Anda di halaman 1dari 4

Eksekusi Aset di Luar Putusan Pengadilan, Bisakah?

,
Timothy Nugroho, S.H.Lembaga Bantuan Hukum Mawar Saron
Bacaan 5 Menit

Pertanyaan

Saya ingin mengetahui seputar eksekusi putusan perdata. Apakah eksekusi oleh pengadilan
bisa dilakukan kepada terhukum terhadap aset milik terhukum yang tidak disebutkan di
dalam putusan?

Intisari Jawaban

Ulasan Lengkap

Seluruh informasi hukum yang ada di Klinik hukumonline.com disiapkan semata – mata
untuk tujuan pendidikan dan bersifat umum (lihat Pernyataan Penyangkalan selengkapnya).
Untuk mendapatkan nasihat hukum spesifik terhadap kasus Anda, konsultasikan langsung
dengan Konsultan Mitra Justika.

Eksekusi Putusan Pengadilan dalam Kasus Perdata

Berdasarkan Pedoman Eksekusi pada Pengadilan Negeri yang dikeluarkan Direktorat


Jenderal Badan Peradilan Mahkamah Agung tahun 2019, eksekusi adalah menjalankan
putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap (res judicata/inkracht van
gewijsde) yang bersifat penghukuman (condemnatoir), yang dilakukan secara paksa, jika
perlu dengan bantuan kekuatan umum (hal. 1).

Lebih lanjut, ciri putusan pengadilan yang bersifat penghukuman atau condemnatoir,


dirumuskan sebagai berikut (hal. 6):

a. Menghukum atau memerintahkan “menyerahkan” suatu barang;


b. Menghukum atau memerintahkan “pengosongan” sebidang tanah atau rumah;
c. Menghukum atau memerintahkan “membongkar” suatu bangunan;
d. Menghukum atau memerintahkan “melakukan” suatu perbuatan tertentu (contoh:
pembagian warisan);
e. Menghukum atau memerintahkan “penghentian” suatu perbuatan atau keadaan;
f. Menghukum atau memerintahkan melakukan “pembayaran” sejumlah uang.

Lantas, bagaimana melaksanakan putusan perdata? Sesuai dengan ketentuan Pasal


196 HIR dan Pasal 207 RBg, ada dua cara pelaksanaan putusan, antara lain:

1
a. secara sukarela yaitu dalam hal pihak yang kalah dengan sukarela melaksanakan
putusan tersebut; dan
b. secara paksa yakni melalui proses eksekusi oleh pengadilan.

M. Yahya Harahap dalam buku Ruang Lingkup Permasalahan Eksekusi Bidang


Perdata menyatakan pada prinsipnya eksekusi sebagai tindakan paksa menjalankan
putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap, sebagai pilihan hukum apabila
pihak yang kalah tidak mau menjalankan atau memenuhi isi putusan secara sukarela (hal. 11).

Jika pihak yang kalah bersedia menaati dan memenuhi putusan secara sukarela, tindakan
eksekusi harus disingkirkan. Oleh karena itu, harus dibedakan antara menjalankan putusan
secara sukarela dan menjalankan putusan secara eksekusi (hal. 11).

Dalam praktik peradilan dikenal dua macam eksekusi yaitu:

1. Eksekusi riil atau nyata

Eksekusi nyata atau eksekusi riil adalah meliputi penyerahan, pengosongan, pembongkaran,
pembagian, dan melakukan sesuatu.[1]

2. Eksekusi pembayaran sejumlah uang

Eksekusi ini dilakukan melalui lelang atau executorial verkoop. Eksekusi ini dilakukan


dengan menjual lelang barang-barang debitur.[2]

Perlu dipahami bahwa sesuai dengan Pasal 195 ayat (1) HIR, kewenangan eksekusi hanya
ada pada pengadilan tingkat pertama atau Pengadilan Negeri. 

Baca juga: Langkah Jika Tergugat Tidak Mau Melaksanakan Putusan Pengadilan

Dapatkah Eksekusi Dilakukan Terhadap Aset di Luar Putusan?

Berkaitan dengan pertanyaan Anda, apakah eksekusi dapat dilakukan terhadap aset milik
pihak yang kalah, yang tidak disebutkan dalam putusan, maka jawabannya adalah tidak bisa.

Hal ini disebabkan dalam putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap (inkracht van
gewijsde) berlaku asas res judicata pro veritate habetur.  Asas ini bermakna bahwa setiap
putusan pengadilan dianggap benar dan harus dihormati.

Menurut Zainal Arifin Mochtar dan Eddy O.S. Hiariej dalam bukunya Dasar-Dasar Ilmu


Hukum (hlm. 169), asas res judicata pro veritate habetur berkaitan dengan tiga postulat
lainnya yakni:

a. judicia sunt tanquam juris dicta, et pro veritate accipiuntur (putusan merupakan


penerapan hukum dan diterima sebagai suatu kebenaran);

2
b. judiciis posterioribus fides est adhibenda (putusan akhir patutnya dipercaya); dan
c. judicium semper pro veritate accipitur (putusan selalu diterima sebagai suatu
kebenaran).

Selain itu, menurut Sri Wardah dan Bambang Sutiyoso dalam buku Hukum Acara Perdata
dan Perkembangannya di Indonesia, hakikatnya eksekusi atau pelaksanaan putusan hakim
mengandung arti realisasi dari kewajiban pihak yang bersangkutan yakni pihak yang kalah
beperkara, untuk memenuhi prestasi yang tercantum dalam putusan (hal. 260).

Berdasarkan pendapat M. Yahya Harahap yang dikutip dalam artikel Syarat Agar


Eksekusi Putusan Dapat Dijalankan kepada Pihak Ketiga yang Menguasai Barang
Terperkara, eksekusi pada dasarnya merujuk pada amar atau diktum putusan pengadilan.
Eksekusi yang akan dijalankan pengadilan tidak boleh menyimpang dari amar putusan.
Asas ini merupakan patokan yang wajib ditaati, agar eksekusi yang dijalankan tidak
melampaui batas kewenangan.

Dengan demikian, tidak dibenarkan melakukan eksekusi aset milik pihak yang kalah yang
tidak disebutkan atau berada di luar amar putusan. Hal ini merujuk pada arti eksekusi yakni
menjalankan putusan pengadilan dan mengacu pada larangan eksekusi yakni tidak boleh
menyimpangi amar putusan.

Baca juga: Langkah Hukum Jika Pengadilan Tak Kunjung Mengeksekusi Putusan

Demikian jawaban dari kami tentang eksekusi aset di luar putusan pengadilan, semoga
bermanfaat.

Dasar Hukum:

1. Herzien Inlandsch Reglement;


2. Reglement Tot Regeling Van Het Rechtswezen In De Gewesten Buiten Java En
Madura;
3. Reglement op de Rechtsvordering;

Referensi:

1. Sri Wardah dan Bambang Sutiyoso. Hukum Acara Perdata dan Perkembangannya di


Indonesia. Yogyakarta: Gama Media, 2007;
2. Yahya Harahap. Ruang Lingkup Permasalahan Eksekusi Bidang Perdata. Edisi
Kedua. Cetakan kelima. Jakarta: Sinar Grafika, 2010;
3. Zainal Arifin Mochtar dan Eddy O.S. Hiariej. Dasar-Dasar Ilmu Hukum: Memahami
Kaidah, Teori, Asas, dan Filsafat Hukum. Jakarta: Red and White Publishing, 2021;
4. Pedoman Eksekusi pada Pengadilan Negeri diakses pada Kamis, 6 Oktober 2022
pukul 16.01 WIB.

3
[1] Pedoman Eksekusi pada Pengadilan Negeri, hal. 4 - 5, Pasal 200 ayat (1) Herzien
Inlandsch Reglement (“HIR”), Pasal 218 ayat (2) Reglement Tot Regeling Van Het
Rechtswezen In De Gewesten Buiten Java En Madura (“RBg”) dan Pasal 1033 Reglement op
de Rechtsvordering (“Rv”)

[2] Pedoman Eksekusi pada Pengadilan Negeri, hal. 4, Pasal 200 HIR dan Pasal 215 RBg

Anda mungkin juga menyukai