & Lange, USA. 2004.
7) Sentra Informasi Keracunan, Pedoman Penatalaksanaan Keracunan Untuk Rumah Sakit,
Sentra Informasi Keracunan DitJen POM Depkes RI, Jakarta, 2001.
8) National Poisons Information Centre, Management Guidelines for Pesticides
Poisonings, National Poisons Information Centre Department of Pharmacology, New
Delhi, 1995.
9) Fong T.S. et all, Management of Drug Overdose & Poisoning, Ministry of Health
Singapore, Singapore, 2001.
10) National Poisons Information Centre, Management Guidelines for Pesticides
Poisonings, National Poisons Information Centre Department of Pharmacology, New
Delhi, 1995.
11) Fong T.S. et all, Management of Drug Overdose & Poisoning, Ministry of Health
Singapore, Singapore, 2001.
12) Modul Pelatihan Pengendali Hama (Pest Control) Tingkat Supervisor Dinas Kesehatan
DKI Jakarta bekerjasama dengan DPP IPPHAMI tanggal 10-15 Maret 2003

Anda mungkin juga menyukai