Anda di halaman 1dari 18

Kehilangan Gigi Terkait Penyakit Sistemik

(Tooth Loss Related to Systemic Diseases)

Reza Yarmohammadi, Hamed Mortazavi, Ali Rahmani, Somayeh Rahmani

ABSTRAK
Pendahuluan: Berbagai faktor lokal dan sistemik dapat menyebabkan kehilangan
gigi. Tujuan dari tinjauan ini adalah untuk menentukan penyakit sistemik yang
umum yang dapat menyebabkan mobilitas gigi atau kehilangan gigi dini.
Metode: Penelitian ini adalah tinjauan naratif yang mengkaji penelitian lain yang
diterbitkan antara tahun 1978 dan 2014 dengan menggunakan sumber daya
elektronik, akademik dan ilmiah. Dengan kata-kata kunci ini: Mobilitas Gigi,
Penyakit Sistematis, dan Kehilangan Gigi. Pada akhirnya, data yang terkumpul
dianalisis secara sederhana.
Hasil: Dalam penelitian ini, 17 penyakit sistemik umum diidentifikasi, sebagai
berikut: 1.Diabetes Mellitus, 2.Kondisi Hormon Seksual Wanita,
3.Hpperituituisme, 4. Hipertiroidisme, 5.Primary, Hyperparathyroidism,
6.Osteoporosis, 7.Hypophosphatasia, 8.Hypophosphatemia, 9.Acatalasia,
10.Erythromelalgia, 11.Gorham's Disease, 12.Sarcoidosis, 13..Wegener's
Granulomatosis, 14.Burkitt, Lymphoma, 15.Non Hodgkin Lymphoma, 16.Multiple
Myeloma, 17.Lainhany Cell Histiocytosis.
Kesimpulan: Dengan adanya penyakit sistemik umum ini dan hubungan kerja
antara dokter dan dokter gigi dapat membatasi atau mengurangi kecepatan dan
perluasan komplikasi mulut dengan langkah-langkah pencegahan kesehatan mulut
yang cepat dan akurat.

PENDAHULUAN

Gigi memegang peran penting dalam rongga mulut. Mereka berkontribusi

dalam proses pengunyahan, berbicara, dan mempertahankan estetika wajah.

Edentulous dapat menyebabkan gangguan dalam aktivitas kehidupan sehari-hari

seperti mengunyah serta menyebabkan masalah emosional. Kehilangan

kepercayaan diri dan kekhawatiran tentang penampilan dan citra diri adalah

dampak emosional dari kehilangan gigi. Kehilangan gigi dini didefinisikan sebagai
kehilangan gigi di rongga mulut sebelum periode waktu yang seharusnya. Karena

tidak ada referensi untuk mengatasi usia alami untuk kehilangan gigi permanen,

kehilangan gigi dini merupakan istilah yang relatif. Ada faktor lokal dan sistemik

yang dapat menyebabkan fenomena tersebut. Kebersihan mulut yang buruk dapat

menyebabkan karies dan penyakit periodontal sehingga menyebabkan hilangnya

gigi. Selain itu, ada sejumlah penyakit sistemik seperti diabetes, hipofosfatia,

leukemia, hipertiroidisme, dll yang efeknya pada rongga mulut dapat membuat gigi

rentan terhadap eksfoliasi. Mereka dapat meningkatkan risiko karies dengan

mengganggu fungsi normal kelenjar ludah, atau memengaruhi jaringan periodontal,

yang menopang gigi. Dalam tinjauan ini, peneliti bertujuan untuk fokus pada

penyakit sistemik yang dapat menyebabkan mobilitas gigi atau kehilangan gigi dini.

METODE

Desain Penelitian

Desain penelitian ini adalah penelitian deskriptif atau naratif mengenai kehilangan

gigi yang terkait dengan penyakit sistemik.

Strategi Pencarian

Data dikumpulkan dengan mencari sumber daya secara elektronik, akademik,

ilmiah dan dari basis data. Penelitian ini mencari dalam basis data meliputi: Web of

science, Science direct, Ovid, Cochrane, Scopus, Pub med dan Science Information

Database (SID) dengan pencarian kata-kata kunci "Mobilitas Gigi", "Penyakit

Sistematik", "Kehilangan Gigi" dan karya tulis kedokteran gigi yang berkaitan

dengan bidang yang menilai status kesehatan dan penyakit, yang diterbitkan antara

tahun 1978 dan 2014. Setelah itu data yang terkait dengan judul dan tujuan
penelitian, dikumpulkan, diidentifikasi, diklasifikasikan, dan dianalisis lalu

akhirnya dipilih dan disetujui oleh beberapa ahli.

Kriteria Inklusi dan Eksklusi

Peneliti memasukkan semua tinjauan dan studi deskriptif yang dilaporkan tentang

kehilangan gigi dini, mobilitas gigi dan penyakit sistematis, yang diterbitkan dalam

jurnal dan karya tulis kedokteran gigi. Penelitian yang tidak terkait dengan

kehilangan gigi dini, mobilitas gigi dan penyakit sistematis dikeluarkan. Hanya

artikel dan buku diktat dalam bahasa Inggris yang dimasukkan dalam penelitian ini.

Kategorisasi Artikel

Peneliti memilih penyakit sistemik yang umum dan terkait dengan kehilangan gigi

dini dan mobilitas gigi di antara artikel dan karya tulis yang terkait dengan tujuan

penelitian.

HASIL

Penelitian ini memiliki tujuh belas hasil temuan. Dalam penyakit sistemik

umum ini, bukti tentang kehilangan gigi dini dan mobilitas gigi dicatat dalam

literatur.

1. Diabetes mellitus

2. Kondisi hormon pada wanita

3. Hiperpituitarisme

4. Hipertiroidisme

5. Hiperparatiroidisme primer

6. Osteoporosis

7. Hipofosfatia
8. Hipofosfatemia

9. Acatalasia

10. Erythromelalgia

11. Gorham’s Disease

12. Sarcoidosis

13. Wegener’s Granulomatosis

14. Burkitt Lymphoma

15. Non Hodgkin Lymphoma

16. Multiple Myeloma

17. Langerhans Cell Histiocytosis

Setiap hasil di atas akan dijelaskan di bagian pembahasan.

PEMBAHASAN

Dalam hasil penelitian ini, 17 penyakit sistemik umum yang dapat

menyebabkan kehilangan gigi dan mobilitas gigi ditentukan. Penyakit-penyakit ini

dicatat dalam literatur dan telah diterima dan disetujui oleh banyak ahli.

1. Diabetes mellitus

Diabetes Mellitus (DM) adalah kelainan metabolisme yang ditandai dengan

hiperglikemia kronis dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein.

DM tipe 1 merupakan tipe yang paling sering terjadi pada anak-anak dan remaja,

sedangkan DM tipe 2 (T2DM) menyerang orang dewasa. T2DM merupakan sekitar

90-95% dari semua pasien yang menderita penyakit ini. Pasien dengan T2DM

biasanya memiliki resistensi insulin yang mengubah pemanfaatan insulin yang

diproduksi secara endogen. Selama tahap awal penyakit, produksi insulin


meningkat sehingga menyebabkan hyperinsulinemia. Namun, ketika kondisi

berlanjut, produksi insulin menurun yang menyebabkan defisiensi insulin. Baik

DM tipe 1 maupun T2DM keduanya memiliki kecenderungan genetik, etiologi

T2DM juga terkait dengan faktor gaya hidup seperti asupan lemak dan gula yang

tinggi, aktivitas fisik yang kurang dan obesitas. Di seluruh dunia, 346 juta orang

menderita DM dan penyakit ini menduduki peringkat kesembilan sebagai gangguan

paling umum dengan peningkatan 68% dari tahun 1990 hingga 2010. Diperkirakan

antara tahun 2010 dan 2030, jumlah orang dewasa dengan DM di negara-negara

berkembang akan meningkat hingga 70%.

Peran yang dimainkan diabetes dalam menginisiasi dan perkembangan

penyakit periodontal melibatkan banyak faktor. Khususnya, kontrol metabolik yang

buruk serta durasi diabetes yang diperpanjang merupakan faktor risiko periodontitis

ketika iritasi lokal yang luas terjadi pada gigi. Prevalensi penyakit periodontal pada

pasien diabetes telah dilaporkan 86,8% (gingivitis 27,3% dan periodontitis 59,5%).

Terdapat korelasi yang signifikan secara statistik antara status glikemik dan

mobilitas gigi, dan hal ini ditemukan pada 43,7% pasien dengan diabetes mellitus.

Mobilitas gigi dilaporkan lebih umum di antara pasien T2DM dibandingkan dengan

kontrol yang tidak diabetes. Ini mungkin karena semua aspek pertumbuhan tulang

dan mineralisasi berkurang tanpa adanya insulin yaitu hiperglikemia, dan

perubahan vaskular juga meningkat dengan peningkatan kadar glukosa darah.

2. Kondisi hormon pada wanita

Perubahan dalam lingkungan hormon wanita secara mengejutkan memiliki

pengaruh kuat pada rongga mulut dan tercermin dalam jaringan periodontalnya.

Reseptor androgen, estrogen, dan progesteron juga terlokalisasi dalam jaringan


periodontal. Pada wanita, estrogen dan progesteron berkontribusi terhadap

perubahan fisiologis pada fase kehidupan tertentu. Misalnya, estrogen dapat

memengaruhi diferensiasi pada epitel skuamosa bertingkat, serta sintesis dan

pemeliharaan dari kolagen berserat. Progesteron memberikan efek langsung pada

periodonsium dan mungkin juga memainkan peran penting dalam reabsorpsi tulang

dan pembentukan tulang. Secara bersama-sama, hormon mempengaruhi berbagai

jaringan dan dapat memengaruhi kesehatan seseorang. Pubertas, siklus menstruasi,

kehamilan, dan menopause adalah semua fase yang secara khusus memengaruhi

kesehatan mulut dan periodontal pada wanita. Gingivitis kehamilan berkisar dari

eritema asimptomatik hingga kasus berat dengan nyeri dan perdarahan jaringan

gingiva, mempengaruhi 30% -100% wanita hamil di beberapa negara industri.

Mobilitas gigi meningkat pada kehamilan dan kadang-kadang dikaitkan

dengan siklus menstruasi atau penggunaan kontrasepsi hormonal. Sebaliknya, ada

laporan yang tidak menunjukkan perubahan signifikan dalam mobilitas gigi pada

siklus menstruasi.

3. Hiperpituitarisme

Akromegali adalah penyakit kronis akibat hipersekresi hormon

pertumbuhan (Growth Hormon), sebagian besar disebabkan oleh adenoma jinak

kelenjar hipofisis. Adenoma ini biasanya berukuran lebih dari 10 mm. Ini

merupakan kondisi yang langka, dengan insiden tahunan diperkirakan tiga hingga

empat kasus per satu juta. GH hipersekresi meningkatkan faktor pertumbuhan

seperti insulin (IGF-I) yang memengaruhi metabolisme tulang. perubahan

penampilan, ditandai dengan pembesaran kaki, tangan, dan rahang bawah, sangat
luar biasa, tetapi komplikasi kardiovaskular, metabolik, dan pernapasan serta

neoplasias juga ada pada pasien dengan gangguan ini.

Akromegali menunjukkan berbagai karakteristik oral, paling umum

prognathisme, makroglossy, bibir edematous, mobilitas gigi, ruang interdental

(diastema) dan kehilangan gigi dan lebih jarang, pertumbuhan gingiva yang

berlebih.

Mobilitas gigi adalah masalah dental yang umum pada kasus akromegali.

Semua 16 pasien yang dipelajari dalam penelitian Lima dkk menunjukkan mobilitas

kelas-1, ditemukan terutama di daerah gigi insisivus bawah, dan hampir semua

disertai dengan diastema. Macroglosia, yang biasa ditemukan pada pasien

akromegali, juga dapat memicu timbulnya ruang interdental dan mobilitas gigi

melalui tekanan lidah pada gigi.

4. Hipertiroidisme

Peningkatan hormon tiroid menghasilkan peningkatan metabolisme sel

basal. Ini biasanya terjadi pada orang dewasa paruh baya, meskipun sekitar 5% dari

semua pasien lebih muda dari 15 tahun. Pada masa kanak-kanak, gejalanya terjadi

secara bertahap. Gangguan emosi disertai dengan hiperaktif motorik. Gejala

hipertiroidisme yang jelas termasuk intoleransi panas, jantung berdebar,

kecemasan, kelelahan, penurunan berat badan, kelemahan otot, dan pada wanita,

menstruasi tidak teratur. Temuan klinis mungkin termasuk tremor, takikardia,

kelambatan kelopak mata, dan kulit lembab yang hangat. Gejala dan tanda

hipertiroidisme subklinis, jika ada, biasanya samar dan tidak spesifik. Pada kasus

lanjut, terdapat pula atrofi alveolus, kehilangan gigi sulung prematur dan erupsi gigi

permanen yang dipercepat.


5. Hiperparatiroidisme primer

Paratiroid Hormon (PTH) adalah hormon calciotropic utama, dan sekresi

dari kelenjar paratiroid dikontrol ketat oleh konsentrasi dari kalsium terionisasi

ekstraseluler. Sekresi PTH meningkat oleh hipokalsemia, dan menurun oleh

hiperkalsemia, melalui interaksi kalsium terionisasi dengan reseptor penginderaan

kalsium (CaSR) yang terletak pada membran plasma sel paratiroid. Ciri khas

primary hyperparathyroidism (PHPT) adalah hiperkalsemia, yang dihasilkan dari

sekresi PTH yang berlebihan oleh satu atau lebih dari empat kelenjar paratiroid.

PHPT terjadi sebagai akibat dari cacat spesifik pada kelenjar paratiroid. Dengan

demikian, PHPT pada dasarnya berbeda dari hiperparatiroidisme sekunder, di mana

peningkatan sekresi PTH merupakan respons adaptif terhadap kadar serum kalsium

atau vitamin D yang rendah. Meskipun kadar serum kalsium dan PTH keduanya

meningkat pada pasien dengan hiperparatiroidisme tersier, kondisi ini

mencerminkan respons maladaptif terhadap hipokalsemia atau defisiensi vitamin

D. PHPT mempengaruhi 0,3% dari populasi dunia. Mandibula adalah situs yang

paling terpengaruh pada area maksilofasial. Keterlibatan maksila jarang terjadi dan

dapat disebutkan bahwa mobilitas gigi telah diamati pada pasien dengan

hiperparatiroidisme primer.

6. Osteoporosis

Osteoporosis adalah salah satu penyakit kronis yang paling umum dan

merupakan penyakit di mana tulang menjadi keropos dan lebih rentan patah.

Diperkirakan satu dari tiga wanita pascamenopause dan satu dari lima pria di atas

usia 50 tahun terpengaruh.


Osteoporosis adalah penyakit yang telah memicu minat yang besar di antara

dokter gigi dalam konteks kemungkinan dampaknya terhadap penyakit periodontal,

resorpsi ridge alveolar dan tingkat keberhasilan implan. Bukti yang terkumpul

menunjukkan bahwa osteoporosis secara independen mempengaruhi kehilangan

tulang alveolar, yang pada akhirnya dapat menyebabkan kehilangan gigi.

7. Hipofosfatia

Hipofosfatia ditandai dengan mineralisasi tulang dan / atau gigi yang rusak

dengan rendahnya aktivitas serum dan alkali fosfatase tulang. Gambaran klinis

berkisar mulai dari lahir tanpa adanya mineral tulang pada kategori parah hingga

fraktur patologis ekstremitas bawah pada orang dewasa pada kategori ringan.

Setidaknya ada enam tanda klinis berdasarkan usia saat didiagnosis dan

klasifikasinya meliputi: hipofosfatia perinatal (mematikan) ditandai dengan

insufisiensi pernapasan dan hiperkalsemia; hipofosfatia perinatal (jinak) dengan

manifestasi skeletal prenatal yang perlahan-lahan berkembang menjadi tahap anak-

anak atau dewasa yang lebih ringan; hipofosfatia infantil dengan onset antara

kelahiran dan usia enam bulan ditandai dengan rakhitis tanpa peningkatan aktivitas

alkali fosfatase serum; hipofosfatasia anak-anak dengan tanda klinis berupa

kepadatan mineral tulang yang rendah, fraktur tulang, dan rakhitis; hipofosfatia

dewasa ditandai dengan kehilangan gigi dewasa dan patah tulang apabila ada

tekanan dan fraktur semu dari ekstremitas bawah di usia paruh baya.

Odontohypophosphatasia merupakan bagian dari hipofosfatia dan dapat

menyebabkan karies gigi yang parah, mobilitas dan eksfoliasi gigi primer.
8. Hypophosphatemia

Hipofosfatemia (X-linked) adalah kelainan tubular ginjal bawaan yang

paling umum. Tanda klinis perawakan ekstremitas bawah pendek dan melengkung

pada anak laki-laki. Gejala dan tanda muncul biasanya pada umur dua tahun. Tidak

seperti rakhitis kekurangan vitamin D, pada kondisi ini terdapat kekurangan

miotonia, tetani, dan kejang.

Manifestasi gigi dapat menjadi indikasi pertama gangguan ini seperti gigi

goyang dan abses disertai fistula, yang menyebabkan kehilangan gigi dini. Erupsi

gigi yang tertunda dan ruang pulpa yang membesar mungkin juga menjadi tanda-

tanda dari penyakit ini. Rakhitis oleh karena kekurangan vitamin D tidak

menunjukkan kerusakan gigi yang ditemukan pada rakhitis hipofosfatemia.

9. Acatalasia

Acatalasia (acatalasemia), gangguan autosom-resesif yang dihasilkan dari

kurangnya enzim katalase, ditandai oleh gangren oral progresif. Mayoritas individu

yang homozigot dilaporkan berasal dari Jepang, tetapi kasus lain telah dilaporkan

di Swiss, Israel, Peru, dan Austria. Individu homozigot paling parah terkena

menunjukkan hampir tidak ada aktivitas katalase darah. Heterozigot memiliki

aktivitas katalase darah mulai dari normal hingga hampir tidak ada. Dalam bentuk

yang paling parah, proses gangren destruktif ini mengarah pada kegoyangan dan

eksfoliasi gigi, karena dua kasus telah dilaporkan dari Peru dengan tanda nekrosis

gingiva dan disertai dengan kerusakan tulang alveolar yang parah.

10. Erythromelalgia

Erythromelalgia (EM) adalah kelainan langka yang pertama kali

dideskripsikan pada pertengahan 1800-an, ditandai dengan sensai perih yang


intermiten atau terus-menerus, kemerahan, panas, dan sensasi terbakar pada

ekstremitas distal. Sindrom ini jarang terlihat sebagai entitas yang dapat berdiri

sendiri, dan hanya ada satu insiden yang dilaporkan antara 2,5 hingga 3,3 per satu

juta pada populasi Norwegia. Gejalanya seringkali muncul simetris melibatkan

paling sering ekstremitas bawah, meskipun ekstremitas atas dapat terlibat dalam

beberapa kasus. Namun, tanda-tanda ini mungkin tidak selalu ada selama

pemeriksaan fisik, karena pasien mungkin tidak menunjukkan gejala di antara

episode yang menyakitkan. Perlu diperhatikan, suhu kulit yang meningkat, eritema,

dan rasa sakit yang berfluktuasi disertai sensai terbakar semuanya harus terjadi

bersamaan sebagai prasyaratan untuk kondisi penyakit ini. Serangan dapat

berlangsung selama beberapa menit hingga beberapa jam dan dapat meningkat

selama bulan musim panas. Kisaran suhu 32° hingga 36° C telah dideskripsikan

sebagai "zona pemicu" bagi sebagian besar pasien dan dianggap patognomonik

untuk kondisi ini. Gejala dapat dipicu oleh olahraga, mengenakan sepatu dan sarung

tangan, atau bahkan menempatkan ekstremitas dekat dengan peralatan pemanas.

Merendam bagian yang terkena dalam ember air es atau menggunakan handuk

basah dapat membantu menghilangkan sensasi terbakar.

Usia pada presentasi pertama penyakit ini bervariasi dari 2 bulan hingga 6

tahun. Nekrosis alveolar dan kehilangan gigi prematur adalah satu-satunya temuan

gigi yang dilaporkan. Meskipun kondisi ini mungkin mirip dengan acrodynia, tidak

adanya stomatitis pada EM membantu membedakan antara 2 gangguan ini. Selain

itu, EM terjadi paling sering pada maksila, sementara acrodynia memiliki

kecenderungan pada mandibula. Prabhu N dkk telah melaporkan seorang pasien

anak, dengan kehilangan gigi sulung prematur, selama penyelidikan dan prosedur
untuk menentukan diagnosis, banyak gigi sulungnya eksfoliasi secara patologis.

Beberapa alasan untuk perkembangan yang cepat ini bisa jadi adalah fakta bahwa

faktor risiko sistemik yang mendasarinya dapat memengaruhi periodonsium

melalui pengaruhnya terhadap pertahanan kekebalan dan peradangan serta

mempercepat proses eksfoliasi gigi. Selain itu, ligamen periodontal pada anak-anak

jauh lebih vaskular dan kurang berserat daripada gigi orang dewasa, yang mengarah

ke tingkat kerusakan periodontal yang lebih cepat.

11. Gorham’s disease

Gorham’s Disease (GD), atau penyakit hilangnya tulang, adalah kelainan

tulang langka dengan hanya 200 kasus yang dilaporkan. GD ditandai oleh osteolisis

secara masif dan spontan, yang menghasilkan proliferasi pembuluh darah atau

pembuluh limfatik. Sinonim yang sering digunakan untuk GD termasuk "vanishing

bone," "disappearing bone," "phantom bone," dan "massive osteolysis”. Tanda

klinis biasanya terdiri dari nyeri atau fraktur patologis pada usia antara kelahiran

dan usia 75 tahun. Sebuah kejadian puncak pada dekade kedua dan ketiga dicatat,

dan laki-laki lebih sering terkena. Tidak ada kecenderungan ras atau riwayat

keluarga GD pada orang yang terkena.

Penyakit ini dapat mempengaruhi daerah skeletal yang berbeda: panggul

dan bahu, tulang belakang, tulang rusuk, dan kerangka wajah. Lesi rahang paling

sering digambarkan ketika ada keterlibatan di daerah kepala. Jaringan lunak juga

dapat dipengaruhi dan mobilitas gigi telah dilaporkan dalam beberapa kasus.
12. Sarkoidosis

Sarkoidosis adalah penyakit granulomatosa multisistem dengan penyebab

yang tidak diketahui dan dapat memengaruhi sistem organ apa pun. Penyakit ini

paling sering bermanifestasi dengan limfadenopati hilus bilateral, infiltrasi paru,

dan lesi kulit atau mata. Diagnosis ditegakkan ketika temuan klinis-radiografi

didukung oleh bukti histologis dari granuloma sel epiteloid non casease yang

tersebar luas lebih dari satu organ atau tes kulit Kveim-Siltzbach yang positif.

Timbulnya sarkoidosis paling sering terlihat antara 20 dan 40 tahun. Tidak ada

kecenderungan jenis kelamin, meskipun dalam beberapa penelitian melaporkan

adanya kecenderungan pada wanita. Di Amerika Serikat, sebagian besar pasien

berkulit hitam, dengan insiden kulit hitam dibandingkan kulit putih berkisar dari

10-20. Kira-kira 20% hingga 40% pasien bebas gejala dan penyakitnya ditemukan

dengan pemeriksaan radiografi dada rutin. Pada 30% hingga 50% dari sebagian

besar penelitian, terdapat gejala pernapasan seperti batuk, dispnea, nyeri dada, dan

keluhan hidung.

Presentasi sarkoidosis oral, yang tidak berhubungan dengan kelenjar getah

bening atau penyakit kelenjar liur, telah dilaporkan jarang terjadi. Lokasi

keterlibatan oral yang dilaporkan meliputi bibir, lidah, mukosa bukal, gingiva,

palatum keras dan lunak, dan dasar mulut. Lesi oral biasanya dideskripsikan dengan

konsistensi yang tidak lunak, nodul atau papula yang berbatas tegas, kadang-kadang

dengan ulserasi superfisial, yang berwarna merah kecoklatan atau berwarna

keunguan. Kasus yang melibatkan kerangka maksilofasial telah dilaporkan lebih

jarang. Juga, mobilitas gigi telah diamati pada beberapa pasien.


13. Wegener’s granulomatosis

Wegener's Granulomatosis (WG) adalah penyakit multisistem autoimun

dengan etiologi yang tidak diketahui, ditandai dengan necrotizing granulomatous

vasculitis yang memengaruhi saluran pernapasan bagian atas dan bawah dan ginjal,

tetapi dapat juga memengaruhi area tubuh mana pun, termasuk rongga mulut.

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan tanda klinis, adanya c-ANCA dan

biopsi positif. Patologi anatomi ditandai oleh vaskulitis, peradangan granulomatosa

dengan sel raksasa multinuklear, dan nekrosis. Berbagai teori telah diajukan

mengenai etiologi GW, di mana autoimunitas, hipersensitivitas atau infeksi adalah

faktor pemicu penyakit ini. Infeksi bakteri telah dikaitkan dengan terjadinya dan

timbulnya penyakit.

Lesi oral dapat dilihat pada 10 hingga 62 persen pasien dan mungkin

merupakan tanda awal pada 5-6 persen pasien. Lesi oral yang paling umum adalah

gingiva hiperplastik, yang berwarna merah sampai ungu, dengan banyak petekie.

Mobilitas gigi, kehilangan gigi, penyembuhan yang buruk setelah ekstraksi,

perubahan kelenjar parotis, ulkus oral yang tidak biasa dan periodontitis progresif

cepat pada pasien anak adalah manifestasi oral lain dari penyakit ini.

14. Burkitt lymphoma

Burkitt Lymphoma (BL) adalah tumor ganas dengan nodus langka dari

limfosit yang tidak berdiferensiasi (kecil, tidak terpecah) yang terjadi terutama pada

anak-anak. Tumor, yang semula digambarkan oleh Dr. Denis Burkitt pada tahun

1958 sebagai sarkoma rahang, melibatkan anak-anak di daerah endemik Afrika

Timur. BL diklasifikasikan ke dalam bentuk endemik (Afrika) atau non-endemik

(Amerika). BL Amerika non-endemik sering menghadirkan tumor abdominal pada


tahap awal, dan jarang menunjukkan keterlibatan rahang, pembengkakan wajah,

dan tumor rahang atau kepala dan leher. BL terdiri sekitar 20% dari limfoma non-

Hodgkin terkait AIDS. Daerah yang sering terkena penyakit ini termasuk sistem

saraf pusat, sumsum tulang, saluran pencernaan dan jaringan mukokutan.

Osteolisis neoplastik difus di area prosessus alveolar yang disebabkan oleh

massa tumor sel-B mengakibatkan hilangnya tulang kortikal alveolar pendukung

dan tulang bundel yang terkait. Hypereruption gigi posterior terkait dengan sifat

ekspansi dari massa tumor sel-B. Tekanan fisiologis yang sama menyebabkan

ekspansi lateral rahang yang juga dapat menyebabkan gigi mengalami hypererupt.

Fenomena disartikulasi atau "gigi mengambang" ini dapat dijelaskan dengan

adanya penggantian tulang penyokong oleh tumor dengan perlekatan epitel yang

utuh di persimpangan dentogingival. Karena itu, ada banyak pasien yang

menunjukkan mobilitas gigi.

15. Non Hodgkin lymphoma

Limfoma ganas adalah kelompok neoplasma yang memengaruhi sistem

limforetikular. Penyakit Hodgkin adalah suatu kondisi yang secara histologis

ditandai oleh adanya sel Reed-Sternberg multi-nukleasi dengan ukuran yang besar.

Semua neoplasma lain dari sistem limfoid disebut sebagai Non-Hodgkin Limfoma

(NHL), dan sebagian besar berasal dari sel B limfosit. Penyakit Hodgkin dan NHL

umumnya disajikan sebagai pembengkakan kelenjar getah bening dan tidak lunak,

disertai dengan gejala kelelahan dan demam intermiten tingkat rendah. Kelompok

kelenjar getah bening serviks, aksila, dan inguinal biasanya terpengaruh. Berbeda

dengan penyakit Hodgkin, NHL dapat mengembangkan ekstra-nodal di luar sistem

limfoid dan dapat terjadi di perut, kulit, paru-paru, kelenjar ludah dan jarang di
mulut. Lesi oral NHL dapat berkembang di jaringan lunak atau terpusat di dalam

rahang, sering sebagai salah satu dari banyak lesi di seluruh tubuh atau jarang

sebagai entitas utama sebelum menyebar ke kelenjar getah bening regional. Orang

dewasa di atas usia 60 tahun paling sering terkena NHL, meskipun anak-anak

mungkin terpengaruh oleh lesi tingkat menengah dan tinggi yang lebih agresif.

Hampir semua subtipe NHL, termasuk yang memiliki lesi oral, menunjukkan reaksi

sedikit dominan pada laki-laki.

Lesi oral muncul sebagai pembengkakan tidak lunak yang biasanya

mengenai vestibulum, gingiva atau posterior palatum keras dan berkembang secara

perlahan, meniru abses endodontik atau periodontal yang dapat menyebabkan gigi

goyang. Sebaliknya, lesi yang timbul pada tulang dapat muncul dengan rasa sakit

yang tidak jelas yang mungkin keliru untuk sakit gigi.

16. Multiple myeloma

Multiple myeloma adalah salah satu keganasan hematologi yang paling

umum, dengan insidensi tahunan 60-70 kasus per satu juta. Sebagian besar kasus

terjadi antara dekade kelima dan ketujuh kehidupan, tetapi manifestasi penyakit ini

telah dilaporkan dapat terjadi pada usia yang lebih muda pada daerah maksilofasial.

Multiple myeloma biasanya muncul sebagai lesi osteolitik pada rahang. Lebih

jarang, penyakit ini juga dapat bermanifestasi secara oral pada rahang atau sakit

gigi, parestesia, pembengkakan, massa jaringan lunak, mobilitas gigi, migrasi gigi,

pendarahan, dan fraktur patologis akibat kerusakan kortikal tulang. Prevalensi

manifestasi oral sebagai tanda pertama penyakit adalah sekitar 12% hingga 15%

dari pasien.
Multiple myeloma biasanya melibatkan sejumlah tulang pada individu yang

sama. Ini paling sering terjadi sebagai radiolusen kecil, bundar, multipel tetapi

terpisah, terdefinisi dengan baik (tampak berlubang) dalam tampilan radiografi.

Dalam kasus-kasus lanjut, itu mungkin muncul sebagai penghalusan umum dari

kerangka atau sebagai banyak radiolusen dengan batas yang tidak jelas dan berbatu.

17. Langerhans Cell Histiocytosis

Langerhans Cell Histiocytosis (LCH) adalah entitas penyakit kompleks

yang terdiri dari tiga sindrom klinis berbeda yang menunjukkan histologi yang tidak

dapat dibedakan. Sindrom-sindrom ini adalah: granuloma eosinofilik, yang

sebagian besar terkena pada tulang atau sistem pernafasan, dalam tampilan

radiografi lesi radiolusen memiliki batas yang samar dan kasar pada remaja, tetapi

kasus dewasa biasanya menunjukkan radiolusen berbatas tega dengan beberapa

batas sclerosing. Penyakit Hand-Schûller-Christian, yang melibatkan banyak

sistem organ dan, paling khas, dasar tengkorak. Lesi tulang mungkin tampak kasar

dan tidak rata dan cenderung menyatu, memberikan tampilan geografis pada

radiografi tengkorak. Lesi berlubang multipel juga tampak cukup sering pada

radiografi rahang. Penyakit Letterer-Siwe: ketika terdapat lesi tulang yang luas,

pancytopeniab yang parah diproduksi karena massa sel langerhans yang

berkembang biak menggantikan sumsum hematopoitik. Ketika kerangka tengkorak

terlibat, lesi biasanya tampak pada beberapa tulang dan dapat tampak sebagai

beberapa radiolusen bulat kecil dengan batas yang jelas.

Penelitian pada awal 1960-an menunjukkan kemungkinan seorang anak di

bawah usia 3 tahun terserang penyakit Letterer-Siwe sebesar 3,6 per satu juta.
Penelitian dari Danish Health Registry dari tahun 1975 hingga 1989 menunjukkan

prevalensi histiocytosis X sebesar 1 per 50.000.

Lesi jaringan lunak oral tanpa keterlibatan tulang jarang terjadi. Keterlibatan

oral ditandai dengan peningkatan volume gingiva dan pendarahan, poket dalam,

kehilangan tulang alveolar, dan mobilitas gigi, menyerupai periodontitis. Menurut

penelitian S Annibali dkk, 16,7% dari 31 pasien dengan LCH menunjukkan

mobilitas gigi. Dalam penelitian lain, di antara 22 pasien dengan granuloma

eosinofilik, 12 kasus menunjukkan mobilitas gigi. Dalam penyakit Letterer-Siwe

jika gigi ada di wilayah yang terkena, maka gigi tersebut akan cenderung memiliki

derajat mobilitas.

SIMPULAN

Melalui pengenalan penyakit sistemik yang dapat menyebabkan mobilitas

gigi dan kehilangan gigi dini, lebih banyak hubungan dapat dibuat antara bidang

kedokteran dan kedokteran gigi. Bahwa itu akan melakukan langkah-langkah

pencegahan dan kuratif di bidang kesehatan mulut. Tindakan kesehatan mulut yang

cepat dan akurat dapat membatasi atau mengurangi kecepatan dan perluasan

komplikasi mulut.

Karena kehilangan gigi sejak dini menyebabkan komplikasi nutrisi dan efek

psikologis, hal itu dapat memengaruhi kualitas hidup. Jadi, mengidentifikasi

penyakit sistemik yang terkait dengan kondisi ini, mengarah ke tindakan

pencegahan dan perawatan yang efektif untuk menjaga gigi dan menunda

kehilangan gigi.

Anda mungkin juga menyukai