Anda di halaman 1dari 12

KERAJAAN PAJANG

Artikel untuk memenuhi tugas mata kuliah sejarah jawa


Dosen pengampu : Dr. Supana, M.Hum

Oleh :
Nama : Anggi Lailatusholiqah
NIM : B0120003
Kelas : Sastra Daerah A

PROGAM STUDI SASTRA DAERAH

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS NEGERI SURAKARTA

SURAKARTA

2021
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam.


Hampir 87% penduduk Indonesia beragama Islam sehingga Indonesia merupakan
dikenal sebagai negara muslim terbesar didunia. Ditahun 2021 ini diperkirakan, 229
juta orang Indonesia adalah penganut agama Islam. Jumlah ini mencapai 87,2 persen
dari total populasi Tanah Air atau 13 persen dari total populasi muslim di seluruh
dunia.

Tentunya banyaknya populasi muslim di Indonesia ini merupakan pengaruh dari


banyaknya kerajaan Islam di Indonesia yang berkembang pada masa dahulu. Salah
satunya adalah kerajaan pajang. Kerajaan Pajang merupakan salah satu kerajaan Islam
di Pulau Jawa. Keberadaannya mulai muncul setelah runtuhnya kesultanan demak.
Kerajaan Pajang berdiri pada tahun 1549 hingga 1587 Masehi. Keberadaannya
digagas oleh pendirinya yaitu Jaka Tingkir setelah ia memindahkan pusat Kerajaan
Demak ke daerah Pajang.

Kita sebagai generasi muda penerus bangsa sudah sepatutnya mempelajari dan
memahami bagaimana sejarah dan usal usul dari kerajaan-kerajaan yang pernah
berdiri di Indonesia, baik kerajaan dimasa Hindu Buddha ataupun kerajaan Islam agar
nantinya tidak melupakan sejarah sehingga tidak kehilangan jati diri negara. Dalam
artikel ini kita akan mempelajari salah satu kerajaan Islam yang pernah berdiri di
Indonesia yakni Kerajaan Pajang.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana berdirinya Kerajaan Pajang?

2. Bagaimana masa pemerintahan Kerajaan Pajang?

3. Bagaimana runtuhnya Kerajaan Pajang?

4. Apa saja peninggalan Kerajaan Pajang?

C. Tujuan

1. Mengetahui berdirinya Kerajaan Pajang.

2. Mengetahui cara pemerintahan pada masa Kerajaan Pajang.

3. Mengetahui runtuhnya Kerajaan Pajang.

4. Mengetahui peninggalan Kerajaan Pajang.


BAB II

ISI
A. Berdirinya Kerajaan Pajang

Kesultanan Pajang adalah sebuah kerajaan yang berpusat di Jawa Tengah


sebagai kelanjutan Kesultanan Demak. Tepatnya di wilayah Kertasura yang pada saat
itu merupakan salah satu wilayah pedalaman di Pulau Jawa. Wilayah kekuasaan
Kerajaan Pajang juga tidak terlalu luas yaitu hanya meliputi wilayah Jawa Tengah. 

Awal mula berdirinya Kerajaan Pajang diawali dengan pertempuran antara


Arya Penangsang dengan Jaka Tingkir (Adipati Pajang) yang merupakan menantu
Sultan Trenggana. Saat terjadi perselisihan antara Jaka Tingkir (Hadiwijaya) dan Arya
Penangsang, kondisi Kerajaan Demak menjadi tidak stabil. Peperangan itu terjadi
sekitar tahun 1546 sesaat setelah Sultan Demak wafat. 

Jaka Tingkir sebagai pemenang pertempuran memindahkan pusat


pemerintahannya ke daerah Pajang. Awalnya dalam kisah sejarah diceritakan bahwa
sebelum kerajaan tersebut resmi berdiri, Jaka Tingkir telah menjabat sebagai
pemimpin Wilayah Pajang. Beliau menjabat pada masa pemerintahan Sultan
Trenggono. Karena kemenangannya melawan Arya Penangsang, pusat pemerintahan
Kerajaan Demak dipindah ke daerah Pajang.

Kemenangan ini juga atas bantuan dari Ki Ageng Pemanahan dan Ki Ageng
Penjawi dari kemenangan ini, membuat Joko Tingkir memimpin Demak dengan gelar
Sultan Hadiwijaya. Gelar tersebut diperoleh dari Sunan Giri dan mendapat pengakuan
dari kerajaan-kerajaan yang menjadi bawahan Demak.

Atas jasa-jasa Ki Ageng Pemanahan dan Ki Ageng Penjawi keduanya diberi


hadiah berupa tanah di wilayah Mataram untuk Ki Ageng Pemanahan dan tanah di
daerah Pati untuk Ki Ageng Penjawi. Pada akhirnya, beliau berdua diangkat menjadi
adipati di wilayah tersebut.

Kepemimpinan Sultan Hadiwijaya berlangsung dengan baik. Hubungan dengan


kerajaan bawahan juga baik. Kesenian dan sastra mengalami perkembangan yang
pesat. Pengaruh budaya Islampun semakin menyebar hingga kepelosok daerah.
B. Pemerintahan pada Masa Kerajaan Pajang

1. Urutan raja yang memimpin kerajaan pajang

a. Sultan Hadiwijaya (1549-1582)

Jaka Tingkir atau Sultan Hadiwijaya adalah pendiri sekaligus orang pertama
yang memerintah Kerajaan Pajang. Saat telah dewasa, Jaka Tingkir menjadi menantu
dari Sultan Trenggana. Sultan Trenggana adalah salah satu pemimpin yang sempat
menjadi raja di Kerajaan Demak. Jaka tingkri memperoleh gelar Hadi wijaya saat
dirinya menjabat sebagai salah satu penguasa Pajang.

Pada Masa pemerintahannya terdapat beberapa kemajuan yang diperoleh


Kerajaan Pajang. Beliau sempat melakukan ekspansi wilayah ke daerah lain
diantaranya Madiun, Blora, dan Kediri. 

Karena niat ekspansinya yang sangat besar, beliau melakukan pertemuan


seluruh adipati  Jawa Timur sehingga akhirnya mereka menyatakan diri untuk
bergabung dengan Kerajaan Pajang.

b. Raja atau Sultan Arya Pangiri (1583-1586)

Sultan kedua yang memerintah dalam runutan sejarah Kerajaan Pajang adalah
Arya Pangiring. Beliau menggantikan kepemimpinan Sultan Hadiwijaya setelah
beliau wafat. Gelar yang ia peroleh setelah menjabat sebagai sultan Kerajaan Pajang
adalah Ngawantiputra. Selama kepemimpinannya ia berusaha untuk menaklukkan
Mataram.

Karena obsesinya ingin menundukkan Kerajaan Mataram, Arya Pangiri tidak


terlalu fokus untuk kesejahteraan rakyatnya. Ia terus saja menghimpun kekuatan dari
rakyat Demak untuk melawan Kerajaan Mataram, bahkan rakyat Pajang malah
tersisih dengan pasukan yang ia buat. Rakyat Pajang menjadi hidup sengsara bahkan
perampokan merajarela.

c. Sultan Benawa (1586-1587)


Sultan Benawa adalah sultan ketoga yang memerintah Kerajaan Pajang. Dirinya
berhasil menggantikan posisi Arya Pangiri. Pangeran Benawa adalah anak dari Sultan
Hadiwihaya yang telah bergelar Prabuwijaya. Sultan Benawa wafat pada tahun 1587
sehingga Kerajaan Pajang sepenuhnya diambil alih oleh Kerajaan Mataram.

2. Masa kejayaan kerajaan pajang

Dalam kisah sejarah Kerajaan Pajang, masa kejayaan kerajaan ini terjadi pada
masa pemerintahan sultan yang pertama yaitu Sultan Hadiwijaya Beliau adalah orang
yang pandai berpolitik sehingga bisa mengajak para pemimpin wilayah Jawa Timur
untuk mengakui kedaulatan Kerajaan Pajang. Selain itu dirinya juga ahli dalam
menentukan taktik ekspansi wilayah.

Kerajaan Pajang menjadi kerajaan yang makmur karena rakyatnya hidup


melalui aspek aspek pertanian. Kondisi alamnya yang subur karena lokasinya yang
diapit oleh dua sungai membuat perekonomiannya maju. Bahkan pada abad ke 16
hingga 17 masehi kerajaan ini menjadi salah satu lokasi produksi padi yang mampu
mengekspor hasil berasnya ke luar wilayah Pajang.

C. Runtuhnya Kerajaan Pajang

Tahun 1582 terjadi perang antara Pajang dan Mataram. Usai perang, Raja
Hadiwijaya sakit dan wafat. Lepas dari kepemimpinannya, kekuasaan Pajang menjadi
rebutan putranya Pangeran Benawa dengan menantunya Arya Pangiri.

Tahta Kerajaan Pajang pun diambil alih oleh Arya Pangiri. Sedangkan Pengeran
Benawa bertolah ke Jipang. Namun kepemimpinan Arya Pangiri tidak sebijak raja
sebelumnya. Ia sibuk mengurusi upaya balas dendam terhadap Mataram. Karena hal
itu, kehidupan rakyat Pajang tidak diperhatikan dan terabaikan.

Hal ini membuat Pangeran Benawa yang sudah tersingkirkan ke Jipang merasa
prihatin. Pada tahun 1586, Pangeran Benawa bersekutu dengan Sutawijaya untuk
menyerbu Pajang. Meskipun pada tahun 1582, Sutawijaya memerangi Hadiwijaya,
namun Pangeran Benawa tetap menganggap nya sebagai saudara tua.
Perang antara Pajang melawan Mataram dan Jipang berakhir dengan kekalahan
Arya Pangiri. Ia dikembalikan ke negeri asalnya yaitu Demak. Pangeran Benawa
kemudian menjadi Raja Pajang yang ketiga.

Pemerintahan Pangeran Benawa berakhir pada tahun 1587. Setelahnya, karena


tidak ada putra mahkota yang menggantikannya, Pajang pun dijadikan sebagai negeri
bawahan Mataram dengan bupati Pangeran Gagak Baning adik Sutawijaya.
Sutawijaya sendiri mendirikan kerajaan Mataram dan menjadi raja pertama bergelar
Panembahan Senopati

D. Peninggalan Kerajaan Pajang

1. Bandar Kabanaran

Bandar Kabanaran adalah salah satu bukti peninggalan Kerajaan Pajang. Situs
ini berada di jalan Nitik RT. 04, RW. 01, kelurahan Laweyan, kecamatan Laweyan,
Surakarta. Bandar Kabanaran adalah sebuah bandar yang berkembang saat masa
kerajaan Pajang yang berlokasi di tepi sungai Jenes yaitu anak sungai Bengawan Solo.
Posisi sungai Jenes pada situs Bandar kebenaran juga sekaligus sebagai
pembatas antara kabupaten Sukoharjo dan kota Solo. Dahulu warga sekitar mengenal
sungai ini dengan sebutan sungai Kabanaran.  Saat zaman kerajaan Pajang, sungai
Kabanaran menjadi jalur utama perdagangan dan juga transportasi yang terhubung
secara langsung ke sungai Bengawan Solo.
Sejak pengelolaan Laweyang dipercayakan kepada Kyai Ageng Henis oleh
raden Patah, daerah ini mengalami kemajuan yang sangat pesat. Tidak hanya sebagai
pusat dakwah Islam  Jawa bagian Selatan, akan tetapi daerah ini juga menjadi pusat
perekonomian batik pada waktu itu. Hal ini terjadi karena didukung oleh dekatnya
posisi Bandar Kabanaran dan juga karena adanya sungai Jenes. Tak heran jika
keberadaannya menjadi salah satu bukti sejarah Kerajaan Pajang,
2. Pasar Laweyan

Hasil peninggalan Kerajaan Pajang yang berikutnya adalah Pasar Laweyan.


Pada masanya, pasar ini merupakan pusat perekonomian rakyat. Bahkan hingga saat
ini Pasar Laweyan masih digunakan sebagai salah satu lokasi jual beli oleh
masyarakat. Sayangnya hingga saat ini belum ada kisah spesifik tentang
pembangunan Pasar Laweyan dalam sejarah Kerajaan Pajang.
Pasar Laweyan sendiri berada tidak jauh dari Bandar Kabanaran. Pasar ini
dahulunya merupakan sentra utama kegiatan dagang di Bandar Kabanaran. Sampai
saat ini, pasar Laweyan masih digunakan masyarakat sekitar untuk transaksi
perdagangan. Walaupun demikian, tidak ada peninggalan sejarah yang spesifik dalam
menjelaskan bagaimana pembangunan pasar tersebut.

3. Masjid Laweyan

Tak hanya pasar, bukti peninggalan Kerajaan Pajang adalah Masjid Laweyan.
Masjid Leweyan didirikan oleh Joko Tingkir sekitar tahun 1546. Lokasi masjid ini
berada di Dusun Belukan, RT. 04 RW. 04, Kelurahan Pajang, Kecamatan Pajang,
Surakarta. Di samping masjid terdapat makam-makam kerabat Kerajaan Pajang. Ada
makam Ki Ageng Henis, seorang penasehat spiritual.
Bangunan masjid ini bergaya perpaduan tradisional Jawa, Eropa, Cina dan
Islam. Bangunannya dibagi ke menjadi tiga bagian, yaitu ruang induk (utama),
serambi kanan, dan serambi kiri. Walaupun dilakukan beberapa kali perbaikan, akan
tetapi masih terlihat di sudut Masjid beberapa peninggalan berupa Pura, yakni tempat
peribadatan umat Hindu.
Berdasarkan keterangan dari ketua takmir masjid Laweyan yaitu Achmad
Sulaiman didapat informasi bahwa, pada masa pemerintahan kerajaan Pajang kisaran
tahun 1546 masa pemerintahan Sultan Hadiwijaya berdiri kokoh sebuah Pura yakni,
tempat peribadatan umat Hindu di daerah Pajang.
Masjid yang satu ini menjadi salah satu bukti penyebaran agama islam di Solo.
Hingga saat ini masjid tersebut masih berfungsi dan memang telah dilakukan
beberapa perbaikan.

4. Makam Jaka Tingkir

Hanya sedikit saja orang yang tahu lokasi dari Makam Jaka Tingkir atau Sultan
Hadiwijaya, raja pertama sekaligus juga pendiri Kerajaan Pajang. Tidak sama seperti
halnya makam dari raja-raja Solo dan juga Yogyakarta yang diketahui banyak orang
keberadaannya serta senantiasa ramai didatangi para peziarah yang berasal dari daerah
sekitar maupun daerah luar.

Makam Jaka Tingkir jauh ada di pelosok perkampungan masyarakat.Salah satu


peninggalan Pajang yang cukup melegenda adalah Makam Jaka Tingkir. Makam ini
berada di Butuh, Gedongan, Plupuh, Dusun II, Gedongan, Plupuh, Kabupaten Sragen,
Jawa Tengah. Makam Butuh adalah nama Komplek pemakaman ini. Di kawasan
kompleks terdapat sebuah masjid bernama Masjid Butuh
5. Kampung Batik Laweyan

Kampung Batik Laweyan saat ini terkenal sebagai perkampungan wisata batik.
Kompleks perkampungan ini terletak di kelurahan Laweyan, kecamatan Laweyan,
Surakarta. Kampung ini sudah ada sejak era Kerajaan Pajang tahun 1546. Kampung
ini memiliki konsep desa yang terintegrasi. Luas kampung ini, yakni 24 hektar dan
dibagi menjadi 3 blok.

Masyarakat yang tinggal di kampung Laweyan telah menjalani profesi dibidang


kain ini dari abad ke 14. Pada saat itu pula masyarakat kampung Laweyan dikenal
sebagai penghasil kain yang berkualitas karena masih dibuat dengan cara tradisional.
Oleh sebab itu pula, nama Laweyan menjadi julukan bagi  daerah masyarakat ini
karena dalam bahasa Jawa Lawe memiliki arti benang.

Profesi menjadi pembatik yang dilakukan secara turun temurun, akhirnya daerah
ini sampai pada masa kejayaan yaitu pada awal abad ke 20. Hal ini dapat tercapai
karena seorang pebisnis yang bernama Samanhudi memperkenalkan tekhnik
membatik yang lebih modern yakni membatik dengan teknik cap. Dengan
diperkenalkan tekhnik ini maka proses membatik menjadi lebih efisien. Industri batik
di Laweyan pun berkembang dengan sangat pesat.

Akan tetapi industri batik kembali mengalami kemunduran karena hadirnya


batik printing. Batik printing tentunya memiliki harga yang lebih murah dan proses
pembuatan yang lebih cepat. Hal tersebut membuat industri batik cap terjadi
kemunduran yang luar biasa.
6. Makan Para Bangsawan Pajang

Peninggalan yang tidak kalah pentingnya adalah terdapatnya kompleks


pemakaman para bangsawan kerajaan Pajang. Di pemakaman ini terdapat 20 makam,
dimana salah satunya adalah makam Ki Ageng Henis yang merupakan salah satu
perintis berdirinya kerajaan kerajaan Pajang. Makam-makam tersebut banyak
dikunjungi para wisatawan seusai menunaikan ibadah di masjid Laweyan.

Perlu kita ketahui bersama, Ki Ageng Henis adalah anak dari Ki Ageng Selo. Ki
Ageng Selo Sendiri terkenal akan kisah kesaktiannya yang mampu menangkap petir.
Ki Ageng Selo sendiri mengabdi Sultan Hadiwijaya atau lebih familiar dengan
sebutan Joko Tingkir. Karena pengabdiaannya yang luar biasa kemudian ia diberikan
tanah perdikan di daerh Laweyan, dan hal inilah yang dikemudian hari menjadi cikal
bakal berdirinya masjid Laweyan.

 
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kerajaan Pajang berawal dari kemenangan Jaka Tingkir dalam melawan Arya
Penangsang. Kemenangan Jaka Tingkirpun dibantu oleh Ki Ageng Pemanahan dan Ki
Ageng Penjawi. Kemudian dari kemenangannya itu ia memindahkan pusat
pemerintahan dari Demak ke Pajang. Setelah adanya pengakuan dari kerajaan
kerajaan sekitar, maka resmilah berdirinya Kerajaan Pajang dengan Jaka
Tingkirsebagai rajanya dengan gelar Sultan Hadiwijaya.

Raja Kerajaan Pajang yang pertama adalah Sultan Hadiwijaya kemudian


digantikan menantunya yaitu Sultan Arya Pangiri dan yang terakhir adalah Sultan
Benawa. Masa kejayaan negara ini adalah ketika pemerintahan Sultan Hadiwijaya.
Dimana para rakyatnya makmur dengan sector pertanian.

Keruntuhan Kerajaan Pajang dimulai dengan kelalaian Arya Pangiri yang tidak
memperhatikan para rakyatnya yang mengakibatkan adanya kudeta oleh Sultan
Benawa yang prihatin dengan nasib para rakyat. Sultan Benawa bersekutu Sutawijaya
untuk melawan Arya Pangiri. Yang kemudian dimenangkan oleh Sultan Benawa yang
kemudian menjadikannya raja selanjutnya. Namun, ketika beliau telah mangkat
Kerajaan Pajang tidak memiliki putra mahkota sehingga berakhir menjadi negara
bawahan Mataram.

Peninggalan dari Kerajaan Pajang adalah Bandar Kabanaran, Masjid Laweyan,


Pasar Laweyan, Makam Jaka Tingkir, Kampung Batik Laweyan dan juga Makam
Para Bangsawan Pajang.
DAFTAR PUSTAKA

1. Peran Jaka Tingkir dalam Merintis Kerajaan Pajang 1546-1586 M. (N.D.). [online] .
Available at:
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28866/3/DEDE
%20MAULANA-FAH.pdf [Accessed 13 Apr. 2021].

2. Sejarah dan Budaya Nusantara. (2021). Kerajaan Pajang. [online] Available at:


http://sejarahbudayanusantara.weebly.com/kerajaan-pajang.html#:~:text=Awal
%20mula%20berdirinya%20Kerajaan%20Pajang,yang%20merupakan%20menantu
%20Sultan%20Trenggono.&text=Sultan%20Hadiwijaya%20kemudian
%20memindahkan%20pusat,demikian%20resmilah%20sudah%20Kerajaan
%20Pajang. [Accessed 14 Apr. 2021].

3. Daihatsu Indonesia (2021). Daihatsu Indonesia - Merk Mobil Keluarga Terbaik,


Mobil Terlaris 2021. [online] Daihatsu Indonesia. Available at:
https://daihatsu.co.id/tips-and-event/tips-sahabat/detail-content/asal-usul-dan-cerita-
sejarah-berdirinya-kerajaan-pajang/ [Accessed 14 Apr. 2021].

4. A
‌ bang Nji (2019). 6 Peninggalan Kerajaan Pajang Yang Bersejarah. [online]
abangnji.com. Available at: https://www.abangnji.com/2019/06/5-peninggalan-
kerajaan-pajang-yang.html#:~:text=Bandar%20Kabanaran%20adalah%20sebuah
%20bandar,kabupaten%20Sukoharjo%20dan%20kota%20Solo. [Accessed 14 Apr.
2021].

Anda mungkin juga menyukai