Anda di halaman 1dari 16

BAB I

Bila seseorang masuk ke bawah permukaan air dan menyelam semakin dalam, maka tekanan yang
akan diterimanya menjadi semakin besar. Hal tersebut terjadi disebabkan oleh karena berat jenis air lebih
tinggi dan pada udara. Tekanan yang diterima tubuh akan diteruskan ke seluruh organ tubuh termasuk
kecairan jaringan. Tekanan yang ditermia tidak hanya berpengaruh mekanis, tetapi juga menyebabkan gas-
gas dalam udara nafas menjadi lebih banyak yang terlarut dan dapat menimbulkan gangguan pada difusi dan
transportasi gas pada proses pernafasan. Orang yang dihubungkan dengan permukaan air melalui sistem
saluran (selang) pernafasan, tidak mampu mengembangkan rongga dadanya (melakukan inspirasi) bila
kedalaman penyelamannya >5 M. Pada kedalaman tersebut, tekanan air yang menekan rongga dada tidak
dapat diatasi oleh otot-otot inspirasi, oleh karena itu diperlukan tekanan udara inspirasi yang lebih tinggi
agar udara dapat masuk ke dalam paru-paru. Tekanan tinggi termaksudlah yang menjadi pokok
permasalahan pada timbulnya Penyakit Dekompresi.
Penyakit Dekompresi (PD) adalah penyakit dengan berbagai tingkat keluhan dan gejala, yang dapat
menggangu seluruh sistem organ tubuh dengan penyebab yang sama yaitu terbentuknya gelembung N2
dalam jaringan dan darah. Gelembung terjadi akibat berkurangnya tekanan barometer yang menyertai
penyembulan (ascent) dalam upaya mengakhiri penyelaman. PD dapat terjadi pada setiap saat dari sejak
dimulainya penyembulan, tetapi biasanya menjadi jelas setelah 24 jam. Gelembung N2 dapat terjadi pada
berbagai jaringan, dan dapat menyebabkan rasa terganggu (rasa tidak enak), bahkan rasa nyeri. Dalam
pembuluh darah, gelembung udara tersebut menjadi emboli yang dapat menyumbat pembuluh darah
penderitanya.
Pengobatan oksigenasi hiperbarik sudah dikenal sejak abad ke-17 dan digunakan sebagai salah satu
metode untuk menyembuhkan penyakit dan pengobatan. Tepatnya di Inggris tahun 1662 oleh Henshaw,
Ruang Udara Bertekanan Tinggi/RUBT (Hyperbaric Chamber) digunakan untuk mengobati beberapa
penyakit kulit dan rickets. Di Perancis tahun 1834 oleh dr Junot menyatakan adanya penyembuhan
bermakna pada pasien dengan penyakit kardiopulmoner yang diobati degan hiperbarik. Di Indonesia pada
tahun 1960, pengobatan hiperbarik mulai digunakan oleh TNI-AL yang selanjutnya dikembangkan di
Tanjung Pinang, Jakarta, Ambon, Lakesla Surabaya, yang digunakan untuk menangani kasus-kasus cedera
penyelamanan seperti keracunan gas pernapasan dan penyakit dekompresi.

A. PENYAKIT DEKOMPRESI
1. Definisi
Caisson disease (sinonim: Bends, Compressed Air Sickness, Divers’s Paralysis, Dysbarism) adalah bila
seorang penyelam telah lama berada di dalam laut sehingga sejumlah besar nitrogen terlarut dalam
tubuhnya, dan kemudian tiba-tiba naik ke permukaan laut, sejumlah gelembung nitrogen dapat timbul dalam
cairan tubuhnya baik dalam sel maupun diluar sel, dan hal ini dapat menimbulkan kerusakan di setiap
tempat dalam tubuh, dari derajad ringan sampai berat bergantung pada sejumlah dan ukuran gelembung
yang terbentuk.1
Caisson disease (CD) atau decompression sickness adalah suatu penyakit atau kelainan-kelainan yang
diakibatkan oleh penurunan tekanan dengan cepat disekitarnya sehingga memicu pelepasan dan
pengembangan gelembung-gelembung gas dari fase larut dalam darah atau jaringan. Ekspansi gas dari paru-
paru dapat mengakibatkan ruptur alveolus yang biasa disebut dengan “Pulmonary Overinflation Syndrome”.
Penurunan tekanan yang tiba-tiba tadi dapat mengakibatkan adanya emboli udara di arteri.2
2. Klasifikasi
a. Tipe I penyakit dekompresi biasanya menyebabkan nyeri semakin memburuk pada sendi (biasanya siku
dan bahu), punggung, dan otot-otot, rasa sakit termasuk manifestasi lain limfadenopati, bintik-bintik kulit,
gatal , dan ruam.3
b. Tipe penyakit dekompresi II cenderung menyebabkan gejala neurologis dan kadang-kadang pernapasan.
Ini biasanya memanifestasikan dengan paresis, mati rasa dan kesemutan, kesulitan buang air kecil, dan
kehilangan kontrol kandung kemih atau usus. Sakit kepala dan kelelahan mungkin ada tapi tidak spesifik.
Pening, tinnitus, dan gangguan pendengaran dapat terjadi jika telinga bagian dipengaruhi. Gejala yang parah
termasuk kejang, bicara cadel, kehilangan penglihatan, kebingungan, dan koma. Kematian dapat terjadi.
Tersedak (penyakit dekompresi pernapasan) merupakan manifestasi yang jarang namun serius, termasuk
gejala sesak napas, nyeri dada, dan batuk. Gelembung embolisasi besar dari pohon pembuluh darah paru
bisa mengakibatkan peredaran darah yang cepat dan kematian.3
3. Etiologi
Penyakit dekompresi biasanya diakibatkan oleh pembentukan gelembung gas, yang dapat menyebar ke
seluruh tubuh, yang menyebabkan berbagai macam gangguan.Suatu gelembung gas yang terbentuk di
punggung atau persendian dapat menyebabkan nyeri terlokalisir (the bends).Gelembung gas pada jaringan
medulla spinalis atau pada nervus perifer dapat menyebabkan paraestesia, neuropraxia, atau paralisis.
Sementara gelembung gas yang terbentuk pada system sirkulasi dapat mengakibatkan emboli gas pada
pulmonal atau serebrum. Beberapa macam gas bersifat lebih mudah larut dalam lemak.Nitrogen misalnya, 5
kali lebih larut dalam lemak daripada dalam air.2,4
4. Fisika penyelaman
Tekanan udara pada permukaan laut pada suhu 0o C, pada dasarnya adalah tekanan yang disebabkan
oleh berat asmofir diatasnya. Tekanan ini konstan yaitu sekitar 760 mmHg (14,7 psi) dan dijadikan dasar
hukum atmosfir (1 ATA).

Berdasarkan hukum Pascal yang menyatakan bahwa tekanan yang terdapat pada permukaan cairan akan
menyebar ke seluruh arah secara merata dan tidak berkurang. Pada setiap tempat di bawah permukaan air
tekanan akan meningkat sebesar 760 mmHg (1 Atmosfir) untuk setiap kedalaman 10 meter. Dengan
demikian penambahan tekanan air permukaan dengan tekanan kedalaman air disebut tekanan Atmosfir
Absolut (ATA).
Udara yang dihirup manusia adalah udara biasa yang terdiri dari komponen-komponen sebagai berikut:
- 78 % Nitrogen (N2)
- 21 % Oksigen (O2)
- 0,93 % Argon (Ar)
- 0,04 % Karbondioksida (CO2)
- Sisanya gas-gas mulia (He, Ne,dll)

Dalam penyelaman maka hukum-hukum gas berlaku karena tekanan dan volume gas yang keluar masuk
tubuh manusia berubah sesuai keadaan.Dalam menyelam harus mengetahui terlebih dahulu dasar-dasar
penyelaman yang harus diketahui seorang penyelam agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan saat
menyelam.Salah satu dasar penyelaman tersebut adalah fisika penyelaman.Fisika penyelaman adalah ilmu
yang mempelajari tentang penyelaman dengan menggunakan hukum-hukum fisika. Hukum-hukum tersebut
dapat di jelaskan sebagai berikut:
a. Hukum Boyle
Hukum Boyle menegaskan hubungan antara tekanan dan volume. Volume dari suatu kumpulan gas akan
berbanding terbalik dengan absolut yaitu:
Atau P1.V2 = P1.V2
Keterangan:
P = Tekanan Absolut
V = Volume
K = Konstanta
Ini berarti bahwa, jika tekanan meningkat maka volume dari suatu kumpulan gas akan berkurang begitu
juga sebaliknya. Selama tekanan sebanding dengan kedalaman maka volume juga tergantung dengan
kedalaman. Bila tekanan 2 kali menjadi besar maka volume akan menjadi setengah dari volume semula.
Hubungan ini berlaku terhadap semua gas yang ada di dalam ruangan tubuh sewaktu menyelam, menyelam
kedalam air maupun saat naik ke permukaan.
Seorang penyelam yang menghirup nafas penuh di permukaan akan merasakan paru-parunya semakin
lama semakin tertekan oleh air di sekelilingnya saat dia turun. Semua rongga yang ada dalam tubuh akan
terpengaruh hubungan volume dan tekanan ini. Mengenai telinga bagian tengah, tekanan air yang ada di
dalam tubuh akan dihantarkan oleh cairan-cairan tubuh kerongga udara didalam telinga tengah. Selama
tekanan meningkat maka volume akan berkurang karena telinga bagian tengah didalam rongga tulang kaku,
rongga yang sebelumnya terisi udara akan diisi lagi oleh jaringan-jaringan yang membengkak, berdarah dan
menonjol kedalam gendang telinga. Rangkaian yang menjurus pada perusakan jaringan dapat dicegah
dengan menyeimbangkan tekanan ( equalizing ). Udara ditiupkan kedalam saluran Eustachius dari
tenggorokan agar volume gas yang ada didalam telingan bagian tengah tetap konstan, sehingga tekananya
dapat menyamai atau seimbang dengan tekanan yang ada di air.
b. Hukum Dalton
Hukum ini menyatakan bahwa jumlah tekanan dari suatu campuran gas-gas adalah jumlah tekanan partial
dari tiap gas yang membentuk campuran tersebut.Jika gas itu secara sendiri menempati seluruh ruang
volume. Selama tekanan secara menyeluruh meningkat, tekanan partial dari tiap-tiap gas pun akan
meningkat. Pada kedalaman 40 meter ( tekanan 5 ATA ) penyelam yang bernafas dengan udara biasa akan
menghirup oksigen dengan tekanan partial yang sama ( 1 ATA ) seperti bila ia sedang menghirup 100% O 2
di permukaan air. Pemahaman hukum ini penting untuk mengetahui efek toksin gas pernafasan pada
kedalaman, penyakit dekompresi dan penggunaan oksigen maupun campuran gas untuk tujuan pengobatan.
c. Hukum Henry
Dinyatakan bahwa pada suhu tertentu jumlah gas yang terlarut di dalam suatu cairan berbanding lurus
dengan tekanan partial dari gas tersebut diatas cairan. Bila seorang penyelam turun sampai kedalaman 10
meter, tekanan partial nitrogen yang dihirup menjadi 2 kali lipat dibandingkan dengan dipermukaan dan
akhirnya nitrogen yang terlarut dalam jaringan juga akan dua kali lipat.
Waktu terjadi keseimbangan tergantung pada daya larut gas di dalam jaringan dan kecepatan suplai gas
ke jaringan oleh darah.Pengaruh fisiologi dari hukum terhadap seorang penyelam berlaku untuk penyakit
dekompresi, keracunan gas dan pembiusan gas lembam (inert gas narcosis).
Bilamana tekanan yang terdapat dalam larutan terlalu cepat berkurang, gas keluar dari larutan dalam
bentuk gelembung-gelembung gas. Pada penyelam, pelepasan gelembung ini dapat menyumbat pembuluh
darah atau merusak jaringan tubuh dan meyebabkan berbagai pengaruh dari penyakit dekompresi atau
bends.
d. Hukum Charles
Hukum ini menyangkut hubungan antara suhu, volume, dan tekanan.Dinyatakan bahwa bila tekanan
tetap konstan, volume dari sejumlah gas tertentu adalah berbanding lurus dengan suhu absolut. Hukum inji
sangat erat hubungannya dengan sifat kompresi dan dekompresi dari gas-gas yang juga berkaitan dengan
gas-gas dalam aliran darah berwujud cair di tubuh manusia yang dapat menjadi lewat jenuh saat menyelam
dengan tekanan ( tabung ).
e. Hukum Archimedes
Hukum Archimedes menyatakan bahwa: “Setiap benda yang dibenamkan sebagian atau seluruhnya
kedalam cairan, maka ia akan mendapat gaya tekanan ke atas sebesar berat cairan yang dipindahkan” Jadi
semakin padat cairan itu, maka semakin besar daya apungnya.Dengan demikian, penyelam dan kapal
mengapung lebih tinggi di laut dari pada di air tawar.
Dengan paru-paru mengembang sepenuhnya, biasanya orang akan mengambang diatas permukaan air
laut yaitu dia mempunyai daya apung positif. Daya apung positif yaitu bila seseorang cenderung untuk
mengambang, sedangkan gaya apung negative yaitu apabila seseorang yang cenderung tenggelam dan daya
apung netral seseorang cenderung melayang.
Dari hukum-hukum tersebut dapat disimpulkan bahwa, fisika penyelaman sangat penting sebagai dasar
penyelaman karena jika tidak mengetahui hukum-hukum maupun dasar fisika penyelaman dapat berdampak
buruk bahkan dapat menyebabkan kematian. Banyak resiko saat melakukan penyelaman, jika penyelaman
tidak didasarkan pada fisika penyelaman maka penyelam akan mengalami kerusakan jaringan dalam
tubuhnya karena perbedaan volume dan tekanan yang tidak sembang.
5. Patofisiologi4,5,6
Otopsi pada manusia dan binatang dalam kasus caisson disease yang berat menunjukkan adanya
gelembung-gelembung gas dalam pembuluh darah dan jaringan ekstravaskuler. Timbulnya gelembung-
gelembung gas tadi berhubungan dengan timbulnya peristiwa supersaturasi gas dalam darah ataupun
jaringan tubuh pada waktu proses penurunan tekanan di sekitar tubuh (dekompresi).
Kondisi supersaturasi gas dalam darah dan jaringan sampai suatu batas tertentu masih dapat ditoleransi,
dalam arti masih memberi kesempatan gas untuk berdifusi keluar dari jaringan dan larut dalam darah,
kemudian ke alveoli paru dan diekhshalasi keluar tubuh. Setelah melewati suatu batas kritis tertentu
(supersaturation critique), kondisi supersaturasi akan menyebabkan gas lepas lebih cepat dari jaringan atau
darah dalam bentuk tidak larut, yaitu berupa gelombang gas. Gelembung-gelembung gas ada yang terbentuk
dalam darah (intravaskuler), jaringan (ekstravaskuler), dan dalam sel (intraseluler).
Dengan adanya fenomena seperti di atas, maka ada korelasi antara jumlah gelembung gas yang
terbentuk dengan kemungkinan timbulnya atau berat ringannya penyakit dekompresi. Gelembung gas
ekstravaskuler menimbulkan distorsi jaringan dan kemungkinan kerusakan sel-sel di sekitarnya.Ini bisa
mengakibatkan gejala-gejala neurologis maupun gejala nyeri periartikuler.Terbentuknya gelembung gas
ekstravaskuler secara teoritis karena aliran darah vena di jaringan tersebut yang relative lambat sehingga
menghambat kecepatan eliminasi gas dari jaringan.
Gelembung-gelembung gas intravaskuler akan menimbulkan 2 akibat, yaitu:
a. Akibat langsung atau akibat mekanis sumbatan menimbulkan iskemia atau kerusakan jaringan sampai
infark jaringan,
b. Akibat tidak langsung atau akibat sekunder dari adanya gelembung gas dalam darah (dikenal dengan
secondary blood bubble interface reactions) bertanggung jawab atas terjadinya fenomena hipoksia seluler
pada penyakit dekompresi.
Ada dua macam gelembung gas intravaskuler, yaitu :
a. Gelembung yang stationer,
b. Gelembung yang ikut sirkulasi.
Gelembung gas intravaskuler yang stationer selain menimbulkan efek sumbatan juga menimbulkan
gangguan lewat proses biokimia dan bisa menimbulkan gejala nyeri periartikuler maupun gejala-gejala
neurologis perifer. Gelembung gas intravaskuler yang yang ikut sirkulasi bila tidak banyak jumlahnya akan
difiltrasi lewat paru (silent bubbles). Bila jumlahnya banyak akan menimbulkan sumbatan pada sirkulasi
pulmoner dan akhirnya masuk ke dalam system arterial lewat shunt di paru.
Gelembung gas yang masuk ke sistem arterial akan menimbulkan gangguan perfusi mikrovaskuler
organ-organ, yang selanjutnya mengakibatkan terjadinya iskemia local, kerusakan jaringan dan infark.
Kelainan ini bisa memberi gejala neurologis, kardiovaskuler dan nyeri. Gelembung gas intravaskuler
menimbulkan agregasi trombosit pada permukaan antara gelembung gas dan plasma, yang diikuti
serangkaian proses reaksi biokimia yang kompleks berupa pelepasan zat-zat seperti katekolamin, SMAF
(Smooth Muscle Activating Factor), ACTH dan faktor-faktor humoral lain.
Perubahan-perubahan yang diakibatkan oleh rangkaian proses biokimia yang terjadi pada penyakit
dekompresi adalah :
a. Terjadi peningkatan permeabilitas vaskuler dengan akibat :
1). Hemokonsentrasi dan hipovolemia
2). Udema paru
b. Statis pada kapiler-kapiler karena adanya hemokonsentrasi
c. Hiperkoagulasi dalam darah
d. Gangguan difusi gas-gas dalam alveoli
Semua perubahan diatas pada dasarnya akan menjurus pada timbulnya hipoksia seluler pada penyakit
dekompresi. Jaringan tubuh manusia sangat heterogen dihubungkan dengan masalah kemampuan menyerap
atau melepaskan gas nitrogen, ada jaringan yang cepat dan ada yang lambat dalam mencapai saturasi
(kejenuhan) nitrogen tergantung pada factor kecepatan aliran darah ke jaringan dan daya larutan nitrogen
dalam jaringan.
Darah adalah cairan tubuh yang tercepat menerima dan melepaskan nitrogen.Darah menerima nitrogen
dari paru dan mencapai kejenuhan nitrogen dalam waktu beberapa menit.Otak termasuk dalam jaringan yang
cepat karena mempunyai banyak suplai darah.Tulang rawan pada permukaan sendi mempunyai suplai darah
yang kurang, sehingga memerlukan waktu lebih lama (sampai beberapa jam) untuk mencapai kejenuhan
nitrogen.Nitrogen mempunyai daya larut yang baik dalam jaringan lemak, sehingga jaringan lemak bisa
melarutkan nitrogen lebih banyak daripada jaringan-jaringan lainnya.
Konsep jaringan cepat dan lambat penting untuk memahami bentuk-bentuk klinis penyakit dekompresi
yang mungkin timbul. Penyelaman singkat dan dalam akan menghasilkan pembebanan nitrogen yang tinggi
pada jaringan-jaringan cepat, tetapi tidak cukup waktu untuk pembebanan tinggi pada jaringan-jaringan
lambat. Dekompresi yang inadekuat memungkinkan pembentukan gelembung nitrogen didalam darah yang
bisa mengakibatkan gangguan pernapasan (chokes) atau gejala neurologis.
Penyelaman yang relatif dangkal tapi lama akan memberikan pembebanan nitrogen yang kurang lebih
sama antara jaringan cepat dan jaringan yang lebih lambat. Perbedaan tekanan yang tidak terlampau besar
antara kedalaman dan permukaan menyebabkan darah lebih mampu mentolerir kelebihan nitrogen tersebut,
karena darah sebagai jaringan cepat bisa mengeliminasi nitrogen lebih cepat lewat alveoli paru sedangkan
jaringan lambat tidak bisa. Penyelaman seperti ini cenderung menimbulkan nyeri pada persendian (bends),
karena sendi adalah jaringan lambat dan tidak dapat melepas nitrogen dengan cepat lewat darah.
Bila seseorang menggunakan udara bertekanan tinggi sebagai media pernapasan untuk menyelam,
maka semakin dalam dan semakin lama ia menyelam akan semakin banyak gas yang larut dan ditimbun
dalam jaringan tubuh. Sesuai hukum Henry, volume gas yang larut dalam suatu cairan sebanding dengan
tekanan gas di atas cairan itu.Karena oksigen (O2) dikonsumsi dalam jaringan tubuh, maka yang tinggal
adalah Nitrogen (N2) yang merupakan gas inert (tidak aktif). Seperti kita ketahui tekanan udara di
permukaan laut adalah 1 Atmosfer Absolut (ATA) dan setiap kedalaman 10 meter maka tekanan akan
bertambah 1 ATA. Jadi bila 1 liter N2 terlarut didalam tubuh seseorang penyelam pada permukaan, maka
pada kedalaman 20 meter (3 ATA) ia akan menyerap 3 liter N2. N2 yang berlebihan ini akan didistribusikan
oleh darah ke dalam jaringan-jaringan sesuai dengan kecepatan aliran darah ke jaringan tersebut serta daya
gabung jaringan terhadap N2. Jaringan lemak mempunyai daya gabung N2 yang tinggi dan melarutkan
banyak N2 daripada jaringan yang lainnya. Ketika penyelam naik ke permukaan dan tekanan gas turun,
terjadi kebalikan dari proses yang memenuhi tubuh dengan N2. Tekanan parsial N2yang rendah dalam paru-
paru selama naik menyebabkan darah melepaskan N2 ke dalam paru-paru. Proses ini berlangsung beberapa
jam karena jaringan lambat melepaskan N2 dengan perlahan-lahan, dan tubuh memerlukan 24 jam atau lebih
untuk menghilangkan semua N2 yang berlebihan. Jika dekompresi berlangsung terlalu cepat, maka N2 tidak
dapat meninggalkan jaringan dengan cepat dan teratur seperti yang dilukiskan diatas.Tekanan yang tiba-tiba
menurun tidak cukup untuk mempertahankan kelarutan gas sehingga timbul gelembung, seperti fenomena
yang kita lihat bila tutup botol bir dibuka dengan tiba-tiba.
Gambar 1. Mekanisme timbulnya gejala pada decompression syndrome6
6. Diagnosis
Gejala berat dapat bermanifestasi dalam beberapa menit dari permukaan, tetapi pada kebanyakan pasien,
gejala dimulai secara bertahap, kadang-kadang dengan prodrome dari malaise, kelelahan, anoreksia, dan
sakit kepala. Gejala terjadi dalam 1 jam dari permukaan di sekitar 50% dari pasien dan oleh 6 jam dalam
90%. Gejala klnis timbul saat dekompresi atau dipermukaan (paling lama 24 jam setelah menyelam). Mula-
mula rasa kaku kemudian rasa nyeri, kekuatan otot menurun, bengkak kemerahan Peau d’orange, banyak
pada penyelam ulung dan singkat, anggota atas 2-3x lebih banyak dari bawah, ⅓ kasus pada bahu kemudian
siku, pergelangan tangan, tangan, sendi paha, lutut dan kaki, asimetri, kasus ringan, tidak rekompresi, nyeri
hilang 3-7 hari.4,7
Tipe I
CD tipe I ditandai dengan satu atau beberapa dari gejala berikut :4
a. Rasa nyeri ringan yang menetap setelah 10 menit onset (niggles),
b. Pruritus, atau “skin bends” yang menyebabkan rasa gatal atau terbakar pada kulit, dan
c. Ruam pada kulit yang biasanya beraneka warna atau menyerupai marmer atau papular, atau ruam yang
menyerupai plak. Pada kasus tertentu yang jarang menyerupai kulit jeruk.
Tipe II
Caisson disease tipe II ditandai oleh :4
1) Gejala gangguan pada paru,
2) Syok hipovolemik, atau
3) Gangguan pada sistem saraf. Dari kasus yang dilaporkan hanya ada sekitar 30% yang disertai dengan
keluhan nyeri. Tanda dan gejalanya bervariasi karena kompleksnya susunan saraf pusat dan perifer. Onset
gejala biasanya segera atau hingga 36 jam.

Diagnosis caisson disease dapat ditegakkan melalui pertanyaan anamnesa mengenai riwayat menyelam
penderita sebelumnya (dalam waktu 24 jam terakhir) dan dari pemeriksaan fisis, didapatkan gejala-gejala
caisson disease.
Osteonekrosis Dysbaric adalah manifestasi akhir dari penyakit dekompresi. Ini adalah bentuk berbahaya
dari nekrosis tulang aseptik yang disebabkan oleh eksposur yang lama atau berulang erat ke daerah
bertekanan (biasanya pada orang yang bekerja di udara terkompresi dan komersial mendalam ketimbang
penyelam rekreasi). Kerusakan bahu dan pinggul permukaan artikular dapat menyebabkan rasa sakit kronis
dan cacat berat.7
7. Penatalaksanaan1,5,8,9
Walaupun kasus-kasus yang ringan dapat diobati dengan menghirup oksigen 100% pada tekanan
permukaan, namun pengobatan terpenting ialah rekompresi dan oksigen.
a. Tindakan dini
Untuk penatalaksanaan pada pasien Caisson Disease, pertama-tama yang harus dilakukan adalah
mempertahankan jalan napas dengan menjamin ventilasi dan mencapai sirkulasi.Pasien harus ditempatkan
dalam posisi terlentang. Langkah-langkah penatalaksanaan lainnya meliputi :
1) Pemberian oksigen 100% 15 liter / menit dengan menggunakan masker reservoir. Namun perlu
diperhatikan pemberian oksigen 100% hanya dapat ditoleransi hingga 12 jam karena dapat menyebabkan
toksisitas oksigen paru.
2) Pemberian cairan untuk mempertahankan output urin yang baik. Cairan yang diberikan lebih dari
0.5ml/kg/hari.Hemokonsentrasi yang terkait dengan Caisson Disease adalah hasil dari peningkatan
permeabilitas pembuluh darah yang dimediasi oleh kerusakan endotel. Cairan dapat diberikan secara oral
atau diberikan secara intravena berupa NaCl 0.9% atau kristaloid / koloid untuk mengatasi dehidrasi yang
mungkin timbul setelah penyelaman (diuresis perendaman menyebabkan penyelam kehilangan 250-500 cc
cairan per jam) atau pergeseran cairan yang dihasilkan dari DCS.
3) Pemberian steroid deksametason 10 sampai 20 mg secara intravena, kemudian dilanjutkan 4 mg setiap 6
jam.
4) Diazepam (5-10 mg) jika pasien mengalami pusing, ketidakstabilan dan gangguan visual terkait dengan
kerusakan labirin (vestibular) pada telinga bagian dalam.
5) Dilantin (Fenitoin) diberikan IV 50 mg / menit selama 10 menit untuk 500 mg pertama dan kemudian 100
mg setiap 30 menit setelahnya untuk memantau konsentrasi darah yang dipertahankan 10 sampai 20 mcg /
mL. Jika lebih dari 25 mcg / mL beracun. Beberapa orang memberikan aspirin 600 mg sebagai anti-platelet.
6) DCS dapat meningkatkan kemungkinan perdarahan dalam jaringan sehingga antikoagulan tidak boleh
digunakan secara rutin dalam pengobatan DCS. Satu pengecualian untuk aturan ini adalah kasus kelemahan
ekstremitas bawah.Heparin molekul berat rendah (LMWH) harus digunakan untuk semua pasien dengan
ketidakmampuan berjalan pada setiap tingkat kelumpuhan ekstremitas bawah yang disebabkan oleh DCS
neurologis. Enoxaparin 30 mg atau setara diberikan secara subkutan setiap 12 jam, dimana harus dimulai
sesegera mungkin setelah cedera untuk mengurangi risiko trombosis vena dalam (DVT) dan emboli paru
pada pasien lumpuh.
7) Terapi in-air recompressiondalam ruang hiperbarik.
b. Rekompresi
Tujuan rekompresi : Memperkecil gelembung-gelembung gas, gejala menghilang saat dekompresi
sampai ke permukaan dan gelembung-gelembung gas larut dengan rekompresi yang diikuti dekompresi
secara perlahan-lahan.
Tujuan oksigenasi : Memperbaiki hipoksia jaringan dan mengurangi tekanan nitrogen yang terlarut
dalam darah dan jaringan.
Setelah diagnosis ditegakkan pengobatan harus dilaksanakan secepatnya, paling lambat 6 jam pertama.
Kizer 1982, menganjurkan pengobatan rekompresi paling lama 12 jam setelah gejala-gejala timbul. Menurut
“ The Diver Network” di USA memberi batas waktu 24 jam untuk penanganan kecelakaan-kecelakaan
penyelam. Namun dari beberapa penelitian menyimpulkan bahwa lebih cepat diobati, hasilnya akan lebih
baik. Untuk menghindari keterlambatan dalam penanganan penderita maka pengobatan dapat dimulai dari
tempat kejadian (untuk sementara), transportasi ke fasilitas RUBT dan RUBT sendiri.
Rekompresi di tempat kejadian, menurunkan kembali penderita melalui tali ke air dan memakai oksigen
sampai kedalaman 9 meter. Bersama pendamping memakai “full face mask” dan bernafas dengan oksigen
100% selama 30 menit untuk kasus ringan dan 60 menit untuk kasus berat. Bila ada perbaikan, naik
kepermukaan dengan kecepatan 1 meter dalam 12 menit. Bila belum, dapat diperpanjang menjadi 60
menit.Jika dalam perjalanan kepermukaan timbul gejala maka berhenti selama 30 menit. Setelah tiba
dipermukaan penderita harus menghirup 02 l00% dan udara selama 90 menit, jika gagal maka penderita
harus diangkut ke fasilitas RUBT.
Pengangkutan penderita ke fasilitas RUBT dapat dilakukan dengan kapal laut, kendaraan darat, pesawat
terbang dengan kabin bertekanan 1 atm, bila tidak ada maka ketinggian maksimum 1000 feet (300 meter).
Selama perjalanan penderita mengisap oksigen 100% 30 menit, udara 5 menit secara berganti.
8. Prognosis
Prognosis yang baik jika para petugas kesehatan bisa mengenali gejala yang timbul sejak awal,
diagnosis yang tepat, dan pengobatan yang adekuat.Tingkat keberhasilan dari terapi dan pengobatan lebih
dari75-85% dapat dicapai.10
Pengobatan langsung dengan oksigen 100%, diikuti oleh recompressi dalam ruang hiperbarik, dalam
kebanyakan kasus menunjukan tidak ada efek jangka panjang. Namun, cederapermanen dari DCS atau efek
jangka panjang masih mungkin terjadi. Tiga bulan follow-up pada kecelakaan menyelam dilaporkan (Dan,
tahun 1987)yang menunjukkan hasil, sebesar 14,3% dari 268 penyelam masih memiliki tanda-tanda dan
gejala sisa dari DCS Tipe II dan 7% dari DCSTipe I. Follow-up yang lebih lama menunjukkan hasil yang
sama, sebesar 16% memiliki gejala sisa neurologis yang bersifat permanen.11
9. Komplikasi
Komplikasi yang dapat timbul akibat Caisson Disease adalah kelumpuhan, nekrosis miokard,dan
cederaiskemiklainnya mungkinterjadi apabila tidak segera dilakukan recompression.12
B. TERAPI HIPERBARIK OKSIGEN (HBOT)
1. Definisi13,14
Hiperbarik berasal dari kata hyper berarti tinggi, bar berarti tekanan. Dengan kata lain terapi hiperbarik
adalah terapi dengan menggunakan tekanan yang tinggi. Pada awalnya, terapi hiperbarik hanya digunakan
untuk mengobati decompression sickness, yaitu suatu penyakit yang disebabkan oleh penurunan tekanan
lingkungan secara mendadak sehingga menimbulkan sejumlah gelembung nitrogen dalam cairan tubuh baik
didalam sel maupun diuar sel, dan hal ini dapat menimbulkan kerusakan disetiap organ di dalam tubuh, dari
derajat ringan sampai berat bergantung pada jumlah dan ukuran gelembung yang terbentuk. Seiring dengan
berjalannya waktu, terapi hiperbarik berkembang fungsinya untuk terapi macam-macam penyakit, beberapa
diantaranya seperti stroke, multipel sklerosis, cerebral edema, keracunan karbon monoksida dan sianida,
trauma kepala tertututp, gas gangren, peripheral neuropathy, osteomielitis, sindroma kompartemen, diabetik
neuropati, migran, infark miokard dan lain-lain. Hiperbarik oksigen adalah suatu cara terapi dimana
penderita harus berada dalam suatu ruangan bertekanan, dan bernapas dengan oksigen 100% pada suasana
tekanan ruangan yang lebih besar dari 1 ATA (atmosfer absolute). Tidak terdapat definisi yang pasti akan
tekanan dan durasi yang digunakan untuk sesi terapi oksigen hiperbarik. Umumnya tekanan minimal yang
digunakan adalah sebesar 2,4 atm selama 90 menit. Banyaknya sesi terapi bergantung pada kondisi pasien
dengan rentang 1 sesi untuk keracunan ringan karbon monoksida hingga 60 sesi atau lebih untuk lesi
diabetik pada kaki.
2. Mekanisme13
Mekanisme TOBH melalui dua mekanisme yang berbeda. Pertama, bernapas dengan oksigen murni
dalam ruang udara bertekanan tinggi (hyperbaric chamber) yang tekanannya lebih tinggi dibandingkan
tekanan atmosfer, tekanan tersebut dapat menekan saturasi hemoglobin, yang merupakan bagian dari sel
darah merah yang berfungsi mentransport oksigen yang secara kimiawi dilepaskan dari paru ke jaringan.
Bernapas dengan oksigen 100% pada atmosfer yang normal tidak efek pada saturasi hemoglobin.
Kedua, di bawah tekanan atmosfer, lebih banyak oksigen gas terlarut dalam plasma. Meskipun dalam
kondisi normal transport oksigen terlarut dalam plasma jauh lebih signifikan daripada transport oleh
hemoglobin, dengan TOBF kontribusi transportasi plasma untuk jaringan oksigenasi sangat meningkat.
Sebenarnya, menghirup oksigen murni pada tiga kali yang normal atmosfer.
Hasil tekanan dalam peningkatan 15 kali lipat dalam konsentrasi oksigen terlarut dalam plasma. Itu
adalah konsentrasi yang cukup untuk memasok kebutuhan tubuh saat istirahat bahkan dalam total tidak
adanya hemoglobin.
Sistem kerja TOBH, pasien dimasukkan dalam ruangan dengan tekanan lebih dari 1 atm, setelah
mencapai kedalaman tertentu disalurkan oksigen murni (100%) kedalam ruang tersebut. Ketika kita
bernapas dalam keadaan normal, udara yang kita hirup komposisinya terdiri dari hanya sekitar 20% adalah
oksigen dan 80% nya adalah nitrogen. Pada TOBH, tekanan udara meningkat sampai dengan 2 kali keadaan
nomal dan pasien bernapas dengan oksigen 100%. Pemberian oksigen 100% dalam tekanan tinggi,
menyebabkan tekanan yang akan melarutkan oksigen ke dalam darah serta jaringan dan cairan tubuh lainnya
hingga mencapai peningkatan konsentrasi 20 kali lebih tinggi dari normal.
Oksigenasi ini dapat memobilisasi penyembuhan alami jaringan, hal ini merupakan anti inflamasi kuat
yang merangsang perkembangan pembuluh darah baru, dapat membunuh bakteri dan mengurangi
pembengkakan.
3. Indikasi13,14,15
Hiperbarik dapat memiliki beberapa manfaat untuk mengobati penyakit-penyakit akibat penyelaman dan
kegiatan kelautan:
· Penyakit Dekompresi
· Emboli udara
· Luka bakar
· Crush Injury
· Keracunan gas karbon monoksida (CO)
Terdapat beberapa pengobatan tambahan, yaitu:
· Gas gangren
· Komplikasi diabetes mellitus (gangrene diabeticum)
· Eritema nodosum
· Osteomyelitis
· Buerger’ s diseases
· Morbus Hansen
· Psoriasis vulgaris
· Edema serebral
· Scleroderma
· Lupus eritematosus (SLE)
· Rheumatoid artritis
Terdapat pula pengobatan pilihan, yaitu:
· Pelayanan kesehatan dan kebugaran
· Pelayanan kesehatan olahraga
· Pasien lanjut usia (geriatri)
· Dermatologi dan kecantikan
4. Kontraindikasi13,14,15,16
Kontraindikasi TOHB terdiri dari kontraindikasi absolut dan relatif. Kontraindikasi absolut yaitu
penyakit pneumothorax yang belum ditangani. Kontraindikasi relatif meliputi keadaan umum lemah,
tekanan darah sistolik lebih dari 170 mmHg atau kurang dari 90 mmHg, diastole lebih dari 110 mmHg atau
kurang dari 60 mmHg, demam tinggi lebih dari 38oC, ISPA, sinusitis, Claustropobhia (takut pada ruangan
tertutup), penyakit asma, emfisema dan retensi CO2, infeksi virus, infeksi kuman aerob seperti TBC, lepra,
riwayat kejang, riwayat neuritis optik, riwayat operasi thorax dan telinga, wanita hamil, penderita sedang
kemoterapi seperti terapi adriamycin, bleomycin.
5. Persiapan13,14
Persiapan terapi oksigen hiperbarik antara lain:
 Pasien diminta untuk menghentikan kebiasaan merokoknya 2 minggu sebelum proses terapi dimulai.
Tobacco mempunyai efek vasokonstriksi sehingga mengurangi penghantaran oksigen ke jaringan.
 Beberapa medikasi dihentikan 8 jam sebelum memulai terapi oksigen hiperbarik antara lain vitamin C,
morfin dan alkohol.
 Pasien diberikan pakaian yang terbuat dari 100% bahan katun dan tidak memakai perhiasan, alat bantu
dengar, lotion yang terbuat dari bahan dasar petroleum, kosmetik, bahan yang mengandung plastik, dan alat
elektronik.
 Pasien tidak boleh menggunakan semua zat yang mengandung minyak atau alkohol (yaitu, kosmetik,
hairspray, cat kuku, deodoran, lotion, cologne, parfum, salep) dilarang karena berpotensi memicu bahaya
kebakaran dalam ruang oksigen hiperbarik.
 Pasien harus melepaskan semua perhiasan, cincin, jam tangan, kalung, sisir rambut, dan lain-lain sebelum
memasuki ruang untuk mencegah goresan akrilik silinder di ruang hiperbarik.
 Lensa kontak harus dilepas sebelum masuk ke ruangan karena pembentukan potensi gelembung antara lensa
dan kornea.
 Pasien juga tidak boleh membawa koran, majalah, atau buku untuk menghindari percikan api karena tekanan
oksigen yang tinggi berisiko menimbulkan kebakaran.
 Sebelum pasien mendapatkan terapi oksigen hiperbarik, pasien dievaluasi terlebih dahulu oleh seorang
dokter yang menguasai bidang hiperbarik. E valuasi mencakup penyakit yang diderita oleh pasien, apakah
ada kontraindikasi terhadap terapi oksigen hiperbarik pada kondisi pasien.
 Sesi perawatan hiperbarik tergantung pada kondisi penyakit pasien.
 Pasien umumnya berada pada tekanan 2,4 atm selama 90 menit. Tiap 30 menit terapi pasien diberikan waktu
istirahat selama 5 menit. Hal ini dilakukan untuk menghindari keracunan oksigen pada pasien.
 Terapi oksigen hiperbarik memerlukan kerjasama multidisiplin sehingga satu pasien dapat ditangani oleh
berbagai bidang ilmu kedokteran.
 Pasien dievaluasi setiap akhir sesi untuk perkembangan hasil terapi dan melihat apakah terjadi komplikasi
hiperbarik pada pasien.
 Untuk mencegah barotruma GI, ajarkan pasien benapas secara normal (jangan menelan udara) dan
menghindari makan besar atau makanan yang memproduksi gas atau minum sebelum perawatan.
C. TERAPI OKSIGENASI HIPERBARIK PADA PASIEN DENGAN PENYAKIT DEKOMPRESI
Penyakit dekompresi terjadi akibat supersaturasi kritis pada penurunan tekanan sekitarnya, yang
mengakibatkan gas lepas lebih cepat dari jaringan atau darah dalam bentuk tidak larut dalam bentuk
gelembung gas. Gelembung-gelembung gas yang terbentuk dapat mengakibatkan sumbatan pada pembuluh
darah, sehingga menyebabkan iskemia pada organ, dan gelembung tersebut juga dapat menyebabkan
keadaan hipoksia seluler. Oleh karena itu, tujuan pengobatan penyakit dekompresi adalah melawan efek
hipoksia pada jaringan. Pengobatan terdiri dari 3 tindakan yang saling melengkapi:13,16
1. Oksigenasi
Oksigenasi memiliki keuntungan untuk melawan hipoksia jaringan, mengurangi tekanan nitogen yang
terlarut dalam plasma, dan mempercepat larutnya kembali gelembung-gelembung gas nitrogen.
2. Rekompresi
Rekompresi memiliki tujuan untuk memperkecil gelembung gas dan melarutkan kembali gas-gas nitrogen
ke dalam darah atau jaringan.
3. Pengobatan dengan medikamentosa (terhadap perubahan-perubahan biohumoral yang terjadi dalam
penyakit dekompresi).
Penggabungan terapi oksigenasi dan rekompresi terdapat pada terapi oksigenasi hiperbarik. Terapi ini paling
baik karena menggabungkan keuntungan-keuntungan dari masing-masing terapi yang pada prinsipnya sesuai
dengan teori fisika yang sederhana, yaitu bila diberikan tekanan tinggi pada tubuh kita gelembung akan
mengecil volume dan diameternya (hukum Boyle), selain itu sesuai hukum Henry bahwa sebagian
gelembung nitrogen akan kembali menjadi larutan. Oksigen tekanan tinggi dapat berdifusi dalam jaringan
tanpa melewati darah, sehingga dapat langsung dimanfaatkan oleh jaringan.
Prosedur Terapi Oksigen Hiperbarik pada Pasien dengan Penyakit Dekompresi 14,15,16
Karena adanya bahaya keracunan oksigen, maka terapi OHB dilakukan pada tekanan O2 = 60 fsw (2,8
ATA). Untuk efekstif hasil OHB, maka harus dilaksanakan sebelum 5-6 jarn sejak munculnya gejala,
maksirnum 12 jam. Semakin cepat dilaksanakan terapi OHB khasitnya semakin baik karena belum terjadi
komplikasi mekanis dan biokimiawi yang ditimbulkan oleh gelembung sehingga belum ada kerusakan yang
permanen.
Dalam terapi oksigenasi hiperbarik dikenal tabel pengobatan US Navy, yang terdiri dari tabel
pengobatan dengan udara tekanan tinggi, yaitu tabel IA, 2A, 3, dan 4 serta tabel pengobatan dengan oksigen
bertekanan tinggi yaitu tabel 5, 6 dan 6A. Tabel pengobatan dengan udara tekanan tinggi saat ini sudah
ditinggalkan karena waktu pengobatannya lama sehingga sering terjadi kegagalan menyelesaikan tabel
pengobatan, dan hasilnya kurang efektif dibandingkan pengobatan dengan oksigen tekanan tinggi.
Untuk dapat memilih tabel pengobatan dengan tepat maka diagnosa harus tepat pula. Mendiagnosa
kasus penyakit penyelaman disamping berdasarkan gejala klinis yang ada harus kita lihat pula riwayat
penyelamannya.
Pengobatan rekompresi di dalam OHB, diantaranya:14,16
1. Tabel 5
Tabel ini dipakai untuk mengobati pain-only DCS jika gejalanya hilang dalam waktu kurang dari l0 menit
pada 60 fsw. Pelaksanaan:
a. Setelah pasien, tender, dan operator RUBT siap, tekan (kompresi/descent) RUBT dengan kecepatan 25
fpm. Selama penekanan pasien bernafas dengan udara.
b. Setibanya di 60 fsw, segera pasang masker dan penderila bernafas dengan oksigen murni 20 menit udara 5
menit, dilanjutkan CO2 murni 20 rnenit. Pada 20 menit pertama harus diperhatikan keluhan penderita bila
kurang dari l0 menit keluhan hilang, selesaikan tabel 5. Lamanya di 60 fsw dihitung sejak tiba di 60 fsw
sampai mulai di dekompresi.
c. Setelah kompresi di 60 fsw selesai lakukan dekompresi (ascent) dengan kecepatan I fpm sampai tiba di 30
fsw. Jika terjadi keterlambatan naik (ascent) jangan dikompensasi, sebaliknya jika terlalu cepat harus
dikompensasi dengan memperlambat naik (ascent).
d. Setibanya di 30 fsw, lepas masker, penderita bernafas dengan udara selama 5 menit, dilanjutkan oksigen
20 menit, udara 3 menit. Dekompresi di 30 fsw selesai.
e. Lakukan dekompresi (ascent) dari 30 fsw kepermukaan dengan kecepatan I feet permenit selama
dekompresi pasien bernafas dengan oksigen. Keluarkan penderita dari RUBT, terapi selesai.
f. Jika karena sesuatu hal oksigen harus dihentikan, tunggu sclama l8 menit evaluasi apa yang terjadi untuk
mencntukan tindakan selanjutnya.
g. Jika oksigen harus dihentikan pada 60 fsw, setibanya di 30 fsw pindah ke tabel 6.

2. Tabel 6
Tabel ini dipakai untuk penyakit dekompresi tipe serius (berat), atau tipe pain only jika gejala tidak hilang
dalarn waktu l0 rnenit pertama di 60 fsw. Pelaksanaan :
a. Kompresi/descent dengan kecepatan 25 fpm sampai kedalaman 60 fsw selama penekanan pasien bernafas
dengan udara.
b. Setibanya 60 fsw segera pasang masker penderita bernafas dengan oksigen murni 20 menit - udara 5 menif
oksigen murni 20 menit – udara 5 menit; oksigen murni 20 menit - udara 5 menit. tamanya di 60 fsw
dihitung sejak tiba sampai mulai didekompresi.
c. Lakukan dekompresi dengan kecepatan I fpm sampai tiba di 30 fsw. Jika terjadi keterlambatan ascent
jangan dikompensasi, Jika terlalu cepat harus dikompensasi dengan memperlambat ascent. Selama
dekompresi pasien bernafas dengan oksigen.
d. Setibanya di 30 fsw lepas masker, bernafas dengan udara 15 menit, pasang masker bernafas dengan
oksigen 30 menit, udara 15 menit - oksigen 30 menit. Dekompresi di 30 fsw selesai.
e. Lakukan dekompresi (ascent) dari 30 fsw kepermukaan dengan kecepatan I fpm selama dekompresi
pasien bernafas dengan oksigen. Keluarkan pasien dari RUBT, terapi selesai.
f. Jika oksigen terpaksa hanrs dihentikan, tunggu 15 menit, evaluasi apa yang terjadi untuk menentukan
tindakan selanjutnya.
g. Selama terapi tender bemafas dengan udara. Kecuali untuk penyelaman ulang atau tabel diperpanjang
maka tender bernafas dengan oksigen murni saat dekompresi dari 30 fsw ke permukaan.
Tabel 6 dapat diperpanjang dengan menambahkan pada :
60 fsw : 20 menit oksigen - 5 menit udara dan/atau
30 fsw : 60 menit oksigen - 5 menit udara.
Kesimpulan
1. Penyakit Dekompresi merupakan Suatu penyakit yang disebabkan oleh pelepasan dan mengembangnya
gelmbung gas dari fase larut dalam darah atau jaringan akibat penurunan tekanan disekitarnya.
2. Penyakit Dekompresi diklasifikasikan menjadi DCS Tipe I dan DCS Tipe II.
3. Hiperbarik oksigen adalah suatu cara terapi dimana penderita harus berada dalam suatu ruangan
bertekanan, dan bernapas dengan oksigen 100% pada suasana tekanan ruangan yang lebih besar dari 1 ATA
(atmosfer absolute).
4. Tujuan pengobatan penyakit dekompresi adalah melawan efek hipoksia pada jaringan. Pengobatan terdiri
dari 3 tindakan yang saling melengkapi yaitu oksigenasi, rekompresi dan pengobatan medikamentosa.
5. Dalam terapi oksigenasi hiperbarik dikenal tabel pengobatan US Navy, yang terdiri dari tabel pengobatan
dengan udara tekanan tinggi, yaitu tabel IA, 2A, 3, dan 4 serta tabel pengobatan dengan oksigen bertekanan
tinggi yaitu tabel 5, 6 dan 6A.
DAFTAR PUSTAKA
1. Guyton AC, Hall JE. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Penterjemah: Irawati, Ramadani D, Indriyani F.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2006.
2. Noltkamper, Daniel. Scuba Diving : Barotrauma and Decompression Sickness. 2012. Cited on : Feb 16th, 2017.
Available from : http://www.emedicinehealth.com/barotraumadecompression_sickness/article_em.htm
3. Bennett, Mike. Handbook of diving and Hyperbaric Medicine, The Prince of Wales Hospital Oktober 2004.
4. Kusuma, Ratih. Caisson Disease. 2012. Cited on : Feb16th 2017). Available from :
http://www.scribd.com/doc/92963588/Caisson-Disease
5. Rijadi, R.M. Penyakit Dekompresi. In :Ilmu Kesehatan Penyelaman dan Hiperbarik. Lembaga Kesehatan
Kelautan TNI AL. P: 89-103.
6. Anonimous. Decompression Sickness and Decompression Illness. 2009. Cited on : Feb 16th 2017). Available from
: http://www.thescubasite.com/Learn-To-Scuba-Dive/decompression-sickness-decompression-illness
7. Bennett, Mike. Handbook of diving and Hyperbaric Medicine, The Prince of Wales Hospital Oktober 2004.
8. Irga. Barotrauma. January 3 2008. Cited on : Feb16th 2017.Available from : http://irwanashari.com.
9. Powell, M.R. Mechanism and Detection of Decompression Sickness . 2009. Cited on: September 5th 2013.
Available from : http://www.dtic.mil/dtic/tr/fulltext/u2/768397.pdf
10. Noltkamper, D.F. Barotrauma/decompression sickness treatment. 2012. (Available from :
http://www.emedicinehealth.com/barotraumadecompression_sickness/page10_em.htm#Prevention, Cited on :
September 5th ,2013)
11. Alfred A. Bove. Decompression Sickness(Caisson Disease; The Bends). The Merk Manual. 2009.
12. Anonymous. Diagnosis and treatment of decompression sickness and arterial gas embolism. 2005. Hal 31-32.
13. Huda N. Tesis Pengaruh Hiperbarik Oksigen (HBO) terhadap perfusi perifer luka gangrene pada penderita DM DI
RSAL Dr. Ramelan Surabaya. FK UI. 2010
14. Djauw, Lukman. Terapi Oksigen Hiperbarik (TOHB) Di Lembaga Kesehatan Kelautan Angkatan Laut (Lakesla).
Surabaya. 2015.
15. Vann R D, Denoble P J, Howle L E, Weber P W et all. Resolution and Severity in Decompression Illness.
Aviation, Space and Enviromental Medicine. Volume 80, No.5, Section I. 2009.
16. U.S. Navy Diving Manual. Diagnosis and treatment of Decompression Sickness and Arterial Gas Embolism.
Chapter 20.

Anda mungkin juga menyukai