Anda di halaman 1dari 33

Kejahatan Terhadap

Tubuh

ANDI NURUL ISNAWIDIAWINARTI ACHMAD, S.H., M.H

anisasmantigs@yahoo.co.id
Jenis Kejahatan Terhadap Tubuh
Kejahatan terhadap tubuh yang dilakukan dengan
sengaja
Kejahatan yang dimaksud, dikualifikasikan sebagai
penganiayaan (mishandeling), dimuat dalam Bab
XX buku II, Pasal 351 KUHP s/d Pasal 358 KUHP.
Kejahatan terhadap tubuh karena kelalaian.
Kejahatan yang dimaksud dikualifikasikan karena
lalai menyebabkan orang luka. Hal ini dimuat
dalam Bab XXI, buku II, Pasal 360 KUHP
Kejahatan Terhadap Tubuh Yang Dilakukan
Dengan Sengaja (Penganiayaan) Dibedakan
Menjadi 6 Macam :
1. Penganiayaan Biasa (Pasal 351 KUHP);
2. Penganiayaan Ringan (Pasal 352 KUHP);
3. Penganiayaan Berencana (Pasal 353 KUHP);
4. Penganiayaan Berat (Pasal 354 KUHP);
5. Penganiayaan Berat Berencana (Pasal 355
KUHP);
6. Penganiayaan dengan cara dan terhadap
orang-orang yang berkualitas tertentu yang
memberatkan (Pasal 356 KUHP)
Penganiayaan Biasa
Pasal 351 KUHP berbunyi :
(1) Penganiayaan dipidana dengan pidana penjara
paling lama 2 tahun 8 bulan atau pidana denda
sebanyak Rp. 4.500.
(2) Jika perbuatan itu mengakibatkan luka-luka berat,
yang bersalah dipidana dengan pidana penjara
paling lama 5 tahun.
(3) Jika mengakibatkan mati, dipidana dengan pidana
penjara paling lama 7 tahun.
(4) Dengan penganiayaan disamakan sengaja merusak
kesehatan
(5) Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak
dipidana.
Rancangan rumusan awal pasal
penganiayaan
Rancangan dari pasal penganiayaan diajukan
oleh Menteri Kehakiman Belanda terdapat 2
rumusan :
a. Setiap perbuatan yang dilakukan dengan
sengaja untuk menimbulkan rasa
sakit/penderitaan pada tubuh orang lain.
b. Setiap perbuatan yang dilakukan dengan
sengaja untuk merusak kesehatan tubuh
orang lain.
Parlemen keberatan atas rancangan
tersebut diatas, karena dianggap
pengertian mengenai rasa
sakit/penderitaan pada tubuh
tersebut kabur. Oleh karena hal
tersebut maka Menteri Kehakiman
kemudian mengubah rumusan yang
pertama dengan hanya merumusakan
kata penganiayaan (mishandeling).
Arti penganiayaan menurut Doktrin
Hukum Pidana
Penganiayaan diartikan sebagai perbuatan yang
dilakukan dengan sengaja untuk menimbukan rasa
sakit (pijn) atau luka (letsel) pada tubuh orang
lain.
Jadi, menurut doktri penganiayaan mempunyai
unsur-unsur :
a. adanya kesengajaan
b. adanya perbuatan
c. adanya akibat perbuatan (yang dituju), yakni :
1. rasa sakit pada tubuh, dan/atau
2. luka pada tubuh.
Penjelasan Unsur-Unsur:
a. Kesengajaan yang dimaksud dalam unsur ini adalah sebagai
maksud (opzet als oogmerk), disamping harus ditujukan
pada perbuatannya, juga ditujukan pada akibatnya.
b. Mengenai unsur perbuatan sangatlah bersifat abstrak, maka
dalam bentuk konkret tak berbatas wujudnya, yang pada
umumnya wujud perbuatan itu mengandung sifat kekerasan
fisik dan harus menimbulkan rasa sakit pada tubuh atau luka
pada tubuh.
c. Luka dapat diartikan sebagai terdapatnya/terjadinya
perubahan bentuk tubuh, atau menjadi lain semula,
misalnya lecet, putusnya jari tangan, bengkak pada pipi.
Sedangkan rasa sakit tidak memerlukan adanya perubahan
pada tubuh melainkan cukup dengan timbulnya rasa sakit,
rasa perih, tidak enak atau penderitaan.
Penganiayaan menurut Arrest Hoge
Raad (HR)
Arrest HR (25-6-1894) : menyatakan bahwa penganiayaan
adalah “dengan sengaja menimbulkan rasa sakit atau luka.
Kesengajaan ini harus dicantumkan dalam surat tuduhan.
Arrest HR (10-2-1902) : menyatakan bahwa “jika
menimbulkan luka atau sakit pada tubuh bukan menjadi
tujuan, melainkan suatu sarana belaka untuk mencapai
tujuan yang patut, maka tidaklah ada penganiayaan.
Contoh : guru memukul anak.
Arrest HR (20-4-1925) : menyatakan bahwa “dengan sengaja
melukai tubuh orang lain tidak dianggap sebagai
penganiayaan, jika maksudnya untuk mencapai suatu tujuan
lain, dan di dalam menggunakan akal itu tidak sadar bahwa
ia melewati batas yang wajar.
Berdasarkan doktri dari arrest-arrest HR, maka
disimpulkan, penganiayaan adalah suatu perbuatan
yang dilakukan dengan sengaja yang ditujukan
untuk menimbulkan rasa sakit atau luka pada
tubuh orang lain, yang akibat mana semata-mata
merupakan tujuan si penindak.
Unsur-unsur penganiayaan :
a. adanya kesengajaan
b. adanya perbuatan
c. adanya akibat perbuatan (dituju) yakni :
1) rasa sakit, tidak enak pada tubuh
2) lukanya pada tubuh
d. Akibat mana menjadi tujuan satu-satunya.
Penganiayaan biasa dapat dibedakan
menjadi :
Penganiayaan biasa yang tidak menimbulkan luka
berat maupun kematian (ayat 1)
Penganiayaan yang mengakibatkan luka berat
(ayat 2)
Penganiayaan yang mengakibatkan kematian
(ayat 3)
Penganiayaan yang berupa sengaja merusak
kesehatan (ayat 4).
Penganiayaan Ringan
Penganiayaan ringan (lichte mishandeling) adalah
penganiayaan yang dimuat dalam Pasal 352 KUHP, yang
rumusannya berbunyi :
(1) - Kecuali yang disebut dalam pasal 353 dan 356, maka
penganiayaan yang tidak menimbulkan penyakit atau
halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau
pencaharian, dipidana sebagai penganiayaan ringan,
dengan pidana penjara paling lama 3 bulan atau pidana
denda paling banyak Rp.4.500,-
- Pidana dapat ditambah sepertiga bagi orang yang
melakukan kejahatan itu terhadap orang-orang yang
bekerja padanya atau menjadi bawahannya.
(2) Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak
dipidana.
Ketentuan pada rumusan Pasal 352
ayat (1)

1. Mengenai batasan dan


ancaman pidana bagi
penganiayaan ringan
2. Alasan pemberat pidana pada
penganiayaan ringan.
Batasan penganiayaan ringan
a. Bukan merupakan penganiayaan berencana (Pasal 353
KUHP
b. Bukan penganiayaan yang dilakukan :
1) Terhadap Ibu atau bapaknya yang sah, istri atau
anaknya
2) Terhadap pegawai negeri yang sedang dan atau
karena menjalankan tugasnya yang sah
3) Dengan memasukkan bahan yang berbahaya bagi
nyawa atau kesehatan untuk dimakan dan
diminum (Pasal 356 KUHP)
c. Tidak (1) menimbulkan penyakit atau (2) halangan untuk
menjalankan pekerjaan jabatan atau (3) pencaharian)
Penganiayaan Berencana
Penganiayaan berencana dirumuskan dalam Pasal
353 KUHP yang berbunyi :
(1) Penganiayaan dengan rencana lebih dahulu,
dipidana dengan pidana penjara paling lama 4
tahun
(2) Jika perbuatan itu menimbulkan luka-luka
berat, yang bersalah dipidana dengan pidana
penjara paling lama 7 tahun
(3) Jika perbuatan itu mengakibatkan kamatian,
yang bersalah dipidana dengan pidana penjara
paling lama 9 tahun
Istilah direncanakan harus memenuhi beberapa syarat,
yaitu :
a. Pengambilan keputusan untuk berbuat dilakukan
dalam suasana tenang.
b. Sejak timbulnya kehendak/pengambilan keputusan
untuk berbuat sampai pelaksanaan perbuatan ada
tenggang waktu. Adanya tenggang waktu, dapat
digunakan untuk memikirkan :
1. tetap akan melaksanakan perbuatannya dengan
adanya akibat untuk dirinya sendiri dan orang lain.
2. cara, alat dan waktu untuk melaksanakan niatnya.
3. cara untuk menghilangkan jejak.
c. Melaksanakan perbuatannya dengan hati yang
tenang.
Macam-macam Penganiayaan
Berencana

a. Penganiayaan berencana yang tidak


berakibat luka berat atau kematian;
b. Penganiayaan berencana yang berakibat
luka berat;
c. Penganiayaan berencana yang berakibat
kematian.
Persamaan Penganiayaan Biasa
(Pasal 351 ayat (1)) & Penganiayaan
Berencana Bentuk a
a. Masing-masing tidak mengakibatkan luka berat
atau kematian
b. Memiliki kesengajaan yang sama terhadap
perbuatan beserta akibatnya
c. Mengakibatkan luka
d. Sama berlaku faktor yang memperberat pidana
sebagaimana yang diatur dalam Pasal 356 KUHP.
Perbedaan Penganiayaan Biasa (Pasal 351 ayat
(1)) & Penganiayaan Berencana Bentuk a
Penganiayaan Biasa (Pasal Penganiayaan Berencana
351 ayat (1)) Bentuk a
Tidak ada unsur direncanakan Adanya faktor pemberat
terlebih dulu pidana
Dapat terjadi pada Tidak mungkin terjadi pada
penganiayaan ringan penganiayaan ringan
Dipandang sebagai bentuk Dipandang sebagai
pokok dari penganiayaan penganiayaan yang
Percobaannya tidak dipidana. dikualifisir (gequalificeer de
mishandeling)
Percobaannya dipidana.
Penganiayaan Berat
Penganiayaan berat dirumuskan dalam Pasal 354
KUHP, yang berbunyi :
(1) Barangsiapa sengaja melukai berat orang lain,
dipidana karena melakukan penganiayaan
berat dengan pidana penjara paling lama 8
tahun;
(2) Jika perbuatan itu mengakibatkan kematian,
yang bersalah dipidana dengan pidana
penjara paling lama 10 tahun.
Unsur-Unsur Penganiayaan Berat
a. Kesalahannya : kesengajaan
(opzettelijk);
b. Perbuatan : melukai berat;
c. Obyeknya : tubuh orang lain;
d. Akibat : luka berat.
Bentuk Penganiayaan Berat
 Penganiayaan berat biasa (ayat 1), dan
 Penganiayaan berat yang menimbulkan
kematian (ayat 2)
Termasuk Luka Berat
Jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak memberi
harapan akan sembuh sama sekali, atau yang
menimbulkan bahaya maut;
Tidak mampu terus menerus untuk menjalankan
tugas jabatan atau pekerjaan pencaharian;
Kehilangan salah satu panca indera;
Mendapat cacat berat;
Menderita sakit lumpuh;
Terganggunya daya pikir selama 4 minggu atau lebih;
Gugur atau matinya seorang perempuan.
Penganiayaan Berat
Berencana
Penganiayaan berat berencana dirumuskan dalam
Pasal 355 KUHP, yang berbunyi :
(1) Penganiayaan berat yang dilakukan dengan rencana
terlebih dahulu, dipidana dengan pidana penjara
paling lama 12 tahun;
(2) Jika perbuatan itu menimbulkan kematian, yang
bersalah dipidana dengan pidana penjara paling
lama 15 tahun
Bentuk Penganiayaan Berat
Berencana
1. Penganiayaan berat berencana biasa (ayat 1)
2. Penganiayaan berat berencana yang
diperberat, yakni jika menimbulkan
kematian orang lain (ayat 2)
Penganiayaan Terhadap Orang-orang Berkualitas
Tertentu Atau Dengan Cara Tertentu yang
Memberatkan
Penganiayaan yang dimaksud adalah penganiayaan yang di
rumuskan dalam Pasal 356, yang berbunyi :

Pidana yang ditentukan dalam pasal 351, 353, 354 dan 355 dapat
ditambah dengan sepertiganya :
1. bagi yang melakukan kejahatan itu terhadap ibunya, bapaknya
yang sah, istrinya atau anaknya;
2. Jika kejahatan itu dilakukan terhadap seorang pejabat ketika
atau karena menjalankan tugasnya yang sah;
3. Jika kejahatan itu dilakukan dengan memberikan bahan yang
berbahaya bagi nyawa atau kesehatan untuk dimakan dan
diminum.
Pada penganiayaan yang terdapat dalam rumusan Pasal 356,
sifat yang memberatkan pidana pada penganiayaan biasa
(Pasal 351), penganiayaan berencana (Pasal 353),
Penganiayaan berat (Pasal 354) dan Penganiayaan berat
berencana (Pasal 355), terletak pada 2 hal, yaitu :
a. Pada kualitas pribadi korban sebagai :
1) ibunya;
2) bapaknya yang sah;
3) istrinya;
4) anaknya;
5) pegawai negeri (a) ketika atau (b) kerena menjalankan
tugasnya yang sah.
b. Pada cara melakukan penganiayaan, yakni dengan
memberikan bahan untuk dimakan atau diminum yang
berbahaya bagi nyawa atau kesehatan.
Turut Serta Dalam Penyerangan dan
Perkelahian
Kejahatan yang dimaksud, dirumuskan dalam Pasal 358,
yang berbunyi :
Mereka yang turut serta dalam penyerangan atau perkelahian
di mana terlibat beberapa orang, selain tanggung jawab
masing-masing terhadap apa yang khusus dilakukan olehnya,
dipidana :
1. dengan pidana penjara paling lama 2 tahun 8 bulan, jika
akibat penyerangan atau perkelahian itu ada yang luka-
luka berat;
2. dengan pidana penjara paling lama 4 tahun, jika akibatnya
ada yang mati.
Unsur-Unsur Pasal 358
a. Unsur obyektif :
1) Perbuatan : turut serta;
2) a. dalam penyerangan
b. dalam perkelahian;
3) di mana terlibat beberapa orang;
4) Menimbulkan akibat : a. ada yang luka berat
b. ada yang mati
b. Unsur subyektif : dengan sengaja.
Kejahatan Terhadap Tubuh
Dengan Tidak Sengaja
Kejahatan terhadap tubuh dengan tidak sengaja, dirumuskan
dalam Pasal 360, yang berbunyi :
(1) Barangsiapa karena kesalahannya (kealpaannya)
menyebabkan orang lain mendapat luka-luka berat, dipidana
dengan pidana penjara paling lama 5 tahun atau pidana
kurungan paling lama 1 tahun.
(2) Barangsiapa karena kurang hati-hatinya (kealpaannya)
menyebabkan orang lain luka-luka sedemikian rupa, sehingga
timbul penyakit atau halangan menjalankan pekerjaan
jabatan atau pencaharian selama waktu tertentu, dipidana
dengan pidana penjara paling lama 9 bulan atau pidana
kurungan paling lama 6 bulan atau pidana denda paling
tinggi Rp. 4.500,
Unsur-Unsur Pasal 360
Dalam rumusan ayat (1), terdapat unsur-unsur :
a. ada perbuatan;
b. karena kesalahannya (kealpaannya);
c. menimbulkan akibat orang luka-luka berat;
Dalam rumusan ayat (2), terdapat unsur-unsur :
a. ada perbuatan;
b. karena kesalahannya (kealpaannya)
c. menimbulkan akibat :
1) luka yang menimbulkan penyakit, atau
2) halangan menjalankan pekerjaan jabatan
atau pencaharian selama waktu tertentu.
Penjelasan unsur-unsur
Perbuatan yang dimaksud pada unsur diatas
merupakan perbuatan yang sama dengan
penganiayaan.
Karena kesalahannya (kealpaannya), menunjukkan
bahwa kejahatan ini adalah berupa kejahatan kulpa,
berbentuk tidak sengaja/kurang hati-hati.
Akibat yang timbul oleh adanya kurang hati-hati,
menurut ayat (1) adalah luka-luka berat dan menurut
ayat (2) adalah luka sedemikian rupa. Luka
sedemikian rupa yang dimaksud adalah bukan luka
berat, tetapi semua luka yang menimbulkan penyakit
atau halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan
atau pencaharian dalam waktu tertentu.
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai