Anda di halaman 1dari 5

Sejarah Berdirinya Kerajaan Pajang

Sejarah berdirinya Kerajaan Pajang adalah sekitar pada akhir abad ke 16 M yang
pada saat itu sekaligus berakhirnya Kerajaan Demak. Kerajaan Pajang ini muncul
dikarenakan adanya konflik intern pada Kerajaan Demak sendiri. Keruntuhan
Kerajaan Demak yang diawali dengan konflik keluarga, kemudian memicu
pertumpahan darah yang membawa pada berdirinya Kerajaan Pajang. Konflik
internal ini terjadi diantara Aryo Penangsang dan Joko Tingkir (menantu Sultan
Trenggono). Kedua tokoh ini terlibat konflik dan perang yang sangat sengit yang
kemudian membawa kematian dari Aryo Penangsang. Arya Penangsang yang saat
itu merupakan Raja Demak, berhasil dibunuh oleh Jaka Tingkir dari Pajang.

Arya Penangsang sendiri dalam prosesnya menjadi Raja Demak tidak direstui
oleh keluarga besar kerajaan Demak sendiri. Sehingga, Jaka Tingkir yang
merupakan menantu Sultan Trenggono turun tangan untuk menghabisi kekuasaan
Arya Penangsang. Joko Tingkir sendiri pada saat itu dibantu oleh Sutawijaya dari
Mataram. Setelah Aryo Penangsang mati, maka pusat Kerajaan Demak digeser ke
Pajang dan kemudian Joko Tingkir yang menjadi raja pertama di Pajang. Sebelum
menjadi raja di Pajang, Joko Tingkir adalah seorang adipati Pajang pada masa
Sultan Trenggono. Kerajaan Islam Pajang ini berlangsung tidak terlalu lama
karena letaknya yang berdekatan dengan kerajaan Islam lainnya yaitu Kerajaan
Islam Mataram Islam.
Masa Kejayaan Kerajaan Islam Pajang

Kerajaan Pajang merupakan Kerajaan Islam pertama yang letaknya berada di


daerah pedalaman Jawa. Pada saat Kerajaan Islam Pajang berdiri, kekuasaan
hanya ada di sekitaran sekitar Jawa Tengah. Hal ini terjadi karena ketika kerajaan
Islam Demak mengalami kemunduran, banyak wilayah di Jawa Timur yang mulai
melepaskan diri. Namun kemudian pada tahun 1586 M, Sultan Hadiwijaya beserta
beberapa adipati yang ada di Jawa Timur kemudian dipertemukan di Giri Kedaton
oleh Sunan Prepen. Nah, pada pertemuan tersebut kemudian para adipati di Jawa
Timur mengakui kedaulatan Kerajaan Pajang atas kadipaten yang ada di Jawa
Timur.

Kerajaan Islam Pajang sendiri mengalami masa keemasan atau masa kejayaan
kerajaan Pajang adalah pada masa Sultan Hadiwijaya. Ada banyak pencapaian
yang berhasil diraih pada masa Sultan Hadiwijaya. Perpindahan kekuasaan Islam
Demak ke Pajang sendiri seakan menjadi sebuah simbol dari kemenangan Islam
kejawen atas Islam ortodok pada masa itu.

Nah teman-teman, itulah sedikit informasi mengenai sejarah Kerajaan Pajang


yang bisa kami sampaikan untuk kalian semua. Semoga sedikit informasi
mengenai sejarah Kerajaan Pajang dan berdirinya Kerajaan Pajang di atas bisa
menambah pengetahuan kita semua mengenai sejarah Kerajaan Pajang.
KEMUNDURAN DAN KERUNTUHAN KERAJAAN PAJANG
Setelah Hadiwijaya meninggal pada tahun 1582 M, terjadi perselisihan diantara
penerusnya. Hadiwijaya pada akhirnya digantikan oleh Arya Pangiri yang berasal
dari Demak. Arya Pangiri kemudian menempati keraton Pajang. Dalam
menjalankan pemerintahan Kerajaan Pajang, Arya Pangiri banyak melibatkan
orang - orang Demak. Keputusan - keputusan yang diambil kerap kali merugikan
rakyat Pajang dan menimbulkan ketidak senangan dari para rakyat.

Disisi lain, anak dari Hadiwijaya yang bernama Pangeran Benawa diangkat
sebagai adipati Jipang. Pangeran Benawa merasa tidak puas atas pengangkatan
dirinya sebagai adipati bukan sebagai penerus tahta ayahnya sebagai raja di
Kerajaan Pajang. Pangeran Benawa kemudian meminta bantuan kepada senopati
Mataram yang bernama Sutawijaya yang merupakan anak angkat Hadiwijaya
untuk menyingkirkan Arya Pangiri dan merebut tahta Kerajaan Pajang.

Perang akhirnya pecah di kota Pajang. Pasukan Pajang dibawah Arya Penangsang
berjumlah 300 orang pajang, 2000 orang Demak, dan 400 orang bayaran mampu
dikalahkan pasukan Pangeran Benawa dan Sutawijaya. Pajang berhasil direbut,
Arya Pangiri ditangkap namun diampuni setelah Ratu Pembayun, istrinya,
meminta ampunan.

Sutawijaya kemudian mengembalikan Arya Pangiri ke Demak dan mengangkat


Pangeran Benawa sebagai raja Kerajaan Pajang. Pangeran Benawa merasa ingin
membalas budi dengan memberikan haknya atas warisan tahta kepada Senopati
Mataram, Sutawijaya. Namun, Sutwaijaya menolak.

Sutawijaya hanya meminta perhiasan emas intan Kerajaan Pajang. Dangan


demikian, Pangeran Benawa disahkan sebagai sultan di Pajang dan Kerajaan
Pajang berada dibawah kekuasaan Mataram. Sepeninggal Sultan Benawa,
kekuasaan Pajang dipimpin beberapa sultan. Namun pada tahun 1617 - 1618 M,
terjadi pemberontakan besar dari Mataram yang dilakukan Sultan Agung raja dari
Mataram kepada Kerajaan Pajang. Pada tahun 1618 M, kerajaan Pajang
mengalami kekalahan dari Mataram. Dengan demikian Kerajaan Pajang
mengalami keruntuhan.

RAJA - RAJA KERAJAAN PAJANG


1. Jaka Tingkir / Hadiwijaya
Jaka Tingkir memiliki nama kecil yaitu Mas Krebet. Nama ini diambil ketika
kelahiran Jaka Tingkir yang pada saat itu bertepatan dengan acara wayang beber
di rumahnya. Jaka Tingkir berasal dari daerah Pengging, Lereng Gunung Merapi.
Ia merupakan cucu dari Sunan Kalijaga yang berasal dari daerah Kadilangu.
Nama Jaka Tingkir baru disebut ketika ia remaja. Nama Jaka Tingkir dinisbatkan
kepadanya dari nama wilayah dimana ia dibesarkan. Pada perkembangannya Jaka
Tingkir dinikahkan dengan anak Sultan Trenggana (raja Kerajaan Demak). Jaka
Tingkir diberikan kekuasaan di Pajang dan mendapatkan gelar Hadiwijaya.

Jaka Tingkir menggulingkan kekuasaan Kerajaan Demak dan memindah kerajaan


tersebut ke Pajang. Di bawah kepemimpinannya, Hadiwijaya mampu memperluas
wilayah Pajang hingga ke Madiun, Blora (1554 M) dan Kediri (1577 M). Jaka
Tingkir juga diakui oleh seluruh adipati Jawa Tengah dan Jawa Timur pada tahun
1581 M.

Pada masa pemerintahan Hadiwijaya mulai dikenal kesusastraan dan kesenian


dari keraton yang sebelumnya berkembang disepanjang pantai utara kemudian
menyebar di pedalaman. Selain itu, Islam juga menyebar ke seluruh pedalaman
oleh Syekh Siti Jenar dan Sultan Tembayat. Masa pemerintahan Jaka Tingkir atau
Hadiwijaya berakhir pada tahun 1582 M dan digantikan oleh Arya Pangiri.

2. Arya Pangiri
Kedudukan raja Kerajaan Pajang sepeninggal Hadiwijaya adalah Arya Pangiri
yang berasal dari Demak. Arya Pangiri merupakan anak dari Prawoto yang
merupakan raja Demak keempat. Arya Pangiri sempat menjadi adipati Demak.
Namun setelah Hadiwijaya meninggal, ia diangkat sebagai raja Kerajaan Pajang
dengan gelar Sultan Ngawantupura.

Arya Pangiri dikisahkan sebagai raja yang berambisi menaklukkan Mataram


hingga melupakan kesejahteraan rakyatnya. Ia melanggar wasiat mertuanya
(Hadiwijaya) supaya tidak membenci Sutawijaya. Ia bahkan membentuk pasukan
yang berisikan orang - orang bayaran dari Bali, Bugis dan Makasar untuk
berperang melawan Mataram.

Arya Pangiri bahkan meminggirkan penduduk asli Pajang dan mendatangkan


orang - orang Demak yang kemudian menggeser keberadaan pejabat Pajang.
Dengan datangnya orang - orang Demak, penduduk Pajangpun tersisihkan.

Akibat gaya pemerintahannya yang timpang terhadap warga asli Pajang, sebagian
penduduk Pajang pindah ke Jipang dibawah pemerintahan Pangeran Benawa, dan
sebagian diantara penduduk Pajang kemudian memutuskan untuk menjadi
perampok karena kehilangan mata pencaharian. Hingga pada akhirnya, Pangeran
Benawa mampu menggulingkan kekuasaan dari Arya Pangiri dan Arya Pangiri
dipulangkan ke Demak.

3. Pangeran Benawa
Pangeran Benawa adalah anak kandung dari Hadiwijaya yang bergelar Sultan
Prabuwijaya. Sejak kecil Pangeran Benawa sudah bersaudara dengan Sutawijaya
yang diangkat anak oleh Hadiwijaya. Pada perkembangannya Sutawijaya
mendirikan Kerajaan Mataram. Dari Pangeran Benawa lah akan lahir orang -
orang besar dan pujangga - pujangga besar. Pangeran Benawa meninggal pada
tahun 1587 M, Kerajaan Pajang sepenuhnya tunduk kepada Kerajaan Mataram.
Hal ini disebabkan karena keturunan Pangeran Benawa kurang cakap dalam
menjalankan roda pemerintahan Kerajaan Pajang.

KERAJAAN PAJANG DALAM BERBAGAI ASPEK


Berbeda dengan Kerajaan Demak yang terletak di pesisir Jawa dan bercorak
maritim, Kerajaan Pajang berada pada pedalaman Jawa dan lebih bersifat agraris.
Penghasilan utama Kerajaan Pajang adalah dari sektor pertanian. Secara geografis,
Kerajaan Pajang terletak di antara dua sungai yaitu sungai Pepe dan sunagi
Dengke. Hal ini sangat mendukung adanya pertanian di wilayah Pajang. Secara
politik, Kerajaan Pajang masih berkaitan erat dengan para wali sebagai penasehat
di internal kerajaan. Kerajaan Pajang berdiri dengan sejarah kekerasan dan perang
hingga berdiri Kerajaan Pajang yang kita kenal.

Masjid Laweyan
Masjid Laweyan adalah masjid peninggalan kerajaan Pajang yang hingga kini
bangunan fisiknya masih dapat kita temukan Kampung Batik, Laweyan, Solo.
Masjid ini didirikan oleh raja pertama Kerajaan Pajang pada tahun 1546.

Menurut beberapa sumber, masjid ini awalnya ternyata adalah sebuah bangunan
pura tempat ibadah masyarakat Hindu di Pajang. Karena kedekatan Ki Ageng
Henis dengan pimpinan Hindu setempat, pura Laweyan tersebut kemudian
dialihfungsikan menjadi masjid untuk melayani peribadatan masyarakat Islam
Laweyan. Oleh karena itu, hingga masjid Laweyan juga kerap disebut masjid Ki
Ageng Henis.

2. Makam para bangsawan


Di sekitaran halaman Masjid Lawean terdapat kompleks pemakaman bangsawan
Kerajaan Pajang. Kompleks pemakaman ini berisi sekitar 20 makam yang salah
satunya adalah makam dari Ki Ageng Henis, salah satu pendiri Kerajaan Pajang.
Makam-makam tersebut kerap dikunjungi para wisatawan atau orang yang
berkunjung ke masjid Laweyan setelah menunaikan sholat.
3. Bandar Kabanaran
Bandar Kabanaran adalah sebuah bandar atau tempat perdagangan yang terletak di
tepi anak sungai Begawan Solo. Pada masa kekuasaan Kerajaan Pajang, bandar
ini digunakan sebagai penghubung lalu lintas perdagangan dari pedalaman Jawa
ke bandar besar Nusupan yang ada di bagian hilir.

Beberapa peneliti meyakini bahwa selain sebagai tempat perdagangan, bandar


peninggalan Kerajaan Pajang ini juga berfungsi sebagai tempat dakwah dan
penyebaran syiar Islam di sekitaran Pajang pada masa silam. Kendati demikian,
bandar ini sekarang tidak begitu mendapat perhatian karena minimnya hal unik
yang bisa ditonjolkan untuk menarik minat wisatawan.

4. Pasar Laweyan
Tak jauh dari Bandar Kabanaran terdapat sebuah pasar yang bernama Pasar
Laweyan. Pasar peninggalan Kerajaan Pajang ini dulunya adalah penyokong
utama kegiatan perdagangan yang terjadi di Bandar Kabanaran. Hingga kini, pasar
Laweyan masih digunakan masyarakat sekitar untuk melakukan transaksi jual
beli. Kendati demikian, tidak ada sisa benda yang mencirikan bagaimana sejarah
peradaban Kerajaan Pajang dari bangunan pasar yang ada saat ini.

5. Kesenian Batik
Selain meninggalkan beberapa benda dan situs bersejarah, peradaban masyarakat
Kerajaan Pajang pada masa silam juga mewariskan kesenian batik tulis. Batik
yang selama ini kita kenal ternyata awalnya merupakan buah karya masyarakat
Laweyan di masa silam. Meskipun kesenian batik tulis Laweyan pernah meredup
pada sekitar tahun 1980 karena perkembangan batik Printing, namun kini geliat
kesenian tulis kain ini kembali hidup berkat minat masyarakat terhadap batik
tradisional yang semakin besar.

Anda mungkin juga menyukai