Anda di halaman 1dari 19

KERAJAAN

PAJANG
PEMBAHASAN

01 Masa awal 03 Masa akhir

Raja-Raja Kerajaan
Masa kejayaan
02 04 Pajang

Peninggalan Kerajaan
05
Kerajaan Pajang didirikan oleh Jaka
Tingkir yang berasal dari Pengging
yakni di lereng Gunung Merapi. Ia
adalah menantu Sultan Trenggono yang
diberi kekuasaan di Pajang. Kesultanan
Pajang mempunyai beberapa daerah
kekuasaan seperti: Pajang, Madiun,
Mataram, Pati, Prawata (Demak),
Kalinyamat (Jepara), dan Jipang
(Bojonegoro).
https://images.app.goo.gl/DuZoG6cCCSt7QTbP8
MASA AWAL KERAJAAN PAJANG
Kerajaan Pajang merupakan kelanjutan dari Kerajaan Demak. Pajang pada
awalnya merupakan daerah bawahan Kerajaan Demak. Pada saat itu Kerajaan
Demak mengalami keruntuhan yang disebabkan karena pembalasan dendam yang
dilakukan oleh Ratu Kalinyamat yang bekerja sama dengan Bupati Pajang
Hadiwijaya (Jaka Tingkir). Mereka berdua ingin menyingkirkan Arya Penangsang
sebagai pemimpin Kerajaan Demak karena Arya Penangsang telah membunuh
suami dan adik suami dari Ratu Kalinyamat. Dengan tipu daya yang tepat mereka
berhasil meruntuhkan pemerintahan Arya Penangsang. Jaka Tingkir kemudian
naik tahta setelah menyingkirikan Arya Penangsang. Jaka Tingkir memindahkan
pusat pemerintahan dari Demak ke Pajang. (Devi Andriana, 2018)

Pada awal berdirinya, wilayah kekuasaan Pajang hanya meliputi daerah Jawa
Tengah. Hal itu disebabkan karena setelah kematian Sultan Trenggono, banyak
wilayah Jawa Timur yang melepaskan diri. Namun pada tahun 1568 M, Sultan
Hadiwijaya dan para Adipati Jawa Timur dipertemukan di Giri Kedaton oleh
Sunan Prapen. 
MASA KEJAYAAN KERAJAAN PAJANG

Kejayaan Kesultanan Pajang hanya ketika kerajaan ini diperintah oleh


Sultan pertamanya, yaitu Jaka Tingkir. Pajang cakupan kejayaannya
hanya Jawa Tengah, Jawa Timur dan Pulau Madura saja. Sultan
Adiwijaya mendapatkan dukungan dan pengakuan atas kekuasaannya
dari para penguasa daerah, seperti Kedu, Bagelen, Banyumas, dan
beberapa daerah di wilayah Jawa Timur. Bahkan untuk memperkuat
kedudukan, Adiwijaya mengawinkan putrinya dengan Panembahan
Lemah Duwur dari Aresbaya. Akibatnya, pada tahun 1580-an Kerajaan
Pajang telah mendapat pengakuan kekuasaan yang luas. Berpindahnya
kerajaan Islam dari Demak ke Pajang adalah kemenangan Islam
Kejawen atas Islam Ortodoksi.
Sebagai Kerajaan Islam pertama di wilayah pedalaman Jawa, Kerajaan
Pajang berhasil memiliki masa kejayaan yang sama dengan kerajaan
lainnya. Masa kejayaan Kerajaan Pajang yang paling dikenang dalam
sejarah adalah kemunduran yang dialami oleh Demak. Pada saat itu,
sebagian besar wilayah di Jawa Timur secara perlahan melepaskan diri
dari Demak.

Terlepas dari ini semua, di masa kepemimpinan Sultan Hadiwijaya


terdapat banyak pencapaian yang berhasil diraih. Pada saat itu,
pindahnya kekuasaan Islam dari Demak ke Pajang bisa dijadikan simbol
bahwa adanya kemenangan Islam kejawen atas Islam Ortodok. Selain dua
keberhasilan yang sudah disebutkan diatas, masih banyak lagi hal-hal
yang menandai masa kejayaan dari kerajaan ini.
Sultan Hadiwijaya berhasil memperluas daerahnya. Ia
memperluas kekuasaannya di tanah pedalaman ke arah timur
sampai Madiun yang berada di aliran tanah anak terbesar Sungai
Bengawan Solo. Setelah itu secara berturut-turut ia bisa
menaklukkan daerah lain, antara lain :

1. Tahun 1554 ia berhasil menaklukkan Blora.


2. Tahun 1577 berhasil menaklukkan Kediri.

Selain memperluas daerahnya Pajang mempunyai lumbung padi


yang besar karena irigasinya berjalan lancar. Dalam aspek sosial
budaya dan ekonomi Pajang mengalami kemajuan. Tahun 1581 ia
berhasil mendapatkan pengakuan sebagai sultan Islam dari raja-
raja penting di Jawa Timur.
MASA AKHIR KERAJAAN PAJANG
Sepulang dari perang, Sultan Hadiwijaya jatuh sakit dan meninggal dunia. Terjadi
persaingan antara putra dan menantunya, yaitu Pangeran Benawa dan Arya Pangiri.
Arya Pangiri berhasil naik tahta tahun 1583. pemerintahan Arya Pangiri hanya
disibukkan dengan usaha balas dendam terhadap Mataram. Kehidupan rakyat Pajang
terabaikan. Hal ini membuat Pangeran Benawa yang sudah tersingkir ke Jipang,
merasa prihatin. Pada tahun 1586 Pangeran Benawa bersekutu dengan Sutawijaya
(anak angkat Jaka Tingkir dan pendiri Kerajaan Mataram) untuk menyerbu Pajang.
Meskipun pada Tahun 1582 Sutawijaya memerangi Sultan Hadiwijaya, namun Pangeran
Benawa tetap menganggapinya sebagai saudara tua. Perang antara Pajang melawan
Mataram dan Jipang berakhir dengan kekalahan Arya Pangiri. Ia dikembalikan ke
negeri asalnya, yaitu Demak. Pangeran Benawa kemudian menjadi Raja Pajang yang
ketiga. Pemerintahan Pangeran Benawa berakhir tahun 1587. Tidak ada putra
mahkota yang menggantikannya, sehingga Pajang diberikan kepada Sutawijaya sebagai
daerah bawahan Mataram. (Nurasiah, 2012)
RAJA- RAJA KERAJAAN PAJANG
1. Jaka Tingkir (1568-1583)
Nama kecil Jaka Tingkir adalah Mas Krebet. Hal tersebut dikarenakan
ketika kelahiran Jaka Tingkir, sedang ada pertunjukan wayang beber di
rumahnya. Saat remaja, ia memiliki nama Jaka Tingkir. Nama itu dinisbatkan
pada tempat dimana ia dibesarkan. Pada perkembangannya, Jaka Tingkir
menjadi menantu dari Sultan Trenggana (Sultan Kerajaan Demak). Setelah
berkuasa di Pajang, ia kemudian mendapat gelar “Hadiwijaya”. Jaka Tingkir
berasal dari daerah Pengging, di Lereng Gunung Merapi. Jaka Tingkir juga
merupakan cucu dari Sunan Kalijaga yang berasal dari daerah Kadilangun.
Melalui pemberontakan yang kemudian menjadi akhir dari kerajaan Demak,
Jaka Tingkir berhasil mendirikan kerajaan Islam baru didaerah Pajangan,
Surakarta. Di bawah pimpinannya, kerajaan ini mengalami beberapa https://
kemajuan. Salah satu kemajuannya adalah usaha ekspansi wilayah kekuasaan, images.app.goo.gl/
seperti ekspansi ke daerah Madiun. zmdRxPr5sW1nZZ
Zw9
2. Arya Pangiri
(1583-1586)
Saat memerintah Pajang, Arya
Pangiri terkesan kurang bijaksana.
Oleh sebab itu, pada tahun 1588
Pangeran Benawa atas bantuan
Senopati dari Mataram mengambil
alih tahta Kesultanan Pajang.
Senopati sendiri merupakan anak
angkat Sultan Adiwijaya. Sejak
https://images.app.goo.gl/HMqzhMb9dh3PeQts9 saat itu, Pajang diperintah oleh
Pangeran Benawa.
3. Pangeran Benawa
(1586-1587)
Setelah berhasil mendapatkan kembali tahta
Kesultanan Pajang, Pangeran Benawa menyerahkan
kekuasaannya kepada Senopati yang dianggap
sebagai saudaranya sendiri. Namun, Senopati lebih
suka tinggal di Mataram, sehingga Pangeran
Benawa tetap menjadi Raja Pajang.

Dalam memerintah Pajang, Pangeran Benawa


didampingi oleh Senopati. Masa pemerintahan
Pangeran Benawa tidak lama. Baru satu tahun
menjadi raja, Pangeran Benawa wafat. Ada yang
mengatakan bahwa Pangeran benawa tidak wafat https://images.app.goo.gl/uvfEk81kAJmKMhqr5
melainkan meninggalkan Pajang untuk membaktikan
diri pada agama.
4. Gagak Baning (1587-1591)
Sepeninggalan Pangeran Benawa, Pajang diperintah oleh Gagak Baning.
Gagak Baning adalah seorang Pangeran dari Mataram. Dalam
pemerintahannya, Gagak Baning banyak melakukan perombakan dan
perluasan istana. Pemerintahan Gagak Baning tidak berlangsung lama,
hanya sampai tahun 1591.

5. Pangeran Benawa II (1591-1618)


Setelah Gagak Baning wafat tahun 1591, dia digantikan oleh
Pangeran Benawa, cucu Sultan Adiwijaya. Ketika memerintah
Pajang, Pangeran Benawa masih muda, dia dikenal dengan Pangeran
Benawa II. Pada masa pemerintahannya, pajang tidak banyak
mengalami kesulitan.

Pada tahun 1617-1618 Pajang mendapat dukungan dari banyak pihak


untuk melepaskan diri dari Mataram. Maka Pajang kemudian https://
menyerang Mataram. Penyerangan tersebut justru menjadi sebab images.app.goo.gl/
kehancuran Pajang. igiUjPjhVa1CkF4S8
PENINGGALAN KERAJAAN PAJANG

Kampung Batik
Masjid Laweyan Solo Laweyan

Bandar Kabanaran
Makam Jaka Tingkir
1. Masjid Laweyan Solo

Dibangun sekitar tahun 1546 oleh Jaka Tingkir di Kerajaan


Pajang. Masjid ini berada di Dusun Belukan, RT. 04 RW. 04,
Kelurahan Pajang, Kecamatan Pajang, Surakarta. Disampingnya
terdapat makam-makam kerabat kesultanan yaitu makam Ki
Ageng Henis yang merupakan penasehat spiritual kerajaan
Pajang. Masjid dibangun dengan unsur tradisional Jawa, Eropa,
Cina dan Islam dan dibagi menjadi tiga bagian yaitu ruang induk
(utama), serambi kanan, dan serambi kiri.

https://images.app.goo.gl/nXLm9UiLJWReoggMA
2. Bandar
Kabanaran
Bandar Kabanaran adalah sebuah bandar yang
berkembang saat masa kerajaan Pajang yang
berlokasi di tepi sungai Jenes yaitu anak sungai
Bengawan Solo. Posisi sungai Jenes pada situs
Bandar kabanaran juga sekaligus sebagai
pembatas antara kabupaten Sukoharjo dan
kota Solo. Dahulu warga sekitar mengenal
sungai ini dengan sebutan sungai
Kabanaran. Saat zaman kerajaan Pajang, sungai
https://images.app.goo.gl/o3LyqnYnPpyZ8umh9 Kabanaran menjadi jalur utama perdagangan
dan juga transportasi yang terhubung secara
langsung ke sungai Bengawan Solo.
3. Kampung Batik Laweyan

Kampung ini berada di kelurahan Laweyan, kecamatan Laweyan,


Surakarta, dan ada sejak masa pemerintahan kerajaan Pajang tahun
1546. Desa Laweyan sendiri diciptakan dengan konsep yang
terintegrasi, yaitu menggunakan tanah dengan luas sekitar 24 hektar
yang dibagi menjadi tiga blok.

https://images.app.goo.gl/zcDH6xR2FeuCibpK6
4. Makam Jaka Tingkir
Makam Jaka Tingkir jauh ada di pelosok
perkampungan masyarakat. Lebih tepatnya makam ini
berada di Butuh, Gedongan, Plupuh, Dusun II,
Kabupaten Sragen, Jawa Tengah. Komplek pemakaman
Jaka Tingkir diberi nama Makam Butuh yang ditandai
dengan adanya sebuah bangunan masjid bernama
Masjid Butuh. Di halaman kompleks pemakaman
terdapat batang kayu yang sudah keropos. Kayu itu https://www.google.com/imgres?imgur
diyakini sebagai sempalan perahu  gethek yang
membawa Joko Tingkir ke Dusun Butuh melalui Sungai
Bengawan Solo.
Daftar Pustaka
1. Abimanyu, Soedjipto, 2013.Babad Tanah Jawi, Jogjakarta
2. Andriana, Devi, 2018, Mengenal Kerajaan, PT Widya sarana
Informatika, Bandung
3. Graaf dan Pigeaud, 1985,  Kerajaan-Kerajaan Islam Pertama di Jawa ,
Pustaka Grafiti Pers, Jakarta
4. Huda Nor, 2013, Islam Nusantara, Ar-Ruz Media,
YogyakartaNurasiah, 2009., Kerajaan Nusantara, PT Mediantara
Semesta, Jakarta
5. Yatim, Badri, 2011, Sejarah Peradaban Islam, Raja Grafindo, Jakarta
6. Tanto, Sejarah Lengkap Kerajaan Pajang (1568-1587), https://
www.asaldansejarah45.com/2020/06/sejarah-lengkap-kerajaan-pajang-
1568.html
,(29 Juni 2020)
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai