Anda di halaman 1dari 31

REFERAT

ILMU FORENSIK
BITE MARKS

Pembimbing:
drg. Linda Yuliati, MH

Penyusun:
Aulia Wilujeng Rakhmaningrum 20200420030

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HANG TUAH


DEPARTEMEN KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL
RUMAH SAKIT UNIVERSITAS AIRLANGGA
2022
LEMBAR PENGESAHAN

Judul referat “Bite marks” telah diperiksa dan disetujui sebagai salah
satu tugas baca dalam rangka menyelesaikan studi kepaniteraan klinik di
Departemen Kedokteran Forensik dan Medikolegal Rumah Sakit Universitas
Airlangga.

Surabaya, 08 November 2022


Mengesahkan,
Pembimbing

drg. Linda Yuliati, MH

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas anugerah-Nya,
sehingga penyusun dapat menyelesaikan referat ini dengan judul “Bite
marks”. Referat ini disusun sebagai salah satu tugas dalam kepaniteraan
klinik di Departemen Forensik dan Medikolegal Rumah Sakit Universitas
Airlangga.
Dalam penyusunan referat ini, tidak lepas dari bantuan dan dukungan
baik secara langsung maupun tidak langsung dari berbagai pihak, untuk itu
saya mengucapkan terima kasih kepada drg. Linda Yuliati, MH, selaku dokter
pembimbing yang telah memberi arahan serta masukan kepada penyusun
sehingga penyusun mampu menyelesaikan referat ini.
Dalam penyusunan referat ini, penyusun menyadari bahwa referat ini
masih jauh dari sempurna karena adanya keterbatasan kemampuan
penyusun. Oleh karena itu, diperlukan kritik dan saran yang membangun
agar dapat menyempurnakan penyusunan karya di masa yang akan datang.
Demikian referat ini disusun, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca dan
penulis.

Surabaya, 22 November 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN............................................................................................i

KATA PENGANTAR...................................................................................................ii

DAFTAR ISI............................................................................................................... iii

DAFTAR GAMBAR....................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1

1.1 Latar Belakang.................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................2

1.3 Tujuan.............................................................................................................. 2

1.4 Manfaat............................................................................................................ 2

BAB II CONTOH KASUS..........................................................................................3

BAB III TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................4

3.1 Karakteristik Gigi..............................................................................................4

3.2 Definisi Bite Mark.............................................................................................6

3.3 Klasifikasi Bite Mark.........................................................................................7

3.4 Karakteristik Bite Mark.....................................................................................9

3.5 Jenis Pola Gigitan pada Manusia...................................................................11

3.6 Bite Mark Dalam Forensik..............................................................................13

3.7 Mekanisme Bite Mark.....................................................................................13

3.8 Faktor Yang Memengaruhi dan Tampilan Pada Bite Mark.............................14

3.9 Identifikasi Bite Mark......................................................................................15

4.1 Metode Analisa dan Pemeriksaan Bite Mark..................................................16

KESIMPULAN.......................................................................................................... 20

iii
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................21

DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Bite mark pada telinga kiri korban..........................................3
Gambar 2. 1 Bite mark pada telinga kiri korban..........................................3
Gambar 2. 2 Angulasi relatif pada bitemark yang disebabkan oleh gigi
insisivus sentral dan gigi insisivus lateral...................................................4
Gambar 2. 2 Angulasi relatif pada bitemark yang disebabkan oleh gigi
insisivus sentral dan gigi insisivus lateral...................................................4
Gambar 2. 3 Model Gigi Terduga pelaku......................................................5

Gambar 3. 1 Karakteristik Individual 12

Gambar 3. 2 bekas luka penyiksaan anak..................................................14


Gambar 3. 3 Struktur gigi monyet...............................................................14
Gambar 3. 4 Foto bekas gigitan...................................................................19
Gambar 3. 5 Cetakan gigi tersangka...........................................................21

iv
v
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Odontologi forensik merupakan bidang ilmu yang menggunakan
informasi gigi untuk menyelesaikan kasus peradilan. Umumnya gigi dipakai
dalam penentuan jenis kelamin, penentuan usia, dan penentuan ras dalam
kasus identifikasi individu. Selain itu, bite mark juga dapat dipakai sebagai
alat bukti pada kasus kriminal seperti pelecehan atau pembunuhan. Prisip
dasarnya sama seperti analisis sidik jari, balistik, dimana dilakukan observasi
secara visual pada objek tersebut, kemudian dilakukan analisis yang nantinya
akan dibandingkan dengan suspek individu (Khatri, Daniel and Srinivasan,
2013) . Menurut American Board of Forensic Odontology (ABFO), bite mark
merupakan pola representatif teraan gigi yang terekam dalam suatu media,
dapat disebabkan oleh kontak gigi manusia atau hewan (Vanessa, 2021).
Metode analisis bite mark telah digunakan bertahun-tahun sebagai alat
identifikasi pada kasus baik kasus pidana maupun kasus perdata (American
Board of Forensic Odontology, 2018) . Bite mark sering ditemukan di tempat
kejadian perkara (TKP) pada objek seperti alat musik, dan pada makanan.
Selain pada benda mati, bite mark juga dapat ditemukan pada tubuh/kulit
seseorang (Vanessa, 2021).
Analisis bekas gigitan ialah bagian dari proses autopsi medikolegal
dan merupakan proses dokumentasi objektif serta interpretasi bukti seputar
bekas gigitan berpola yang mungkin bekas gigitan atau bukan bekas gigitan
(Kristanto, 2020). Luka bekas gigitan adalah salah satu trauma yang paling
sering terjadi pada manusia. Bekas gigitan dapat disebabkan oleh manusia
atau hewan. Bekas gigitan biasanya terlihat dalam kasus-kasus yang
melibatkan kekerasan seksual, pembunuhan, pelecehan anak dan dapat
menjadi faktor utama yang dapat mengarah pada hukum. Gigitan sering
terletak di payudara, paha bagian dalam, lengan, pantat dan alat kelamin.
Gigitan di punggung adalah temuan umum pada korban pria dan wanita.

1
Banyak serangan kekerasan terdiri lebih dari satu gigitan, membuat beberapa
gigitan sulit untuk diidentifikasi. Bekas gigitan umumnya berbentuk dengan
pola melingkar atau oval yang terdiri dari dua lengkung simetris yang
berlawanan, berbentuk “U” yang dipisahkan oleh ruang terbuka. Namun
banyak variasi lainnya seperti gigitan parsial dimana hanya terdapat satu
lengkungan (disebabkan oleh gigitan melalui pakaian) dan avulsi dimana
bagian dari jaringan telah robek. Cedera yang diamati pada bekas gigitan
diantaranya lecet, laserasi, memar, petechiae, eritema dan tusukan (Tatsis,
2011). Pola bekas gigitan pada kulit terutama dipengaruhi oleh tekanan dan
lamanya waktu gigitan. Selain itu, faktor lain seperti faktor mekanis dan
fisiologis berperan dalam munculnya bekas gigitan. Bekas gigitan pada
manusia yang paling sering terdiri atas abrasi dangkal dengan atau tanpa
perdarahan. Kehadiran bukti fisik seperti Bekas gigitan dalam kasus
pemerkosaan, pembunuhan dan kekerasan dianggap berharga karena
berperan dalam menentukan jenis kekerasan fisik dan usia pelaku kriminal
(Prasad et al., 2013).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa cabang
kedokteran gigi forensik berperan dalam pembuktian tindak kejahatan. Maka
rumusan masalahnya adalah bagimana peran bite mark dalam
mengidentifikasi pelaku kejahatan.
1.3 Tujuan
Mengetahui peran analisis bite mark dalam mengidentifikasi pelaku
kejahatan.
1.4 Manfaat
Mahasiswa dapat melakukan pembelajaran tentang Bite mark dalam
mengidentifikasi pelaku kejahatan.

2
BAB II
CONTOH KASUS

Seorang korban wanita berusia 55 tahun yang mengalami kejahatan


seksual, dibawa bersama dengan seorang pria berusia 22 tahun (tersangka)
oleh polisi ke departemen patologi dan mikrobiologi oral, Government Dental
College, Thiruvananthapuram pada tanggal 13 Agustus 2012. Korban tidak
dapat mengingat kembali rincian mengenai tersangka dan tidak ada saksi
mata atas kejadian tersebut. Penyidik menemukan satu bukti penting yaitu
bite mark di tubuh korban. Pada pemeriksaan korban, pola memar setengah
lingkaran yang diduga sebagai bite mark terdapat pada pipi kiri dan telinga
kiri. Bite mark difoto menggunakan Canon Powershot SX 120 dan cetakan
dibuat menggunakan addition silicon light body impression material dengan
bantuan plaster of paris untuk mendapatkan cetakan yang sesuai. Cetakan
kemudian dicuci, dikeringkan dan dicor menggunakan dental stone untuk
mendapatkan model kerja. Model kerja kemudian dibandingkan dengan gigi
tersangka menggunakan program software Adobe Photoshop 7.0.1 oleh
odontologi forensik.

Gambar 2. 1 Bite mark pada telinga kiri korban

Gambar 2. 2 Bite mark pada telinga kiri korban

Pembahasan Kasus

3
Bite mark pada foto menunjukan pola yang sesuai dengan pola gigitan
gigi anterior rahang atas. Identifikasi bite mark ditentukan berdasarkan
ukuran relatif gigi, terutama gigi insisivus sentral yang memiliki permukaan
lebar dan gigi insisivus lateral dengan permukaannya yang lebih sempit.
Warna bite mark biasanya berwarna merah tua atau coklat tua, sedangkan
pada beberapa hasil fotonya, warna bite mark lebih terang seperti coklat dan
abu kecoklatan yang mungkin disebabkan oleh penyembuhan luka. Bite mark
pada kasus berukuran 3 x 1 cm. Berdasarkan hasil analisis bite mark
menunjukan bahwa permukaan insisal gigi insisivus sentral kanan atas
berada pada sudut yang mengarah ke gigi insisivus lateral kanan atas dan
kondisi ini berbeda dengan kondisi normal (Gambar 11 A dan B). Bite mark

Gambar 2. 3 Angulasi relatif pada bitemark yang disebabkan


oleh gigi insisivus sentral dan gigi insisivus lateral

Gambar 2. 4 Angulasi relatif pada bitemark yang disebabkan


oleh gigi insisivus sentral dan gigi insisivus lateral
pada gigi insisivus lateral kanan atas juga menunjukan bentuk rhomboidal
atau diamond. Hal ini mengindikasikan bahwa gigi yang membentuk bite
mark memiliki karakterisitik tertentu dan dapat dibandingkan satu sama lain.

Foto dari model gigi terduga pelaku menunjukan lengkung gigi


berbentuk U-shaped (Gambar 2.3). Semua gigi telah erupsi, kecuali gigi
molar tiga atas kiri. Gigi mengalami atrisi secara general dengan gigi
premolar dan molar yang mengalami derajat atrisi lebih besar. Angulasi
permukaan insisal gigi insisivus sentral atas kanan hingga gigi insisivus

4
lateral juga terlihat. Hasil foto menunjukan terdapat atrisi, stains, tanda –
tanda inflamasi gingiva dan resesi gingiva. Foto juga menunjukan terdapat
fraktur pada permukaan insisal gigi insisivus sentral baik rahang atas maupun
rahang bawah. Gigi insisivus sentral rahang atas memiliki fraktur pada bagian
distoinsisal (Gambar 2.3). Gigi insisivus lateral juga memiliki permukaan
insisal yang berbentuk triangular.

Gambar 2. 5 Model Gigi Terduga pelaku

5
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Karakteristik Gigi
Gigi adalah bagian terkeras dari tubuh manusia yang komposisi bahan
organik dan airnya sedikit sekali, sebagian besar terdiri dari bahan anorganik
sehingga tidak mudah rusak, terletak dalam rongga mulut yang terlindungi
dan basah oleh air liur. Struktur gigi terdiri dari (Wangidjaja, 2002):
A. Email
Merupakan lapisan gigi terluar dan terkeras, berasal dari
jaringan ectoderm. Terdiri atas 92% mineral dan 8% bahan organik
dan air jika diukur dari volumenya. Email merupakan jaringan yang
paling keras pada tubuh manusia, oleh karena itu email merupakan
pelindung gigi yang paling kuat terhadap rangsangan-rangsangan
pada waktu pengunyahan (Wangidjaja, 2002).
B. Dentin
Merupakan tulang dari gigi, berasal dari jaringan mesoderm.
Terdiri atas 65% bahan anorganik dan 30% sisanya adalah bahan
organik dan air. Dentin ini terutama dari kristal hidroksiapatit mirip
dengan yang terdapat pada tulang, tetapi lebih padat. Kristal ini
tertanam dalam anyaman serat kolagen yang kuat. Secara
histologis, di dalam dentin terdapat pembuluh-pembuluh yang
sangat halus, yang berjalan mulai dari batas rongga pulpa sampai
ke batas email dan sementum disebut tubulus dentinalis
(Wangidjaja, 2002).
C. Sementum
Merupakan jaringan yang menyelimuti akar gigi, berasal dari
jaringan mesoderm sama seperti dentin. Sementum merupakan
bagian dari jaringan gigi dan termasuk juga bagian dari jaringan
periodonsium karena menghubungkan gigi dengan tulang alveolar
melalui ligamentum periodontal (Wangidjaja, 2002).

6
D. Pulpa
Merupakan rongga di dalam gigi yang berisi pembuluh darah,
syaraf dan pembuluh limfe. Merupakan struktur yang untuk di
antara organ-organ dan jaringan-jaringan tubuh lain. Pulpa
berukuran sangat kecil tapi mampu memenuhi fungsi sensoris dan
nutrisi gigi (Wangidjaja, 2002).
Menurut susunan gigi geligi, gigi terbagi atas (Wangidjaja, 2002):
A. Homodontal ialah gigi geligi yang mempunyai bentuk yang sama.
Misalnya pada ikan (Wangidjaja, 2002).
B. Heterodontal ialah gigi geligi yang mempunyai bermacam-macam
bentuk dan fungsi, misalnya pada anjing, kucing, kera serta
manusia. Karena manusia termasuk golongan heterodontal maka
gigi geligi dibagi dalam beberapa golongan yaitu:
1. Golongan insisivus: gigi seri, yang gunanya untuk
mengiris/memotong makanan.
2. Golongan kaninus: gigi taring yang gunannya untuk mengiris
dan menyobek makanan.
3. Gigi premolar: gigi geraham kecil, yang gunanya untuk
menyobek makanan dan membantu menggiling makanan.
4. Golongan molar: gigi geraham besar, yang gunanya untuk
mengunyah, menumbuk dan menggiling makanan karena
mempunyai permukaan yang lebar dengan banyak tonjolan-
tonjolan dan lekukan (Wangidjaja, 2002).
Bagian gigi dilihat secara makroskopis (menurut letak enamel dan
sementum), bagian gigi dibagi menjadi (Wangidjaja, 2002):
A. Mahkota: merupakan bagian gigi yang dilapisi jaringan email dan
terletak diluar jaringan gigival (Wangidjaja, 2002).
B. Akar (radix): bagian gigi yang dilapisi jaringan sementum dan
tertanam didalam tulang alveolar dari maksila dan mandibula
(Wangidjaja, 2002).

7
C. Garis servikal: batas antara jaringan sementum dan email, yang
merupakan pertemuan antara mahkota dengan akar gigi
(Wangidjaja, 2002).
D. Ujung akar/apeks: ialah titik yang terujung dan berbentuk kerucut
dari akar gigi (Wangidjaja, 2002).
E. Tepi insisal: suatu tonjolan kecil dan panjang pada bagian mahkota
dari gigi insisivus (Wangidjaja, 2002).
F. Tonjolan/cusp: tonjolan pada bagian mahkota gigi kaninus dan gigi
posterior (Wangidjaja, 2002).

3.2 Definisi Bite Mark


Menurut jurnal Vanessa, bite mark merupakan teraan yang terbentuk
dari pola gigi pada suatu objek. Bite mark harus dapat memenuhi
karakteristik kelas dan karakterikstik individual sehingga dapat dipakai
sebagai barang bukti di pengadilan. Karakteristik kelas dipakai untuk
menentukan tipe pelaku pengigit, apakah bersumber dari manusia, hewan,
atau bukan merupakan suatu pola gigitan (Vanessa, 2021).
Menurut jurnal Kaur Krishan, bite mark atau bekas gigitan didefinisikan
sebagai tanda yang terjadi sebagai akibat dari perubahan fisik pada media
yang disebabkan oleh kontak gigi atau pola representatif yang tertinggal pada
suatu objek atau jaringan oleh struktur gigi hewan atau manusia (Kaur et al.,
2013).
Menurut jurnal Erwin Kristanto, bite mark atau bekas gigitan
merupakan suatu bentuk jejas berpola yang diakibatkan oleh gigi dengan
konfigurasi gigi pelaku, atau dapat terjadi pola kombinasi antara pola gigi
dengan benda lain pada gigi atau rongga mulut. Jejas gigitan dapat
ditemukan pada seseorang yang masih hidup atau yang telah meninggal,
dimana orang tersebut mungkin merupakan korban kejahatan atau pelaku
kejahatan. Selain itu, jejas gigitan juga dapat ditemukan pada makanan atau
benda lain di tempat kejadian perkara. Jejas gigitan dapat terbentuk saat

8
terjadinya penyerangan pada seseorang, atau tindakan yang berhubungan
dengan kekerasan seksual (Kristanto, 2020).
Menurut American Board of Forensic Odontology, tanda gigitan kulit
manusia didefinisikan sebagai berikut: Cedera pada kulit yang disebabkan
oleh kontak gigi (dengan atau tanpa bibir atau lidah) yang menunjukkan pola
representasi dari struktur mulut (Tatsis, 2011).
Keiser Neilson pada tahun 1970 menyebutkan bite marks atau bekas
gigitan dapat ditemukan pada makanan atau tubuh manusia atau benda mati
seperti tutup botol, puntung rokok, cerutu dan lain sebagainya. Umumnya
bekas gigitan ditemukan pada kejahatan yang berkaitan dengan kekerasan
seksual atau fisik atau dalam kasus yang berkaitan dengan perkelahian
(Sharma and Vaishnav, 2020).

3.3 Klasifikasi Bite Mark


Bekas gigitan dapat secara luas diklasifikasikan sebagai bekas gigitan
non-manusia (tanda gigitan hewan) dan yang ditimbulkan oleh manusia.
Berdasarkan penyebabnya, bekas gigitan dapat bersifat non-kriminal (love
bites) maupun kriminal yang selanjutnya diklasifikasikan menjadi bekas
gigitan ofensif (atas korban oleh penyerang) dan bekas gigitan defensif (atas
penyerang oleh korban) (Kaur et al., 2013).
Ada tujuh jenis bekas gigitan ‘Haemorrhage’ (bintik kecil berdarah),
‘abrasi’, ‘kontusio’ (pembuluh darah pecah, memar), ‘laserasi’ (dekat tusukan
kulit), ‘avulsi’ (pengangkatan kulit), insisi dan ‘artefak’ (bagian tubuh yang
tergigit) (Kaur et al., 2013).
Bekas gigitan terbagi atas beberapa kelas (Kaur et al., 2013):
A. Kelas I: Bekas gigitan menyebar dan tidak memiliki karakteristik
individu. Seperti memar, bekas gigitan menyebar dan gigitan
samar.
B. Kelas II: Lengkung rahang atas (maksila) dan rahang bawah
(mandibula) dapat diidentifikasi. Gigi yang spesifik dapat

9
memungkinkan untuk diidentifikasi. Gigitan kelas II dapat
digunakan digunakan untuk eksklusi daripada inklusi pada
tersangka..
C. Kelas III: Gigitan pada kelas ini memiliki nilai pembuktian yang
besar dan sebagian besar digunakan untuk tujuan perbandingan.
Jenis gigitan pada kelas ini umum ditemukan pada bagian tubuh
seperti pantat, bahu, lengan atas atau dada. Tekanan dan
penetrasi jaringan yang dalam dilakukan untuk merekam
permukaan lingual gigi anterior.
D. Kelas IV: Avulsi atau laserasi jaringan disebabkan oleh gigitan.
Pada kelas ini, Jenis gigitan biasanya ditemukan avulsi telinga atau
jari.
Mac Donald memberikan klasifikasikan bekas gigitan (Sharma and
Vaishnav, 2020):
A. Tanda tekanan gigi (tooth pressure mark) disebabkan oleh tekanan
yang diakibatkan permukaan gigi oklusal maupun insisal.
B. Tanda tekanan lidah (tongue pressure mark) terlihat sebagai kesan
permukaan palatal maupun lingual.
C. Bekas gigitan gigi (tooth scrape mark) dapat berupa goresan dan
lecet yang menunjukkan ketidakteraturan pada gigi seperti fraktur
insisal, atrisi dan restorasi.
D. Tanda kompleks adalah kombinasi dari semua hal di atas yang
terkadang memperumit oleh banyak gigitan.
Gustafson juga mengklasifikasikan klinis bekas gigitan (Sharma and
Vaishnav, 2020):
A. Gigitan seksual didefinisikan dengan baik karena biasanya
dilakukan secara perlahan.
B. Gigitan agresif disebabkan oleh penekanan di seluruh jaringan dan
dibuat dengan cepat.

10
C. Hasil gigitan paling agresif di jaringan yang digigit biasanya
melibatkan telinga, hidung dan puting susu.
3.4 Karakteristik Bite Mark
A. Karakteristik kelas (Class characteristic)
Berdasarkan Manual of American Board of Forensic
Odontology, karakteristik kelas adalah fitur, ciri atau pola yang
membedakan suatu bekas gigitan dengan cedera berpola lainnya. Hal
ini bertujuan untuk membantu mengidentifikasi dari mana bekas
gigitan (bite mark) berasal. Langkah pertama saat mengevaluasi
bekas gigitan adalah menentukan karakteristik kelas tersebut.
Karakteristik kelas dibagi menjadi dua tipe yaitu, ‘karakteristik kelas
gigi (tooth class characteristic)’ dan ‘karakteristik bekas gigitan (bite
mark characteristic)’. Dalam bekas gigitan, gigi depan atau anterior
yang terdiri dari gigi insisivus sentral, gigi insisivus lateral dan kaninus
merupakan gigi pengigit utama sesuai dengan karakteristik kelas gigi.
Setiap jenis gigi pada gigi geligi manusia memiliki ciri (tooth class
characteristic) yang membedakan satu jenis gigi dengan gigi lainnya.
Dengan demikian, dua gigi insisivus sentralis mandibula dan dua gigi
insisivus lateral mandibula memiliki lebar yang hampir seragam,
sedangkan cuspid mandibula berbentuk kerucut (Kaur et al., 2013).
Karakteristik bekas gigitan (bite mark characteristic) membantu
dalam menentukan apakah bekas tersebut berasal dari gigi rahang
atas atau rahang bawah. Berdasarkan karakteristik bekas gigitan, gigi
insisivus sentral rahang atas dan gigi insisivus lateral membentuk
tanda persegi panjang dengan tanda pada insisivus sentral lebih besar
dibandingkan dengan insisivus lateral, serta gigi kaninus rahang atas
membentuk tanda yang membulat atau oval. Sedangkan pada gigi
insisivus sentralis dan insisivus lateral rahang bawah menghasilkan
tanda persegi panjang yang hampir sama lebarnya dan pada gigi

11
kaninus rahang bawah menghasilkan tanda yang membulat dan oval
(Kaur et al., 2013).
B. Karakteristik individual (Individual characteristics)
Karakteristik individual merupakan deviasi dari karakteristik
kelas (class characteristic) yang merupakan pola spesifik dari pola
yang ditemukan dalam karakteristik kelas. Pola, ciri-ciri atau sifat gigi
yang mungkin ditemukan pada beberapa individu dan tidak terlihat
pada orang lain seperti rotasi, linguoversi dan pergeseran atau
perpindahan gigi ke mesial atau distal serta lain sebagainya. Gigi
individu yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya dalam
hal ukuran, posisi dan bentuknya. Perbedaan ini dapat terbentuk oleh
karena berbagai luka fisik dan kimia seperti atrisi, abrasi, erosi yang
mempengaruhi gigi selama bertahun-tahun, termasuk dapat terjadi
karies karena kebersihan mulut yang buruk dan mungkin
membutuhkan restorasi gigi karies. Gigi juga dapat mengalami
kerusakan oleh berbagai sebab seperti kecelakaan saat berolahraga,
kecelakaan bermotor, kecelakaan kerja, dan kekerasan. Setelah
mengalami kerusakan gigi terkadang membutuhkan restorasi.
Restorasi ini atau kerusakan gigi akibat cedera menghasilkan ciri khas
yang unik untuk setiap individu. Selain kerusakan pada gigi,
karakteristik individu juga dapat dipengaruhi oleh jenis, jumlah, oklusi
dan pergerakan gigi individu dari individu tersebut (Kaur et al., 2013).

12
Gambar 3. 1 Karakteristik Individual
3.5 Jenis Pola Gigitan pada Manusia
Pola gigitan pada jaringan manusia sangatlah berbeda tergantung
organ tubuh mana yang terkena, apabial pola gigitan pelaku seksual
mempunyai lokasi tertentu, pada penyiksaan anak mempunyai pola gigitan
pada bagian tubuh tertentu pula akan tetapi pada gigitan yang dikenal
sebagai child abuse maka pola gigitannya hampir semua bagian tubuh. .
Jenis pola gigitan pada manusia ada 4 macam yaitu (Vanessa, 2021) :

a. Pola gigitan heteroseksual


Pola gigitan pada pelaku-pelaku hubungan intim antar lawan
jenis dengan perkataan lain hubungan seksual antara pria dan wanita
terdapat penyimpangan yang sifatnya sedikit melakukan penyiksaan
yang menyebabkan lawan jenis sedikit kesakitan atau menimbulkan
rasa sakit.
Pola dan lokasi, yang sering didapatkan luka bekas gigitan
adalah pola gigitan dengan aksi lidah dan bibir, pola gigitan pada
sekitar organ genital, pola gigitan pada organ genital, dan pola gigitan
pada mammae(disekitar papilla mammae dan lateral dari mammae),
b. Pola gigitan pada penyiksaan anak (child abuse)

13
Pola gigitan ini dapat terjadi pada seluruh lokasi atau di
sekeliling tubuh anak-anak atau balita yang dilakukan oleh ibunya

Gambar 3. 2 bekas luka penyiksaan anak


sendiri. Lokasi pola gigitan pada bagian tubuh tertentu yaitu daerah
punggung, bahu atas, leher
c. Pola gigitan Hewan
Pola gigitan hewan umumnya terjadi sebagai akibat dari
penyerangan hewan. Macam-macam pola gigitan pada hewan adalah
pola gigitan anjing, pola gigitan hewan pesisir, pola gigitan hewan
peliharaan

Gambar 3. 3 Struktur gigi monyet

14
d. Pola gigitan homoseksual
Pola gigitan ini terjadi sesama jenis pada waktu pelampiasan
birahinya. Biasanya pola gigitan ini di sekitar organ genital yaitu paha,
leher dan lain-lain.
e. Luka pada korban yang menyerupai luka pola gigitan
Luka-luka ini terjadi pada mereka yang menderita depresi berat
sehingga ia secara nekat melakukan bunuh diri. Yang sebelumnya ia
mengkonsumsi alkhol dengan jumlah over dosis

3.6 Bite Mark Dalam Forensik


Menggunakan kelas dan karakteristik individu akan memungkinkan
dalam mengidentifikasi jenis gigi tertentu. Karakteristik kelas seperti tanda
persegi panjang yang dihasilkan oleh gigi insisivus, gigi kaninus, jumlah atrisi,
gigi premolar dan molar berbentuk bulat atau titik sedangkan karakteristik
individu seperti fraktur, restorasi dan gigi palsu (Sharma and Vaishnav,
2020).

3.7 Mekanisme Bite Mark


Terdapat tiga mekanisme utama yang terkait dengan terbentuknya
bekas gigitan, yaitu; tekanan gigi, tekanan lidah dan gesekan gigi. Tanda
tekanan gigi disebabkan oleh adanya tekanan langsung dari tepi insisal gigi
anterior atau tepi oklusal gigi posterior. Tingkat keparahan bekas gigitan
tergantung pada durasi dan tingkat kekuatan yang digunakan serta tingkat
pergerakan antara gigi dan jaringan. Presentasi klinis dari tekanan gigi
menunjukkan area pucat yang menunjukkan margin insisal. Tekanan lidah
disebabkan ketika bahan yang ke dalam mulut ditekan oleh lidah ke gigi/ruga
palatal dan terdapat tanda-tanda yang khas karena penghisapan atau
penusukan lidah. Kerokan gigi (tooth scrape) disebabkan oleh gesekan gigi

15
dengan permukaan gigi yang umumnya melibatkan gigi anterior. Presentasi
klinis dapat berupa goresan dan lecet. Goresan dan lecet yang menunjukkan
ketidakteraturan dan kekhasan tepi insisal berguna dalam identifikasi. Tanda
gigitan manusia adalah luka berbentuk epils atau melingkar dengan
karakteristik khusus pada gigi (Kaur et al., 2013).

3.8 Faktor Yang Memengaruhi dan Tampilan Pada Bite Mark


Tanda bekas gigitan (Bite mark) manusia umumnya berbentuk seperti
donat, lingkaran hingga oval yang terdiri dari dua lengkung berbentuk ‘U’
yang mewakili rahang atas dan rahang bawah yang terpisah satu sama lain.
Hal ini berbeda jika dibandingkan dengan bekas gigitan hewan yang hanya
satu tanda berbentuk ‘C’. Diameter luka gigitan bervariasi namun umumnya
berdiameter antara 25-40 mm. Akibat tekanan yang ditimbulkan oleh gigi
yang mengigit dan tekanan negatif yang ditimbulkan oleh lidah serta efek
hisapan, terjadi pendarahan ekstra vaskular yang menyebabkan memar di
bagian tengah luka bekas gigitan. Memar ini menunjukkan perubahan warna
selama periode waktu saat luka mengalami proses penyembuhan di kulit
individu yang hidup (Kaur et al., 2013).
Faktor-faktor seperti kekuatan dan gaya (force) gigitan, pakaian yang
mengahalangi dan gerakan relatif atau perjuangan yang ditimbulkan oleh
korban memiliki pengaruh pada kedalaman penetrasi dan dapat mengubah
bekas gigitan (Kaur et al., 2013).
Sifat kulit, lokasi anatomi gigitan, usia korban dan berat badan akan
mempengaruhi distorsi yang dihasilkan oleh bekas gigitan. Bagian kulit yang
kendur akan mudah untuk memar dan terluka karena kelebihan lemak
subkutan, jaringan fibrosa yang lebih sedikit dan tonus otot. Pada anak-anak,
wanita dan orang tua juga akan lebih mudah untuk memar dan terluka. Hal
tersebut dikaitkan karena kulit mereka (anak-anak) lebih halus dan melekat
longgar. Sedangkan pada orang tua, disebabkan elastisitas dan lemak

16
subkutan lebih rendah. Dan pada wanita disebabkan oleh kulit yang lebih
halus (Kaur et al., 2013).
3.9 Identifikasi Bite Mark
Pada korban, identifikasi bekas gigitan merupakan langkah penting
dalam analisis bekas gigitan. Sering kali bekas gigitan tidak diperhatikan oleh
tenaga medis ataupun layanan kesehatan lainnya serta penyelidik kriminal
selama pemeriksaan klinis atau otopsi. Informasi demografis seperti nama,
usia, jenis kelamin dan ras dapat diperoleh dalam kasus korban hidup dan
yang sudah meninggal. Mengajukan pertanyaan kepada korban tentang
perilaku pelaku dapat membuat korban stres, mengingat bahwa tidak hanya
luka fisik tetapi juga pelecehan dan intimidasi mental yang dialami korban
sehingga harus dilakukan dengan hati-hati. Begitu pula ketika meminta izin
untuk memotret luka bekas gigitan (Chintala et al., 2018).
Baik korban maupun tersangka diperiksa dan barang bukti dari
masing-masing dikumpulkan untuk studi banding dan evaluasi (Chintala et
al., 2018).
A. Pemeriksaan bekas gigitan: bekas gigitan diperiksa secara visual
daan didokumentasikan menurut American Board of Forensic
Odontology (Chintala et al., 2018):
- Lokasi anatomis dari bekas gigitan atau objek dan karakteristik
jaringan.
- Jenis cedera (abrasi, laserasi dan perdarahan petekie).
- Penampilan fisik (warna dan ukuran).
- Kontur permukaan yang digigit (misalnya datar, melengkung
atau tidak beraturan) dan elastisitas tempat gigitan.
- Perbedaan antara lengkung rahang atas dan bawah serta
antara gigi individu.
- Identifikasi dalam bekas gigitan seperti rotasi, translasi atau
anomali gigi lainnya.

17
B. Fotografi bekas gigitan: Bekas gigitan yang ada pada korban
didokumentasikan dengan petunjuk berikut (Chintala et al., 2018):
- Skala berorientasi pada bidang yang sama dengan bekas
gigitan atau sampel bukti.
- Orientasi menggunakan kamera belakang (bidang film)
terhadap skala sejajar.
C. Pengumpulan bukti dari tersangka: setelah pemeriksaan klinis,
bukti-bukti berikut dikumpulkan dari tersangka (Chintala et al.,
2018):
- Foto gigi tersangka.
- Cetakan maksila dan mandibula dibuat dengan bahan cetak
alginat diikuti dengan pengecoran dengan dental stone.
4.1 Metode Analisa dan Pemeriksaan Bite Mark
Analisis komparatif bite mark melibatkan pemeriksaan bekas gigitan
dan kemudian dibandingkan dengan bukti tersangka untuk menentukan hasil
identifikasi. Pertama dan yang paling penting adalah tahap menentukan
apakah pola luka tersebut merupakan gigitan manusia, gigitan hewan atau
luka yang mirip dengan gigitan manusia atau bukan. Bekas gigitan manusia
sangat bermacam-macam tergantung dari peristiwa (David et al., 2005).
Terdapat beberapa metode perbandingan yang digunakan oleh dokter gigi
forensik untuk analisis bukti bekas gigitan, yaitu perbandingan visual, life size
overlays, test bites, digital bite mark overlays, scanning electron microscopy
dan analisis metrik. Analisis yang sering digunakan yaitu teknik overlay dan
analisis metrik. Berdasarkan panduan dari American Board of Forensic
Odontosmatology (ABFO), menjelaskan standar untuk analisis bekas gigitan,
yaitu:
A. Dental History
Dental history terdiri dari perawatan gigi yang pernah dilakukan
oleh terduga tersangka sebelum bukti bekas gigitan didapatkan.

18
Data dental history dicatat pada formulir ante mortem (Raymond J
et al., 2013).
B. Foto
Foto ekstraoral terdiri dari foto seluruh muka dan profil wajah.
Foto intraoral terdiri dari foto frontal, dua foto lateral dan foto
oklusal pada setiap rahang. Foto dilakukan dengan menggunakan
film hitam, putih dan warna. Hasil foto berwarna memberikan hasil
yang lebih realistis tetapi tidak diakui sebagai bukti di pengadilan
karena terdapat inflamasi, sedangkan hitam dan putih membuat
bekas gigitan terlihat lebih jelas dan umumnya diakui sebagai bukti
di pengadilan. Luka bekas gigitan dapat berubah seiring
berjalannya waktu, oleh karena itu penting untuk dilakukan foto
pada bekas gigitan setiap 24 jam pada beberapa hari. Foto harus
dibuat menggunakan lensa plane yang paralel dengan plane pada
bekas gigitanuntuk mengurangi terjadinya distorsi. Hal ini menjadi
suatu tantangan karena hampir seluruh permukaan badan manusia
berbentung lengkung. Oleh karena harus digunakan skala untuk
estimasi jumlah distorsi foto. Skala yang digunakan yaitu 1:1
(Raymond J et al., 2013).

Gambar 3. 4 Foto bekas gigitan


C. Pemeriksaan ekstra oral

19
Pemeriksaan yang dilakukan yaitu observasi jaringan keras dan
jaringan lunak yang dipengaruhi oleh akibat dinamis gigitan.
Pembukaan maksimal dari mulut juga harus dicatat, begitu juga
beberapa deviasi pada saat membuka atau menutup mulut secara
oklusi (Raymond J et al., 2013).
D. Pemeriksaan intra oral
Pada pemeriksaan intra oral dilakukan swab saliva, ukuran dan
fungsi lidah, keadaan periodontal pada mobilitas gigi. Swab pada
bekas gigitan dilakukan hampir 85% populasi manusia dapat di
identifikasi golongan darahnya melalui saliva. Sebagai
pemeriksaan tambahan bukti DNA juga didapatkan dengan swab
saliva pada bekas gigitan. Bukti dikumpulkan dengan
menggunakan teknik double-swab, yaitu dengan melembabkan
luka gigitan dengan kapas steril dan air suling steril kemudian
daerah bekas gigitan di keringkan dengan kapas kering (Raymond
J et al., 2013).
E. Pencetakan
Setelah dilakukan foto dan swabbing, dilakukan pencetakan
permukaan bekas gigitan pencetakan rahang tersangka. Pada
pencetakan permukaan bekas gigitan, seluruh rambut di lokasi
bekas gigitan harusu dihilangkan kemudian daerah tersebut dicuci
dan dikeringkang. Bahan cetak dengan viskositas rendah
diletakkan pada area tersebut sampai kering. Bahan cetak tersebut
harus diperkuat dengan bahan pendukung yang bersifat rigid untuk
menghasilkan kontur anatomi yang akurat. Bahan pendukung yang
dapat digunakan yaitu dental stone, resin akrilik, thermoplastic dan
orthopedic mesh. Setelah bahan pendukung dipasangkan, hasil
cetakan dicetak kembali menggunakan dental stone tipe IV.
Pencetakan juga dilakukan pada rahang terduga tersangka. Hasil

20
cetakan tersebut digunakan untuk demonstrasi pengadilan dan
untuk evaluasi serta analisis (Raymond J et al., 2013).

Gambar 3. 5 Cetakan gigi tersangka


F. Gigitan sampel
Sampel gigitan dari terduga pelaku dapat dilakukan untuk
menentukan tipe gigitan saat dilakukan analisis (Raymond J et al.,
2013).
G. Analisis dental cast
Analisis dapat dilakukan dengan teknik bite mark overlays, yaitu
cetakan rahang gigi tersangka diduplikat, kemudian pada cetakan
duplikat bagian insisal edge dan ujung cusp ditandai dengan tinta
dan difoto. Hasil serupa juga dilakukan diatas kertas asetat dengan
hasil foto. Kemudian kertas asetat yang telah ditandai dengan tinta
dicocokkan dengan pola bekas gigitan pada korban dan akan
ditemukan apakah ditemukan superimposisi yang tepat atau tidak
(Raymond J et al., 2013).
H. Hasil analisis

21
Setelah dilakukan analisis bekas gigitan, dokter gigi forensik
dapat mencatat pada lampiran post mortem untuk mendapatkan
kesimpulan dari analisis yang dilakukan (Raymond J et al., 2013).

22
KESIMPULAN

Bidang kedokteran gigi forensik merupakan cabang dari ilmu


kedokteran gigi yang dapat membantu penegakan hukum serta keadilan. Bite
mark atau bekas gigitan yang terdapat pada korban merupakan suatu tanda
yang terjadi sebagai akibat dari perubahan yang disebabkan oleh kontak gigi
atau pola representatif yang tertinggal pada jaringan kulit maupun jaringan
ikat dibawah kulit oleh struktur gigi hewan atau manusia. Bekas gigitan
memiliki bentuk jejas berpola yang diakibatkan oleh gigi dengan konfigurasi
gigi pelaku, atau dapat terjadi pola kombinasi antara pola gigi dengan benda
lain pada gigi atau rongga mulut. Jejas gigitan dapat ditemukan pada
seseorang yang masih hidup atau yang telah meninggal, dimana orang
tersebut mungkin merupakan korban kejahatan atau pelaku kejahatan. Selain
itu, jejas gigitan juga dapat ditemukan pada makanan atau benda lain di
tempat kejadian perkara. Karena bekas gigitan dapat disebabkan oleh
manusia dan hewan, maka seorang dokter harus dapat membedakan bekas
gigitan melalui karakteristik bekas gigitan.
Pemeriksaan dapat mengikuti panduan dari American Board of
Forensic Odontology (ABFO). Pemeriksaan korban meliputi anamnesis
terkait kronologi kejadian, pemeriksaan bekas gigitan termasuk fotografi
bekas gigitan. Sedangkan pada tersangka meliputi riwayat perawatan gigi,
foto ekstraoral dan intraoral, pengambilan sampel air liur dan pencetakan,
gigitan sampel serta analisis dental cast. Setelah semua prosedur dilakukan,
dilakukan analisis terhadap barang bukti yang sudah terkumpul untuk
mengidentifikasi tersangka atau pelaku.

23
DAFTAR PUSTAKA

American Board of Forensic Odontology (2018) ‘Standards and Guidelines for


Evaluating Bitemarks’, American Board of Forensic Odontology.
Chintala, L. et al. (2018) ‘Human bite marks - A computer-based analysis
using adobe photoshop’, Journal of Indian Academy of Oral Medicine and
Radiology, 30(1), pp. 58–63. doi: 10.4103/jiaomr.jiaomr-87-17.
David, D., Evan, M. and Emma, O. L. (2005) Forensic Pathology: Principles
and Practice.
Kaur, S. et al. (2013) ‘Analysis and identification of bite marks in forensic
casework.’, Oral health and dental management, 12(3), pp. 127–31. doi:
10.4172/2247-2452.1000500.
Khatri, M., Daniel, M. and Srinivasan, S. (2013) ‘A comparative study of
overlay generation methods in bite mark analysis’, Journal of Forensic Dental
Sciences, 5(1). doi: 10.4103/0975-1475.114550.
Kristanto, E. (2020) ‘Analisis Jejas Gigitan pada Kasus Forensik Klinik’, e-
GiGi, 8(1), pp. 1–7. doi: 10.35790/eg.8.1.2020.27094.
Prasad, Y. S. et al. (2013) ‘Perimortem human teeth bite mark: A
resuscitative artefact’, Journal of Indian Academy of Forensic Medicine.
Raymond J, F. et al. (2013) Oral and Maxillofacial Trauma.
Sharma, N. and Vaishnav, L. (2020) ‘Bite Marks : A Forensic Odontological
Evidence’, Academic Journal of Anthropological Studies, 3(2), pp. 12–18.
ST, C. et al. (2016) ‘Identification of Suspect by Bite Mark Analysis in a Dead
Woman: A Case Report’.
Sunil, M. K. et al. (2019) ‘Bite marks: An indispensible tool for forensic
odontological evidence’, Medico-Legal Update, 19(1), pp. 43–45. doi:
10.5958/0974-1283.2019.00009.4.
Tatsis, D. (2011) ‘A Case Report of Facial Bite Marks ; Reference of Methods
of Analysis’.

24
Vanessa, V. (2021) ‘Kegagalan Analisis Bite mark dalam Identifikasi
Forensik’, Jurnal Kedokteran Gigi Terpadu, 3(2). doi:
10.25105/jkgt.v3i2.12616.
Wangidjaja, I. (2002) Anatomi Gigi.

25

Anda mungkin juga menyukai