Anda di halaman 1dari 7

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)

Volume 4, Nomor 4, Oktober 2016 (ISSN: 2356-3346)


http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

GAMBARAN PENGELOLAAN RANTAI DINGIN VAKSIN PROGRAM


IMUNISASI DASAR
(Studi di 12 Puskesmas Induk Kabupaten Sarolangun)

Kairul, Ari Udiyono, Lintang Dian Saraswati


Peminatan Epidemiologi dan Penyakit Tropik
Universitas Diponegoro
Email: kairul.harahap@gmail.com

Abstrak: Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan kekebalan seseorang


secara aktif terhadap suatu penyakit. Vaksin adalah suatu produk biologi yang
terbuat dari kuman atau racun kuman yang telah dilemahkan. Rantai dingin
vaksin adalah suatu prosedur yang digunakan untuk menjaga vaksin pada suhu
tertentu. Tujuan Penelitian untuk mendeskripsikan pengelolaan rantai dingin
vaksin program imunisasi dasar di 12 puskesmas induk Kabupaten Sarolangun.
Rancangan penelitian ini adalah observasional deskriptif. Sampel penelitian ini
adalah 12 Puskesmas induk di Kabupaten Sarolangun. Jenis vaksin imunisasi
dasar BCG, DPT-HB-Hib, Polio, Campak. Hasil penelitian 66,7% petugas
tamatan perguruan tinggi, 25 % lemari es tidak memiliki termometer, 91,7%
lemari es tidak memiliki freeze tag, 33,3% vaksin heat sensitive disusun dekat
evaporator, 41,7% vaksin freeze sensitive disusun menjauh dari evaporator, 50%
lemari es tidak tersedia grafik pencatatan suhu, 41,7% petugas melakukan
pemantauan 2 kali sehari, 91,7% thermostat lemari es tidak di selotip, 50%
petugas tidak melakukan perawatan harian, 66,7% petugas tidak melakukan
perawatan mingguan, 33,3% petugas tidak melakukan perawatan bulanan. Dari
penelitian ini dapat disimpulkan tidak ada Pengelolaan Vaksin Program imunisasi
Dasar di 12 Puskesmas Induk Kabupaten Sarolangun sesuai dengan Peraturan
Menteri Kesehatan No 42 tahun 2013 tentang Penyelenggaraan imunisasi.

Kata Kunci : Imunisasi, Rantai Dingin Vaksin, Vaksin, Potensi Vaksin.


Kepustakaan : 1,3 2013

PENDAHULUAN kekebalan tubuh seseorang secara


aktif terhadap suatu penyakit, sehingga
Latar Belakang Bila vaksin diberikan pada seseorang
akan menimbulkan kekebalan spesifik
Imunisasi adalah upaya untuksecara aktif
menimbulkan atau meningkatkan terhadap penyakit tertentu.(1)
Penyakit menular yang dapat tuberculosisis yang ditularkan melalui
dicegah dengan imunisasi (PD3I) udara (droplet nuclei) saat seorang
adalah Tuberculosis (TBC) pasien TBC batuk dan percikan
merupakan penyakit infeksi yang ludahnya mengandung bakteri yang
dapat menyerang berbagai organ terhirup oleh orang lain saat
bernapas, dapat dicegah dengan
atau jaringan tubuh. Penyakit ini
vaksin BCG.(6)
sebabkan oleh Mycobacterium
Difteri adalah suatu penyakit Corynebacterium diphtheria.(2)
bakteri akut terutama menyerang Pertusis adalah suatu penyakit
tonsil, faring, laring, disebakan oleh menular yang menyerang saluran

417
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 4, Nomor 4, Oktober 2016 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

pernapasan. Penyakit ini disebabkan imunisasi dasar (BCG, DPT-HB, Polio,


oleh Bordetella pertusis, Tetanus Campak) tahun 2013 di provinsi jambi
toxoid merupakan penyakit infeksi diatas 98%.(7)
yang disebabkan oleh Klostridium Penyakit yang dapat dicegah
tetani. masa inkubasi 3 hari sampai dengan Imunisasi (PD3I) di Kabupaten
dengan 21 hari, penyakit in dapat Sarolangun tahun 2014, Campak 129
dicegah dengan pemberian vaksin kasus 31 kasus diantaranya dilakukan
tetanus toxoid (TT).(3) Hepatitis B vaksinasi. Kasus AFP (acute flexid
(HB) adalah penyakit radang hati paralisis) atau demam lumpuh layuh
yang disebabkan oleh virus Hepatitis dari tahun 2012 s/d 2015 berjumlah 9
B. Polio adalah penyakit pada kasus dengan usia 11 bulan s/d 14
susunan syaraf pusat yang tahun, Difteri 6 kasus, capaian
disebabkan oleh satu dari tiga virus imunisasi dasar (BCG, DPT-HB, Polio,
yang berhubungan, yaitu virus Polio Campak) menurut RISKESDAS tahun
tipe 1, 2, atau 3. Virus ini menyerang 2013 mencapai 98,2% . (9,10)
dan menghancurkan syaraf motorik,(4)
Campak (Measles/rubella) adalah
Penggolongan vaksin dapat
penyakit virus akut yang disebabkan
dibedakan menjadi dua golongan yaitu,
oleh virus campak, Virus ini
pertama penggolongan vaksin
menyebar pada semua sistem
berdasarkan antigen. kedua
retikuloendotelial dan menyusul
penggolongan berdasarkan sensitivitas
viremia kedua setelah 5 hari sampai
terhadap suhu.(11,12,13,14) Penelitian
dengan 7 hari setelah infeksi awal,
yang dilakukan oleh McGuire tahun
dapat dicegah dengan pemberian
2006 di Pakistan menunjukkan bahwa
virus campak.(5) dari 90 sampel pengiriman vaksin, 60%
Kasus penyakit yang dapat vaksin terpapar suhu beku ketiga
dicegah dengan imunisasi (PD3I) di dibawa oleh layanan pos.(15)
Indonesia pada tahun 2014. Jumlah PATH/UNICEF (2005) melakukan
penderita baru Tuberculosis 176.677 monitoring suhu pada cold chain di
kasus, jumlah penderita Tetanus 84 Bolivia menunjukkan pembekuan
kasus, kasus meninggal karena terjadi hampir pada setiap tingkat dari
Tetanus tanpa di vaksinasi berjumlah setiap sistem distribusi rantai dingin,
54 kasus, kasus Difteri 396 kasus dan terutama selama menyimpan di
249 kasus diantaranya telah dilakukan dilemari es, dari 25 sampel 60%
vaksinasi dan meninggal 16 kasus. mengalami pembekuan, dan juga
Jumlah penderita Campak 12.934 selama transportas, dari sampel 11
kasus, yang dilakukan vaksinasi 5.531 pengiriman vaksin 100% mengalami
kasus dan meninggal 8 kasus. menurut pembekuan.(15)
data Kemenkes RI tahun 2013 capaian
Imunisasi dasar (BCG, DPT-HB, Polio,
Rantai dingin vaksin adalah
Campak) mencapai 89,3%.(7,8)
suatu prosedur yang digunakan untuk
Kasus penyakit yang dapat menjaga vaksin pada suhu tertentu
dicegah dengan imunisasi (PD3I), di yang telah ditetapkan agar tetap
Provinsi Jambi tahun 2014 seperti memiliki potensi yang baik mulai dari
penyakit Tuberculosis penderita baru pembuatan vaksin sampai pada saat
berjumlah 2.688 kasus, Tetanus 3 pemberiannya (disuntikkan
kasus, meninggal 3 kasus, penderita atau
Difteri 6 kasus, penderita Campak 579 diteteskan) kepada sasaran.(11, 12, 13)
kasus yang dilakukan vaksinasi 286
kasus, meninggal 3 kasus. cakupan

418
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 4, Nomor 4, Oktober 2016 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

Studi yang dilakukan oleh 16 pengiriman vaksin 44 % pengiriman


Nelson di Indonesia (2004) didapati vaksin telah terpapar suhu beku dalam
hasil dari 14 sampel lemari es tempat perjalanannya.(15)
menyimpan vaksin 29% telah terpapar
suhu beku selama penyimpanan, dari A. Rumusan Masalah
Cakupan imunisasi Idealnya capaian imunisasi yang
dasar lengkap di Kabupaten tinggi menghasilkan imunitas yang
Sarolangun untuk bayi usia 0 s/d tinggi juga, jika sewaktu-waktu
11 bulan menurut hasil RISKESDAS timbul penyakit PD3I tidak
tahun 2013 sudah mencapai 98,2% menimbulkan kejadian luar biasa
yang artinya sudah diatas target (KLB). berdasarkan uraian latar
nasional yaitu Tahun 2015, 91%, belakang diatas mendorong peneliti
tahun 2016, 92%, tahun 2018, untuk melakukan penelitian tentang
92,5%, tahun 2019, 93%. Dari “Bagaimanakah pengelolaan rantai
capaian cakupan imunisasi sudah dingin vaksin program imunisasi
diatas 95% seharusnya kasus- dasar di Puskesmas induk
kasus PD3I tidak ada lagi.(16) Kabupaten Sarolangun ?.
termometer untuk memantau suhu
lemari es, ketersediaan freeze tag
B. Tujuan Penelitian untuk memantau paparan suhu
dingin/beku terhadap vaksin,
Untuk ketersediaan grafik pencatatan
mendeskripsikan pengelolaan suhu lemari es, selotip terpasang
rantai dingin vaksin program pada thermostat lemari es, jumlah
imunisasi dasar di Puskesmas cool pack dalam lemari es, jumlah
induk Kabupaten vaccine carrier dan perawatan
Sarolangun. lemari es ditambah uji potensi
vaksin dengan menggunakan
C. Metode Penelitian Jenis metode shake test ( uji kocok)
rancangan penelitian yang vaksin tersangka beku.
digunakan dalam penelitian ini
adalah E. Populasi dan Sampel
Observasional Penelitian
Deskriptif. Populasi dalam penelitian ini
adalah kepala puskesmas, petugas
D. Variabel Penelitian pengelola vaksin dan peralatan rantai
Variabel penelitian ini lebih dingin vaksin. Sampel penelitian
ditujukan kepada variabel yang adalah 12 Puskesmas induk wilayah
dianggap berpengaruh terhadap kerja Dinas Kesehatan Kabupaten
kualitas pengelolaan rantai dingin Sarolangun yaitu, Puskesmas
vaksin, indikator tersebut adalah Sarolangun, Sungai baung, Limbur
tingkat pendidikan pengelola Tembesi, Pelawan, Pulau Pandan,
vaksin, pelatihan pengelola vaksin, Cermin Nangedang, Singkut, Singkut
pendanaan pengelolaan vaksin, lima, Pauh, Air
suhu dalam lemari es, ketersediaan Hitam, Pematang Kabau dan
cool pack dalam lemari es, jarak Mandiangin Kabupaten Sarolangun
dus antara vaksin, jarak vaksin Provinsi Jambi serta peralatan rantai
heat sensitive dengan evaporator, dingin vaksinnya..
jarak vaksin freeze sensitive
dengan evaporator, ketersediaan
419
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 4, Nomor 4, Oktober 2016 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

F. Jadwal Penelitian dengan Juni 2016, di 12 puskesmas


Jadwal penelitian ini dilakukan Kabupaten Sarolangun.
sejak seminar proposal sampai
Pengelolaan vaksin ditingkat puskesmas mengacu pada peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 42 tahun 2013 tentang
Penyelenggaraan Imunisasi dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Nomor Persyaratan
1 Tingkat pendidikan minimal SMA/ SMK
2 Telah mengikuti pelatihan pengelolaan vaksin
3 Pendanaan pengelolaan vaksin
4 Semua vaksin disimpan pada suhu + 2˚C s/d 8˚C
5 Bagian bawah lemari es diletakkan cool pack sebagai penahan
dingin
6 Ketersediaan cool pack dalam lemari es
7 Harus ada jarak yang teratur dus vaksin dalam lemari es (1-2 cm)
8 Posisi vaksin heat sensitve diletakkan dekat evaporator
9 Posisi vaksin Freeze sensitive diletakkan menjauh dari evaporator
10 Ketersediaan termometer dalam lemari es
11 Ketersediaan grafik pencatatan suhu
12 Thermostat diselotip agar suhu lemari es tidak berubah-rubah
13 Ketersediaan vaccine carrier
14 Perawatan lemari es
G. Hasil Penelitian
Hasil Penelitian Pengelolaan Rantai Ringin Vaksin di 12 Puskeskas
Induk Kabupaten Sarolangun yang mengacu pada Peraturan menteri
Kesehatan Republik Indonesia No 42 tahun 2013 tentang Penyelenggaraan
Imunisasi.

No Persyaratan Pengelolaan Vaksin Persentase


1 Tingkat pendidikan minimal SMA/ 66,7% petugas tamatan
SMK perguruan tinggi

2 Telah mengikuti pelatihan 12 petugas telah mengikuti


pengelolaan vaksin pelatihan minimal 1 kali

3 Pendanaan pengelolaan vaksin 12 puskesmas mempunyai


pendanaan untuk pengambilan dan distribusi vaksin.
4 Semua vaksin disimpan pada suhu 66,7% vaksin disimpan
+ 2˚C s/d 8˚C pada suhu +2˚C s/d 8˚C

5 Bagian bawah lemari es diletakkan 12 lemari es bagian cool pack


sebagai penahan dingin bawahnya diletakkan cool pack
6 Ketersediaan cool pack dalam 12 lemari es mempunyai lemari es
cool pack > 8 buah
7 Harus ada jarak yang teratur dus 58,3% vaksin diberi jarak
1vaksin dalam lemari es (1-2 cm) 2 cm

420
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 4, Nomor 4, Oktober 2016 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

8 Posisi vaksin heat 33,3% vaksin heat sensitive


sensitve diletakkan dekat disusun dekat evaporator
evaporator
Pembahasan ke Puskesmas hingga vaksin
dibawa ke
1. Ketersediaan Termometer dalam Posyandu, semua rantai dingin

9 Posisi vaksin Freeze sensitive 75% vaksin freeze sensitive


diletakkan menjauh dari evaporator disusun menjauhdari
evaporator
10 Ketersediaan termometer dalam 75% lemari es tersedia lemari es
termometer

11 Ketersediaan grafik pencatatan 50% lemari es tersedia


suhu grafik pencatatn suhu

12 Thermostat diselotip agar suhu 91,7 thermostat lemari es lemari es


tidak berubah-rubah tidak diselotip

13 Ketersediaan vaccine carrier 12 puskesmas memiliki


vaccine carrier > 3 buah
14 Perawatan lemari es - 50% petugas melakukan perawatan harian
- 33,3% petugas
melakukan perawatan
mingguan
- 66,7% petugas
melakukan perawatan
bulanan

Pengelolaan Rantai ini suhunya harus dikontrol


Dingin Vaksin dengan termometer untuk
Data hasil penelitian menjamin kualitas vaksin.(11,12)
menunjukkan bahwa di 12 Penelitian yang dilakukan oleh
puskesmas induk Kabupaten Gebbie Prisilliya Lumentut dkk di
Sarolangun masih terdapat 25% Puskesmas
lemari es yang tidak memiliki Tuminting, Paniki Bawah dan
termometer. Sesuai dengan Wenang dalam pengelolaan
petunjuk pedoman pengelolaan rantai dingin vaksin tidak ada
cold chain petugas imunisasi alat pengukur suhu
bahwa kamar dingin, lemari es, (termometer).(17)
cool box, vaccine carrier harus
dilengkapi dengan termometer 2. Suhu Lemari Es Tempat
untuk mengontrol suhu saat Menyimpan Vaksin
membawa vaksin dari pusat ke Seluruh vaksin adalah
provinsi, dari provinsi ke +2˚C s/d 8˚C. Berdasarkan data
Kabupaten dan dari Kabupaten hasil penelitian di 12 puskesmas
induk Kabupaten Sarolangun

421
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 4, Nomor 4, Oktober 2016 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

masih terdapat 8,3% suhu lemari es


> 8˚C. Penelitian yang dilakukan oleh
Tri Dewi Kristini terhadap 138 Unit H. Kesimpulan dan Saran
Pelayanan Swasta yang melayani a. Kesimpulan
Imunisasi di seluruh Kota Semarang Berdasarkan Peraturan
yang menggunakan vaksin program Menteri Kesehatan Republik
imunisasi yang diambil dari Indonesia No 42 tahun 2013
puskesmas menunjukkan 84 UPS tentang Penyelenggaraan
(60,9%) suhu lemari es > 8˚C dan Imunisasi dapat disimpulkan
vaksin beku ditemukan di 15 UPS. bahwa “Pengelolaan Rantai
Dingin Vaksin Program Imunisasi
3. Ketersediaan Freeze Tag dalam Dasar” di 12 puskesmas induk
Lemari Es. Kabupaten Sarolangun, belum
Berdasarkan data hasil ada yang memenuhi persyaratan
penelitian menunjukkan bahwa pengelolaan rantai dingin vaksin
hampir seluruh lemari es tidak yang sesuai dengan peraturan
dilengkapi freeze tag, terdapat 91,7% menteri tersebut.
lemari es tidak tersedia freeze tag.
Freeze tag adalah alat yang b. Saran
digunakan untuk memantau vaksin 1. Lemari es yang tidak memiliki
terhadap paparan suhu beku. Alat ini termometer dan freeze tag
menggunakan sistem elektronik harus segera dilengkapi oleh
dengan menampilkan tanda rumput pihak puskesmas.
(V) atau silang (X). Bila tanda rumput 2. Pengadaan peralatan rantai
pada monitor berubah menjadi tanda dingin seperti vaccine carrier,
silang hal ini menandakan bahwa termometer, freeze tag, fridge
vaksin sudah terpapar pada suhu tag, harus sesuai dengan
dibawah -0˚C selama lebih dari 1 rekomendasi dari
jam. Kementeriaan Kesehatan
Penelitian ini juga sesuai dengan Republik Indonesia atau

penelitian yang dilakukan oleh Badan Kesehatan Dunia


Maksuk dari Politeknik Kesehatan (WHO).
Kemenkes Palembang terhadap 14 3. Diharapkan Kepala
puskesmas dikota Palembang tahun Puskesmas meningkatkan
2011 menunjukkan bahwa dari 14 pengawasan dan kontrol
puskesmas, 5 lemari es (35,7%) terhadap pengelolaan vaksin
tempat menyimpan vaksin di secara ketat, mengingat
puskesmas kota Palembang tidak potensi vaksin yang mudah
tersedia freeze tag dalam rusak dan tidak bisa
pengelolaan rantai dingin vaksin. dikembalikan
Cold Chain Petugas
DAFTAR PUSTAKA Imunisasi. Jakarta:
Ditjen Pengendalian Penyakit
1. Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan,
dan Kemenkes RI; 2013. p. 3.
Penyehatan Lingkungan 2. James Chin, MD M.
Kemenkes RI. Manual
Pedoman Pengelolaan Pemberantasan Penyakit

422
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 4, Nomor 4, Oktober 2016 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

Menular. 17th ed. Kandun IN, 12. Pengendalian Penyakit dan


editor. jakarta: Infomedika; Penyehatan Lingkungan
2000. Kemenkes RI. Pedoman
3. Irianto K. Epidemiologi Pengelolaan Cold Chain
Penyakit Menular & Tidak Petugas Imunisasi. jakarta:
Menular Panduan Klinis. Ditjen Pengendalian Penyakit
1st ed. Bandung: Alfabeta; dan Penyehatan Lingkungan,
2014. 588 p. Kemenkes RI; 2013. p. 3.
4. Atikah Proverawati. 13. Departemen Kesehatan
Imunisasi dan Vaksinasi. R.I .Pedoman Pengelolaan
Pertama. Yogyakarta: Vaksin . Jakarta 2009.
Nuha medika; 2010. 14. Keputusan Menteri
5. Nina Siti Mulyani S. Kesehatan R.I. No. 482
Imunisasi untuk Anak. tentang Gerakan Imunisasi
Pertama. Yogyakarta: Nasional GAIN UCI.pdf.
Nuha Medika; 2013. 2010. p. 1.
6. Widiyono. Penyakit Tropis 15. Matthias DM, Robertson J,
Epidemiologi Pencegahan Garrison MM, Newland S,
Penularan dan Nelson C. Freezing
Pemberatasannya. jakarta temperatures in the vaccine
, 2011. cold chain : A systematic
7. Kementerian Kesehatan literature review.
RI. Data dan Informasi 2007;25:3980–6.
Tahun 16. Bappenas. RPJMN 2015 –
2014 Profil Kesehatan 2019 dan Strategi
Indonesia. Kementeri Pembangunan Kesehatan
Kesehat Republik Indones dan Gizi Masyarakat. 2015;
2015. 2015;(1):1–5. 17. Nancy C Pelealu , Evaluasi
8. Kementerian Kesehatan Penyimpanan dan
RI. Pendistribusian Vaksin dari
Situasi dan Analisis Dinas Kesehatan Manado ke
Imunisasi. Jakarta: Pusat Puskesmas Tuminting,
Data dan Informasi Puskesmas Paniki Bawah dan
Kemenkes RI; p. 1. Puskesmas.
9. Lasdi Eka Putra. Laporan 2015;4(3):9–15.
Surveilans C1 Kasus
Campak. 2014.
10. Laporan Investigasi Kasus
Suspect Difteri Desa
Tinting tahun 2013.
11. Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Peraturan Menteri
Kesehatan
Republik Indonesia Nomor

42 Tahun 2013 Tentang


Penyelenggaraan Imunisasi.
Dep Kesehat RI. 2014;(1):1–
5.

423

Anda mungkin juga menyukai