Dosen pengampuh :
Sulwan Pusadan, SH, MH
Disusun Oleh :
KELOMPOK 9
1. REY ADIDARMA PUTRA D10120716
2. I GEDE DEVA ADNYANA D101204393.
3. MUH NUR FAJRI.S D10119471
4. JIHAN D10120604
5.
6. .
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS TADULAKO
2022
A. PENGERTIAN EKSEKUSI:
B. PELAKSANAAN EKSEKUSI:
Dalam hukum acara perdata, terdapat 3 (tiga) macam eksekusi, yaitu eksekusi
yang diatur dalam Pasal 196 HIR dan seterusnya, eksekusi yang diatur dalam Pasal
225 HIR, dan eksekusi riil. Berikut penjelasannya:
Eksekusi yang diatur dalam Pasal 196 HIR menjelaskan mengenai keadaan jika
seseorang enggan secara sukarela memenuhi isi putusan yang mengharuskan ia
membayar sejumlah uang, maka jika sebelum putusan dijatuhkan telah melakukan
sita jaminan, maka sita jaminan tersebut dinyatakan sah dan berharga dan secara
otomatis menjadi sita eksekutorial. Eksekusi dilakukan dengan melelang barang-
barang milik orang yang dikalahkan sehingga mencukupi jumlah yang harus dibayar
menurut putusan hakim dan ditambah biaya yang timbul akibat pelaksanaan putusan
tersebut. Tata cara melakukan penjualan barang-barang yang disita diatur dalam Pasal
200 HIR. Terdapat dua macam sita eksekutorial, yaitu:
Pasal 225 HIR mengatur tentang pelaksanaan putusan hakim di mana seseorang
dihukum untuk melakukan suatu perbuatan, misalnya memperbaiki jendela yang
dirusak olehnya, dan perbuatan tersebut tidak dapat dilaksanakan secara paksa.
Menurut Pasal tersebut pula, yang dapat dilakukan adalah menilai perbuatan yang
harus dilakukan oleh tergugat dalam jumlah uang lalu tergugat dihukum untuk
membayar “uang paksa”atau dalam Bahasa Belanda disebut dwangsom atau astreinte
sebagai pengganti berdasarkan putusan Hakim.
c) EKSEKUSI RIIL
Dalam HIR tidak diatur mengenai eksekusi riil, namun dalam Pasal 200 HIR yang
mengatur tentang lelang menyebutkan eksekusi riil. Eksekusi riil sendiri sudah biasa
dilakukan karena pada praktiknya sangatlah diperlukan.
Mengenai eksekusi riil diatur dalam Pasal 1033 RV yang berbunyi “Jika putusan
hakim yang memerintahkan pengosongan suatu barang yang tidak bergerak, tidak
dipenuhi oleh orang yang dihukum, maka Ketua akan memerintahkan dengan surat
kepada seorang juru sita supaya dengan bantuannya alat kekuasaan Negara, barang
itu dikosongkan oleh orang yang dihukum serta keluarganya dan segala barang
kepunyaannya.” Salah satu bentuk eksekusi riil adalah mengenai pengosongan yaitu
bisa berupa pengosongan tanah (sawah), kebun, tanah perumahan atau pengosongan
bangunan (gudang, rumah tempat tinggal, perkantoran) dan sebagainya.
- Eksekusi berdasarkan pasal 6 UUHT, yakni apabila debitor cidera janji, maka
berdasarkan hak pemegang Hak Tanggungan pertama untuk menjual obyek Hak
Tanggungan. (vide pasal 20 ayat 1 huruf (a) UUHT).
Dalam praktek sehari-hari, Grosse akta berbeda dengan akta-akta notaris lain,
Sebab di samping sebagai alat bukti yang sempurna bagi pihak juga memiliki
kekuatan eksekutorial. Dalam proses peradilan dapat merupakan bagian alat
pembuktian. Apabila dilihat sebelum masa digalakkanya usaha pembangunan boleh
di katakan bahwa pasal224 HIR (grosse akta) inni jarang disentuh dan berperan
dalam praktek peradilan. Hal ini karena dunia bisnis pada waktu itu mungkin masih
berada dalam taraf/tingkat konvensional dan belum membutuhkan atau menuntut
modal yang besar dan orang atau masyarakat juga pada saat itu belum banyak atau
masih jarang yang berkecimpung dalam dunia bisnis. Demikian pula badan-badan
penyediaan modal, seperti lembaga perbankan masih dapat dihitung dengan jari.
Grosse akta berbeda dengan akta autentik lain.
Kepada Yth,
Ketua Pengadilan Negeri ....................
Jalan ..............................................
Di – ....................
Perihal : Permohonan Lelang Eksekusi Nomor : ................. Eks. Jo. No. ..................
Dengan hormat,
Untuk dan atas nama ................., selaku Pemohon Eksekusi Nomor : ............. Eks.,
Jo. No......, dengan ini memohon kehadapan Ketua Pengadilan Negeri
................., untuk sudi kiranya berkenan menetapkan pelaksanaan lelang
eksekusi terhadap :
“Sebidang tanah dan bangunan Sertifikat Hak Guna Bangunan No. .............., tanggal
.............., seluas .............., tercatat atas nama .............., di jalan ..............”
Bahwa tanah dan bangunan tersebut diatas telah diletakkan sita eksekusi oleh
Pengadilan Negeri ................. berdasarkan Penetapan Nomor : .............. Eks. Jo.
No.
.............., Berita Acara Eksekusi Nomor : .............. Eks. Jo. No. .............. tanggal......;
Hormat Pemohon
(..…………………)