Anda di halaman 1dari 4

KLIPING

TENTANG:
KERAJAAN PAJANG
D
I
S
U
S
U
N
OLEH:
KELOMPOK 4

ANGGOTA:
INA ANHAR
INDAH SAFIRA
INDRA MAHYUDA

KELAS: XII PMIPA 2

MATA PELAJARAN:
SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM

MAN TANJUNGBALAI
TAHUN AJARAN: 2022/2023
SEJARAH KERAJAAN PAJANG

Kesultanan Pajang yang didirikan oleh Joko Tingkir atau Sultan Hadiwijaya adalah
kerajaan Islam ke-2 di tanah Jawa setelah Kesultanan Demak runtuh. Sejarah Kerajaan Pajang
diawali saat Kesultanan Demak dilanda konflik perebutan kekuasaan. Saat itu, Demak tidak
memiliki pemimpin setelah Sultan Trenggana gugur di medan pertempuran kala menyerang
Pasuruan pada 1546. Konflik memuncak ketika keponakan Arya Penangsang berusaha merebut
kekuasaan Demak.
Arya Penangsang sendiri adalah anak Pangeran Sekar Seda Lepen, kakak dari Sultan
Trenggana. Pangeran Sekar Seda Lepen kemudian dibunuh oleh Sunan Prawata, putra Sultan
Trenggana, di pinggiran kali atau lepen dalam bahasa Jawa. Tewasnya Pangeran Sekar Seda Lepen
membuat Arya Penangsang yang merasa berhak atas takhta Demak menyimpan dendam. Menurut
Arya Penangsang, jika saja ayahnya tidak dibunuh, maka dia yang memegang tampuk kekuasaan.
Atas dasar tersebut, Arya Penangsang kemudian membunuh pewaris takhta Kerajaan
Demak, yakni Pangeran Mukmin alias Pangeran Prawata yang merupakan putra sulung Sultan
Trenggana. Tak hanya itu, untuk mengamankan posisinya, Arya Penangsang juga membunuh
Pangeran Hadiri, adik Pangeran Prawata. Pembunuhan Pangeran Prawata beserta adiknya
membuat gonjang-ganjing di Demak. Keluarga kerajaan tidak setuju dengan keinginan Arya
Penangsang menjadi raja, termasuk Ratu Kalinyamat yang merupakan putri dari Sultan Trenggana
sekaligus kakak Pangeran Prawata dan Pangeran Hadiri. Untuk mengalahkan Arya Penangsang,
keluarga Kerajaan Demak dibantu Pangeran Hadiwijaya alias Joko Tingkir yang merupakan
Bupati Pajang. Joko Tingkir adalah suami dari Ratu Mas Cempaka, anak Sultan Trenggana.
Pada 1558, Joko Tingkir dibantu oleh dua sahabatnya yakni Ki Ageng Pemanahan dan Ki
Ageng Penjawi, menggempur Arya Penangsang. Ikut pula Danang Sutawijaya yang merupakan
putra Ki Ageng Pemanahan. Dalam pertempuran itu, Arya Penangsang berhasil dibunuh oleh
Danang Sutawijaya. Kelak, Danang Sutawijaya menjadi raja pertama Kesultanan Mataram Islam
dengan gelar Panembahan Senapati.
Setelah Arya Penangsang tewas, Joko Tingkir dinobatkan menjadi raja dengan gelar Sultan
Hadiwijaya yang bertakhta sejak 1582 hingga 1586. Joko Tingkir kemudian memindahkan pusat
kekuasaan dari Demak ke Pajang, dekat Surakarta, Jawa Tengah. Seluruh benda pusaka Kerajaan
Demak juga turut dipindahkan ke Pajang. Setelah menjadi raja, Joko Tingkir mengangkat Ki
Ageng Pemanahan menjadi bupati di alas Mentaok (Yogyakarta) yang menjadi cikal-bakal
Mataram. Sementara Ki Ageng Penjawi diangkat menjadi bupati di Pati. Adapun Danang
Sutawijaya yang berhasil menewaskan Arya Penangsang oleh Joko Tingkir alias Sultan
Hadiwijaya diangkat sebagai anak. Joko Tingkir yang bergelar Sultan Hadiwijaya membawa
Kesultanan Pajang mencapai puncak keajayaan. Kegiatan keislaman tumbuh subur di Pajang.
Peninggalan Kerajaan Pajang yang sampai saat ini masih bisa ditemui adalah Masjid Laweyan,
dekat Surakarta.
Pada awal berdirinya atau pada tahun 1568, bahwa wilayah Pajang yang terkait eksistensi
Demak pada masa sebelumnya, hanya meliputi sebagian Jawa Tengah. Hal ini disebabkan karena
negeri-negeri Jawa Timur banyak yang melepaskan diri sejak kematian Sultan Trenggana. Pada
tahun 1568 Adiwijaya dan para adipati Jawa Timur dipertemukan di Giri Kedaton oleh Sunan
Prapen. Dalam kesempatan itu, para adipati sepakat mengakui kedaulatan Pajang di atas negeri-
negeri Jawa Timur. Sebagai tanda ikatan politik, Panji Wiryakrama dari Surabaya (pemimpin
persekutuan adipati Jawa Timur) dinikahkan dengan putri Adiwijaya. Negeri kuat lainnya,
yaitu Madura juga berhasil ditundukkan Pajang. Pemimpinnya yang bernama Raden Pratanu
alias Panembahan Lemah Dhuwur juga diambil sebagai menantu Adiwijaya.
Jaka Tingkir, adalah sultan dan raja pertama Kerajaan Pajang yang merupakan kelanjutan
dari karajaan Demak. Jaka Tingkir bergelar Sultan Hadiwijaya, setelah mangkat diganti oleh
menantunya Arya Panggiri yang juga anak asuhan dari Prawoto. Namun putera Sultan Hadiwijaya
yaitu Pangeran Benawa ingin menguasai dan tidak punya kemampuan untuk melawan Arya
Panggiri, ia meminta bantuan Panembahan Senopati Penguasa Mataram untuk mengusir Arya
Panggiri dan berhasil, dan akhirnya sejak itulah kerajaan Pajang dibawah kekuasaan Mataram.
Perkembangannya selanjutnya, karena pada masa Sultan Agung bermaksud memberontak, maka
penguasa Mataram menghancurkannya, dan berakhirlah kekuasaan Pajang pada tahun 1618 M.

ASPEK KEHIDUPAN KERAJAAN PAJANG

Aspek Ekonomi
Dalam aspek ekonomi, seperti halnya Kerajaan Demak, Kerajaan Pajang yang letaknya di Jawa
Tengah membuat tanah di sekitar Kerajaan Pajang sangat subur. Banyak masyarakatnya bekerja
dalam bidang pertanian atau bercocok tanam. Selain itu masyarakat sekitar Kerajaan Pajang
banyak yang berprofesi sebagai pengrajin batik. Hasil batik buatan mereka pun diperdagangkan.
Hal ini masih bisa dijumpai ketika berwisata ke Solo, tepatnya ke Kampung Batik Laweyan.
Aspek Sosial Budaya
Kerajaan Pajang ini bercorak Islam, tapi pengaruh Hindu-Buddha masih terasa di wilayah tersebut.
Tidak heran masyarakat sekitar mengenal adanya kepercayaan kejawen. Hal ini dibuktikan dengan
adanya Masjid Laweyan yang bentuknya mirip seperti klenteng.

RAJA RAJA KERAJAAN PAJANG

1) Jaka Tingkir
Jaka Tingkir atau Sultan Hadiwijaya memerintah dari tahun 1568–1583 M. Beliau merupakan raja
yang mendirikan Kerajaan Pajang dan juga membawa kerajaan tersebut pada masa kejayaan. Jaka
Tingkir merupakan merupakan cucu dari Sunan Kalijaga yang berasal dari Kadilangu.

Kerajaan Pajang berhubungan dengan Kerajaan Demak karena Jaka Tingkir menikahi putri dari
Sultan Trenggana, yang merupakan raja Kerajaan Demak. Hadiwijaya lalu memindahkan
pemerintahan ke Pajang dan sukses mendirikan Kerajaan Pajang. Ia berhasil menyebarkan ajaran
Islam di daerah-daerah selatan Jawa.

2) Arya Pengiri

Raja kedua yang menggantikan Jaka Tingkir adalah Arya Pengiri. Ia menjadi Raja menggantikan
Jaka Tingkir pada tahun 1583-1586 M. Pada masa kekuasaannya, Kerajaan Pajang mulai
mengalami kemunduran. Hal ini dikarenakan Arya Pengiri dinilai kurang bijaksana dalam
kepemimpinannya. Hal itu mengakibatkan kelengserannya dan kemudian digantikan oleh
Pangeran Benawa.

3) Pangeran Benawa
Pangeran Benawa menduduki tahta Kerajaan Pajang setelah ia berhasil menggulingkan Arya
Pengiri. Ia memerintah cuma sebentar aja nih, yaitu dari tahun 1586–1587 M. Yap, cuma satu
tahun aja guys. Ketika memerintah ia menjalin kerjasama dengan Kerajaan Mataram, hingga
akhirnya ia wafat dan Kerajaan Pajang kemudian dikuasai atau diambil alih oleh Sutawijaya
Mataram.
SUMBER SEJARAH KERAJAAN PAJANG
Seperti yang udah gue bilang di atas nih, Kerajaan Pajang ini eksisnya nggak lama, jadi sumber
sejarahnya pun nggak banyak. Ada dua sumber sejarah yang membuktikan berdirinya Kerajaan ini
pada masanya, yaitu Masjid Laweyan Solo dan adanya Kampung Batik Laweyan.

1) Masjid Laweyan

Masjid Laweyan ini didirikan oleh raja pertama Kerajaan Pajang, yaitu Jaka Tingkir pada sekitar
tahun 1546. Elo bisa menemukan masjid ini di Dusun Belukan, Kelurahan Pajang. Masjid ini
sampai sekarang masih digunakan lho untuk beribadah, tapi tentunya sudah mengalami beberapa
kali renovasi. Di samping Masjid Laweyan, elo bisa menemukan makam-makam kerabat Kerajaan
Pajang seperti Ki Ageng Henis yang merupakan seorang penasehat spiritual Kerajaang Pajang.

2) Kampung Batik Laweyan

Walaupun bentuk bangunannya udah nggak original, Kampung Batik Laweyan merupakan salah
satu bukti adanya Kerajaan Pajang. Kampung Batik Laweyan sudah ada sejak Kerajaan Pajang ini
berdiri. Sampai sekarang Kampung Batik Laweyan menjadi salah satu destinasi wisata di Solo
karena kampung ini merupakan pusat budaya batik.

Anda mungkin juga menyukai