PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Putusan pengadilan adalah merupakan salah satu dari dari hukum acara
formil yang akan dijalani oleh para pihak yang terkait dalam perkara perdata. Dari
beberapa proses yang dilakukan oleh para pihak yang berperkara, putusan dan
bagaimana putusan itu dilaksanakan adalah tahapan yang menjadi tujuan. Oleh
karena itu penulis akan menguraikan secara lebih detail bagaimana tata cara dan
syarat–syarat yang harus dipenuhi oleh hakim dalam mumbuat sebuah putusan.
Karena apabila terdapat suatu yang belum atau tidak terpenuhi sesuai dengan
ketentuan atau syarat yang telah ditetapkan oleh undang– undang maka putusan
yang dihasilkan menjadi cacat hukum dan bahkan akan menjadi batal demi
hukum.
1
Eksekusi merupakan suatu kesatuan yang tidak terpisah dari pelaksanaan tata
tertib beracara yang terkandung dalam HIR atau Rbg. Bagi setiaporang yang ingin
mengetahui pedoman aturan eksekusi,harus merujuk kedalam aturan perundang-
undangan yang diatur dalam HIR atau Rbg.
B.Rumusan Masalah
C.Tujuan Penulisan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Sedangkan Drs. H.A. Mukti Arto, SH. Memberi definisi terhadap putusan,
bahwa : "Putusan ialah pernyataan Hakim yang dituangkan dalam bentuk tertulis
dan diucapkan oleh hakim dalam sidang terbuka untuk umum, sebagai hasil dari
pemeriksaan perkara gugatan. Menurut Prof. Dr. Sudikno Mertokusumo, S.H.,
Putusan hakim adalah : “suatu pernyataan yang oleh hakim, sebagai pejabat yang
diberi wewenang itu, diucapkan dipersidangan dan bertujuan mengakhiri atau
menyelesaikan suatu perkara atau sengketa antara para pihak”.
Sesuai dengan ketentuan Pasal 178 HIR, Pasal 189 RBG, apabila
pemeriksaan perkara selesai, Majelis hakim karena jabatannya melakukan
musyawarah untuk mengambil putusan yang akan diajukan. Proses pemeriksaan
dianggap selesai apabila telah menempu tahap jawaban dari tergugat sesuai dari
pasal 121 HIR, Pasal 113 Rv, yang dibarengi dengan replik dari penggugat
berdasarkan Pasal 115 Rv, maupun duplik dari tergugat, dan dilanjutkan dengan
proses tahap pembuktian dan konklusi.1
1
https://imblogafi.blogspot.com/2016/12/makalah-hukum-acara-perdata-tentang.html
3
ini sudah populer serta diterima oleh insan hukum di Indonesia. Pengertian
eksekusi sama dengan pengertian menjalankan putusan (ten uitvoer legging van
vonnissen), yakni melaksanakan secara paksa putusan pengadilan dengan bantuan
kekuatan umum, apabila pihak yang kalah (tereksekusi atau pihak tergugat) tidak
mau menjalankannya secara sukarela. Dengan kata lain, eksekusi (pelaksanaan
putusan) adalah tindakan yang dilakukan secara paksa terhadap pihak yang kalah
dalam perkara.
2
http://shofie-artikel.blogspot.com/2016/01/makalah-hukum-acara-perdata-eksekusi.html
4
Putusan sela adalah putusan yang dijatuhkan sebelum putusan akhir yang
diadakan dengan tujuan untuk memungkinkan atau mempermudah kelanjutan
pemeriksaan perkara. Dalam hukum acara dikenal macam putusan sela
yaituPutusan Preparatuir, Putusan Interlocutoir, Putusan Incidental, Putusan
provisional.
2. Putusan Akhir
b. Jenis-Jenis Eksekusi
3
http://nurulhyda16.blogspot.com/2016/05/eksekusi.html
5
pembayaran sejumlah uang yang harus dibayar menurut putusan beserta biaya-
biaya yang timbul sehubungan dengan pelaksanaan putusan tersebut.
Hal ini diatur dalam pasal 225 HIR (Pasal 259 Rbg). Pasal tersebut
mengatur pelaksanaan putusan hakim dimana seorang dihukum untuk melakukan
sesuatu perbuatan, misalnya memperbaiki pagar, saluran air, yang dirusak
olehnya, memasang kembali pipa gas yang karena kesalahannya telah diangkat
dan sebagainya. Perbuatan semacam itu tidak dapat dilaksanakan dengan paksa.
3. Eksekusi Riil
1. Pasal 195 - Pasal 208 HIR dan Pasal 224 HIR/Pasal 206 - Pasal 240 R.Bg
dan Pasal 258 R.Bg (tentang tata cara eksekusi secara umum);
2. Pasal 225 HIR/Pasal 259 R.Bg (tentang putusan yang menghukum
tergugat untuk melakukan suatu perbuatan tertentu).
3. Sedangkan Pasal 209 - Pasal 223 HIR/Pasal 242 - Pasal 257 R.Bg, yang
mengatur tentang sandera (gijzeling) tidak lagi di berlakukan secara
efektif.
6
4. Pasal 180 HIR/Pasal 191 R.Bg, SEMA Nomor 3 Tahun 2000 dan SEMA
Nomor 4 Tahun 2001 (tentang pelaksanaan putusan yang belum
mempunyai kekuatan hukum tetap, yaitu serta merta (Uitvoerbaar bij
voorraad dan provisi).
5. Pasal 1033 Rv (tentang eksekusi riil).
6. Pasal 54 dan Pasal 55 Undang-undang Nomor 48 Tahun 2009 (tentang
pelaksanaan putusan pengadilan).
C. Prosedur Eksekusi
1. Eksekusi Riil
7
melaksanakan amar putusan secara sukarela, yang selanjutnya akan
dijadikan dasar dalam mengeluarkan perintah eksekusi. Apabila
setelah dipanggil secara patut, termohon eksekusi ternyata tidak hadir
dan ketidak hadirannya disebabkan oleh halangan yang sah (dapat
dipertanggung jawabkan), maka ketidak hadirannya masih dapat
dibenarkan dan ianya harus dipanggil kembali untuk di aanmaning.
Akan tetapi apabila ketidak hadirannya itu tidak ternyata adanya
alasan yang sah (tidak dapat dipertanggung jawabkan), maka
termohon eksekusi harus menerima akibatnya, yaitu hilangnya hak
untuk dipanggil kembali dan hak untuk di aanmaning serta ketua
pengadilan terhitung sejak termohon eksekusi tidak memenuhi
panggilan tersebut, dapat langsung mengeluarkan surat penetapan
(beschikking) tentang perintah menjalankan eksekusi.
Setelah tenggang waktu 8 hari ternyata termohon eksekusi masih tetap
tidak bersedia melaksanakan isi putusan tersebut secara sukarela, maka
ketua pengadilan mengeluarkan penetapan dengan mengabulkan
permohonan pemohon eksekusi dengan disertai surat perintah eksekusi,
dengan ketentuan :
Berbentuk tertulis berupa penetapan (beschikking).
Ditujukan kepada panitera/jurusita/jurusita pengganti.
Berisi perintah agar menjalankan eksekusi sesuai dengan amar
putusan.
Setelah menerima perintah menjalankan eksekusi dari ketua pengadilan,
maka panitera / jurusita / jurusita pengganti merencanakan / menentukan
waktu serta memberitahukan tentang eksekusi kepada termohon eksekusi,
kepala desa / lurah, / kecamatan / kepolisian setempat.
Proses selanjutnya, pada waktu yang telah ditentukan, panitera / jurusita /
jurusita pengganti langsung ke lapangan guna melaksanakan eksekusi
dengan ketentuan:
Eksekusi dijalankan oleh panitera/jurusita/jurusita pengganti (Pasal
209 ayat (1) R.Bg).
8
Eksekusi dibantu 2 (dua) orang saksi (Pasal 200 R.Bg), dengan syarat-
syarat:
Warga Negara Indonesia.
Berumur minimal 21 tahun.
Dapat dipercaya.
Eksekusi dijalankan ditempat dimana barang (obyek) tersebut
berada.
Membuat berita acara eksekusi, dengan ketentuan memuat:
Waktu (hari, tanggal, bulan, tahun dan jam) pelaksanaan.
Jenis, letak, ukuran dari barang yang dieksekusi
Tentang kehadiran termohon eksekusi.
Tentang pengawas barang (obyek) yang dieksekusi.
Penjelasan tentang Niet Bevinding (barang/obyek yang tidak
diketemukan/tidak sesuai dengan amar putusan).
Penjelasan tentang dapat/tidaknya eksekusi dijelaskan.
Keterangan tentang penyerahan barang (obyek) kepada
pemohon eksekusi.
Tanda tangan panitera/jurusita/jurusita pengganti (eksekutor), 2
(dua) orang saksi yang membantu menjalankan
eksekusi,kKepala desa/lurah/camat dan termohon eksekusi itu
sendiri.
9
2. Eksekusi Pembayaran Sejumlah Uang
Untuk sampai pada realisasi penjualan lelang sebagai syarat dari eksekusi
pembayaran sejumlah uang, maka eksekusi tersebut perlu melalui proses tahapan
sebagai berikut :
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Putusan hakim adalah suatu pernyataan yang oleh hakim sebagai pejabat
negara yang diberi wewenang untuk itu diucapkan dipersidangan dan bertujuan
untuk mengakhiri dan menyelesaikan suatu perkara sengketa antar pihak. Putusan
yang dibuat oleh hakim haruslah mengikuti tata cara yang disyahkan oleh
perundang - undangan yang ada, melalui yurisprudensi, kebiasaan –kebiasaan
yang berlaku dalam masyarakat baik tertulis maupun tidak tertulis. Sistematika
atau susunan putusan harus mengacu pada ketentuan yang ada, untuk itu dalam
edaran S.E.M.A telah diberikan semacam guidance atau petunjuk agar sebelum
hakim membacakan putusan agar terlebih dahulu membuat konsep putusan
tersebut, hal ini dimaksuudkan agar pada saat pembacaan putusan tidak terjadi
kesalahan yang fatal yang dapat berakibat cacat sebuah putusan.
B. Saran
Mudah – mudahan makalah ini dapat membawa manfaat bagi penulis khususnya
dan para pembaca umumnya, guna menambah pengetahuan yang telah ada.
Mengingat keterbatasan pengetahuan penulis, kiranya kritik dan saran amat
penulis perlukan untuk perbaikan pada masa – masa yang akan datang.
11
DAFTAR PUSTAKA
coret-anku.blogspot.com/2012/02/putusan-pengadilan-dalam-hukum-
acara.html
wikayudhashanty.blogspot.com/2013/05/putusan-hakim-dalam-perkara-
perdata.html
12