1. Pengertian Eksekusi
Eksekusi adalah hal menjalankan putusan Pengadilan yang sudah berkekuatan
hukum tetap. Putusan Pengadilan yang dieksekusi adalah putusan Pengadilan yang
mengandung perintah kepada salah satu pihak untuk membayar sejumlah uang, atau
juga pelaksanaan putusan hakim yang memerintahkan pengosongan benda tetap,
sedangkan pihak yang kalah tidak mau melaksanakan putusan itu secara sukarela
sehingga memerlukan upaya paksa dari Pengadilan untuk melaksanakannya.
Putusan Pengadilan yang dapat dilaksanakan adalah putusan yang mempunyai
kekuatan eksekutorial. Ada pun yang memberikan kekuatan eksekutorial pada
putusan Pengadilan terletak pada kepada putusan yang berbuyi “Demi Keadilan
Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”. Di samping itu putusan Pengadilan yang
mempunyai titel eksekutorial adalah putusan yang bersifat atau yang mengandung
amar “condemnatoir”, sedangkan putusan Pengadilan yang bersifat deklaratoir dan
constitutif tidak dilaksanakan eksekusi karena tidak memerlukan eksekusi dalam
menjalankannya. Menurut Sudikno Mertokusumo (1988 : 201) eksekusi pada
hakekatnya tidak lain ialah realisasi daripada kewajiban pihak yang kalah untuk
memenuhi prestasi yang tercantum dalam putusan Pengadilan tersebut. Pihak yang
menang dapat memohon eksekusi pada Pengadilan yang memutus perkara tersebut
untuk melaksanakan putusan tersebut secara paksa (execution force).
Dalam pelaksanaan eksekusi dikenal beberapa asas yang harus dipegangi
oleh pihak Pengadilan, yakni sebagai berikut :
1 Makalah ini disampaikan pada acara RAKERNAS Mahkamah Agung - RI di Hotel Mercuri Ancol tanggal 18-22
2. Macam-macam eksekusi
Sudikno Mertokusumo,SH. (1988:201) mengemukakan ada tiga jenis eksekusi
yaitu: (1) eksekusi putusan yang menghukum pihak yang dikalahkan untuk membayar
sejumlah uang sebagaimana diatur dalam Pasal 196 HIR, dan Pasal 208 R.Bg. (2)
eksekusi putusan yang menghukum orang untuk melakukan sesuatu perbuatan
sebagaimana yang diatur dalam Pasal 225 HIR, dan Pasal 259 R.Bg. (3) eksekusi riil
yaitu pelaksanaan putusan hakim yang memerintahkan mengosongkan benda tetap
kepada orang yang dikalahkan, tetapi perintah tersebut tidak di laksanakan secara
sukarela. Eksekusi terakhir ini diatur dalam Pasal 1033 Rv. dalam Pasal 200 ayat (11)
HIR, dan Pasal 218 ayat (2) R.Bg. hanya mengenal eksekusi riil dalam penjualan lelang.
d. Permintaan lelang
Jika pengumuman telah dilaksanakan sebagaimana ketentuan tersebut di
atas, Ketua Pengadilan meminta bantuan Kantor Lelang Negara untuk menjual
lelang barang-barang yang telah diletakkan sita eksekusi.
Surat permintaan lelang yang ditujukan kepada Kantor Lelang Negara itu
dilampiri surat-surat sebagai berikut :
- Salinan surat putusan Pengadilan.
- Salinan penetapan eksekusi.
- Salinan berita acara sita.
- Salinan penetapan lelang.
- Salinan surat pemberitahuan kepada pihak yang berkepentingan.
- Perincian besarnya jumlah tagihan.
- Bukti pemilikan (sertifikat tanah) barang lelang.
- Syarat-syarat lelang.
- Bukti pengumuman lelang.
e. Pendaftaran permintaan lelang
Kewajiban pendaftaran permintaan lelang pada Kantor Lelang sesuai Pasal 5
Peraturan Lelang Stb. 1908 Nomor : 189. Kantor Lelang mendaftarkan permintaan
lelang itu dalam buku yang khusus untuk itu dan sifat pendaftaran itu terbuka
untuk umum. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan kesempatan kepada siapa
saja supaya melihat pendaftaran tersebut, sehingga bagi yang berminat untuk ikut
dalam pelelangan tersebut dapat menentukan sikapnya.
f. Penetapan hari lelang
Yang berhak menetapkan hari lelang adalah Kantor Lelang Negera yang
berwenang. Ketua Pengadilan boleh mengusulkan hari lelang agar dilaksanakan
pada hari yang ditentukan oleh Pengadilan, tetapi sepenuhnya terserah kepada
Kantor Lelang Negara untuk menetapkannya dan Kantor Lelang Negara tidak
HAM