Anda di halaman 1dari 11

EKSEKUSI

MUHAMMAD BAYU AJI NUR SOLIHIN


WAHYU RISKILLAH KARIM
Pengertian Eksekusi

  Eksekusi adalah menjalankan putusan pengadilan


yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap (res
judicata / inkracht van gewijsde) yang bersifat
penghukuman (condemnatoir), yang dilakukan
secara paksa, jika perlu dengan bantuan kekuatan
umum.
Jenis-Jenis Eksekusi

. Eksekusi yang diatur dalam Pasal 196 HIR dan


seterusnya
 Eksekusi yang diatur dalam Pasal 225 HIR
 Eksekusi Riil
Eksekusi yang diatur dalam Pasal 196 HIR dan
seterusnya

Eksekusi yang diatur dalam Pasal 196 HIR menjelaskan mengenai


keadaan jika seseorang enggan secara sukarela memenuhi isi putusan
yang mengharuskan ia membayar sejumlah uang, maka jika sebelum
putusan dijatuhkan telah melakukan sita jaminan, maka sita jaminan
tersebut dinyatakan sah dan berharga dan secara otomatis menjadi sita
eksekutorial. Eksekusi dilakukan dengan melelang barang-barang milik
orang yang dikalahkan sehingga mencukupi jumlah yang harus dibayar
menurut putusan hakim dan ditambah biaya yang timbul akibat
pelaksanaan putusan tersebut. Tata cara melakukan penjualan barang-
barang yang disita diatur dalam Pasal 200 HIR. Terdapat dua macam sita
eksekutorial, yaitu:
Sita eksekutorial sebagai kelanjutan dari sita jaminan;
Sita eksekutorial yang dilakukan sehubungan dengan eksekusi karena
sebelumnya tidak ada sita jaminan.
Eksekusi yang diatur dalam Pasal 225 HIR

Pasal 225 HIR mengatur tentang pelaksanaan


putusan hakim di mana seseorang dihukum untuk
melakukan suatu perbuatan, misalnya memperbaiki
jendela yang dirusak olehnya, dan perbuatan tersebut
tidak dapat dilaksanakan secara paksa. Menurut
Pasal tersebut pula, yang dapat dilakukan adalah
menilai perbuatan yang harus dilakukan oleh
tergugat dalam jumlah uang lalu tergugat dihukum
untuk membayar “uang paksa”atau dalam Bahasa
Belanda disebut dwangsom atau astreinte sebagai
pengganti berdasarkan putusan Hakim.
Eksekusi Riil

Dalam HIR tidak diatur mengenai eksekusi riil, namun dalam Pasal
200 HIR yang mengatur tentang lelang menyebutkan eksekusi riil.
Eksekusi riil sendiri sudah biasa dilakukan karena pada praktiknya
sangatlah diperlukan.
Mengenai eksekusi riil diatur dalam Pasal 1033 RV yang berbunyi “Jika
putusan hakim yangmemerintahkan pengosongan suatu barang yang
tidak bergerak, tidak dipenuhi oleh orang yang dihukum, maka Ketua
akan memerintahkan dengan surat kepada seorang juru sita supaya
dengan bantuannya alat kekuasaan Negara, barang itu dikosongkan
oleh orang yang dihukum serta keluarganya dan segala barang
kepunyaannya.” Salah satu bentuk eksekusi riil adalah mengenai
pengosongan yaitu bisa berupa pengosongan tanah (sawah), kebun,
tanah perumahan atau pengosongan bangunan (gudang, rumah tempat
tinggal, perkantoran) dan sebagainya.
Prosedur Eksekusi

Adanya permohonan eksekusi


Setelah adanya putuan pengadilan yang telah
berkekuatan hukum tetap maka pada dasarnya
pemenuhan amar putusan tersebut harus
dilaksanakan oleh pihak yang kalah secara sukarela.
Eksekusi akan dapat dijalankan apabila pihak yang
kalah tidak menjalankan putuan dengan sukarela,
dengan mengajukan permohonan eksekusi oleh
pihak yang menang kepada Ketua Pengadilan Negeri
yang berwenang.
Aanmaning
Permohonan eksekusi merupakan dasar bagi Ketua
Pengadilan Negeri untuk melakukan peringatan
atau aanmaning. Aanmaning merupakan tindakan dan
upaya yang dilakukan Ketua Pengadilan Negeri yang
memutus perkara berupa “teguran” kepada Tergugat (yang
kalah) agar ia menjalankan isi putusan secara sukarela
dalam waktu yang ditentukan setelah Ketua Pengadilan
menerima permohonan eksekusi dari Penggugat. Pihak yang
kalah diberikan jangka waktu 8 (delapan) hari untuk
melaksanakan isi putusan terhitung sejak debitur dipanggil
untuk menghadap guna diberikan peringatan.
Permohonan sita eksekusi
Setelah aanmaning dilakukan, ternyata pihak yang kalah tidak juga melakukan
amar dari putusan maka pengadilan melakukan sita eksekusi terhadap harta
pihak yang kalah berdasarkan permohonan dari pihak yang menang.
Permohonan tersebut menjadi dasar bagi Pengadilan untuk mengeluarkan Surat
Penetapan yang berisi perintah kepada Panitera atau Juru Sita untuk melakukan
sita eksekusi terhadap harta kekayaan tergugat, sesuai dengan syarat dan tata
cara yang diatur dalam Pasal 197 HIR. Penetapan sita eksekusi merupakan
lanjutan dari penetapan aanmaning. Secara garis besar terdapat 2 (dua) macam
cara peletakan sita yaitu sita jaminan dan sita eksekusi. Sita jaminan
mengandung arti bahwa, untuk menjamin pelaksanaan suatu putusan di
kemudian hari, barang-barang yang disita tidak dapat dialihkan, diperjualbelikan
atau dengan jalan lain dipindah tangankan kepada orang lain. Sedangkan sita
eksekusi adalah sita yang ditetapkan dan dilaksanakan setelah suatu perkara
mempunyai putusan yang mempunyai kekuatan hukum tetap. Dalam sita
eksekusi harus dilakukan dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
Mendahulukan penyitaan barang bergerak
Sita eksekusi baru diperkenankan menjangkau barang tidak
bergerak sepanjang harta bergerak tidak lagi mencukupi nilai
jumlah yang harus dilunasi.
Jenis-jenis barang bergerak yang dapat disita eksekusi
Sita eksekusi terhadap barang bergerak meliputi segala jenis
barang berupa uang tunai, surat berharga dan barang yang
berada di tangan pihak ketiga.
Yang dilarang disita eksekusi
Yang dilarang adalah dua hewan dan perkakas yang
dipergunakan oleh yang bersangkutan sebagai alat (sarana)
menjalankan mata pencaharian.
Penetapan eksekusi
Setelah adanya permohonan sita eksekusi maka tahap selanjutnya adalah
dikeluarkannya Penetapan Eksekusi yang berisi perintah Ketua Pengadilan Negeri
kepada Panitera dan juru sita untuk menjalankan eksekusi.
Lelang
Setelah Pengadilan mengeluarkan Penetapan Eksekusi berikut Berita Acara Eksekusi
maka tahap selanjutnya adalah lelang. Lelang merupakan penjualan di muka umum
harta kekayaan termohon yang telah disita eksekusi atau menjual di muka umum
barang sitaan milik termohon yang dilakukan di depan juru lelang atau penjualan
lelang dilakukan dengan perantaraan atau bantuan kantor lelang dan cara
penjualannnya dengan jalan harga penawaran semakin meningkat atau semakin
menurun melalui penawaran secara tertulis (penawaran dengan pendaftaran).
Tujuan lelang ini adalah untuk pemenuhan kewajiban si tergugat. Penggunaan
kantor lelang dimaksudkan agar harga yang didapat tidak merugikan si tergugat dan
sesuai dengan harga yang sewajarnya di pasaran. Hasil lelang digunakan untuk
membayar kewajiban yang telah ditetapkan dalam putusan hakim.

Anda mungkin juga menyukai