bagian yang sangat penting rangka penyelesaian perkara perdata secara tuntas
Jadi lembaga eksekusi ini disediakan sebagai upaya/ langkah untuk penegakan hukum atas
Undang-Undang atau perjanjian yang ada
Tujuan dari adanya eksekusi tersebut adalah untuk menjamin pihak yang menang/kreditur
untuk memperoleh apa yang menjadi haknya sesuai dengan isi putusan/perjanjian bila pihak
kalah debitur tidak melaksanakan kewajibannya dengan sukarela
PENGATURAN EKSEKUSI
I. Diatur dalam HIR
a. Putusan hakim (pasal 195-205 dan 225 hir)
Putusan hakim mempunyai kekuatan hukum eksekutorial apabila putusan itu
berkepala “DKBKYE”. Disamping itu tidak semua putusan hakim memerlukan
eksekusi, hanya putusan yang amar putusannya bersifat condemnatoir saja.
b. Grosse akta (pasal 224 hir)
i. Grosse akta hipotik
ii. Grosse surat pengakuan hutang notariil
II. Tidak diatur dalam HIR
a. Benda jaminan pada kantor pegadaian, dapat dieksekusi oleh kantor tsb.
b. Sesuatu yang mengganggu: Hal-hal yang sifatnya mengganggu menurut Pasal 666
KUHPerd dapat pula di eksekusi.
c. Putusan institusi: Putusan dari institusi tertentu misal Putusan Mediasi perbankan,
BPSK, dll.
d. Piutang negara baik yang timbul dari kewajiban (utang pajak, utang bea masuk),
maupun perjanjian (kredit bank pemerintah yang macet, piutang BUMN maupun
BUMD)
e. Bangunan yang melanggar IMB
ASAS-ASAS
1. Putusan telah berkekuatan hukum tetap atau pasti.
2. Putusan tidak dijalankan dengan sukarela.
3. Putusan yang dapat dieksekusi bersifat kondemnatoir.
4. Eksekusi dilaksanakan atas perintah dan di bawah pimpinan Ketua Pengadialn Negeri
• Mahkamah Agung memberikan kewenangan pada Pengadilan Tinggi, karena Pengadilan Tinggi
sebagai pos terdepan (voorpost). Maksudnya Pengadilan Tinggi dalam bidang pengawasan
didudukkan sebagai voorpost dari Mahkamah Agung, ujudnya untuk memberikan izin dalam
pelaksanaan putusan lebih dulu atau putusan dijatuhkan dengan ketentuan uit voerbaar bij voorraad.