Anda di halaman 1dari 8

Materi

Apa itu ketahanan pangan

Ketahanan Pangan (food security) merupakan kondisi terpenuhinya pangan mulai dari tingkat
individu, keluarga, nasional hingga global, yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup,
baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak
bertentangan dengan agama, keyakinan dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif,
dan produktif secara berkelanjutan.

Tantangan ketahanan pangan nasional

Tantangan ketahanan pangan merupakan isu strategis dalam pemenuhan kebutuhan konsumsi
dan kesejahteraan masyarakat untuk menjamin ketersediaan dan konsumsi pangan yang cukup,
aman, bermutu dan gizi seimbang, baik pada tingkat nasional, daerah, hingga rumah
tangga.sehingga akan menentukan kestabilan ekonomi, sosial, dan politik dalam suatu negara.
Maka Pemenuhan kebutuhan pangan menjadi tantangan tersendiri bagi Indonesia yang
merupakan negara kepulauan.

ketahanan pangan Nasional, yaitu :


Sisi penyediaan Pasokan

a) Kurangnya sumber daya alam yang diakibatkan oleh pertumbuhan luas panen yang
sangat terbatas.
Hal ini terjadi akibat pemanfaatan lahan termasuk perairan dan air yang semakin tajam. Adanya
sasaran pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan peningkatan penduduk dalam persentase dan
jumlah yang besar mengakibatkan kualitas lahan dan air makin terdegradasi akibat dampak
penggunaan pupuk kimia dan pestisida. Dan Industri agro masih didominasi oleh perkebunan
sawit serta adanya konversi lahan pertanian ke non pertanian sulit dikendalikan serta laju
perluasan lahan pertanian baru sangat rendah yang dapat mengancam keberlanjutan produksi dan
ketahanan pangan di Indonesia.

b) Pemanasan Global
permasalahan bagi seluruh dunia khususnya kejadian perubahan iklim ekstrem di Indonesia
terasa lebih nyata. Masyarakat mengalami kejadian fenomena iklim ekstrem yang frekuensinya
makin sering. Pola dan intensitas curah hujan yang berbeda dari sebelumnya, kenaikan
temperatur udara, banjir dan kekeringan yang semakin sering terjadi, dan intensitas serangan
hama serta penyakit yang semakin tinggi, merupakan beberapa gejala perubahan iklim yang
dapat berdampak pada penurunan produktivitas tanaman pangan. sehingga produksi pangan
semakin menurun.

c) Usaha tani kecil


Berdasarkan BPS, jumlah rumah tangga petani sebanyak 26,14 juta dengan rata-rata penguasaan
lahan 0,98 ha dan sekitar 56 persen atau 14, 6 juta rumah tangga rata-rata mengusahakan lahan di
bawah 0,5 ha. Sementara itu, rata-rata pengusahaan lahan petani padi sawah kurang dari 0,2 ha.
Sehingga mengakibatkan permasalahan terhadap ketahan pangan sulit diatasi akibat adanya
keterbatasan akses terhadap pasar, permodalan, informasi, dan teknologi.

Lanjutanya …..
d) Adanya ketidak seimbangan produksi pangan antarwilayah
Inodonesia adalah Negara kepulauan tak heran hal ini sering terjadi diseluruh daerah, hampir
untuk semua komoditas, contohnya proporsi produksi pangan di Jawa lebih dari 50 persen dari
produksi pangan nasional. Ketidakseimbangan ini akan meningkatkan permasalahan upaya
pemerataan pangan dan ongkos distribusi pangan, sehingga mempersulit penyediaan pangan
secara spasial merata ke seluruh daerah di Indonesia. Bila tidak dilakukan pembangunan
infrastuktur dan sistem logistik pangan antarwilayah, akan sulit untuk mengatasi
ketidakseimbangan produksi antarwilayah.

e) proporsi kehilangan hasil panen dan pemborosan pangan masih cukup tinggi Kehilangan
pangan (food losses)
karena ketidak tepatan penanganan pangan mulai dari saat panen sampai dengan pengolahan dan
berlanjut pada pemasaran, dipercayai masih sekitar 10 persen sampai 20 persen, bergantung pada
komoditas, musim, dan teknologi yang digunakan. Sementara itu, pemborosan pangan (food
waste) yang terjadi mulai dari pasar konsumen akhir sampai dibawa dan disimpan di rumah, lalu
disajikan di meja makan namun tidak dimakan, diperkirakan mencapai lebih dari 30 persen.
Demikian juga permasalahan pemborosan pangan di Indonesia cukup besar, seperti banyaknya
makanan yang terbuang di restoran, resepsi pernikahan, atau acara rapat/pertemuan, bahan
pangan yang terbuang sebelum dimasak, dan makanan yang sudah disajikan di meja makan di
rumah namun tidak termakan seluruhnya.
2. Sisi Pemenuhan Kebutuhan

a) Pertumbuhan Penduduk yang Tinggi Jumlah kebutuhan pangan akan semakin meningkat
selaras dengan jumlah penduduk yang semakin tinggi.
Salah satu contoh pertumbuhan penduduk yaitu adanya urbanisasi dan peningkatan proporsi
wanita masuk pasar tenaga kerja. Hal ini menjadi tantangan ketahanan pangan dikarenakan
urbanisasi merupakan salah satu dinamika kependudukan masih akan terus berlanjut dengan
alasan dorongan keluar (push factor) dari sektor pertanian, karena sektor ini tidak dapat
menampung angkatan kerja baru atau tidak dapat memenuhi harapan terkait upah yang diterima
atau kondisi kerja yang dinilai tidak nyaman. Selain itu adanya perubahan desa menjadi kota
menjadikan peningkatan penduduk semakin tinggi sehingga permintaan pangan berciri preferensi
penduduk kota menjadi lebih besar. Pola permintaan tersebut pada umumnya akan lebih
beragam, lebih memperhatikan kualitas dan keamanan pangan, serta proporsi pengeluaran
makanan untuk makanan jadi dan makan di luar rumah yang lebih besar. Partisipasi angkatan
kerja wanita juga meningkat. Menurut data BPS, pada tahun 2010 sebesar 36,4 persen total
angkatan kerja adalah wanita. Dari total wanita yang bekerja, sekitar 57,6 persen bekerja di luar
sektor pertanian. Dalam 10 tahun ke depan diperkirakan akan semakin besar lagi proporsi wanita
yang bekerja. Hal ini akan memperkuat peningkatan permintaan untuk makanan jadi, baik yang
dimakan di luar rumah maupun di dalam rumah.

b) Pertumbuhan ekonomi yang tinggi

Pertumbuhan ekonomi tinggi berdampak pada peningkatan pendapatan per kapita atau daya beli
masyarakat, walaupun sebarannya tidak merata ke setiap individu. Situasi ini akan meningkatkan
permintaan pangan dari sisi kualitas, keragaman, mutu, dan keamanannya. Salah satu upaya
untuk menanganinya dan sekaligus memanfaatkan peluang bisnis pangan olahan adalah melalui
penguasaan dan penerapan teknologi pangan agar dapat merespon perubahan permintaan pangan,
sehingga mampu menyediakan pangan sesuai dinamika permintaan pasar dan preferensi
konsumen dengan baik.

Lanjutanya …..
c) Perubahan selera konsumsi pangan

Adanya perubahan mengkonsumsi makanan lokal atau tradisional ke makanan modern semakin
meningkat. Hal ini mengakibatkan penurunan mengkonsumsi makanan tradisional semakin
turun. Pola konsumsi pangan dipengaruhi oleh sumber daya pangan di sekitarnya, daya beli
masyarakat, pengetahuan tentang pangan dan gizi, dan selera konsumen. Perubahan selera
pangan pada saat ini dibentuk dan dipengaruhi secara kuat oleh perkembangan pesat teknologi
informasi media yang dimanfaatkan oleh media promosi/periklanan, termasuk pengiklan yang
menjajakan makanan dan minuman yang mencitrakan produknya berlabel tren masa kini, keren,
dan global. D

d) Persaingan permintaan
persaingan permintaan atas komoditas pangan untuk konsumsi manusia (food), pakan ternak
(feed), bahan baku energi bio (biofuel), dan bahan baku industri nonpangan akan terus
berlangsung dan semakin ketat dalam 10 tahun ke depan. Persaingan permintaan ini diturunkan
dari peningkatan permintaan untuk produk ternak, semakin tingginya harga energi berbahan baku
fosil, dan peningkatan permintaan produk industri yang memanfaatkan bahan pangan dalam
proses produksinya. Permasalahan ini harus dapat diantisipasi secara arif melalui peningkatan
produksi komoditas pangan yang tinggi.
03. Indonesia juga masih menghadapi tiga kali lipat beban gizi.

ndonesia juga masih menghadapi tiga kali lipat beban gizi. Berdasarkan data Kementerian
Kesehatan (2018), prevalensi stunting pada balita masih tinggi pada tahun 2018 yaitu 30,8%.
Sedangkan anak lainnya mengalami obesitas dengan prevalensi 8,0% pada tahun 2018. Beban
lainnya adalah prevalensi anemia pada ibu hamil masih sangat tinggi yaitu 48,9% pada tahun
2018 akibat kurangnya zat gizi mikro.

04. Aspek stabilitas adalah dampak negatif dari ketergantungan terhadap beras (sisi konsumsi)
dan masih rendahnya kinerja manajemen risiko pada aspek produksi dan sistem distribusi (sisi
produksi).
Ketergantungan yang berlebihan pada beras menyebabkan tertutupnya sebagian besar peluang
untuk memanfaatkan bahan-bahan pangan yang sebenarnya dapat mensubstitusi beras.
Kerawanan semakin bertambah akibat diversifikasi konsumsi justru mengarah pada pangan
olahan berbahan baku impor (gandum).
adalah...
Peluang Ketahanan Pangan Nasional Diversifikasi Pangan
Diversifikasi konsumsi pangan secara sederhana dapat dikatakan sebagai upaya peningkatan
keanekaragaman konsumsi pangan ke arah yang sesuai prinsip atau kaidah gizi seimbang
sehingga kualitas pangan menjadi semakin baik. Oleh karena itu, salah satu ukuran untuk
mengetahui tingkat diversifikasi konsumsi pangan dikenal dengan konsep Pola Pangan Harapan
(PPH). Semakin tinggi skor PPH mengindikasikan konsumsi pangan semakin beragam dan
bergizi seimbang (maksimal 100).

Adapun peluang ketahanan pangan nasional yaitu :


1. Pangan lokal tersedia dan biasa dikonsumsi oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan
kalori.

Meskipun pangan pokok penduduk Indonesia umumnya adalah beras, namun banyak jenis
pangan lainnya yang dibudidayakan untuk dikonsumsi oleh masyarakat meskipun dalam skala
terbatas dan tidak lagi sebagai pangan pokok.

2. Meningkatnya kepedulian masyarakat terhadap kesehatan sehingga memilih pangan yang


beragam dan memiliki kandungan gizi dan vitamin/mineral yang tinggi.
tujuan mengonsumsi pangan tidak lagi sekedar untuk rasa kenyang tapi untuk menunjang
pertumbuh an dan beraktivitas secara optimal serta berumur panjang.
Sebagai contoh, apabila dalam kelompok pangan sumber karbohidrat yang dikonsumsi beragam
(tidak hanya nasi, tetapi juga ubi kayu, jagung, sagu, kentang, pisang, atau talas), maka asupan
zat gizi juga semakin beragam. Selain itu, pangan lokal sumber karbohidrat non beras memiliki
keunggulan dan manfaat yang berbeda-beda untuk kesehatan. Ubi kayu memiliki kandungan
karbohidrat dan serat yang tinggi, serta Indeks Glikemik menengah sehingga baik dikonsumsi
oleh penderita diabetes. Kentang mengandung vitamin B dan pati resisten yang bermanfaat bagi
pencernaan.
3. Meningkatnya jumlah UMKM pengolah pangan lokal Produksi olahan pangan lokal oleh
UMKM terus meningkat dari tahun ke tahun baik dari sisi jumlah dan jenisnya.

Bahan baku diolah menjadi tepung agar konsumen lebih mudah untuk mengolah menjadi
beragam makanan. Banyak UMKM juga telah memproduksi makanan siap saji yang telah
dibekukan, sehingga konsumen milenial yang sibuk dan penyuka kepraktisan hanya perlu
beberapa menit untuk memanaskan saja sebelum mengkonsumsi pangan lokal. Usaha
pengolahan pangan lokal seperti ini sangat memudahkan masyarakat untuk memperoleh
kemudian mengkonsumsi pangan lokal. Di sisi lain, meningkatnya permintaan konsumen
terhadap pangan lokal juga akan mendorong berkembangnya UMKM olahan pangan.

pangan transgenic

Genetic Engineering (rekayasa genetika)/Pangan Transgenik pangan adalah ilmu yang


melibatkan modifikasi genetik tumbuhan dan hewan. Hal ini telah lama dipraktekkan oleh petani
sejak awal sejarah yang yang telah dikembangkan menggunakan teknologi pada saat ini.

Contoh Implementasi pangan transgenic

Tumbuhan
Tomat transgenik memiliki suatu gen khusus yang disebut antisenescens yang memperlambat
proses pematangan (ripening) dengan cara memperlambat sintesa enzim poligalakturonase
sehungga menunda pelunakan tomat. Dengan mengurangi produksi enzim poligalakturonase
akan dapat diperbaiki sifat-sifat pemrosesan tomat. Varietas baru tersebut dibiarkan matang di
bagian batang tanamannya untuk waktu yang lebih lama sebelum dipanen. Bila dibandingkan
dengan generasi tomat sebelumnya, tomat jenis baru telah mengalami perubahan genetika, tahan
terhadap penanganan dan ditransportasi lebih baik, dan kemungkinan pecah atau rusak selama
pemrosesan lebih sedikit.

Contoh hewan transgenik adalah domba dolly, ayam tanpa bulu, sapi transgenik yang mampu
menghasilkan agen antibakteri, dan babi transgenik yang mampu memproduksi hemoglobin
manusia.

Menurut Kementerian Pertanian (2011), Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) merupakan
himpunan dari Rumah Pangan Lestari (RPL) yaitu rumah tangga dengan prinsip pemanfaatan
pekarangan yang ramah lingkungan dan dirancang untuk pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi
keluarga serta diversifikasi pangan berbasis sumber daya lokal.

Anda mungkin juga menyukai