Anda di halaman 1dari 19

1

LAPORAN KASUS

BITE MARK

Oleh:

Lalu Muhammad Kamal Abdurrosid

H1A013034

Pembimbing:

dr. Irawanto Rochadi Bima Sakti, Sp.KF

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA

BAGIAN ILMU FORENSIK

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PROVINSI NTB

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM

2017

2
3
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena hanya dengan rahmat dan

hidayah-Nya, saya dapat menyelesaikan refrat yang berjudul Bite Mark. Laporan ini saya susun

dalam rangka memenuhi tugas dalam proses mengikuti kepaniteraan klinik di bagian SMF

Forensik Rumah Sakit Umum Propinsi Nusa Tenggara Barat, Fakultas Kedokteran Universitas

Mataram. Saya berharap penyusunan laporan ini dapat berguna dalam meningkatkan pemahaman

kita semua mengenai bite mark.

Saya menyadari bahwa laporan ini masih belum sempurna. Oleh karena

itu, saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan

laporan ini. Semoga Allah selalu memberikan petunjuk-Nya kepada kita semua di

dalam melaksanakan tugas dan menerima segala amal ibadah kita.

Mataram, 30 April 2017

Penyusun

4
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL . ...................................................................................... i

KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................... iii

BAB I. PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

BAB II. LAPORAN KASUS 2

2.1 Identitas Korban 2

2.2 Uraian Singkat Kejadian 2

2.3 Dokumentasi 3

2.4 Hasil Pemeriksaan 4

2.5 Tatalaksana 4

BAB III. REFLEKSI KASUS 5

3.1 Definisi 5

3.2 Jenis Bite Mark pada Manusia 5

3.3 Jenis Bite Mark pada Hewan 6

3.4 Klasifikasi Bite Mark 7

3.5 Kualifikasi Luka Berdasarkan KUHP 11

3.6 Pembahasan Kasus 12

BAB IV. KESIMPULAN 13

DAFTAR PUSTAKA 14

5
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kedokteran gigi forensic umumnya membahas masalah mengidentifikasi


individu berdasarkan sifat-sifat gigi atau mengidentifikasi individu berdasarkan
bite mark. Hal ini secara hukum, relevan untuk secara akurat sesuai bite mark
untuk menempatkan penjahat di tempat kejahatan. Klasifikasi bite mark dapat
secara luas diklasifikasikan sebagai non-manusia (bite mark hewan) dan orang-
orang yang ditimbulkan oleh manusia. Berdasarkan cara penyebab, tanda gigitan
dapat menjadi non-kriminal serta pidana yang selanjutnya dapat diklasifikasikan
ke dalam ofensif (pada korban oleh penyerang) dan defensive (setelah
penyerangan pada korban).1
Analisis bite mark sangat penting dalam identifikasi kasus forensik. Bite
mark dapat direkam dalam kejahatan kekerasan seperti kekerasan seksual,
pembunuhan, kasus kekerasan terhadap anak, dan selama acara olahraga.
Pengaturan ukuran dan penyelarasan gigi manusia yang dimiliki oleh setiap orang
sangat berbeda-beda. Gigi dapat bertindak sebagai alat bukti, yang meninggalkan
bekas dan dapat dikenali tergantung pada pengaturan gigi, maloklusi, kebiasaan,
pekerjaan, fraktur gigi, dan hilang atau gigi ekstra. Identifikasi Bite mark
didasarkan pada individualitas dari gigi, yang digunakan untuk mencocokkan Bite
mark untuk tersangka. Bite mark sering dianggap sebagai alternatif dalam
penyelidikan untuk sidik jari dan identifikasi DNA dalam ilmu forensik,2

6
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1 Identitas Korban
Nama : An. BSR
Jenis kelamin : Perempuan
Usia : 12 tahun
Berat badan : 32 kg
Agama : Islam
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Sandubaya
No RM : 072770

2.2 Uraian Singkat Kejadian


Pasien datang ke IGD RS Bhayangkara pukul 16.00 WITA pada hari
Rabu 15 April 2017 dengan keluhan nyeri pada telinga kiri dan pergelangan
tangan kanan akibat penganiayaan. Pada hari Rabu, 15 April 2017 pukul
14.40 WITA, pada saat pulang sekolah korban berada di TKP dan telah
ditunggu oleh pelaku. Pelaku mengajak korban untuk berkelahi namun
korban tidak mau. Tiba-tiba pelaku mendorong korban dan memukul pipi
bagian kanan menggunakan tangan, digigit di bagian telinga kiri kemudian
korban terjatuh. Pada saat terjatuh korban diinjak pada baigian kepala dan
pergelangan tangan kanan oleh pelaku. Dengan adanya kejadian ini, korban
mengalami luka gigitan di telinga kiri dan retak pada pergelangan tangan.

7
2.3 Dokumentasi

8
2.4 Hasil Pemeriksaan
GCS: E4V5M6
Tanda vital
- Tekanan darah : 120/80 mmHg
- Frekuensi nadi : 80 x/menit, reguler
- Frekuensi napas : 20 x/menit
- Temperatur : 36,8 C
Status lokalis
Terdapat satu buah luka lecet pada telinga kiri bagian bawah
berbentuk garis lurus dengan ukuran panjang nol koma lima
centimeter dan lebar nol koma tiga centimeter. Garis batas luka tegas,
tepi luka teratur, tidak ada jembatan jaringan, dasar luka jaringan
lunak berwarna merah, dan sekitar luka tampak kemerahan.

Terdapat satu buah luka lecet pada tangan kanan sisi luar, luka
tersebut berbentuk bulat batas tegas warna merah dengan ukuran
panjang nol koma satu centimeter dan lebar nol koma satu centimeter.
Garis batas luka tegas, tepi luka teratur, tidak ada jembatan jaringan,
dasar luka jaringan lunak berwarna merah, dan sekitar luka tampak
kemerahan

Terdapat bengkak pada pergelangan tangan kanan, tampak adanya


deformitas, keterbatasan gerak, tanda-tanda krepitasi, dan nyeri.
Kemungkinan dicurigai adanya patah tulang pergelangan tangan
kanan.

2.5 Tatalaksana
Tatalaksana pada pasien berupa pemebrsihan luka dan pembidaian pada
pergelangan tangan kanan.

9
BAB III
REFLEKSI KASUS
3.1 Definisi
Bite mark atau pola gigitan ialah bekas gigitan dari pelaku yang tertera
pada kulit korban dalam bentuk luka, jaringan kulit maupun jaringan ikat di
bawah kulit sebagai akibat dari pola permukaan gigitan dari gigi-gigi pelaku
dengan perkataan lain pola gigitan merupakan suatu produksi dari gigi-gigi
pelaku melalui kulit korban.2,3

3.2 Jenis Bite Mark pada Manusia

Bite mark pada jaringan manusia sangalah berbeda tergantung organ tubuh
mana yang terkena, apabila bite mark pelaku seksual mempunyai lokasi tertentu,
pada penyiksaan anak mempunyai bite mark pada bagian tubuh tertentu pula akan
tetapi pada bagian tubuh tertentu pula akan tetapi pada gigitan yang dikenal
dengan child abuse maka bite mark hampir semua bagian tubuh 4
1. Bite mark Heteroseksual
Bite mark pada pelaku-pelaku hubungan intim antar lawan jenis
dengan perkataan lain hubungan seksual antara pria dan wanita terdapat
penyimpangan yang sifatnya sedikit melakukan penyiksaan yang
menyebabkan lawan jenis sedikit kesakitan atau menimbulkan rasa sakit.4
a. Bite mark dengan Aksi Lidah dan Bibir
Bite mark ini terjadi pada waktu birahi antara pria dan wanita.
b. Bite mark pada Sekitar Organ Genital
Bite mark ini terjadi akibat pelampiasan dari pasangannya atau istrinya
akibat cemburu buta yang dilakukan pada waktu suaminya tertidur
pulas setelah melakukan hubungan seksual.4
c. Bite mark Pada Organ Genital
Bite mark ini modus operasinya sama dengan seperti tersebut diatas
yaitu pelampiasan emosional dari lawan jenis atau istri karena
cemburu buta. Biasanya hal itu terjadi pada waktu korban tertidur lelap
setelah melakukan hubungan intim.4

10
2. Bite mark child abused
Bite mark ini terjadi akibat faktor-faktor iri dan dengki dari teman
ibunya, atau ibu anak tetangganya oleh karena anak tersebut lebih pandai,
lebih lincah, lebih komunikatif dari anaknya sendiri maka ia melakukan
pelampiasan dengan rencana oleh karena di tunggu pada waktu korban
tersebut melewati samping atau depan rumahnya dan setelah kemudian
melakukan gigitan, ibu tersebut melarikan diri melalui jalan yang sempit.
Bite mark ini dapat terjadi pada mereka masyarakat menengah ke bawah
yang umumnya penghuni dari flat atau kondominium sehingga terdapat
jalan sempit antar bangunan yang dipakai oleh sang ibu untuk melarikan
diri. Lokasi bite mark pada bagian tubuh tertentu yaitu daerah punggung,
bahu atas, leher.4
3.3 Jenis Bite Mark pada Hewan
Bite mark hewan umumnya terjadi sebagai akibat dari penyerangan hewan
peliharaan kepada korban yang tidak disukai dari hewan tersebut. Apabila korban
hidup mengalami kejadian yang tersebut di atas biasanya tanpa instruksi dari
pemeliharanya. Bila instruksi dari pemeliharaanya maka hal ini sering terjadi pada
hewan khususnya anjing yang berjenis herder atau doberman yang memang
special dipelihara pawang anjing dijajaran kepoisian, khususnya untuk
menangkap pelaku atau tersangka.4
a. Bite mark Anjing
Bite mark anjing biasanya terjadi pada serangan atas perintah pawangnya
atau induk semangnya. Hal ini terjadi pada jajaran kepolisian demi
mengejar pelaku atau tersangka, dan selalu bite mark terjadi pada hewan
buas lainnya antara lain harimau, singa, kucing, serigala.4
b. Bite mark Hewan Pesisir Pantai
Bite mark ini terjadi apabila korban meninggal ditepi pantai atau korban
meninggal dibuang di pesisir pantai sehingga dalam beberapa hari atau
beberapa minggu korban tersebut digerogoti oleh hewan laut, antara lain
kerang, tiram.4

11
c. Bite mark Hewan Peliharaan
Bite mark ini terjadi sebagai akibat dari tidak adanya makanan yang
dikonsumsi oleh hewan peliharaan dalam beberapa waktu yang agak lama
sehingga sangatlah lapar sedangkan pemeliharanya sangat sayang akan
hewan peliharaannya sehingga ia siap mengorbankan tubuhnya jadi
santapan hewan tersebut.4

Gambar 1.1 : Kasus bite mark anjing4


3.4 Klasifikasi Bite Mark
Pola gigitan mempunyai derajat perlakuan permukaan sesuai dengan
kerasnya gigitan, pada pola gigitan manusia terdapat 6 kelas, yaitu4,5:
a. Kelas I : pola gigitan terdapat jarak dari gigi incisivus dan kaninus.

12
b. Kelas II : menyerupai pola gigitan kelas I tetapi terlihat pola gigitan cusp
bukal dan palatal maupun cusp bukal dan cusp lingual gigi P1, tetapi
derajat pola gigitannya masih sedikit.

c. Kelas III : derajat luka lebih parah dari kelas II, yaitu permukaan gigit
incisivus telah menyatu akan tetapi dalamnya luka gigitan mempunyai
derajat lebih parah dari pola gigitan kelas II.

d. Kelas IV : terdapat luka pada kulit dan otot di bawah kulit yang sedikit
terlepas atau rupture sehingga terlihat pola gigitannya irreguler.

13
e. Kelas V : terlihat luka yang menyatu pola gigitan incisivus, kaninus, dan
premolar baik pada rahang atas maupun rahang bawah.

f. Kelas VI : memperlihatkan luka dari seluruh gigitan dari gigi rahang atas
dan bawah, serta jaringan kulit dan otot terlepas sesuai dengan kekerasan
oklusi dan pembukaan mulut

Karakteristik Bite Marks menurut American Board of Forensic


Odontology (ABFO) , adalah fitur atau pola yang membedakan Bite mark dari

14
cedera bermotif lainnya. Ini membantu untuk mengidentifikasi dari mana
tanda gigitan berasal. Saat mengevaluasi mark, langkah pertama adalah
mengkonfirmasi karakteristik kelas yang menggit. Dalam bite mark, gigi
depan yang meliputi pusat gigi seri, gigi insisivus lateral dan sentralis adalah
penggigit utama sesuai dengan karakterstik kelas bite mark. Setiap jenis gigi
pada gigi-giligi manusia memiliki karakteristik kelas yang membedakan satu
jenis gigi dan lainnya. Dengan demikian, dua gigi insisivus tengah
mandibular dan dua gigi insisivus lateral rahang bawah hampir seragam lebar,
sementara untuk cups gigi mandibular yang berbentuk kerucut dapat
membantu dalam menentukan jika tanda Bite mark berasal dari gigi rahang
atas atau gigi rahang bawah. Sesuai dengan karakteristik gigitan mark, rahang
atas yang insisivus sentral dan gigi insisivus lateral membuat tanda persegi
panjang yang setara lebih luas daripada lateral dan cups menghasilkan bulat
atau tanda oval. Pusat mandibular gigi seri dan gigi insisivus lateral juga
memproduksi tanda persegi panjang tetapi hampir sama lebar dengan gigi seri
pada maksila, sedangkan cups mengahasilkan tanda bulat atau oval.2,3
Keparahan bekas gigitan bergantung atas durasi, tingkat gaya
diterapkan dan tingkat gerakan antara gigi dan jaringan. Tekanan gigi yang
disebabkan oleh tekanan langsung dari kontak antara tepi insisal gigi anterior
/ tepi oklusal gigi posterior. Tanda klinis akibat tekanan gigi menunjukkan
adanya area pucat pada daerah tepi dan memar pada margin insisal. Tekanan
lidah biasanya disebabkan ketika suatu materi masuk ke dalam mulut ditekan
oleh lidah terhadap gigi / rugae palatal dan tanda khas yang timbul karena
isapan lidah. Adanya gesekan gigi disebabkan oleh gesekan gigi permukaan
gigi umumnya melibatkan gigi anterior. Tanda klinis berupa goresan dan
lecet tidak teratur dan keganjilan dari tepi insisal yang berguna dalam
identifikasi.1,2,3
Dari segi usia, dapat dilihat perbedaan yang signifikan antara jarak
antar gigi kaninus RA pada orang dewasa dan anak-anak. Pada orang dewasa
jarak anata gigi kaninusnya sekitar 25-40 mm. Sedangkan, kurang dari 25
mm dapat disimpulkan bekas gigitan anak-anak. Identifikasi jenis kelamin

15
melalui gigi-geligi menurut Cotton pada tahun 1982 antara pria dan wanita
dapat dibuat tabel sebagai berikut6 :
Tabel 1.Identifikasi jenis kelamin melalui gigi geligi
Gigi geligi Wanita Pria
Outline bentuk gigi Relative lebih kecil Relative lebih besar
Lapisan email dan dentin Relative lebih tipis Relative lebih tebal
Bentuk lengkung gigi Cenderung oval Tapered
Ukuran cervico insical Lebih kecil Lebih besar
mesio distal caninus bawah
Outline incisive pertama atas Lebih bulat Lebih persegi
Lengkung gigi Relative lebih kecil Relatif lebih besar

3.5 Kualifikasi Luka Berdasarkan KUHP


Penilaian derajat luka pada luka gigitan untuk kepentingan pembuatan
visum et repertum sama dengan jenis luka lainnya yaitu merujuk pada
kualifikasi luka menurut KUHAP yang tercantum dalam pasal 351, 352, dan 90
dibagi menjadi:

a. Luka ringan
Luka yang tidak mengakibatkan penyakit atau halangan dalam
melakukan pekerjaan atau jabatan
b. Luka sedang
Luka yang mengakibatkan penyakit atau halangan dalam melakukan
pekerjaan atau jabatan untuk sementara waktu (hari / minggu / bulan)
c. Luka berat
Luka berat yang tercantum pada pasal 90 KUHP, berarti:
1) Jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak memberi harapan
akan sembuh sama sekali, atau yang menimbulkan bahaya
maut
2) Tidak mampu terus-menerus untuk menjalankan tugas jabatan
atau pekerjaan pencarian

16
3) Kehilangan salah satu panca indera
4) Mendapat cacat berat
5) Menderita sakit lumpuh
6) Terganggunya daya piker selama empat minggu lebih
7) Gugur atau matinya kandungan seorang perempuan
3.6 Pembahasan Kasus
Pada kasus ini, korban mendapatkan luka gigitan dari manusia dengan
luka gigitan kelas I yaitu pola gigitan terdapat jarak dari gigi incisivus dan
kaninus. Lokasi bite mark pada korban pada bagian telinga kiri dan tangan kanan
sisi luar. Bite mark berasal dari gigi insisvus rahang atas. Sesuai dengan
karakteristik gigitan mark, rahang atas yang insisivus sentral dan gigi insisivus
lateral membuat tanda persegi panjang yang setara lebih luas. Dalam bite mark,
gigi depan yang meliputi pusat gigi seri, gigi insisivus lateral dan sentralis adalah
penggigit utama sesuai dengan karakterstik kelas bite mark. Keparahan bekas
gigitan bergantung atas durasi, tingkat gaya diterapkan dan tingkat gerakan antara
gigi dan jaringan. Tanda klinis akibat tekanan gigi menunjukkan adanya area
pucat pada daerah tepi dan memar pada margin insisal. Pelaku gigitan merupakan
seorang wanita sesuai pengakuan korban karena outline bentuk gigi relative lebih
kecil. Tanda yang lain dari bite mark seorang wanita adalah Bentuk lengkung gigi
cenderung oval, ukurann cervico insical mesio distal caninus bawah lebih kecil,
outline incisive pertama atas lebih bulat, dan lemgkung gigi relative lebih kecil.
Kualifikasi luka berdasarkan KUHP termasuk luka sedang yaitu luka yang
mengakibatkan penyakit atau halangan dalam melakukan pekerjaan atau jabatan
untuk sementara waktu (hari / minggu / bulan) karena selain adanya luka gigitan
juga terdapat kecurigaan patah tulang pada pergelangan tangan dan korban masih
pelajar, sehingga menggangu sementara dalam pekerjaannya.

17
BAB IV
KESIMPULAN

Berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan dari pemeriksaan orang


tersebut, maka saya simpulkan bahwa telah diperiksa seorang perempuan,
usia enam belas tahun, berat badan tiga puluh dua kilogram, dengan status
gizi baik, kesadaran sadar penuh. Pada orang tersebut ditemukan luka lecet
pada telinga kiri, tangan kanan sisi luar dan bengkak pada pergelangan tangan
kanan dengan kecurigaan patah tulang. Gambaran luka lecet tersebut
diakibatkan oleh gigitan sesuai dengan hasil anamnesis yang mengatakan
bahwa korban mendapat luka gigitan oleh temnnya. Tindakan yang telah
dilakukan oleh dokter adalah perawatan luka dan pembidaian. Pemeriksaan
penunjang yang dilakukan adalah foto ronsen wrist joint untuk memastikan
apakah ada patah tulang atau tidak. Selama masa penyembuhan luka, korban
tidak membutuhkan rawat inap namun menimbulkan gangguan atau
hambatan sementara dalam melakukan perkerjaan

18
DAFTAR PUSTAKA

1. Chairani S. Auerkari E. Pemanfaatan rugae palatal untuk identifikasi forensik.


indonesian journal of dentistry 2008; 15 (3):261-269.
2. Lessig R, Wenzel V, Weber M. Bite mark analysis in forensic routine case
work. EXCLI J. 2006; 5 : 93-102
3. Kaut S, Krishan K, Chatterjee PM, Kanchan T. Analysis and identification of
bite mark in forensic casework. OHDM J. 2013;12 (3): 127-8
4. Lukman D. Ilmu kedokteran gigi forensik 2. Jakarta; CV Sagung Seto. 2006.
Hal.1-4, 115-133.
5.Rajshekar M, Kruger E, Tennant M. Bite-mark: understanding the role of
general practitioners in orensic identification. Int Oral Health J. 2012; 4(2):1-5
6. Idries AMI, Tjiptomartono AL. Penerapan ilmu kedokteran forensic dalam
proses penyidikan. Jakarta: Sagung Seto; 2011. hal. 134-6, 288-9.

19

Anda mungkin juga menyukai