Anda di halaman 1dari 35

Oleh : Tito Syahjihad

Pembimbing
dr. Gatot Sugiharto, Sp.B
BAGIAN ILMU BEDAH
BLUD RUMAH SAKIT SEKARWANGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2018
Trauma mengenai wajah  diskontinuitas jaringan
lunak dan jaringan keras (fraktur)

 Gangguan proses pengunyahan


 Gangguan fonetik
 Wajah terlihat tidak estetis
 Potensi mengancam jiwa

2
Etiologi fraktur maksilofasial

Kecelakaan lalu lintas (36%)

Trauma karena perkelahian (32%)

Trauma bermain di taman (18%)

Kecelakaan saat bekerja / industri (3%)

Kecelakaan saat berolahraga


3
# mandibula # panfasial # maksila
# nasal # jenis lain

4% 2%

14%

21% 59%
Insidensi
Laki-laki : Wanita
4:1
Usia produktif (21-30th)

4
Insidensi fraktur
mandibula

5
Os. Maksila

6
Michael Miloro. Peterson’s Principles of Oral and Maxillofacial Sugery. BC Decker Inc. Hamilton. London. 2004.
Anterior: kontak sup dg os frontalis dan os nasal

Lateral: Fossa infratemporal,vestibula pada zygoma

Superior: Dasar orbita

Medial: sutura midline, dinding lat nasal

Inferior: Palatal vault, proc. Alveolar

Posterior: os sphenoid dan sutura pterigomaksilaris

7
Laub D.R., Facial Trauma, Mandibular Fractures. 2009. <http://emedicine.medscape.com> (6 Maret 2011). 8
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik baru dapat dilakukan setelah pasien dalam
kondisi stabil, perdarahan dan jalan pernapasan telah
ditangani.

Pemeriksaan Kepala, meliputi seluruh kerangka


kraniomaksilofasial dan jaringan lunak disekitarnya:
•Laserasi jaringan lunak
•Palpasi bimanual untuk memeriksa adanya step,
diskontinuitas, pergesaran , dan hilangnya tonjolan pada
tulang wajah fraktur

Marciani RD, Carlson ER, Braun TW. Oral and Maxillofacial Surgery Volume II. Ed. Ke-2. Saunders Elsevier. St. Louis. 2009.
. 9
Fraktur Le Fort I

 Garis fraktur sepanjang


maksila bagian bawah -bawah
rongga hidung
 Kerusakan yang mungkin:
- Prosesus alveolaris
-Bagian dari sinus maksilaris
- Palatum durum
- Bagian inf. lamina pterigoid

Tawfilis A.R. Facial Trauma, Panfacial Fractures. eMedicine Journal. 2006. In: http://emedicine.medscape.com. (9 Maret 2011) 10
Odema,
Echimosis labii
sup
Ekstra Oral
Lengkung RA
Pemeriksaan klinis bergerak
# Le Fort I Openbite
anterior
Intra Oral
Nyeri Palpasi

Marciani RD, Carlson ER, Braun TW. Oral and Maxillofacial Surgery Volume II. Ed. Ke-2. Saunders Elsevier. St. Louis. 2009. 11
Fraktur Le Fort II

Garis fraktur melalui os nasal 


os lakrimalis, dasar orbita,
pinggir infraorbita dan
menyeberang ke bagian atas
dari sinus maksilaris kearah
lamina pterigoid - fossa
pterigo palatine  fraktur
“pyramid”

Tawfilis A.R. Facial Trauma, Panfacial Fractures. eMedicine Journal. 2006. In: http://emedicine.medscape.com. (9 Maret 2011) 12
Odema
periorbital,
Echimosis
Ekstra Oral
Os Nasal bgerak
bersama
Pemeriksaan klinis midfasial, baal

# Le Fort II
Maloklusi
Intra Oral
RA bergerak

Marciani RD, Carlson ER, Braun TW. Oral and Maxillofacial Surgery Volume II. Ed. Ke-2. Saunders Elsevier. St. Louis. 2009. 13
Fraktur Le Fort II

Garis Fraktur melalui sutura


nasofrontal  sepanjang
ethmoid junction melalui
fissure orbitalis superior
melintang kearah dinding
lateral ke orbita, sutura
zigomatikum frontal dan
sutura temporo-zigomatikum.
cranio-facial disjunction

Tawfilis A.R. Facial Trauma, Panfacial Fractures. eMedicine Journal. 2006. In: http://emedicine.medscape.com. (9 Maret 2011) 14
15
Klasifikasi berdasarkan tipe fraktur

A. Greenstick, B. Simple, C. Kominuted, D. Kompon

16
Lokasi Nyeri tekan
mandibula - Palpasi tepi inf atau rasa baal,
maksila dan diskontinuitas,
Evaluasi dan
Pemeriksaan (tetap di postmandibula
pergerakan displacement.
Mandibula midline, (proc kondilus
mandibula
pergeseran - simphisis
lateral/ mandibula)
inferior)

Tawfilis A.R. Facial Trauma, Panfacial Fractures. eMedicine Journal. 2006. In: http://emedicine.medscape.com. (9 Maret 2011) 17
Hematoma,
Odema,
bleeding IO
Ekstra Oral
Step
Pemeriksaan klinis deformity
# Mandibula Maloklusi,
dataran oklusal
terputus
Intra Oral
Nyeri
Palpasi,
pergeseran #

18
Pemeriksaan Radiografis

Proyeksi Waters

Proyeksi wajah Lateral

Hupp JR, Ellis E, Tucker MR. Contemporary Oral and Maxillofacial Surgery. Ed. Ke-5. Mosby Elsevier. St. Louis. 2008. 19
A. Proyeksi posterior-anterior
B. Proyeksi oblik lateral
C. Proyeksi Towne
D. Foto panoramik

20
Hupp JR, Ellis E, Tucker MR. Contemporary Oral and Maxillofacial Surgery. Ed. Ke-5. Mosby Elsevier. St. Louis. 2008.
 CT scan

 3D imaging

Tawfilis A.R. Facial Trauma, Panfacial Fractures. eMedicine Journal. 2006. In: http://emedicine.medscape.com. (9 Maret 2011)

21
Perawatan Gawat darurat

Airway,
menjaga kelancaran jalan nafas:
• Bersihkan bekuan darah, fragmen tulang dan gigi, benda
asing
• Lakukan chin lift, headtilt , jaw trust
• Pasien dengan GCS < 8, dibutuhkan airway definitif
(intubasi)
• Dalam keadaan kecurigaan fraktur servikal, harus dipakai
alat imobilisasi (collar neck)

Michael Miloro. Peterson’s Principles of Oral and Maxillofacial Sugery. BC Decker Inc. Hamilton. London. 2004.

22
Perawatan Gawat Darurat

Breathing dan Ventilasi


Ventilasi yang baik meliputi fungsi yang baik dari paru,
dinding dada dan diafragma:
• Periksa bentuk dan gerak daerah thoraks kiri dan kanan
• Auskultasi untuk memastikan masuknya udara ke dalam
paru-paru, bunyi nafas yang abnormal
• Perkusi dilakukan untuk menilai adanya udara atau darah
dalam rongga pleura

Michael Miloro. Peterson’s Principles of Oral and Maxillofacial Sugery. BC Decker Inc. Hamilton. London. 2004.

23
Perawatan Gawat Darurat

Circulation dan kontrol perdarahan:


• Temukan dan hentikan sumber perdarahan
• Pemeriksaan hemodinamik: tekanan darah, nadi, Hb
• Jika terdapat tanda – tanda Hipovolemik syok segera
lakukan resusitasi cairan dan persiapan transfusi

Michael Miloro. Peterson’s Principles of Oral and Maxillofacial Sugery. BC Decker Inc. Hamilton. London. 2004.

24
Perawatan Gawat Darurat

Disability ( Neurologic Evaluation), dilakukan evaluasi


terhadap keadaan neurologis secara cepat dengan GCS
(Glasgow Coma Scale)
• Penurunan kesadaran dapat disebabkan penurunan
oksigenasi atau/ dan penurunan perfusi ke otak, atau
disebabkan trauma langsung pada otak.
• Penurunan kesadaran menuntut dilakukannya
reevaluasi terhadap keadaan oksigenasi, ventilasi dan
perfusi. Bila diperlukan konsul ke ahli bedah syaraf.

Michael Miloro. Peterson’s Principles of Oral and Maxillofacial Sugery. BC Decker Inc. Hamilton. London. 2004.

25
Perawatan Definitif

• Setelah keadaan umum pasien lebih baik, terkontrol


dan telah melewati masa kritis melalui perawatan
gawat darurat.

•Tujuan dari perawatan fraktur maksilofasial adalah


- merehabilitasi jaringan yang terlibat
- mengurangi rasa sakit
- penyembuhan tulang
- perbaikan oklusi gigi
Fonseca R.J. Oral and Maxillofacial Trauma. 3rd ed. St Louis: Elsevier Saunders. 2005.
26
Fraktur Le Fort I

 Menggunakan arch bar, fiksasi maksilomandibular,


dan suspensi kraniomandibular yang didapatkan
dari pengawatan sirkumzigomatik.
 Apabila segmen fraktur mengalami impaksi, maka
dilakukan pengungkitan dengan menggunakan
tang pengungkit, atau secara tidak langsung
dengan menggunakan tekanan pada splint/arch bar

Fonseca R.J. Oral and Maxillofacial Trauma. 3rd ed. St Louis: Elsevier Saunders. 2005 27
Fraktur Le Fort II

 Sama dengan pada # Le Fort II


 Perlu dilakukan perawatan fraktur nasal dan dasar
orbita juga

Fonseca R.J. Oral and Maxillofacial Trauma. 3rd ed. St Louis: Elsevier Saunders. 2005 28
Metode Reduksi –
Tertutup/ immobilisasi
Perawatan Konservatif dg fiksasi MX-MD

# Mandibula
Reduksi  Fiksasi
Metode Terbuka
Dg kawat/ plate

29
Fraktur menguntungkan tanpa adanya pergeseran tempat (nondisplaced
favorable fracture)

Fraktur kominuted yang luas

Fraktur pada mandibula oedentolous

Fraktur mandibula pada anak

Fraktur processus koronoid dan kondilus

Michael Miloro. Peterson’s Principles of Oral and Maxillofacial Sugery. BC Decker Inc.
Hamilton. London. 2004. 30
Fraktur yang tidak menguntungkan pada sudut mandibula

Fraktur yang tidak menguntungkan pada bodi mandibula atau


daerah parasymphisis mandibula

Terjadinya kegagalan pada metode tertutup

Fraktur yang membutuhkan tindakan osteotomy

Fraktur yang membutuhkan grafting tulang


Michael Miloro. Peterson’s Principles of Oral and Maxillofacial Sugery. BC Decker Inc.
Hamilton. London. 2004. 31
A. Tertutup dengan erich bar,
B. Terbuka dengan ORIF

Michael Miloro. Peterson’s Principles of Oral and Maxillofacial Sugery. BC Decker Inc. Hamilton. London. 2004. 32
 Trauma yang mengenai wajah dapat menyebabkan
diskontinuitas dari jaringan lunak wajah maupun
jaringan kerasnya.
 Fraktur yang terjadi pada daerah wajah atau
maksilofasial meliputi fraktur pada sepertiga atas,
fraktur sepertiga tengah serta fraktur sepertiga
bawah

33
 Penatalaksanaan pasien dengan trauma pada
tulang wajah memerlukan diagnosa yang cermat
untuk mendapatkan hasil yang memuaskan dalam
penatalaksanaan fraktur.
 Kunci keberhasilan pengelolaan pasien fraktur
maksila maupun mandibula adalah dengan
mendapatkan lapang pandang yang cukup luas,
reduksi yang cermat dan fiksasi dari fraktur
sehingga meminimalkan komplikasi yang mungkin
terjadi
34
TERIMAKASIH

35

Anda mungkin juga menyukai