(012106093)
2. Lelly Kurnia F
(012106207)
3. Yoga Arfyan
(012106297)
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Toksikologi merupakan ilmu yang sangat luas yang mencakup
berbagai disiplin ilmu yang sudah ada seperti Ilmu Kimia, Farmakologi,
Biokimia, Forensik Medicine dan lain-lain. Toksikologi didefinisikan sebagai
ilmu yang mempelajari sumber, sifat serta khasiat racun, gejala-gejala dan
pengobatan pada keracunan, serta kelainan yang didapatkan pada korban
yang meninggal.Sedangkan yang dimaksud dengan toksikologi forensik
adalah pemanfaatan atau penerapan ilmu toksikologi untuk kepentingan
peradilan. Racun adalah zat yang bekerja pada tubuh secara kimiawi dan
faali, yang dalam dosis toksik dapat menyebabkan gangguan kesehatan atau
dapat berakhir dengan kematian.
Kematian akibat intoksikasi kasusnya jarang terjadi tetapi menurut
data tahun 2014 angka kematian akibat intoksikasi di Indonesia mengalami
peningkatan. Dilaporkan, banyak kasus intoksikasi dengan sebab yang sangat
berariasi. Insiden intoksikasi akibat pangan mendominasi sebanyak 540
kasus, kemudian disusul dengan itoksikasi akibat pestisida di peringakat
kedua
sebanyak
465
kasus.
Organisasi
Kesehatan
Dunia
(WHO)
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
b. Klasifikasi
1. Berdasarkan Sumber
Tumbuh-tumbuhan : opium (dari papaver somniferum), kokain,
kurare, aflatoksin (dari aspergilus niger).
Hewan : bias/toksin ular/laba-laba/hewan laut
Mineral : arsen, timah hitam
Sintetik : heroin
2. Berdasarkan Tempat
Alam bebas : gas racun di alam
Rumah tangga : deterjen, desinfektan, insektisida, pembersih
(cleanser).
Pertanian : pestisida
Pestisida berasal dari kata pest berarti hama dan cide berarti
racun/mematikan. Jadi pestisida adalah racun hama yang
digunakan untuk mengendalikan berbagai hama. Berdasarkan
fungsi/sasaran penggunaannya pestisida dibagi menjadi 6 jenis,
yaitu:
a. Insektisida
Adalah pestisida yang digunakan untuk membasmi
serangga seperti belalang, kepik, wereng, ulat, nyamuk,
kutu busuk, rayap, dan semut. Contoh: basudin, basminon,
tiodan, diazinon, dll.
b. Fungisida
Adalah
pestisida
mencegah/memberantas
yang
digunakan
pertumbuhan
untuk
jamur/cendawan
Contoh:
carbendazim,
organomerkuri,
natrium
dikromat, dll.
c. Bakterisida
Adalah pestisida untuk memberantas bakteri atau virus.
Salah satunya adalah tetramisin untuk membunuh virus
CVPD yang menyerang tanaman jeruk.
d. Rodentisida
Adalah pestisida yang digunakan untuk memberantas hama
tanaman berupa hewan pengerat seperti tikus, babi hutan.
Lazimnya diberikan sebagai umpan yang sebelumnya
dicampur dengan beras atau jagung. Contoh: warangan.
e. Nematisida
Adalah pestisida yang digunakan untuk memberantas hama
tanaman berupa nematode (cacing), serangga dan jamur.
Hama jenis ini menyerang bagian akar dan umbi tanaman.
Biasa digunakan pada perkebunan kopi atau lada.
Nematisida
dapat
meracuni
tanaman
sehingga
sedatif).
3. Berdasarkan Organ Tubuh
Racun yang bersifat hepatotoksik, nefrotoksik.
4. Berdasarkan Mekanisme Kerja
Racun yang mengikat gugus sulfhidril (-SH) misalnya
timbal (Pb), yang berpengaruh pada ATP-ase, yang membentuk
methemoglobin misalnya nitrat dan nitrit. (Nitrat dalam usus oleh
flora usus diubah menjadi nitrit).
5. Berdasarkan efek yang ditimbulkan
hemoglobin darah.
Lokal dan sistemik : asam karbol menyebabkan erosi lambung
dan sebagian yang diabsorpsi akan menimbulkan depresi
susunan saraf pusat. Tetra etil lead mempunyai efek iritasi yang
dapat menimbulkan hemolisis akut.
Adakah
gelas
atau
alat
minum,
surat
kebiru-biruan.
Keracunan tembaga (Cu) dan fosfor : kulit berwarna kuning
akibat hemolisis.
Keracunan insektisida hidrokarbon dan arsen : kulit
sebabkan dermatitis.
Keracunan karbon monoksida dan barbiturat akut : vesikel
oleh penisilin.
Paru : biasanya ditemukan pembendungan dan edema pada
keracunan akut morfin, barbiturat, kloroform. Emfisema akut
waktunya.
Hati : adakah degradasi lemak pada peminum alkohol atau
kuning.
Urin : diambil dari kandung kemih untuk pemeriksaan
toksikologi.
Otak : keracunan akut (barbiturate, eter) ditemukan edema
otak, keracunan kronik (CO, arsen, timah hitam, air
raksa)ditemukan
perdarahan
kecil-kecil
pada
otak.
glutetimida.
Jaringan lemak : racun cepat diabsorpsi dalam jaringan lemak
bagian
belakang
jantung
daerah
pada
kematian
yang
30-50 ml, diambil dari vena iliaka komunis, bukan darah dari vena
porta.
2. Bilasan lambung, diambil lambung beserta isinya, catat kelainankelainan yang didapat, baru dikirim ke laboratorium sehingga dapat
diperkirakan jenis racunnya.
3. Usus beserta isinya, berguna terutama bila kematian terjadi dalam
waktu beberapa jam setelah menelan racun sehingga dapat
diperkirakan saat kematian.
4. Hati, untuk menentukan racun memerlukan bahan pemeriksaan yang
cukup banyak yaitu 500 gram. Hati juga merupakan tempat detoksikasi
sehingga kadar racun dalam hati sangat tinggi.
5. Ginjal, keduanya harus diambil, ginjal penting pada keadaan
intoksikasi logam, pemeriksaan racun secara umum, dan pada kasus
dimana secara histologik ditemukan Ca-oksalat dan sulfonamid.
6. Otak, jaringan lipoid otak mampu untuk menahan racun misalnya
CHCL3 walaupun jaringan otak telah membusuk. Otak bagian tenga
untuk intoksikasi sianida karena tahan terhadap pembusukan.
7. Urin, penting karena tempat ekskresi sebagian besar racun sehingga
dapat untuk tes pendahuluan (spot test).
8. Empedu, sebaiknya kandung empedu tidak dibuka agar cairan empedu
tidak mengalir ke hati dan mengacaukan pemeriksaan.
g. Pengobatan Keracunan
Terutama berdasarkan cara masuk racun ke dalam tubuh.
1. Bila racun tertelan, memuntahkan sebanyak mungkin dengan
merangsang dinding faring atau diberikan emetic misalnya sirup
ipecacuanha.
2. Aspirasi dan bilas lambung, indikasi untuk mengeluarkan racun non
korosif dan racun yang menekan susunan saraf pusat. Dapat diberikan
air garam/garam lemah, atau diberikan norit.
3. Pemberian pencahar, misalnya natrium sulfat 30 g dalam 200 cc air.
Mempercepat ekskresi dengan dialisis (pemberian diuretic merupakan
kontraindikasi). Pemberian antidotum spesifik pada keracunan morfin
diberikan nalorfin atau naloxon.
4. Demulcen, pemberian putih telur sebanyak 3 butir yang dilarutkan
dalam 500cc air/susu dengan maksud untuk menghambat absorbsi.
5. Pengobatan simptomatik dan suportif, tergantung dari gejala yang
timbul. Bila racun masuk secara inhalasi, keluarkan korban dari
11
o Antikoagulan
- Warfarin: digunakan sebagai antikoagulan terapetik, warfarin
yang
digunakan
sebagai
rodentisida
di
rumah
tangga
13
14
Non-Antikoagulan
Seng Fosfida Zn3P2
o
Seng fosfat berubah menjadi gas fosfin dengan adanya air dan
asam. Gas fosfin sangat beracun, memblok sel-sel tumbuh
dalam membentuk energi sehingga dapat menyebabkan
kematian sel. Merusak sel darah merah melalu proses
hemolisis. Paparan fosfin sangat merusak jantung, otak, ginjal,
o
dan hati.
Arsenik trioksida
Arsen dapat masuk kedalam tubuh melalui mulut, inhalasi dan
melalui kulit.setelah diabsorbsi melalui mukosa usus, arsen
15
kerja
sel-sel
di
SSP untuk
dapat tertunda
Kontak dengan kulit : dapat diabsorbsi kulit dan
nyeri
gastrointestinal.
Pada
perut,
umumnya,
perdarahan
menelan
wafarin dosis tunggal dalam jumlah kecil (1020 mg) tidak menyebabkan keracunan serius
(sebagian
besar
rodentisida
warfarin
perdarahan di mulut
Kontak dengan mata : tidak terdapat informasi
16
antikoagulasi
yang
nyata.
(kecenderungan
untuk
terjadi
rodentisida
mempengaruhi
kemampuan
tubuh
dalam
18
berwarna
sehingga
dapat
diberikan
tanpa
dan
(flea
bitten
appearance).
Iritasi
lambung
dapat
garis-garis putih (Mees lines) pada bagian kuku yang tumbuh dan
dasar kuku. temuan pada pemeriksaan dalam tidak khas.
g. Diagnosis
As2O3
Pada kasus keracunan As, kadar dalam darah, urin, rambut dan kuku
meningkat. Nilai batas normal kadar As adalah sebagai berikut :
o Rambut kepala normal : 0,5 mg/kg
Curiga keracunan : 0,75 mg/kg
Keracunan akut : 30 mg/kg
Kuku
normal
: sampai 1 mg/kg
o
Curiga keracunan : 1 mg/kg
Keracunan akut : 80 ug/kg
Dalam urin arsen dapat ditemukan dalam waktu 5 jam setelah diminum
dan dapat terus ditemukan hingga 10-12 hari. Pada keracunan kronik,
arsen diekskresikan tidak terus menerus tergantung pada intake. Titiktitik basofil pada eritrosit dan leukosit muda mungkin ditemukan pada
darah tepi, menunjukkan beban sumsum tulang yang meningkat. Uji
kopo-por-firin urin memberikan hasil positif. Kematian dapat terjadi
sebagai akibat malnutrisi dan infeksi.
Pemeriksaan toksikologik.
Uji Reinsch. Berdasarkan hukum deret volta, unsur yang lletaknya
disebelah kanan akan mengendap bila ada unsur yang letaknya lebih
kiri dalam larutan tersebut. Letak As dalam deret adalah lebih kanan
dari pada Cu. 10 cc darah + 10 c HCl pekat dipanaskan hingga
terbentuk AsCl3. Celupkan batang tembaga ke dalam larutan, akan
terbentuk endapan kelabu sampai hitam dari As pada permukaan
batang tembaga tersebut. Untuk membedakan dari Ba digunakan sifat
sublimasi As.
Uji Gutzeit : Noda coklat-hitam pada kertas saring
Uji marsh : zat : Hcl + Zn (logam)cermin As
Fisika : As menunjukkan nyala api yang khas kromatografi gas.
Keracunan Zinc fosfat didiagnosis dengan mendeteksi gas fosfin dalam
perut
Antikoagulan
21
22
23
o Peraturan pemerintah
pertanian;
Memberantas rerumputan;
Mematikan daun dan mencegah pertumbuhan yang tidak
diinginkan;
Mengatur atau
merangsang
pertumbuhan
tanaman
atau
pengangkutan;
Memberantas atau mencegah binatang-binatang yang dapat
menyebabkan penyakit pada manusia atau binatang yang perlu
24
2. Prosedur permohonan pendaftaran dan izin diatur lebih lanjut oleh Menteri
Pertanian.
Peredaran dan penyimpanan pestisida diatur oleh Menteri Perdagangan
atas usul Menteri Pertanian.
Pasal 3
1. Izin yang dimaksudkan dalam Pasal 2 Peraturan Pemerintah ini diberikan
2.
tahun.
3. Izin tetap diberikan untuk jangka waktu 5 (lima) tahun, dengan ketentuan
bahwa izin tersebut dalam jangka waktu itu dapat ditinjau kembali atau
dicabut apabila dianggap perlu karena pengaruh samping yang tidak
diinginkan.
4. Peninjauan kembali atau pencabutan izin tetap, izin sementara atau izin
percobaan dilakukan oleh Menteri Pertanian.
Pasal 6
Setiap orang atau badan hukum dilarang mengedarkan, menyimpan
atau menggunakan pestisida yang telah memperoleh izin, menyimpang
dari petunjuk-petunjuk yang ditentukan pada pemberian izin..
Pasal 8
Barang siapa melakukan perbuatan yang bertentangan dengan
ketentuan Pasal 2, 6, 7 dan 9 Peraturan Pemerintah ini, diancam dengan
hukuman berdasarkan ketentuan Pasal 9 Undang-undang Nomor 11 Tahun
1962.
25
BAB III
KESIMPULAN
1.
26
yang direncanakan,
DAFTAR PUSTAKA
Abraham S, Rahman A, dkk., 2009, Tanya Jawab Ilmu Kedokteran Forensik,
Badan Penerbit Universitas Diponegoro Semarang, edisi 1; 74-81.
Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Ilmu
kedokteran forensic edisi pertama, 1997, Jakarta: Balai Penerbit Fakultas
KedokteranUniversitas Indonesia; 55-86.
27
Sofwan D. Ilmu kedokteran forensik pedoman bagi dokter dan penegak hokum,
2005, Semarang: Balai Penerbit Universitas Diponegoro; 107-123.
http://ik.pom.go.id/v2014/ (Badan pengawas obat dan makanan).
Fakultas Kedokteran Univ. Lambung Mangkurat. Keracunan Insektisida. 2011
Mariana Raini. Toksikologi pestisida dan penaganan akibat keracunan pestisida.
Media litbang kesehatan vol.XVII no. 3 tahun 2007
Bagian Kedokteran Forensik FK UKI. Bahan Ajar Ilmu Kedokteran Forensik
2009
Bagian kedokteran forensik fakultas kedokteran universitas Indonesia. Ilmu
Kedokteran Forensik. 1997
NCAMP FACTSHEET. Rodenticides. 2001
Aryata Rizka, Preferensi makan tikus pohon terhadap umpan dan rodentisida.
IPB.
2006
Dunayer, Eric. Bromethalin : The other rodenticide. Toxicology Brief.2003
Valentina Merola. Anticogulant rodenticides. Toxicology brief.2003
Palmer, Robert et.al. Fatal Brodifacum Rodentiide Poisoning: Autopsy and
Toxicologic Findings. Journal of Forensic Sciences. 2000
28